• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala atau Hambatan yang dihadapi dalamMenerapkan

Dalam dokumen penerapan pola pengajaran quantum dalam (Halaman 64-69)

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

C. Kendala atau Hambatan yang dihadapi dalamMenerapkan

yang dihadapi oleh sekolah adalah menyangkut sarana dan prasarana, sedangkan melalui teknis pengajaran quantum, bagi guru sekolah dasar negeri khususnya guru biologi sudah tidak diragukan lagi karena telah banyak mengikuti penataran dan pendidikan.52

Kendala atau hambatan yang dihadapi dalam penerapan pengajaran quantum pada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1 Gunungsari terutama mengenai sarana dan prasarana yang masih kurang mendukung, antara lain :

1. Ruangan laboratorium yang dimiliki SDN 1 Gunungsari yang kurang mendukung serta peralatan laboratorium masih kurang.

2. Kapasitas siswa perkelas cukup besar antara 30-35 siswa, sehingga menyulitkan guru untuk mengontrol dan mengetahui karakter serta kemampuan siswa secara menyeluruh.

3. Dana operasional untuk melaksanakan praktikum di luar kelas masih sangat minim.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh guru IPA di SDN 1 Gunungsari untuk mengatasi permasalahan tersebut, antara lain :

1. Guru dan kepala sekolah mengajukan proposal pembangunan ruang belajar ke instansi terkait, Kanwil Depag Provinsi NTB.

2. Untuk kekurangan alat laboratorium, guru dan komite sekolah melakukan penambahan biaya dalam menambah penggunaan alat laboratorium.

3. Sedangkan untuk kekurangan dana operasional praktek di luar kelas, maka komite sekolah melakukan penambahan biaya pendidikan.

52 H. Abdul Maas, Wawancara tanggal 20 Februari 2011

A. Penerapan Pengajaran Quantum Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V di SDN 1 Gunungsari

Mengingat arti pentingnya pendidikan bagi kehidupan maka pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga memperoleh hasil yang memuaskan.

Untuk itu beberapa komponen pendidikan harus bekerjasama dengan baik, karena sangat menentukan keberhasilan siswa di antara komponen-komponen tersebut yaitu kepala sekolah, guru dan lingkungan sekolah lainnya.

Di samping komponen-komponen tersebut, unsur yang sangat menentukan dalam keberhasilan siswa, yaitu adanya hubungan yang sehat di sekolah misalnya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Kesiapan guru di dalam mengajar dengan penguasaan materi yang mantap dan penggunaan metode yang tepat, serta kontrol guru yang aktif terhadap kemampuan siswa secara individu. Peran serta orang tua juga dapat memberikan andil yang sangat besar dalam membentuk moralitas dan kemampuan intelektual anak serta kemampuan kepala sekolah untuk mengatur semua komponen yang terlibat di dalam proses pendidikan sehingga dapat berjalan dengan lancar. Dan proses interaksi dapat berjalan dengan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru, karena sistem pengajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.

Untuk mewujudkan sekolah yang maju SDN 1 Gunungsari berusaha membuktikan bahwa lembaga pendidikan ini benar-benar dapat memberi nilai tambah bagi perkembangan siswa dan segala latar belakang kehidupan dengan menciptakan kondisi yang efektif dan kondusif. Sehingga siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal

Untuk itu, metode pengajaran quantum sangat efektif digunakan karena bahan yang diajarkan mengharuskan guru untuk memperagakan atau mempraktekkan selain menjelaskan atau teori semata.

Dari uraian di atas, maka berikut ini penulis akan memaparkan secara sistematis pembahasan tentang penerapan pola pengajaran quantum dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SDN 1 Gunungsari.

Adapun bentuk penerapan pengajaran quantum (quantum teaching) pada mata pelajaran IPA di SDN 1 Gunungsari dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu : 1) kegiatan pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup. Ketiga kegiatan tersebut diterapkan di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dalam kegiatan pendahuluan ini yang dilakukan guru adalah bertujuan untuk menilai kemampuan siswa secara tidak langsung, karena kegiatan ini menentukan langkah selanjutnya bagi guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam memilih strategi dan metode mengajar yang tepat serta merancang suasana belajar misalnya dengan membuat kelompok-kelompok belajar, mengatur posisi meja dan kursi.

Untuk kegiatan inti ada 2 (dua) tempat yang biasanya digunakan oleh guru mata pelajaran IPA, yaitu : 1) di dalam kelas (ruang kelas/laboratorium) dan 2) di luar kelas (halaman sekolah).

Kegiatan yang dilakukan di dalam kelas adalah menjelaskan materi-materi baru, misalnya menjelaskan pengertian dari pesawat sederhana dan mengetahui berbagai jenis pesawat sederhana serta cara penggunaannya. Sedangkan kegiatan dalam laboratorium biasanya praktikum yang bersifat sederhana, yang obyeknya dapat dibuktikan dan dapat

Di samping itu, metode-metode yang diterapkan oleh guru IPA tidak monoton di dalam menyampaikan materi, akan tetapi beberapa kombinasi metode digunakan sehingga menambah pemahaman siswa secara sempurna.

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah karya tulis yaitu “proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode atau mengkombinasikan metode mengajar secara bergantian atau saling membantu satu sama lain”.53

Di mana dapat diketahui, bahwa di dalam kegiatan belajar mengajar guru dituntut untuk dapat menggunakan metode pengajaran secara bervariatif, mengingat tidak ada satu metode yang paling baik juga tidak ada yang paling jelek, baik atau tidak metode pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mencocokkan antara metode yang digunakan dengan materi pengajaran pelajaran IPA di SDN 1 Gunungsari adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode eksperimen (praktik) dan demonstrasi.

Kegiatan di luar kelas dilakukan apabila materi sangat sulit ditampilkan atau dihadirkan di dalam ruang kelas, misalnya melihat jenis-jenis pesawat sederhana dan cara penggunaannya yang ditemukan di luar sekolah.

Penerapan pengajaran quantum (quantum teaching) dalam pembelajaran IPA ini media yang digunakan berupa carta (gambar) yang dapat membantu pemahaman siswa secara menyeluruh sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari, seperti halnya yang dikemukakan dalam sebuah karya tulis mengatakan bahwa “belajar siswa terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu visual (yang dapat dilihat), auditoral (yang dapat didengar), dan kinergetik (hanya dapat bergerak).54

53 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 76

54 Deporter, dkk., Quantum Teaching……, h. 84

selain menjelaskan maupun teori semata.

Dalam kegiatan penutup ini guru bersama siswa menyimpulkan hasil belajar yang diperoleh, kemudian guru pelajaran IPA mengadakan evaluasi serta memberikan penugasan kepada siswa, baik penugasan secara individu maupun kelompok yang berupa penugasan praktik di rumah atau penugasan-penugasan lainnya.

Untuk mewujudkan ketiga kegiatan tersebut dalam penerapannya, guru mata pelajaran IPA di SDN 1 Gunungsari menggunakan pendekatan friendship (kemitraan) antara guru dan murid sehingga mereka dalam belajar, berkomunikasi tidak merasa malu, canggung atau takut, karena pada hakekatnya guru merupakan pembimbing dan pembina bagi siswa itu sendiri. Hubungan kemitraan ini tidak hanya di jalan antara guru dengan murid semata, tetapi segenap komponen pendidikan terlibat di dalamnya, misalnya wali murid, orang tua murid, guru mata pelajaran dan lain-lain.

B. Kendala atau Hambatan yang Dihadapi dalam Menerapkan Pengajaran Quantum Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V di SDN 1 Gunungsari

Untuk teknis penerapan pengajaran quantum bagi guru IPA khususnya tidak terdapat kendala yang dihadapi, hanya kendala-kendala yang dihadapi terkait dengan sarana dan prasarana yang mendukung penerapan pengajaran quantum antara lain :

1. Ruangan laboratorium yang dimiliki SDN 1 Gunungsari yang kurang mendukung dan peralatan laboratorium masih kurang.

2. Kapasitas siswa perkelas cukup besar antara 30-35 siswa, sehingga menyulitkan guru untuk mengontrol dan mengetahui karakter serta kemampuan anak secara menyeluruh.

3. Dana operasional praktikum di luar kelas masih sangat minim.

1. Besarnya kelas, yaitu banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar artinya satu orang guru melayani atau mengajar 40 siswa dalam satu kelas, maka makin rendah kualitas pengajaran, demikian pula sebaliknya, karena tidak mungkin guru dapat mengembangkan kegiatan belajar yang efektif dalam situasi kelas yang memiliki jumlah siswa banyak.

2. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia, di mana kelas diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa, artinya kelas harus menyediakan berbagai sumber belajar, buku pelajaran, alat peraga dan lain-lain tetapi tidak hanya guru yang menjadi sumber belajar di kelas, situasi ini kurang menunjang kualitas pengajaran yang dicapai tidak optimal.55

Cara mengatasi kendala atau permasalahan yang dihadapi terkait dengan kuranngya sarana dan prasarana pendukung yaitu untuk kekurangan kelas, dan kekurangan alat laboratorium. Untuk itu kepala sekolah dan guru mata pelajaran IPA telah mengajukan proposal untuk pembangunan ruang kelas belajar ke instansi terdekat yaitu Kanwil Depag Provinsi NTB dan solusi untuk kekurangan alat laboratorium guru IPA dan komite sekolah melakukan penambahan biaya dalam menambah penggunaan alat laboratorium. Sedangkan untuk kekurangan dana operasional, komite sekolah bekerjasama dengan orang tua siswa untuk menambah biaya pendidikan.

55 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses……, h. 42

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka berikut penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Penerapan pengajaran quantum pada mata pelajaran IPA kelas V di SDN 1 Gunungsari diterapkan di dalam kelas maupun di luar kelas dengan 3 (tiga) tahapan, yaitu : a) kegiatan pendahuluan, b) kegiatan inti, dan c) kegiatan penutup.

Adapun kegiatan lain yang menunjang pembelajaran quantum pada mata pelajaran IPA di SDN 1 Gunungsari, yaitu guru mengadakan evaluasi, teknik evaluasi yang dipergunakan bervariasi sesuai dengan materi yang dipelajari. Evaluasi dalam pengajaran quantum ini mengarah pada 3 (tiga) aspek, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Dalam penerapan pengajaran quantum, guru mata pelajaran IPA di SDN 1 Gunungsari tidak menemui kendala yang dihadapi, hanya saja faktof pendukung yang masih belum optimal antara lain :

a. Masih kurangnya peralatan laboratorium, cara mengatasi hal ini guru mata pelajaran IPA dan komite sekolah melakukan penambahan biaya dalam menambah penggunaan alat laboratorium.

b. Kapasitas siswa perkelas cukup besar antara 30-35 siswa, cara mengatasinya dengan mengajukan proposal oleh kepala sekolah untuk membangun ruang kelas ke instansi terdekat yaitu Kanwil Depag Provinsi NTB.

c. Dana operasional praktikum di luar kelas masih sangat minim, cara mengatasinya dengan menambah biaya pendidikan dengan diketahui oleh orang tua siswa.

1. Disarankan kepada (guru-guru dan komite sekolah) di SDN 1 Gunungsari untuk menerapkan pengajaran quantum dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat menunjang proses belajar siswa yang berkualitas dalam mewujudkan sekolah yang berkualitas sehingga sumber daya manusia dapat meningkat.

2. Kepada siswa siswi SDN 1 Gunungsari disarankan untuk lebih aktif lagi dalam meningkatkan kemampuan dan mengembangkan diri dalam mempraktekkan dan mengamati apa yang telah disampaikan oleh guru mata pelajaran IPA sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan optimal.

3. Kepada pengawas pendidikan (Depag dan Depdiknas Kabupaten Lombok Barat) untuk selalu membina dan mengontrol jalannya pendidikan terkait dengan penerapan pengajaran quantum serta membantu pengadaan sarana dan prasarana terkait dengan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan menunjang pembelajaran yang efektif.

Dalam dokumen penerapan pola pengajaran quantum dalam (Halaman 64-69)

Dokumen terkait