• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3.6.2. Sistem Pengelolaan Limbah B3

dilakukan pengemasan terhadap Limbah B3 (PerMenLHK No.6/2021).

Dalam penyimpanan Limbah B3 wajib memenuhi ketentuan untuk persyaratan dan tata cara penyimpanan Limbah B3 dan pemantauan dan pelaporan (PerMenLHK No.6/2021).

1) Tempat Penyimpanan Limbah B3

Dalam penyimpanan Limbah B3 wajib memenuhi dalam segi Lokasi penyimpanan Limbah B3 dimana perlu untuk bebas banjir, tidak rawan bencana alam (Longsoran, Bahaya gunung api, gempa bumi, sesar, Sink Holder, Amblesan, Tsunami); Segi peralatan penanggulangan keadaan darurat dimana ini penunjang sebagai sistem pendeteksi dan peralatan pemadam kebakaran dan/atau alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai. Adapun dari segi fasilitas penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan, silo, tangki dan/atau kontainer, tempat tumpukan limbah (Waste Pile); dan/atau Waste Impoundment.

Fasilitas penyimpanan Limbah B3 perlu dilengkapi dengan fasilitas pertolongan pertama, peralatan penanganan tumpahan, dan bongkar muat (PerMenLHK No.6/2021).

2) Cara Penyimpanan Limbah B3

Penyimpanan Limbah B3 wajib memenuhi ketentuan persyaratan kemasan, meliputi : (PerMenLHK No.6/2021)

1. Menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau plastik yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3;

2. Mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap

berada dalam kemasan;

3. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan penyimpanan, pemindahan, dan/atau pengangkutan; dan

4. Berada dalam kondisi tidak bocor, tidak berkarat, dan tidak rusak

3) Waktu Penyimpanan Limbah B3

Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan Limbah B3 paling lama:

(PerMenLHK No.6/2021)

a. 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih

b. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 1;

c. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum; atau

d. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus.

3. Pengumpulan Limbah B3

Pengumpulan Limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3, dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada

Pemanfaat, Pengolah dan/atau Penimbun limbah B3 (PerMenLHK No.6/2021). Pengumpulan Limbah B3 dilakukan dengan :

a. Segregasi Limbah B3

1. Nama Limbah B3 merujuk pada Lampiran IX Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; dan

2. Karakteristik Limbah B3 meliputi mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif, dan/atau beracun

b. Penyimpanan Limbah B3

Penyimpanan Limbah B3 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Penyimpanan Limbah B3

4. Pengangkutan Limbah B3

Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan oleh Pengangkut Limbah B3 yang memiliki perizinan berusaha di bidang pengangkutan Limbah B3. Pemanfaatan Limbah B3.

Kegiatan pengangkutan Limbah B3 wajib memenuhi ketentuan alat angkut Limbah B3, rekomendasi pengangkutan Limbah B3, dan festronik pengangkutan Limbah B3 (PerMenLHK No.6/2021).

1. Alat Angkut Limbah B3

Alat angkut yang dimaksud meliputi Angkutan jalan, perkeretaapian dan/atau angkutan laut, sungai, danau dan penyebrangan; dengan ketentuan pengangkutan Limbah B3 untuk alat angkut tertutup untuk Limbah B3 Kategori 1 dan alat angkut terbuka atau tertutup

untuk Limbah B3 kategori 2 (PerMenLHK No.6/2021).

2. Rekomendasi pengangkutan Limbah B3

Rekomendasi pengangkutan Limbah B3 sebagai dasar diterbitkannya perizinan berusaha di bidang pengangkutan Limbah B3. Untuk memperoleh rekomendasi pengangkutan Limbah B3, pengangkut Limbah B3 wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada menteri dan dilengkapi dengan:

PerMenLHK No.6/2021)

a. Persyaratan umum, meliputi : (PerMenLHK No.6/2021)

- Identitas pemohon;

- Akta pendirian badan usaha;

- Nomor induk berusaha (NIB);

- Bukti kepemilikan atas dana jaminan pemulihan Lingkungan hidup berupa bank garansi dan/atau polis asuransi dengan nilai pertanggungan paling sedikit Rp 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah);

- Bukti kepemilikan alat angkut;

- Dokumen pengangkutan Limbah B3; dan - Kontrak kerja sama antara Penghasil Limbah

B3 dengan Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3 yang telah memiliki izin

b. Persyaratan khusus, meliputi : (PerMenLHK No.6/2021)

-

Untuk alat angkut berupa angkutan jalan,

berupa:

1. Memiliki sertifikat kompetensi pengemudi pengangkutan Limbah B3 yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;

2. Surat tanda nomor kendaraan; dan 3. Surat bukti kelayakan alat angkut;

- Untuk alat angkut berupa angkutan perkeretaapian, meliputi:

1. Surat bukti kelayakan alat angkut; dan 2. Sertifikasi pelatihan pengelolaan

Limbah B3 untuk masinis pengangkutan Limbah B3, dan

-

Untuk alat angkut berupa angkutan laut, sungai, danau, dan penyeberangan, berupa:

1. Surat izin usaha perusahaan alat angkut laut;

2. Surat bukti kepemilikan alat angkut kapal; dan

3. Surat bukti kelayakan kapal 3. Festronik Pengangkutan Limbah B3

Menurut PerMenLHK No.6/2021 Pengangkutan Limbah B3 wajib disertai dengan festronik atau manifes elektronik dimana festronik adalah dokumen elektronik yang membuat pernyataan serah terima dan informasi mengenai Limbah B3.

Dinyatakan juga di dalamnya Penggunaan Festronik digunakan oleh pengangkut Limbah B3; dan penghasil

LB3,pengumpul Limbah B3, pemanfaan Limbah B3, pengolah Limbah B3, dan/atau penimbun Limbah B3.

Pengangkutan festronik oleh pengangkut Limbah B3 dilakukan dengan mengisi data Limbah B3 yang diangkut, sedangkan penggunaan festronik oleh penghasil Limbah B3, pengumpul Limbah B3, pemanfaan Limbah B3, pengolah Limbah B3, dan/atau penimbun Limbah B3 melakukan konfirmasi terhadap data yang diisi oleh pengangkut Limbah B3 (PerMenLHK No.6/2021).

5. Pengolahan Limbah B3

Berdasarkan PerMenLHK nomor 6 Tahun 2021 Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3. Pengolahan Limbah B3 yang dimaksud itu bisa dilakukan secara termal, stabilisasi dan solidifikasi, dan cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Berupa Bioremediasi, Elektrokoagulasi dan/atau pencucian seperti Tangki Kapal (Tank cleaning) dan Pencucian Kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3.

1. Pengolahan Limbah B3 secara Termal

Pengolahan ini dilakukan melalui insinerasi dan cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi . Limbah B3 yang akan diolah secara termal harus memenuhi ketentuan : (PerMenLHK No.6/2021)

a. tidak memiliki karakteristik mudah meledak;

b. bukan Limbah B3 merkuri; dan

c. Bukan Limbah B3 yang mengandung radioaktif dengan tingkat kontaminasi radioaktif lebih

besar dari atau sama dengan 1 Bq/cm2 (satu Becquerel per sentimeter persegi) dan/atau konsentrasi aktivitas sebesar:

a.

1 Bq/gr (satu Becquerel per gram) untuk tiap radionuklida anggota deret uranium dan thorium; atau

b.

10 Bq/gr (sepuluh Becquerel per gram) untuk kalium.

2. Pengolahan Limbah B3 dengan cara Stabilisasi dan Solidifikasi

Pengolahan Limbah B3 dengan cara stabilisasi dan solidifikasi sebagaimana dilakukan terhadap Limbah B3 dengan ketentuan:

a. Memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif dan beracun;

b. Melakukan analisis organik dan anorganik berdasarkan baku mutu TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; dan/atau

c. Berwujud cair atau lumpur

Dan dalam Pengolahan Limbah B3 dengan cara ini harus memiliki beberapa fasilitas/penunjang yaitu fasilitas pencampuran dan pencetakan yang dilengkapi dengan lantai kedap air, laboratorium atau alat pengujian hasil stabilisasi dan solidifikasi, dan bangunan beratap sehingga terlindung dari hujan.

3. Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dengan Cara Lain

a. Bioremediasi

Berdasarkan PerMenLHK 6/2021 Pengolahan Limbah B3 dengan cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode Landfarming dan Biopile. Adapun pengolahan ini dapat dilakukan terhadap :

-

Limbah B3 memiliki konsentrasi Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) paling tinggi 15% (lima belas persen)

-

Dalam hal Limbah B3 memiliki konsentrasi Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) lebih tinggi dari 15% (lima belas persen), Limbah B3 harus dilakukan pengolahan awal (pre treatment) untuk menurunkan konsentrasi TPH hingga memenuhi ketentuan sebelum dilakukan pengolahan dengan cara Bioremediasi; dan

-

Hasil uji logam berat memenuhi baku mutu lebih kecil dari atau sama dengan TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Elektrokoagulasi

Pengolahan Elektrokoagulasi Limbah B3 dilakukan terhadap Limbah B3 fase cair. Dalam prosedur metode ini pengolahan limbah B3 perlu

memenuhi ketentuan sebagai berikut : (PerMenLHK No.6/2021)

- Penampungan dan pemisahan antara pengotor dan Limbah B3

- proses koagulasi pada reaktor menggunakan aliran listrik searah dengan arus maksimal dan tegangan yang telah disesuaikan

- Volume Limbah B3 yang diumpankan per satuan waktu; dan

- Pemisahan antara residu dengan air limbah hasil olahan

Adapun fasilitas yang harus dimiliki dalam pengolahan Limbah B3 dengan metode ini yaitu tangki pencampuran, bak pengendapan, reaktor, bak clarifier, filter press, tangki buffer, dan bak kontrol (PerMenLHK No.6/2021).

c. Pencucian Tangki Kapal

Pencucian tangki kapal (tank cleaning) sebagaimana dimaksud harus memiliki pompa cairan, blower, kompresor udara, detektor gas;

pakaian tahan api dan perlengkapannya, masker gas, lampu pengaman, sepatu karet, peralatan pemadam kebakaran jinjing, alat pelokalisir minyak, bahan penyerap, cairan pengurai minyak, kapal kerja, dan sarana penampung Limbah (PerMenLHK No.6/2021).

Berdasarkan PerMenLHK No.6/2021 disebutkan dalam pelaksanaan pencucian tangki kapal harus memenuhi ketentuan berikut:

-

Menghilangkan gas-gas berbahaya (gas

freeing),

-

Pembersihan dinding tangki (tank washing),

-

Memindahkan air hasil pencucian (de-sloping)

-

Mengangkat Limbah B3 (de-mucking), dan

-

Mengemas residu hasil pencucian tangki kapal (packing).

d. Pencucian Kemasan Bekas B3 dan/atau Limbah B3

Pencucian kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3 dilakukan terhadap Limbah B3 berupa kemasan bekas B3 dan/atau Limbah B3.

Adapun jika melalui proses ini maka harus memiliki hal berikut : (PerMenLHK No.6/2021)

-

Alat yang mampu membersihkan keseluruhan bagian dalam kemasan

-

Jenis pelarut sesuai jenis dan karakteristik zat pencemar

-

Alat penangkap dan/atau penampung residu hasil pencucian atau pembersihan

-

Lantai kedap air

-

Bangunan beratap sehingga terlindung dari hujan, dan

-

Penutup untuk mengurangi dispersi Limbah B3 yang berbentuk bubuk/powder dan dilengkapi dengan pengisap udara (Exhaust)

6. Penimbunan Limbah B3

Menurut Pedoman PerMenLHK Nomor 6/2021 Setiap orang yang menghasilkan limbah wajib melaksanakan

penimbunan Limbah B3, Adapun fasilitas penimbunan Limbah B3 berupa:

- Penimbunan akhir yang terdiri dari fasilitas penimbunan Kelas I,II dan III.

- Sumur Injeksi (dapat dilakukan di darat atau laut) - Penempatan kembali di area bekas tambang, di

peruntukan bagi Limbah B3 spesifik khusus yang berasal dari peleburan bijih mineral dari kegiatan pertambangan dan/atau pengolahan dan/atau pemurnian bijih mineral dari kegiatan pertambangan.

- Bendungan penampung Limbah Tambang

- Fasilitas penimbunan limbah lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dokumen terkait