• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pendidikan

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran umum Lingkungan Karang Anyar Pagesangn Timur

6. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di lingkungan Karang Anyar sebagian besar masyarakat menepuh jenjang pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan banyak masyarakat yang tidak bisa menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) karena berbagai factor.dan masih banyak anak yang belum sekolah karena umur belum mencukupi,dan kebutuhan ekonomi keluarga miskin yang belum mampu menyekolahkan anaknya.60

Tabel 2.4 Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum Sekolah 900 Orang

2 Taman Kanak-Kanak 77 Orang

3 Tamat SD/MI 396 0rang

59Ibid.,

60Ibid.

30

4 Tamat SLTP/MTS 491 Orang

5 Tamat SLTA/SMA 808 Orang

6 Tidak Tamat SD 722 Orang

7 Tingkat Akademi (D1-D3) 52 Orang

8 Tingkat Sarjana (S1-S2-S3) 227 Orang

Jumlah 3673 Orang

Tabel 2.4

Fasilitas lembaga Pendidikan Di Lingkungan Karang Anyar Pagesangan Timur Mataram

No Pendidikan Fasilitas

1 TPQ 1

2 PAUD / RA 3

3 SD 1

4 SMP 0

5 MTS 1

6 SMA 0

7 MA 1

7. Nama Pemilik Sawah dan Penyewa Sawah di Lingkungan Karang Anyar Kelurahan Pagesangan Timur Kota Mataram Nama-nama diatas merupakan masyarakat yang menyewa sawah dan pemilik sawah di di Lingkungan Karang Anyar Kelurahan Pagesangan Timur Kota Mataram, sebagai berikut:

Tabel 2.5

Nama pemilik dan penyewa tanah

No Nama Pemilik Nama Penyewa Ket

1 Bapak Budi Bapak Abdullah -

Bapak ismad -

Bapak Sukardi -

31

B. Praktik jual beli tanah tahunan pada masyarakat di Lingkungan Karang Anyar Kelurahan Pagesangan Timur Kota Mataram

Di zaman modern seperti sekarang ini masih banyak masyarakat yang dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari masih kurang dari kata cukup, seperti pemenuhan kebutuhan konsumsi, pemenuhan kebutuhan pendidikan untuk anaknya, dan pemenuhan kebutuhan kesehatan.

Semua hal itu dialami oleh keluarga yang berpenghasilan menengah ke bawah, sehingga dalam keadaan mendesak masyarakat bisa memenuhi kebutuhan yang mendesak itu dengan cara menjual barang benda yang sekiranya berharga dapat dijual secara cepat seperti tanah.

Walau sudah banyak berdiri lembaga-lembaga seperti, koperasi dan simpan pinjam namun banyak di antara mereka yang lebih memilih menjual barang bendanya kepada seseorang, hal itu terjadi karena meniru orang-orang dahulu yang mempunyai kebiasaan menjual maupun memenuhi kebutuhan barangnya kepada tetangga yang sekiranya mempunyai harta banyak. Alasan lainnya adalah supaya tidak ribet dengan administrasi, pendaftaran, syarat memperoleh pinjaman uang, yang dirasa masyarakat cukup menyulitkannya. Fenomena inilah kiranya yang membuat pemilik tanah menjual tanah sawahnya yang sebagian dengan sistem tahunan.61

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan diantara warga masyarakat Lingkungan Karang Anyar Pagesangan Timur Kota Mataram, praktik jual beli tanah tahunan tersebut dilakukan dengan kedua belah pihak yaitu pemilik tanah dan beleli untuk menyepakati proses jual tanah tahunan, selanjutnya ditulis dalam surat perjanjian di atas kwitansi, namun ada juga bentuk kesepakatan yang saling percaya tanpa adanya surat perjanjian karena dianggap sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat Lingkungan Karang Anyar Pagesangan Timur Kota Mataram.62

Proses jual beli antara kedua belah pihak dimana pemilik tanah menghubungi pihak yang membeli untuk menawarkan tanahnya yang akan di jual tahunan sekaligus menjelaskan sifat tana tersebut, atau sebaliknya pembeli tanah yang mendatangi pemilik tanah untuk

61 Wawancara dengan Bapak Trmizi Kepala Lingkungan Karang Anyar Kelurahan Pagesangan Timur Kota Mataram pada tanggal 15 September 2021

62 Ibid.

32

membeli tahunan, kedua belah pihak biasanya saling mengetahui satu sama lain tanah yang akan dijadikan obyek jual beli tahunan. Dengan demikian orang yang menyewa pada dasarnya telah mengetahui seluk beluk obyek sewa sehingga orang yang membeli tidak terlalu rumit menjelaskan obyek sewanya. Pembeli biasanya adalah orang- orang yang biasa membeli tanah secara tahunan tersebut sehingga ia benar- benar tahu sifat-sifat dari lahan pertanian tersebut.63

Setelah kedua belah pihak mengadakan penawaran maka ditetapkan harga melalui proses tawar menawar antara kedua belah pihak. Proses selanjutnya adalah kesepakatan atau ijab qabul yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis dan secara lisan dengan menggunakan kata-kata yang terang, jelas dan dapat dimengerti oleh kedua belah pihak namun juga hanya dengan menggunakan ucapan ini diadakan setelah terjadinya kesepakatan harga antara kedua belah pihak.

Transaksi langsung antara pihak penyewa dan pemilik lahan pertanian biasanya tidak menggunakan bukti yang berupa kwitansi maupun kepercayaan secara lisan. Akad yang disepakati antara kedua belah pihak hanya menekankan pada kesepakatan mereka yang saling menjaga kepercayaan. Namun sebagian mereka yang melakukan akad langsung juga ada yang menggunakan bukti tertulis meskipun hanya sekedar kwitansi pembayaran saja. sehingga jika ada kasus yang terjadi ini sulit diadakan penyelesaian, karena bukti perjanjian sewa menyewa tidak ada. 64

Menurut kebiasaan, hak dan kewajiban ini hanya dinyatakan secara lisan saja dan tidak ada kesepakatan secara tertulis. Para pelaku mendasarkan kesepakatannya pada rasa saling percaya antara satu dengan yang lain. Dalam tahap ini juga disepakati jangka waktu sewa serta kesepakatan-kesepakatan lain yang bertujuan menghindari perselisihan antara kedua belah pihak.65

Akad jual beli tahunan batal atau berakhir disebabkan berakhirnya masa jual tanah tahunan yang telah disepakati kedua belah

63 Wawancara dengan Bapak Budi pemilik tanah Pada tanggal 18 September 2021.

64 Ibid,.

65 Wawancara dengan Bapak Ismad penyewa tanah Pada tanggal 19 September 2021.

33

pihak. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadi bencana yang menyebabkan kerusakan tanaman atau tanaman yang menjadi obyek sewa tidak panen, maka hal ini tidak dapat menyebabkan batalnya akad jual tahunan sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Kerugian yang rentan terjadi menjadi tanggung jawab pembeli tanah tanpa berhak meminta ganti rugi kepada pemilik tanah.

Sebagaimana jika pihak pembeli mendapat keuntungan besar yang disebabkan kenaikan frekuensi buah maupun kenaikan harganya, maka pemilik tanah tidak berhak meminta tambahan ataupun pembagian keuntungan. Meski demikian jika ada ganti rugi maupun pembagian keuntungan, hal itu merupakan kemurahan hati dari para pihak berdasar inisiatif dan kerelaan dari masing-masing pihak.

Ada banyak motivasi ketika masyarakat di Lingkungan Karang Anyar Pagesangan Timur Kota Mataram melakukan praktik jual beli tanah tahunan :

1. Pemilik lahan pertanian

a. Memenuhi kebutuhan yang mendadak

Ketika pemilik lahan pertanian membutuhkan dana yang mendadak maka jalan terbaik dan yang tidak memberatkan pemilik lahan pertanian adalah menyewakan lahan pertanian, dari pada harus berhutang ke bank yang berbunga tinggi

b. Memenuhi kebutuhan sehari-hari

Menurut orang yang menyewakan, uang hasil sewa lahan pertanian biasa ditabung untuk diambil sedikit demi sedikit guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dengan demikian mereka merasa tenang karena setidaknya ada simpanan yang dapat mereka gunakan sewaktu-waktu mereka membutuhkan.

c. Sebagai modal usaha

Uang hasil sewa dapat digunakan sebagai modal usaha yang lumayan jumlahnya. Dengan menyewakan lahannya tidak akan kesulitan mencari uang untuk modal usaha dari pada harus menggadaikan barang yang mereka punya atau berhutang dari tetangga. Namun terkadang mereka menemui kendala akibat berbelitnya administrasi

34

dalam sistem gadai di pegadaian atau sulitnya mencari pinjaman dari tetangga. Selain itu mereka memilih menyewakan lahannya karena terhindar dari pembayaran bunga, tidak seperti kalau menggadaikan barang yang mewajibkan adanya bunga.

d. Memenuhi biaya sekolah anak

Tingginya biaya sekolah terutama di tahun ajaran baru membuat masyarakat harus bersusah payah untuk memenuhinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan menyewakan lahan pertanian mereka karena itulah satu- satunya harta yang dapat mereka andalkan untuk memperoleh uang. Misalnya untuk membayar uang gedung sekolah yang relatif mahal, membeli perlengkapan sekolah serta membayar uang SPP dan lain-lain.66

Selain beberapa motivasi pokok di atas, ada beberapa motivasi lain misalnya, untuk modal memperbaiki rumah, untuk menambah perabot rumah atau untuk membeli kendaraan baru, bahkan ada yang hanya untuk mengikuti tren masyarakat saja. Hal ini terutama dilakukan oleh pemilik lahan pertanian yang telah memiliki kemapanan perekonomian.

2. Penyewa

a. Untuk memperoleh keuntungan

Menyewa lahan pertanian itu bisa untuk kebutuhan hidup, jika gadai maka malah tambah rugi, tapi kalau menyewa lahan pertanian maka akan mendapatkan keuntungan. Bagi para penyewa lahan pertanian, praktek sewa menyewa lahan pertanian cukup menjanjikan bagi mereka untuk memperoleh keuntungan jika nasib mereka cukup baik. Dengan harga sewa yang telah disepakati diawal akad.

b. Dorongan sosial

Selain untuk mencari keuntungan, dalam keadaan tertentu para penyewa bersedia menyewa lahan pertanian karena ingin menolong orang-orang yang menyewakan

66 Wawancara dengan Bapak Budi pemilik tanah pada tanggal 18 September 2021

35

lahan pertanian untuk kebutuhan mendadak. Dalam hal ini biasanya antara orang yang menyewakan dan penyewa telah memiliki kedekatan tersendiri.

Pada dasarnya para penyewa sadar akan kemungkinan besar terjadinya kerugian pada pelaksanaan sewa menyewa lahan pertanian seperti ini. Namun bagi mereka untung rugi dalam bisnis adalah hal biasa, spekulasi membutuhkan keberanian, jika tidak berani bertaruh bagaimana bisa untung. Meski terkadang rugi, mereka tidak jera karena disaat untung keuntungan yang mereka raih cukup besar.67

67 Wawancara dengan Bapak Abdullah pembeli tanah pada tanggal 18 September 2021.

36 BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Praktik Jual Beli Jual Beli Tanah Tahunan Pada Masyarakat di Lingkungan Karang Anyar Kelurahan Pagesangan Timur Kota Mataram

Era globalisasi yang berusaha menghadirkan perbaikan dan kemajuan di berbagai bidang, ternyata baik secara langsung atau tidak telah melunturkan dan memudarkan nilai-nilai luhur dan sikap-sikap kebersamaan dalam masyarakat. Sikap gotong royong, kekeluargaan dan persaudaraan berangsur- angsur berganti menjadi sikap individualis, egois, dan matarialis.

Masyarakat di Lingkungan Karang Anyar Kelurahan Pagesangan Timur Kota Mataram secara perlahan tapi pasti ikut mengalami kemunduran dalam kebersamaan dan persaudaraan. Sifat dan karakteristik yang menjadi simbol dan kebanggaan masyarakat pedesaan berangsur memudar. Di saat masyarakat sudah berkurang kesadarannya untuk saling membantu, maka praktek jual beli tanah tahunan merupakan salah satu cara yang diterapkan oleh masyarakat untuk tetap menjaga kekerabatan dan persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat. Praktek ini dilandasi oleh sikap saling percaya dan kasih sayang terhadap sesama, walaupun dalam bentuk jual tahunan.

Praktek jual beli tanah tahunan yang dijalankan masyarakat Karang Anyar yang lebih ke arah ijarah atau sewa menyewa juga membantu seseorang mewujudkan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ketika membutuhkan uang dari menjual tahunan tanahnya, sedangkan pembeli mendapat keuntungan dari penjual tanah tahunan untuk ditanami.

Hikmah disyari‟atkannya ijarah (sewa-menyewa) cukup besar, karena didalamnya mengandung manfaat bagi manusia, perbuatan yang bisa dikerjakan oleh satu orang belum tentu bisa dikerjakan oleh dua atau tiga orang. Apabila sewa itu berupa barang, disyari‟atkan agar barang itu disebutkan dalam akad sewa. Syarat-syarat yang lain disebutkan dalam kitab fiqih. Syarat disebutkannya barang dalam akad sewa, dimaksudkan untuk menolak terjadinya perselisihan dan pertentangan, seperti halnya tidak boleh menyewa barang dengan

37

manfaat yang tidak jelas yang dinilai secara kira- kira, sebab dikhawatirkan barang tersebut tidak mempunyai faedah (manfaat).

Dari semua penjelasan di atas, di samping muamalah jual beli maka muamalah sewa menyewa ini mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari sejak zaman dulu hingga kini. Tidak dapat dibayangkan betapa kesulitan akan timbul dalam kehidupan sehari-hari, seandainya sewa- menyewa ini tidak dibenarkan oleh Islam. Karena itu, sewa-menyewa dibolehkan dengan keterangan syara‟ yang jelas, dan merupakan bentuk dari pada keluwesan dan keluasan hukum Islam.

Setiap orang berhak untuk melakukan sewa-menyewa berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diatur dalam syari'at Islam.

Lebih singkatnya, praktek jual tahunan yang dijalankan masyarakat Karang Anyar Pagesangan Timur akan dapat melestarikan nilai-nilai kebersamaan, saling menolong dan membantu program pemerintah, yaitu setiap warga negara berhak mendapat penghidupan yang layak bagi kemanusiaan yang salah satunya adalah mendapat penghidupan yang layak.

Bentuk kesepakatan di awal ketika melakukan proses perjanjian sewa menyewa antara pemilik lahan pertanian dan penyewa yang jelas dengan hak dan kewajiban masing-masing telah menjadikan proses sewa menyewa di Lingkungan Karang Anyar Pagesangan Timur sesuai dengan aturan yang berlaku baik dari segi agama yaitu melengkapi syarat dan rukunnya dan aturan masyarakat sekitar. Hal ini berdasarkan pendapat jumhur ulama klasik seperti al-Syafi‟i, membolehkan menyewakan tanah untuk pertanian asalkan dengan pembayaran yang jelas, misalnya dengan uang, emas atau perak diperbolehkan. Yang dilarang ialah yang tidak berketentuan.68

Para ulama‟ berpendapat bahwasannya ijarah itu disyari‟atkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan, oleh karena itu manusia antara yang satu dengan yang lainnya selalu terikat dan saling membutuhkan, dan ijarah (sewa-menyewa) adalah salah satu aplikasi keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

68 Ibn Rusyd, Bidayatal-Mujtahid, terj. M.A. Abdurrahman dan A.Haris Abdullah, (Semarang: Asy-Syifa‟, 1991, ). hlm. 201-202.

38

Kalau dilihat dari awal terjadinya akad yang dilakukan oleh pemilik tanah dan penyewa, ada bentuk sebuah kesepakatan yang arahnya adalah kerelaan antara kedua belah pihak dalam melakukan transaksi jual beli,yaitu pemilik lahan pertanian menentukan harga sewa lahan pertanian dan penyewa menerimanya harga tersebut, atau sebaliknya.

Islam mengajarkan unsur-unsur sewa menyewa adalah sebagai berikut:

1. Orang yang berakad 2. Sewa atau Imbalan 3. Manfaat

4. Sighad (ijab dan qabul)69

Pada kasus jual beli tanah tahunan di Lingkungan Karang Anyar, unsur-unsur yang ada dalam sewa menyewa sudah sesuai dengan ketentuan hukum Islam, karena keempat unsur tersebut sudah ditepati. Akad diperlukan dalam proses sewa menyewa untuk menguatkan sewa menyewa, antara pemilik tanah dan penyewa agar tidak ada kesalahpahaman antara keduanya dan agar akad sewa menyewa bisa berjalan lancar dan mempermudah pemilik tanah.

Barang sebelum diberikan kepada penyewa harus ada akadnya terlebih dahulu. Supaya penyewa tidak merasa dirugikan atau tertipu dan barang yang akan disewa harus dijelaskan terlebih dahulu kepada penyewa mulai dari kebaikan atau keburukan barang itu.70

Lebih jauh disebutkan dalam akad harus ada syarat, ada kesepakatan ijab dan qabul pada barang dan kerelaan berupa barang dan harga sewa lahan pertanian, dan ini dilakukan oleh kedua belah pihak pemilik tanah dan penyewa di awal, selain itu jenis tanah yang disewakan merupakan barang bermanfaat terutama bagi penyewa dan tidak ada unsur najis dan mudharat sebagaimana yang disyaratkan dalam hukum Islam.

Kesesuaian ini dikarenakan proses sewa menyewa yang dilakukan dalam sewa menyewa dilakukan secara transparan (ada

69 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. I, 2003,) hlm.. 231.

70 Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974, ).hlm. 21.

39

pemilik tanah dan penyewa, dan keduanya melakukan akad) barang atau harta yang disewakan berupa lahan pertanian untuk ditanami.

Sewa menyewa menurut hukum Islam diperbolehkan asalkan akadnya adalah akad sewa, dan adanya persetujuan dari kedua belah pihak. Sebab, semua urusan seperti sewa menyewa, beri-memberi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah keduniaan pada asalnya halal, kecuali ada dalil yang mengharamkanya. Dalam perjanjian sewa menyewa tidak ada satu dalil pun yang mengharamkanya. Ketiadaan dalil yang mengharamkanya sudah cukup dijadikan sebagai dasar bahwa sewa menyewa dengan uang kembali itu halal.

Proses akad yang dilakukan secara tidak tertulis pada sewa menyewa lahan pertanian di masyarakat Lingkungan Karang Anyar Pagesangan Timur seharusnya mulai ditinggalkan untuk mengurangi dampak negatif dari bentuk kecurangan atau ketidak sesuain dengan akad awal. Dalam hukum Islam ada beberapa asas yang sangat penting yang terdapat di dalam akad jual beli, yaitu:

1. Asas Al-Ridha'iyyah (Konsensualisme)

Asas ini menekankan adanya kesempatan yang sama bagi para pihak untuk menyatakan keinginannya dalam mengadakan transaksi. Dalam hukum Islam, suatu akad baru lahir setelah dilaksanakan ijab dan kabul. Ijab adalah pernyataan kehendak penawaran, sedangkan kabul adalah pernyataan kehendak penerimaan. Dalam hal ini diperlukan kejelasan pernyataan kehendak dan harus adanya kesesuaian antara penawaran dan penerimaan.

Selain itu harus ada komunikasi antara para pihak yang bertransaksi, dan segala transaksi yang dilakukan harus atas dasar suka sama suka atau kerelaan antara masing-masing pihak, tidak boleh ada tekanan, paksaan, penipuan dan kesalahan dalam akad.71

Mengenai kerelaan ini, harus terwujud dengan adanya kebebasan berkehendak dari masing-masing pihak yang bersangkutan dalam transaksi tersebut. Pada asas al-

71 Gemala Dewi dan Widyaningsih, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Grop, 2005), hlm. 36.

40

ridha'iyyah ini, kebebasan berkehendak dari para pihak harus selalu diperhatikan. Pelanggaran terhadap kebebasan kehendak itu berakibat tidak dapat dibenarkannya akad tersebut. Misalnya, seseorang dipaksa menyewakan rumah kediamannya, padahal ia masih ingin menempatinya dan tidak ada hal yang mengharuskan ia menjual dengan kekuatan hukum. Sewa menyewa yang terjadi dengan cara paksaan tersebut dipandang tidak sah.72

2. Asas Al-Musawah (Persamaan Hukum)

Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tidak membeda-bedakan walaupun ada perbedaan kulit. bangsa, kekayaan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain. Asas ini berpangkal dari kesetaraan kedudukan para pihak yang bertransaksi. Apabila ada kondisi yang menimbulkan ketidakseimbangan atau ketidaksetaraan, maka UU dapat mengatur batasan hak dan kewajiban dan meluruskan kedudukan para pihak melalui pengaturan klausula dalam akad. Dalam hukum Islam, apabila salah satu pihak memiliki kelemahan (Safih) maka boleh diwakilkan oleh pengampunya atau orang yang ahli atau memiliki kemampuan dalam pemahaman permasalahan, seperti notaris atau akuntan.

3. Asas Al-Adalah (Keadilan)

Perkataan adil adalah termasuk kata yang paling banyak disebut dalam Al-Qur'an, Adil adalah salah satu sifat Allah Swt dan Al-Qur'an menekankan agar manusia menjadikannya sebagai ideal moral. Pada pelaksanaannya, asas ini menuntut para pihak yang berakad untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan,

72 Gemala Dewi dan Widyaningsih, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,(

Jakarta: Prenada Media Grop, 2005), hlm. 36.

41

memenuhi perjanjian yang telah mereka buat, dan memenuhi semua kewajibannya.73

Asas keadilan ini juga berarti bahwa segala bentuk transaksi yang mengundang unsur penindasan tidak dibenarkan. Misalnya, dalam utang piutang dengan tanggungan barang. Untuk jumlah utang yang jauh lebih kecil dari pada harga barang tanggungannya diadakan ketentuan jika dalam jangka waktu tertentu utang tidak dibayar, barang tanggungan menjadi lebur, menjadi milik yang berpiutang. Contoh lain, sewamenyewa barang jauh di bawah harga pantas karena pemilik tanah amat memerlukan uang untuk menutup kebutuhan hidup yang primer.

Demikian pula sebaliknya, menjual barang di atas harga yang semestinya karena penyewanya amat memerlukan barang itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang primer. Ke semua transaksi ini bertentangan dengan asas keadilan (al-adalah).

4. Asas Ash-Shidq (Kejujuran dan Kebenaran)

Kejujuran adalah satu nilai etika mendasar dalam Islam. Islam adalah nama lain dari kebenaran. Allah berbicara benar dan memerintahkan semua muslim untuk jujur dalam segala urusan dan perkataan. Islam dengan tegas melarang kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Nilai kebenaran ini memberikan pengaruh pada pihak- pihak yang melakukan perjanjian (akad) untuk tidak berdusta, menipu dan melakukan pemalsuan. Pada saat asas ini tidak dijalankan, maka akan merusak legalitas akad yang dibuat. Di mana pihak yang merasa dirugikan karena pada saat perjanjian (akad) dilakukan pihak lainnya tidak mendasarkan pada asas ini, dalam menghentikan proses perjanjian tersebut.

73 Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syari'ah, dalam Miriam Darus Badruzaman,Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2001), hlm.

250.

42 5. Asas Manfaat

Asas ini memperingatkan bahwa sesuatu bentuk transaksi dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari madharat dalam hidup masyarakat. Dalam suatu akad, objek dari apa yang diakadkan pada tiap akad yang diadakan haruslah mengandung manfaat bagi kedua pihak. Dalam pengertian manfaat di sini jelas dikaitkan dengan ketentuan mengenai benda-benda yang nilainya dipandang dari pandangan hukum Islam. Islam mengharamkan akad yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat mudharat seperti sewa menyewa benda-benda yang tidak bermanfaat apalagi yang membahayakan. Barang- barang yang jelas-jelas dilarang (diharamkan) dalam hukum Islam tidaklah dipandang bermanfaat sama sekali. Mengenai penggunaan barang najis sebagai objek akad, tergantung penggunaannya, misalnya menjual kotoran binatang untuk pupuk dibolehkan. Dari asas ini juga dapat disimpulkan bahwa segala bentuk muamalah yang merusak kehidupan masyarakat tidak dibenarkan. Misalnya, berdagang narkotika dan ganja, perjudian, dan prostitusi.

6. Asas al-Ta'awun (Saling Menguntungkan)

Setiap akad yang dilakukan haruslah bersifat saling meng untungkan semua pihak yang berakad. Dalam kaitan dengan hal ini suatu akad juga harus memperhatikan kebersamaan dan rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi mencintai, saling membantu dan merasa mementingkan kebersamaan untuk mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat yang beriman, takwa dan harmonis.

7. Asas Al-Kitabah (Tertulis)

Prinsip lain yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan akad yaitu agar akad yang dilakukan benar-

Dokumen terkait