• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS

B. Sikap Keberagamaan

Sikap adalah fenomena kejiwaan yang biasa menghasilkan suatu tindakan.

Untuk mengamati sikap seseorang dapat dilihat dari bentuk perilakunya, akan tetapi dari berbagai hasil penelitian menyatakan bahwa sikap tidak selalu tercermin melalui perilaku. Soekodjo N dalam Jalaluddin berpendapat bahwa sikap adalah respon atau reaksi seseorang terhadap objek atau stimulus tertentu yang masih bersifat tertutup.16 Sikap masih bersifat tertutup karena hal ini masih berproses dari dalam diri seseorang, belum terlihat secara langsung melalui perilakunya sehingga disebut tertutup

Sikap merupakan suatu kesiapan untuk timbulnya suatu respon terhadap objek sehingga terealisasikan ke dalam bentuk tindakan atau perilaku.17 Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial

15Lutfhfiana Mifta, “TikTok Rilis Fitur Stitch untuk Mengutip Video, Begini Caranya”, Teknologi.id. https://teknologi.id/amp/aplikasi/tiktok-rilis-fitur-stitch-untuk-mengutip-video- begini-caranya (diakses 1 April 2021).

16Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 118.

17Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 15.

untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.

S. Nasution dalam Ramayulis mengatakan bahwa “Sikap adalah seperangkat kepercayaan yang menentukan prefensi atau kecenderungan tertentu terhadap suatu objek atau situasi”.18 Dapat dikatakan bahwa sikap sebagai bentuk reaksi dari rangsangan suatu objek.19 Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternative, yaitu senang atau tidak senang, menurut dan melaksanakannya atau menjauhi menghindari sesuatu.

Merujuk pada beberapa teori yang terdapat di atas, maka jelas bahwa sikap adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang membentuk kesediaan sebagai reaksi perasaan atau respon terhadap objek atau situasi tertentu dengan melahirkan tindakan, perbuatan atau tingkah laku yang baik atau buruk. Sikap disadari corak keyakinan yang hakikatnya penentu atau pengarah dari sebuah tingkah laku.

2. Sikap Keberagamaan

Sikap keberagamaan adalah sikap yang terikat dengan hal-hal mengenai ajaran agama yang diyakini oleh seseorang. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa sikap keberagamaan bukan merupakan bawaan, melainkan perolehan atau bentukan setelah lahir.20 Sikap keberagamaan terbentuk melalui pengalaman langsung melalui interaksi dengan berbagai unsur lingkungan sosial, misalnya hasil kebudayaan, orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat dan sebagainya.

Sikap keberagamaan terbentuk karena adanya integrasi secara kompleks antara keyakinan yang kuat terhadap ajaran agama (komponen kognitif), perasaan senang terhadap agama (komponen efektif) dan perilaku sesuai dengan ajaran

18Ramayulis, Psikologi Agama (Cet. 10; Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 110.

19Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Cet. XXV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 141.

20Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 58.

24

agama (komponen konatif).21 Bagaimana bentuk sikap keberagamaan seseorang dapat dilihat dari seberapa jauh keterkaitan komponen yang kognisi, afeksi dan konasi seseorang dengan masalah-masalah yang menyangkut agama.22 Hal ini adanya integrasi dan korelasi yang baik antara ketiga komponen tersebut.

Berdasarkan teori di atas, maka sikap keberagamaan adalah keadaan dalam diri seseorang yang bersifat tertutup dimana adanya keteraturan dalam hal pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi), dan menghasilkan predisposisi tindakan (konasi) yang sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. Dengan demikian, sikap keberagamaan yang dicerminkan seseorang merupakan gabungan dari ketiga aspek kejiwaan itu dan ditampilkan ke dalam bentuk tindakan, tingkah laku atau perbuatan sebagai hasil dari agama yang dianutnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan

Sikap keberagamaan seseorang sangat dipengaruhi melalui beberapa faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal yang terdapat dalam kehidupan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal berupa kemampuan menyeleksi dan menganalisis pengarah yang datang dari dalam termasuk minat dan perhatian.23 Berikut beberapa faktor internal yang mempengaruhi sikap keberagamaan:

21Sutarto, “Pengembangan Sikap Keberagaman Peserta Didik”, Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam 2, no. 1 (2018): h. 26.

22 Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip- prinsip Psikologi (Cet. XVIII; Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2016), h. 226.

23Jalaluddin Romayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h.

131.

1) Fitrah Manusia

Pada dasarnya manusia lahir dalam keadaan fitrah (suci), hanya saja faktor lingkungan (orang tua) yang mempengaruhi perkembangan fitrah beragama anak.24 Sebagaimana yang terdapat di dalam hadits shahih bukhari muslim, Rasulullah

bersabda:

هُي ُها و ب أ ف ِة رْطِفْلا ى ل ع ُد لوُي ٍدوُل ْو م لُك ِج مُي ْو أ ِهِنا ر ِص نُي ْو أ ِهِنا د ِو

ِهِنا س

Terjemahnya:

Tiap-tiap anak dilahirkan di atas Fitrah, maka ibu bapaknya-lah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani dan majusi.

(H.R Bukhari no. 1319 dan Muslim no. 2658).25

Berdasarkan hadits di atas, bahwasanya setiap anak yang lahir meskipun dia lahir di negara mayoritas maupun minoritas beragama, menurut fitrahnya memiliki potensi untuk beragama pada dalam dirinya yakni keimanan kepada Tuhan yang menguasai kehidupan.

2) Tingkat Usia

Kehidupan beragama mengalami proses perkembangan yang selaras dengan perkembangan aspek-aspek psikologis.26 Sehingga setiap pertambahan usia mengalami perkembangan aspek psikologis. Jadi, dalam perkembangan usia dengan perkembangan jiwa keberagamaan memiliki hubungan yang signifikan.

Meskipun dalam berbagai penelitian, bahwasanya tingkat usia bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberagamaan seseorang.

24Nurotun Mumtahanah, Mochamad Taufik, “Korelasi kemampuan Kognitif pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Sikap Keagamaan Siswa Kelas VII SMP Sunan Giri 1 Lamongan”, Akademika 12, no. 2 (Desember 2018): h. 141.

25Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari (Riyad: Bait Al-Afkar Ad- Dauliyah, 1419), h. 264.

26Subandi, Psikologi Agama & Kesehatan Mental (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 58.

26

3) Kepribadian

Sikap keberagamaan seseorang memiliki hubungan dengan kepribadian yang dimilikinya. Menurut Sigmud Freud kepribadian manusia terdiri atas tiga sistem atau aspek: 1. Das Es ( the id ), yaitu aspek biologis; 2. Das Ich ( the ego ), yaitu aspek psikologis; 3. Das Ueber Ich ( the super ego ), yaitu aspek sosiologis.27 The Id adalah naluri-naluri yang berpotensi sejak bawaan dari lahir manusia berupa insting maupun nafsu untuk berbuat dan memberi daya kepada ego dan super ego dalam menjalankan fungsinya. The ego merealisasikan kebutuhan The Id dengan menyeleksi apakah sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma atau aturan yang berlaku dalam masyarakat maupun nilai-nilai agama. Djamaluddin Ancok yang dikutip dalam Hanna bahwa super ego menuntut kesempurnaan dan idealitas perilaku dengan ketaatan terhadap norma- norma lingkungan sebagai tolak-ukurnya.28 Kepribadian manusia digerakkan oleh komponen rohaniah, naluriah, ego dan super ego. Maka kepribadian manusia didasari keyakinan yang tertanam dalam dirinya, sehingga terpengaruh terhadap adanya sikap keberagamaan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah hal-hal yang datang dari luar diri seseorang yang dapat memberikan pengaruh termasuk pada pembentukan sikap.

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap keberagamaan pada seseorang. Sebagaimana menurut Zakiah Daradjat bahwasanya sikap keberagaman terbentuk melalui pengalaman langsung

27Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Cet. V; Jakarta: CV. Rajawali, 1990), h.

145.

28Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuu Psikologi Islam (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1997), h. 50.

melalui interaksi dengan berbagai unsur lingkungan sosial, misalnya hasil kebudayaan, orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat dan sebagainya.29 Jadi lingkungan merupakan faktor yang kuat dalam pembentukan sikap keberagamaan seseorang, karena di lingkungan tersebut tumbuh kembang seorang anak sekaligus mendapat pelajaran, pemahaman maupun pengalaman.

2) Pengalaman

Perkembangan perilaku keberagamaan pada anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam masyarakat.30 Sehingga dalam pengalaman seseorang terpengaruhlah sikap keberagamaannya melalui suatu peristiwa atau kejadian yang dialaminya dan meresponnya sesuai dengan ajaran yang diyakini. Pengalaman yang dirasakan di dunia nyata pada diri seseorang, pada umumnya memainkan peranan dalam membentuk sikap keberagamaannya.

4. Bentuk-Bentuk Sikap Keberagamaan

Sikap keberagamaan seseorang dapat dilihat melalui bentuk-bentuk sikap keberagamaan sebagai berikut:

a. Sikap terhadap diri sendiri dan kepada Tuhan

Sebelum menyayangi orang lain, seharusnya menyayangi diri sendiri terlebih dahulu, dengan cara menjaga kebersihan badan dan pakaian, serta kebiasaan yang sesuai tuntunan agama yakni pada suri teladan terbaik umat manusia Nabi Muhammad

. Selain itu bentuk sikap keberagamaan yakni menjalankan ibadah kepada Allah, diantaranya:

29Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h. 58.

30Abdul Azis, “Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak”, JPIK 1, no. 1 (Maret 2018): h.

221.

28

1) Salat Fardu

Salat fardu adalah kewajiban pertama bagi setiap umat muslim yang sudah akil baligh. Salat fardu dikerjakan dalam sehari sebanyak lima kali dengan batasan waktu tertentu. Salat fardu yang dikerjakan terdiri dari salat subuh, zuhur, asar, magrib dan isya.

2) Membaca dan menghafalkan al-Qur’an

Al-Qur’an secara bahasa berarti bacaan. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Rasulullah

melalui perantara malaikat Jibril dan menjadi pedoman kehidupan manusia. Dengan membaca al-Qur’an maka kita akan memperoleh pahala dari Allah Swt.

3) Puasa

Puasa adalah menahan diri dari segala hal-hal yang membatalkan puasa dari waktu terbitnya hingga terbenamnya matahari. Puasa yang wajib adalah puasa yang harus dikerjakan oleh umat muslim, diantaranya puasa ramadhan, puasa nadzar dan puasa kafarat.

b. Sikap Sosial

Berikut beberapa sikap sosial antara lain:

a) Sikap terhadap orang tua

Hormat kepada kedua orang tua merupakan suatu kewajiban di dalam al- Qur’an, karena ridha orang tua adalah ridha Allah dan murka orang tua adalah murka Allah. Bahkan di dalam al-Qur’an menjelaskan bahwasanya mengucapkan perkataan “ah” kepada keduanya dilarang, terlebih lagi perbuatan yang menyakiti kedua orang tua. Sikap terhadap orang tua dijelaskan sebagaimana dalam Q.S Al- Isra’/17 : 23:

أ ر بِكۡلٱ ك دنِع هن غُلۡب ي اهمِإ ۚاًنَٰ س ۡحِإ ِنۡي دِل َٰ وۡلٱِب و ُهاهيِإ ٓ هلَِّإ ْا ٓوُدُبۡع ت هلَّ أ ك ب ر َٰى ض ق و۞

ٓا مُهُد ح

ُق ت لا ف ا مُه لاِك ۡو أ ا ٗمي ِر ك ٗلَّ ۡو ق ا مُههل لُق و ا مُه ۡر هۡن ت لَّ و فُأ ٓا مُههل ل

Terjemahnya:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik- baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.31 b) Sikap terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya selalu berinteraksi dengan sesama manusia lain. Terhadap sesama manusia tentunya memiliki nilai-nilai agama yang mengatur sikap dan perilakunya seperti tolong-menolong, saling meghargai, menasehati dan yang lainnya sebagaimana agama Islam menganjurkan.

5. Dimensi Keberagamaan

Menurut Glock dan Stark dalam Djamaluddin Ancok, terdapat lima dimensi keberagamaan.32 Berikut kelima dimensi tersebut antara lain:

a. Dimensi keyakinan (Ideologis)

Dimensi keyakinan ini berisi pengharapan dimana seseorang berpegang teguh pada pandangan teologis dan mengakui kebenaran agamanya. Dimensi keyakinan dalam agama Islam dapat disejajarkan dengan akidah yang merujuk pada seberapa besar keyakinan seorang Muslim terhadap ajaran agamanya.

31Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya (Surabaya: Halim, 2014), h. 284.

32Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi (Yogyakarya: Pustaka Pelajar, 2011), h. 77.

30

b. Dimensi praktik agama (Ritualistik)

Dimensi ini meliputi perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan seseorang dalam menunjukkan komitmennya terhadap agama yang diyakininya. Dalam Islam dimensi ini terkait pelaksanaan amal ibadah seperti salat, puasa, membaca al-Qur’an dan sebagainya.

c. Dimensi Pengalaman (Penghayatan)

Dimensi pengalaman berkaitan dengan penghayatan terhadap keyakinan, pengalaman dan peribadatan atau sensasi yang diperoleh dalam menganut dan mengamalkan ajaran agamanya. Dalam Islam dimensi pengalaman terwujud seperti perasaan dekat dengan Allah, khusyuk, tenteram dan sebagainya.

d. Dimensi Pengetahuan Agama (Intelektual)

Dimensi ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahaman seorang muslim mengenai dasar dari agama yang dipeluknya. Dalam agama Islam, Dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi al-Qur’an, pokok ajaran Islam yang harus diimani dan dilaksanakan dan sebagainya.

e. Dimensi pengamalan atau konsekuensi (Pengamalan Keagamaan)

Dimensi pengamalan atau akhlak ini mengacu pada efek dari ajaran agama pada perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam agama Islam, dimensi ini meliputi perilaku jujur, suka menolong, amanah dan sebagainya.

Dokumen terkait