kata-kata dan tindakan para partisipan riset, dan akhirnya menuliskan hasil riset dalam bentuk laporan.65
95 A. KESIMPULAN
Pada bagian kesimpulan ini, akan ditulis hasil penelitian yang penulis dapatkan di lapangan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan dalam bab pertama. Dari penjabaran dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Nilai-nilai multikultural yang berkembang di pondok pesantren Nurul Ummah dan sesuai dengan teori Bikhu Parekh meliputi nilai:
1. Nilai menghormati (toleransi) kebudayaan. Nilai ini berkembang di PPNU dan di implementasikan melalui pengalaman, pendidikan moral dan menghormati orang diluar pesantren yang mayoritas berbeda dengan tradisi pesantren. Dengan pengalaman, pendidikan moral dan menghormati masyarakat diluar pesantren ini, para santri dibiasakan untuk memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di pesantren dan diluar pesantren. Perbedaan minat, kepribadian, asal usul daerah, kecerdasan, dan status sosial ekonomi para santri merupakan kenyataan empirik yang tidak dapat dihindari.
2. Nilai kesetaraan dan keadilan dalam perbedaan. Nilai ini berkembang di PPNU dan di implementasikan melalui hak dan kewajiban para santri. Dari segi hak,semua santri berhak memperoleh pendidikan dan pelayanan yang sama dari
pesantren melalui bimbingan para kyai dan para ustad. Para santri juga memiliki hak yang sama untuk berinteraksi dengan sesama santri di lingkungan pesantren.
Selain itu, santri juga boleh mengembangkan bakat, minat dan kreatifitasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku serta para santri berhak memanfaatkan fasilitas yang ada di Pondok Pesantren Nurul Ummah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Nilai persamaan dan keadilan ini ternyata juga dikaitkan dengan hukuman yang berlaku di pesantren. Hukuman merupakan salah satu bagian dari pendidikan di lingkungan pesantren. Hukuman diberlakukan bagi semua santri yang melakukan pelanggaran tanpa pandang bulu. Lebih jauh tentang hukuman yang berlaku kepada semua santri ini digambarkan.
3. Nilai kebebasan berbicara. Nilai ini berkembang di PPNU dan di implementasikan dalam kegiatan musyawarah yang kini lazim disebut dengan metode diskusi, di Pesantren Nurul Ummah dimulai pada tingkat 4 awaliyah sampai kelas 2 ulya. Musyawarah ini dilakukan untuk membahas persoalan- persoalan keagamaan. Nilai multikultural kebebasan berbicara terlihat jelas ketika semua santri diberi kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat masing masing, sehingga keputusan yang diambil dapat mencerminkan aspirasi dari semua santri. Pada sisi yang lain, dengan metode diskusi tersebut akan terungkap kemaslahatan yang lebih luas, ketika setiap santri melihat segi kepentingan masing-masing santri yang saling berbeda.
1. Nilai perdamaian ini disosialisasikan di pesantren melalui kegiatan ritual sehari-hari, seperti salat jamaah, wirid, dzikir, mujahadah, mengucapkan salam antara satu santri dengan santri lainnya dan lain sebagainya.
2. Nilai persaudaraan (Al-ukhuwwah) dan kebersamaan dan merupakan nilai yang dikembangkan di lingkungan pesantren karena 3 (tiga) alasan: para santri merasa sama-sama jauh dari keluarga, para santri meyakini sama-sama orang Islam, dan mereka memiliki kepentingan dan tujuan yang sama.
Media penanaman Nilai Multikultural di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putra yaitu:
1. OP3NU untuk santri karena di dalamnya memberikan pemahaman tentang Multikultural di Pondok Pesantren Nurul Ummah ini salah satunya ditekankan pada acra OP3NU (Orientasi dan Pengenalan Pondok Pesantren Nurul Ummah).
Karena dalam OP3NU ada materi tentang teposeliro, menghargai, kebersamaan dan lainnya.
2. Media kehidupan Asrama sebagai media yang didalamnya mengandung penanaman multikultural yang banyak karena asrama merupakan tempat dimana paling memungkinkan semua santri bisa bersosial tanpa memandang dari mana mereka berasal, sukunya apa, ras apa dan bahasanya apa, terkadang asrama merupakan tempat yang tidak sengaja sebagai pertukaran bahasa/ pencampuran bahasa, misal ketika kumpul bersama dan terjadi komunikasi yang menggunakan
logat yang beda-beda dan lama-kelamaan bisa menjadi percampuran bahasa yang tidak disadari
3. Media Halaqoh dan Musyawarah menjadi media penanaman nilai Multikultural karena Pesantren Nurul Ummah sering mengadakan halaqah yang membahas tidak hanya ilmu Fiqih, Nahwu, akan tetapi kadang juga diadakan semacam halaqoh mengenai wawasan kebangsaan dan Nasionalisme yang tentunya didalamnya mengandung nilai keragaman atau nilai multikultural dan kegiatan tersebut di dukung oleh warga pondok. Selain hal tersebut, dalam halaqah juga mengandung nilai-nilai multikultural dimana para santri harus berperan aktif dalam halaqah tersebut.
4. Penyeragaman sebagai media penanaman nilai multikultural karena dalam media tersebut pesantren ingin mendidik atau mengajari bahwasanya santri itu semua sama yaitu seseorang yang mencari ilmu agama di pesantren, sehingga para santri yang latar belakangnya anak kyai, pejabat, petani atau yang lainnya akan diberlakukan sama dan mendapatkan sesuatu yang sama
5. Bathsul Masail kegiatan tersebut termasuk sebagai media penanaman nilai multikultural karena dalam kegiatan tersebut mengajarkan kepada santri untuk berdialog, bermusyawarah dengan akal sehat untuk membahas suatu masalah yang berpedoman pada sumber hukum Islam baik dari Al-Quran.
6. Media Ta’lim Al-Diniyah menjadi salah satu media untuk penanaman nilai Multikultural karena Pengajaran kitab di Pesantren Nurul Ummah terdiri dari berbagai jenis kitab, seperti kitab yang mengenai fiqih: Matan Taqrib, fathul
Qarib, Fathul Mu’in, manhaji, Ianatut Thalibin, Baijuri, Muhadzab dan kitab Fathul Wahab. Dalam bidang tauhid ada kitab jawahir kalamiyah, ‘Aqidatul Awam, dan kitab Nurut dzolam. Dalam bidang nahwu ada kitab Al Jurumiyah, kitab ‘Imriti, kitab Alfiyah dan kitab Qowaidul Asasiyah. Dalam bidang sejarah ada kitab Dakwah Islamiyah, kitab Nurul Yaqin, kitab Siroh Nabawiyah. Dalam bidang hadis, ada kitab Arba’in Nawawi, kitab Musthalahah Hadis, kitab Nailul Marom,dan kitab Shahih Bukhori. Dalam bidang logika ada kitab Balaghoh dan kitab Mantik. Dalam bidang tafsir ada kitab Tafsir Jalalain, Tafsir Ayatul Ahkam, Tafsir fi Dzilalil Quran, Tafsir Maroghi, dan Tafsir Ibnu Katsir. Semua kitab- kitab tersebut memberikan dampak bagi pemikiran santri seperti menjadi lebih toleran dalam berpendapat, menghormati pendapat lain yang berbeda dsb.
7. Pemilihan Lurah Pondok dijadikan sebagai media untuk penanaman nilai Multikultural karena pondok pesantren ingin mengenalkan bahwasanya pondok pesantren menjunjung tinggi nilai demokrasi.
8. Pondok Pesantren Nurul Ummah tergolong masyarakat multikultural kosmopolitan, karena dalam Pesantren Nurul Ummah berusaha menghapuskan batas-batas kultural dalam artian multikulural yang berusaha untuk ditipiskan batas-batasnya dengan cara kebersamaan dan penyeragaman. Kebersamaan misalnya makan bersama, shalat berjamaah bersama, piket halaman pondok bersama, kerja bakti bersama, lalaran bersama, jam belajar dan jam istirahat bersama. Sedangkan yang termasuk penyeragaman seperti pemakain tempat
laptop yang sama, pemakaian alat-alat pondok bersama, tempat tinggal sama dan sebagainya.