MEDIA KOMUNIKASI ARSITEKTUR]
7. SPIDOL
Spidol tersedia dengan dua macam tinta, yaitu:
a. tinta yang mudah menguap (marker) dan b. tinta yang tidak mudah menguap
Berdasarkan bentuk ujung spidol, dapat dibedakan menjadi 3 jenis:
a. spidol dengan ujung runcing digunakan untuk menggambar sketsa atau mewarnai bidang yang sempit
b. spidol dengan ujung bulat digunakan untuk membuat garis dari agak lebar menjadi lebar dan mengisi bidang gambar yang agak luas
c. spidol dengan ujung miring (sedang-lebar) sangat baik untuk membuat garis dengan berbagai ukuran atau untuk mewarnai bidang yang luas.
d. spidol dengan ujung miring (sedang-lebar) sangat baik untuk membuat garis dengan berbagai ukuran atau untuk mewarnai bidang yang luas.
Kertas yang baik untuk spidol, harus mempunyai ciri-ciri:
a. harus berserat lembut, yaitu tanpa serat atau dengan serat sangat lembut
b. tidak terlalu menyerap, sehingga tinta tidak akan c. menyebar ke seluruh permukaan kertas
d. harus cepat menahan tinta, sehingga warna dapat diperluas sebelum mengering, karena tinta yang digunakan adalah tinta transparan atau terang, teknik dasarnya sama dengan penggunaan cat air. Warna transparan akan membuat goresan spidol atau warna lain yang sudah digunakan sebelumnya terlihat. Warna terang harus dipergunakan terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
MEDIA KOMUNIKASI DENGAN TEKNIK GAMBAR KOMPUTER
Komunikasi tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi dapat divisualisasikan dengan gambar. Komunikasi sebagai satu rangkaian kehidupan sosial manusia yang tidak dapat dipisahkan. Grafis sebagai alat komunikasi bagi para desainer atau arsitek yang telah terpola, sebagai sarana penuangan ide- ide kreatif imajinatif desainer atau arsitek. Pola tersebut sebagai wujud keterikatan pekerjaan antara perancang selaku arsitek dengan pemberi pekerjaan, antara sesama perancang, serta pelaksana pekerjaan.
Komunikasi grafis sebagai wujud perpaduan (mixed) antara kata-kata dan gambar-gambar perspektif terukur, sketsa- sketsa tiga dimensi yang proporsional, dan amat menarik apabila tersaji berwarna (colorfull). Hal tersebut diperuntukkan agar mempermudah masyarakat untuk dapat membayangkan rancangan yang diusulkan, sehingga akan lebih mudah untuk menjelaskannya secara teknis maupun disain dari seorang arsitek kepala kliennya dalam proses komunikasi arsitektur.
Dalam komunikasi visual dalam rancangan arsitektur, diperlukan kecepatan penyajian informasi rancangan dan akurasi informasi rancangan. Dengan adanya tuntutan ini, maka piranti bantu Computer Aided Design (CAD) dapat menjadi salah satu solusinya. Dan seiring dengan perkembangan teknologi, CAD ini pun berkembang menjadi lebih baik dengan beberapa program lainnya, seperti ECOARCHICAD, ARCHICAD dan lainnya yang mendukung proses perancangan maupun perencanaan arsitektur.
Penyajian gambar dengan menggunakan software komputer saat ini sudah dikenal oleh hampir seluruh pemeran penyaji karya arsitektur dari mulai mahasiswa sampai dengan arsitek ataupun perencana. Selain memudahkan, program ini juga mempercepat proses produksi gambar baik gambar pra rencana maupun gambar pelaksanaan.
Software yang digunakan pun juga bermacam-macam, dari mulai program standar seperti Auto CAD sampai dengan Archi CAD dan program tiga dimensi seperti VIS dan 3D MAX.
Kemutakhiran pada program-program komputer tersebut mempunyai kelebihan diantaranya adalah kecepatan dalam
proses pengambaran dan juga hasil akhir visual image yang disajikan dapat lebih indah, karena banyaknya efek-efek yang dapat digunakan di dalam program masing-masing.
Dengan menggunakan program 3D MAX misalnya, orang awam yang melihat gambar yang disajikan akan lebih jelas karena gambar yang biasanya dalam bentuk 2 dimensi dapat dilihat replika 3 dimensinya dalam bentuk animasi misalnya.
Dengan berkembangnya program-program sejenis di atas, banyak pula program yang menawarkan kemudahan bagi para pemula. Seperti contohnya Google dengan program Sketchup nya. Program ini ditawarkan dengan kelebihan kecepatan dalam menggambar visual image 3 dimensi.
Adapun manfaat penggunaan komputer dalam dunia arsitektur adalah:
a. Menghemat waktu
b. Memungkinkan menjelajahi semua akternatif perancangan yang lebih tinggi
c. Efisien, tak terbatas, ekonomis, terkendali d. Mengurangi kesalahan dan kelalaian
e. Meluaskan pemberian jasa
f. Mendorong pendekatan yang lebih teratur pada perolehan data dan metode perancangan
Penerapan-penerapan dalam menggunakan computer dalam dunia arsitektur adalah:
a. Analisis Tapak b. Pemetaan Wilayah c. Sudut-sudut Matahari d. Visualisasi
e. Komposisi Bentuk Bangunan f. Penggambaran Otomatis
g. Analisis Ekonomi dan Penaksiran Biaya Bangunan
h. Manajemen i. Penerapan lain
Contoh Penyajian gambar dengan menggunakan teknik gambar komputer Sketchup Visual Image Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
koleksi Program Studi Arsitektur FT UMJ Digambar oleh: Harimas Negara, M. Ihsan, Adam Fitranto
Contoh Penyajian gambar dengan menggunakan teknik gambar komputer 3D MAX Proyek Summit Pool & Cafe Pangrango Plaza Bogor
Koleksi Ari Widyati Purwantiasning Digambar oleh: Dodi Yunan Nasution
Contoh Penyajian gambar dengan menggunakan teknik gambar komputer program 3D MAX dan V-RAY
Proyek Interior Dapur - Koleksi EXINT Digambar oleh: Rimawaty Rais
Contoh Penyajian gambar dengan menggunakan teknik gambar computer AUTOCAD Koleksi: Program Studi Arsitektur FT UMJ
Digambar oleh: Rachman Hakim (Perancangan Arsitektur 2)
Contoh Penyajian gambar dengan menggunakan teknik gambar komputer 3D MAX dan Kirkethea digunakan untuk alat promosi sebagai spanduk
Proyek Rumah Tinggal Keluarga Dedi Buditrianto koleksi Ari Widyati Purwantiasning
Digambar oleh: Saeful Bahri
Contoh Penyajian gambar dengan menggunakan teknik gambar komputer Auto CAD Proyek Rumah Tinggal Keluarga Ibu Ratna Sri Unon Pratiwi
koleksi Ari Widyati Purwantiasning
Contoh Penyajian gambar dengan menggunakan teknik gambar komputer SketchUp Proyek Rumah Tinggal Keluarga Muzaki
Koleksi: Ari Widyati Purwantiasning
LAYOUT DALAM PENYAJIAN ARSITEKTUR
Gambar yang terwujud baik gambar 2 dimensi (denah, tampak, dan potongan) maupun 3 dimensi (perspektif dan axonometri) dapat menjadi lebih menarik bila disajikan dengan cara yang menarik baik secara hitam putih maupun berwarna.
Membuat sebuah penyajian gambar yang menarik dapat dilakukan dengan cara teknik gambar yang baik, penyusunan
gambar yang artistik (LAYOUT), komposisi baik warna maupun gambar dengan cermat serta ditunjang dengan alas gambar (kertas karton, matboard) yang juga menarik dan bagus.
Dalam penyajian arsitektur, layout menjadi sangat penting, karena berkaitan dengan bagaimana mengkomunikasikan sebuah disain untuk dapat dimengerti oleh orang lain.
Penyajian arsitektur yang berbeda-beda, saat ini berkembang dengan pesat baik perpaduan warnanya, maupun teknik pengaturan layoutnya. Dengan menggunakan suatu program computer, maka layout penyajian arsitektur dapat dibuat dengan lebih menarik.
Apa yang dimaksud dengan LAYOUT?
Layout merupakan salah satu ruang lingkup yang ada di dalam dunia advertising, filmografi, percetakan, jurnalis, dan lain - lain. Seperti yang kita tahu layout dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, layout dapat ditemukan di mana – mana, majalah, billboard, komik, dll. Seperti apakah layout yang baik atau bagus bila dilihat dari segi estetikanya?
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan bahwa layout yang baik dan bagus adalah layout yang komunikatif dan dapat dimengerti semua orang, baik intelektual maupun orang awam.
Kemudian timbul pertanyaan selajutnya, perlukah ada unsur atraktif yang menarik perhatian dalam suatu layout yang baik? Tentu saja, untuk menarik perhatian orang terutama orang awam yang tidak mengerti dunia arsitektur, warna dan layout yang menarik dan komunikatif akan menjadi hal yang penting. Saat pertama kali melihat sebuah penyajian arsitektural, layout yang komunikatif dan mencolok warnanya, akan menarik perhatian orang, mereka akan terdorong untuk melihatnya, dan akan berdecak kagum, walaupun sebenarnya disain arsitekturnya biasa-biasa saja.
Penyajian arsitektural ini dapat juga dikatakan sebagai make- up pada wajah seorang wanita, dengan polesan-polesan tertentu, akan menghasilkan sesuatu yang lebih menarik, dan dapat menutupi kekurangan disain arsitektural tersebut.
Penyajian sebuah layout arsitektural tidak hanya tergantung dari layout gambar-gambar arsitektur yang disajikan, namun juga tergantung dengan komposisi warna maupun bentuk dan
ukuran tulisan yang mendukungnya. Seberapa besar pengaruh komposisi dan peletakan informasi grafis maupun tulisan di dalam suatu layout? Dan yang penting seberapa besar peran layout dalam dunia arsitektur?
Layout di dalam Arsitektur terutama digunakan dalam rancangan suatu gambar kerja atau bangunan. Dalam sebuah gambar kerja misalnya, biasanya ada gambar perspektif keseluruhan bangunan, denah lantai, denah atap, tampak, potongan, dan panel keterangan gambar tersebut. Hampir seperti menjelaskan suatu produk baru ke publik dengan pembagian layout yang sangat sederhana, contohnya pada gambar kerja. Komposisi warna dalam penyajian arsitektur sangat penting untuk mendukung layout penyajian tersebut, selain itu komposisi ukuran dan bentuk huruf juga menentukan bagus tidaknya layout tersebut, jangan sampai ukuran huruf yang terlalu kecil justru malah membuat layout terlihat berantakan dan mengganggu, karena tulisan yang kecil-kecil menjadi deretan kalimat-kalimat panjang yang sulit untuk dibaca. Begitu juga kebalikannya, jangan sampai ukuran dan bentuk tulisan yang terlalu besar malah mengganggu tampilan dari penyajian arsitekturnya.
Layout dalam arsitektur juga digunakan saat kita ingin mempresentasikan suatu rancangan bangunan. Dapat berupa panel yang memiliki orientasi vertikal ataupun horizontal.
Permainan warna background, pemilihan jenis, ukuran, dan warna huruf, peletakan gambar, adalah beberapa unsur penting dalam mengkomposisikan layout yang baik. Hal utama lainnya yang harus diperhatikan dalam mengatur sebuah layout adalah bagaimana caranya menonjolkan suatu informasi gambar tanpa kehilangan kesatuan dan keutuhan dari layout itu sendiri, dan bagaimana mengkomposisikan layout supaya dapat menarik perhatian orang.
Penyajian arsitektur selain digunakan untuk mempresentasikan sebuah karya arsitektur, juga dapat digunakan untuk membuat sebuah portofolio arsitektur yang biasanya digunakan seorang arsitek sebagai alat promosinya.
Biasanya portofolio ini berisi karya-karya sang arsitek yang pernah dikerjakannya. Portofolio ini juga dapat dikatakan sebagai alat/ media dalam berkomunikasi secara arsitektur, karena dengan gambar-gambar arsitektur yang disajikannya, arsitek dapat menjual keahliannya kepada calon klien.
Di bawah ini disajikan beberapa contoh penyajian gambar arsitektur dengan pengaturan tata letak gambar sehingga menarik dilihat:
Contoh layout penyajian gambar Proyek Rumah Tinggal Keluarga Hilda Koleksi Pribadi Masdar Djamaludin
Contoh layout penyajian gambar Proyek Rumah Tinggal Keluarga Yasmin S Mulyono, Bintara Asri
dan Keluarga Alianto Tanjung Priok Koleksi Pribadi Ari Widyati Purwantiasning
Berikut ini beberapa contoh penyajian arsitektur dengan berbagai pengaturan komposisi warna, ukuran, huruf dan lainnya yang dianggap penting dalam penyajian arsitektural.
Contoh layout penyajian gambar Studio Perancangan 1 Koleksi Program Studi Arsitektur FT UMJ Digambar dan dirancang oleh: Rachman Hakim
Contoh layout penyajian gambar untuk portofolio Koleksi Program Studi Arsitektur FT UMJ
Disusun oleh: Rian Mulpiansyah
Contoh layout penyajian gambar Studio Perancangan 2 Koleksi Program Studi Arsitektur FT UMJ Digambar dan dirancang oleh: Rachman Hakim
Contoh layout penyajian gambar untuk Interior 2 Koleksi Program Studi Arsitektur FT UMJ
Disusun oleh: Rian Mulpiansyah
Contoh layout penyajian gambar untuk portofolio Koleksi Program Studi Arsitektur FT UMJ
Disusun oleh: Dede Syapriansyah
FILM SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DALAM ARSITEKTUR Alat atau media berkomunikasi dalam arsitektur yang lainnya adalam film. Film dapat digunakan sebagai media untuk menjelaskan bagaimana sebuah karya arsitektur dibuat.
Biasanya sebuah film arsitektur menyajikan tentang proses terjadinya perencanaan dan perancangan arsitektural.
Saat ini, sudah banyak sekali arsitek-arsitek terkenal di dunia yang mempermudah komunikasinya dalam dunia arsitektur kepada seluruh khalayak di dunia dengan menggunakan film documenter. Sebagai contohnya adalah Sir Norman Foster, REM Koolhaas, Van der Rohe, Kenzo Tange dan lainnya.
Dengan adanya media komunikasi berupa film ini tentu saja akan memberikan wacana baru dan pengetahuan lebih luas kepada calon-calon arsitek di Indonesia khususnya. Karena dengan melihat film-film documenter tersebut, para mahasiswa seperti mendapatkan ilmu gratis yang sangat berarti untuk mereka.
Selain itu, media komunikasi dengan menggunakan film ini, juga akan memberikan dampak yang luar biasa kepada
tahu menahu tentang seluk belum sebuah dunia arsitektural, mereka akan lebih mengenal lebih dalam tentang hal tersebut.
Saat inipun, film-film yang menyajikan tentang arsitektural tidak hanya berupa film-film documenter dari seorang arsitek terkenal, namun juga film-film drama maupun action terkadang menampilkan sebuah karya arsitektur, sehingga dapat dikatakan film tersebut merupakan film yang mengkomunikasikan karya arsitektural.
Salah satu dari jenis film tersebut adalah film futuristik yang merupakan pencerminan arkeologi masa depan, maksudnya adalah film - film yang berlatar masa depan memberikan suatu cerminan akan perkembangan dunia arsitektur di masa yang akan datang. Sehingga dalam rancangan ini ingin memberikan nuansa arsitektur futuristik yang terinspirasi dari film, namun tetap ada kesan dan ikon dari peninggalan sejarah. Contohnya seperti dalam film Three to Tango, film drama komedi yang juga menampilkan tentang seorang arsitek dengan karyanya, selain itu ada juga film Inception yang mengetengahkan bagaimana imaginasi seseorang dalam mewujudkan sebuah mimpi yang didalamnya juga ditampilkan karya arsitektur yang
imaginatif (kota yang berlipat-lipat dan terbalik sesuai dengan imaginasi) dalam dunia futuristik.
Menurut Evans, Powell & Talbot (1982), seorang disainer/
perancang (arsitek) adalah merupakan seorang agen perubahan dan perancang yang harus memikirkan dampak jangka panjang rancangannya pada kehidupan manusia.
Sehingga dalam hal ini, seorang arsitek tidak dapat menciptakan karyanya sesuai ego dan kepentingan pribadinya, namun juga harus memikirkan tentang kepentingan orang lain, yaitu masyarakat luas, sehingga karya arsitekturnya juga dapat berguna dan dapat dinikmati oleh khalayak umum. Dapat dikatakan juga bahwa desain dalam konteks sosial hendaknya bukan hanya suatu ungkapan diri, seyogyanya melayani masyarakat. Dengan demikian, hakekat desain harus diubah ke arah plural view (interdiciplinary approach).
Di lain pihak, menurut Victor Papanek (1984), seorang arsitek yang baik akan menghadapi dilema etikal yakni antara profit dan tanggung jawab sosial, sedangkan desain dan desainer harus memiliki kontribusi dalam kehidupan nyata manusia dan sosial. Hal itu menunjukkan bahwa peran perancang
(arsitek) berada di dalam ketegangan diantara dua kutub, yakni kutub ideal dan kutub kehidupan nyata. Hal inilah yang terkadang membuat sebuah disain apakah ideal bagi kebutuhan masyarakat luas ataukah hanyalah sebuah cerminan dari karya keegoan seorang arsitek.
KOMUNIKASI ARSITEKTUR SEBAGAI SALAH SATU TUJUAN PROFESI ARSITEK
Kebanyakan mahasiswa-mahasiswa arsitektur yang baru saja memasuki jenjang pendidikan S1 khususnya saat awal-awal kuliah, mereka sama sekali belum mengerti tentang apa itu pendidikan arsitektur. Sebagian dari mereka menganggap bahwa lulusan pendidikan arsitektur atau yang disebut sebagai arsitek adalah orang yang memiliki profesi menggambar bangunan, sebagian lagi sudah lebih mengerti sehingga pengertian arsitek lebih kepada perancang bangunan. Kedua pengertian tersebut tentunya sangat berbeda jauh, karena yang satu lebih kepada juru gambar saja, sementara pengertian yang satunya lebih kepada profesi desainer atau perancang. Kedua pengertian tersebut juga memiliki proses yang berbeda dalam pekerjaannya, yang
kedua benar-benar melakukan proses perancangan sebagaimana layaknya seorang perancang.
Pada hakekatnya pendidikan arsitektur bertujuan untuk menciptakan sarjana arsitektur yang secara teoritis siap untuk berprofesi. Namun pada kenyataannya, pendidikan arsitektur yang diterapkan di perguruan tinggi barulah memberikan sebuah gelar kesarjanaan untuk bidang arsitektur, bukan seorang arsitek. Seperti layaknya seorang dokter, yang dalam menyelesaikan pendidikan profesi kedokterannya, memerlukan satu proses yang akhirnya akan melahirkan seorang profesi dokter, seperti proses koas misalnya. Begitu juga dengan profesi arsitek, saat menjalani jenjang pendidikan sarjana teknik, lulusan sarjana arsitektur belum dapat disebut sebagai seorang arsitek bila sarjana tersebut belum melalui pendidikan keprofesian arsitek yang saat ini diselenggarakan oleh beberapa perguruan tinggi yang bekerja sama dengan organisasi profesi arsitek.
Dalam penyelenggaraan pendidikan arsitektur, terdapat beberapa tujuan dan sasaran yang harus dicapai untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan oleh pasar. Tujuan
apa saja yang diperlukan dalam pendidikan tinggi arsitektur?
Berikut dapat diuraikan beberapa tujuan yang harus dicapai dalam profesi arsitek: