B. Penyajian Data Khusus
1. Strategi Pengasuhan Orang Tua dalam Membina Moralitas Anak Pedagang Pakaian Pasar Songgolangit Ponorogo
6) Ibu Warti, alamat Jalan Pramuka, Ronowijayan. Memiliki 2 orang anak perempuan yang masih sekolah di bangku SMA dan SMP, ibu Warti ini berjualan aneka pakaian dalam.
7) Ibu Suti, alamat pulung, krajan. Ibu Suti memiliki 5 anak, anak pertama dan kedua sudah bekerja sedangkan anak ketiga empat dan kelima masih sekolah di bangku SMA dan SMP.
Terkait bentuk penerapan strategi pengasuhan orang tua, Ibu Tutik sebagai salah satu pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo, menjelaskan: “Keberhasilan pedagang pakaian pasar Songgolangit dalam menerapkan strategi pengasuhan dalammembina moralitas anak-anak mereka dengan menggunaan strategi komunikasi dan motivasi yang mereka di anggap tepat”.68
Lebih lanjutIbu Tutikmenjelaskan:
Adapun strategi pengasuhan yang digunakan oleh kebanyakan orang tua pedagang pasar Songgolangit Ponorogo, baik dari kalangan pedagang pakaian, pedagang sayuran, peralatan rumah tangga, sampai dengan pedagang daging dan lain sebagainya. Sebagai contoh dalam mengasuh anak, mereka menitipkan kepada penitipan anak ketika orang tua berjualan dipasar, ada juga yang dititipkan kepada neneknya karena tinggal satu rumah, tidak hanya itu menyiapkan jadwal untuk anaknya juga di gunakan oleh beberapa orang tua misalnya pagi sekolah, sore les privat atau ngaji namun tidak setiap hari anak-anak juga diberi kebebasan untuk bermain.69
Pernyataan ini sebagaimana disampaikan oleh Ibu Watisebagai salah satu pedagang pakaian jugamengemukakan:
Dalam mengasuh anak-anak, dengan komunikasi dan motivasi yang baik orang tua perlu mengetahui karakter seorang anak, dan juga orang tua harus mampu memberikan contoh yang baik untuk anaknya, menasehati dan memimbing anaknya ketika benar dan ketika melakukan kesalahan.
Tidak hanya itu orang tua harus teliti dalam memilih sekolah yang terbaik untuk anak dimana didalam sekolah itu anak mampu mengembangkan moral yang baik untuk anak.70
Berkenaan dengan strategi pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak, peneliti juga melakukan wawancara dengan dengan salah satu pedagang pakaian yang lainnya , yakni Ibu
68 Lihat Transkip Wawancara No: 01/1-W/F-1/ 02-05/2016
69Ibid.
70 Lihat Transkip Wawancara No: 02/3-W/F-1/ 02-05/2016
SitiAminah, beliau menjelaskan bahwa strategi pengasuhan orang tua pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo di antaranya:
Menjalin komunikasi yang baik dengan menjaga sikap saling menghargai antara orang tua dan anak, memberikan pengertian atau nasehat ketika anak berbuat kesalahan, tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak, kalimat menyalahkan tidak diterapkan dalam mendidik anak, mengajarkan untuk saling berbagi.71
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pedanga pakaian ibu Warti. Adapun hasil wawancaranya adalaah adanya pengaruh budaya dan sosial ekonomi terhadap pengasuhan.
Ketika menjadi orang tua sudah seharusnya mengadaptasi kualitas individu terhadap aturan hidup yang baru. Interaksi orang tua dan anak sangat dibutuhkan, karena anak belajar dari berbagai macam interaksi yang dilakukan orang tuanya.72
Hal ini diperkuat dengan keterangan Ibu Suti selaku pedagang pakaian, beliau menjelaskan:
Tidak hanya itu strategi pengasuhan yang diterapkan orang tua dalam membina moral anak. Misalnya saja keterlibatan orang tua dalam menyediakan kesempatan dan menumbuhkan moral pada anak, memberikan kesempatan untuk mengembangkan moral anak dengan sendirinya, memberikan teladan perilaku, selain itu orang tua mencari informasi pengetahuan tentang perkembangan anak melalui media sosial seperti internet.73
71 Lihat Transkip Wawancara No: 03/4-W/F-1/ 02-05/2016
72 Lihat Transkip Wawancara No: 04/5-W/F-1/ 03-05/2016
73 Lihat Transkip Wawancara No: 05/6-W/F-1/ 03-05/2016
Ketika jam sekolah telah selesai ada beberapa anak pedagang yang menghampiri orang tuanya yang sedang berdagang di pasar dan ikut membantu orang tuanya berdagang, walaupun kelihatannya belum begitu lancar menawarkan barang dagangannya namun terlihat jelas anak tersebut sangat bersemangat, dari nada bicaranya dan gaya bicaranya terlihat anak itu memiliki sopan santun dan tutur katanya halus, tidak mudah emosi atau marah ketika ada seorang pelanggan yang datang untuk membeli namun tidak jadi membeli dikarenakan tidak cocok dan ketika itu pelanggan tersebut telah mengacak acak barang dagangannya anak tersebut masih saja memperlihatkan raut muka yang besahabat.74
b. Strategi pengasuhan orang tua dalam membagi waktu antara mengasuh dan berdagang.
Ibu Suti yang berperan sebagai pedagang pakaian di pasar Songgolangit Ponorogo, selalu mengupayakan yang terbaik untuk anak- anaknya. Adapun yang terkait dengan cara membagi waktu antara mengasuh anak dengan berdagang di pasar, serta usaha apa yang dilakukan orang tua untuk membina moral anaknya.Ibu Suti mengatakan:
Sekarang ini orang tua pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo, banyak yang menerapkan sift untuk bekerja atau berdagang di pasar, pasar songgolangit buka pagi sampai pukul 15.00 WIB, ada sebagian pedagang
74 Lihat Transkip Observasi No: 01/0/ 03-05/2015
pakaian pasar Songgolangit yang memiliki karyawati untuk menjaga tokonya, ini diakibatkan karena banyknya pelanggan dan juga karena orang tua harus mengurus kebutuhan keluarganya misalnya aja mengurus anak, mendidik anak, membimbing anak. Atau kalau tidak memiliki karyawan biasanya bertukar dengan suami atau istri untuk bergantian jaga toko di pasar Songgolangit Ponorogo. Dengan demikian anak-anak masih bisa diawasi oleh salah satu orang tua entah itu Ibu atau Bapak.75
Kemudian terkait dengan strategi orang tua dalam membagi waktu antara berdagang dengan mengasuh anak, Ibu Sutimenjelaskan bahwa orang tua atau keluarga bermusyawarah dalam mengatasi atau pembagian waktu untuk memberikan yang terbaik untuk anak diataranya yaitu:
1) Bersama-sama memberi perencanaan jadwal untuk mengasuh anak.
2) Berkomunikasi dalam memberikan pengertian terhaap anak agar tidak terjadi salah paham.
3) Bersama-sama melakukan pengawasan terhadap perkembangan anak dan pergaulan anak.76
Bapak Karno selaku suami Ibu Suti menerangkan bahwa dalam membagi waktu antara berdagang dan mengasuh perlu perncanaan yang matang, seperti yang keluarga Bapak Karno alami setiap pagi Ibu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan dan menyiapkan kebutuhan sekolah anakkeperluan lainnya seperti
75 Lihat Transkip Wawancara No: 06/1-W/F-1/03-05/2016
76Ibid
umumnya keluarga, setelah kerjaan rumah beres dan anak sudah berangkat sekolah giliran Ibu beragkat kepasar untuk berdagang, sedang Bapak sendiri harus bekerja. Setelah anak pulang sekolah sekitar pukul 12.00 WIB, anak langsung pulang kerumah istirahat makan ganti seragam.
Anakpun sudah mengerti jadwal yang harus anak lakukan ketika sehabis pulang sekolah, yaitu pada hari sabtu, selasa, kamis pukul 15.00-16.00 WIB adalah jadwal ngaji, dan untuk hari senin, rabu, jumat pulul 14.00-15.00 WIB anak mengikuti les privat pelajaran sekolah. Untuk hari minggu sendiri anak-anak boleh ikut orang tua berdagang di pasar atau bermain. Dan ketika sore hari menjelang maghrib sudah Bapak terapkan untuk sholt maghri berjama’ah dan dilanjutkan dengan nagji bersama-sama. Setelah itu anak-anak belajar sebentar sekitar kurang dari satu jam, dalam proses belajar dirumah Bapak tidak mengijinkan menyalakan televisi agar anak fokus dalam belajarnya, tidak hanya itu Bapak sering memberi contoh menasehati agar anak-anak bertingkah laku sopan bertutur kata sopan dan halus, mengargai orang lain, mempelajari dari hal yang terkecil dahulu dimulai dari dalam lingkungan keluarga.
Orang tua sebagai pemberi motivasi atau dorongan dulunya setiap anak diharapkan mampu menjadi anak yang sholeh ataupun
sholehah dan pandai. Disini sangat perluadanya motivasi, karena tanpa adanya motivasi atau dukungan dari orang tua maka anak tidak anak memiliki moral yang baik. Dari hasil wawancara dengan ibu Parti selaku pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo beliau mengungkapkan tentang bagaimana cara beliau membina moral anak sehingga terbentuk moral yang baik :
Cara yang digunakan seperti normalnya keluarga biasa hanya saja ketika sebelum berangkat ke dipasar sudah menyiapkan jadwal untuk anak pagi sekolah, siang les privat dan sore ngaji namun tidak setiap hari ada jadwalnya. Dan ketika malam hari berusaha membimbing anak untuk belajar serta menasehati anak tidak hanya itu akan tetapi juga memberikan contoh langsung kepada anak-anak agar anak-anak mudah memahami apa yang seharusnya mereka lalukan. Sehingga moral anak pun terbentuk dengan baik.77
Berbeda dengan pendapat ibu Parti, ibu Warti mengatakan pendapat bawah ini ketika ditanya kegiatan apa saja yang beliau berikan untuk anak agar tercipta moral yang baik seperti sekarang ini :
Seperti biasa mbak anak-anak di biarkan bebas bermain namun ada strateginya yaitu belajar sambil bermain, santai tapi serius. Dan ketika anak-anak melakukan kesalahan atau meniru hal-hal yang kurang baik biasanya menegurnya dengan cara yang halus dan menasehatinya dengan tutur kata yang tidak menyinggungnya dengan begitu anak akan mudah memahami daripada dengan cara yang keras dan kasar maka biasanya anak akan membantah nasehat orang tua.78
Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu Wati selaku pedangan pakaian di pasar Songgolangit tentang cara orang tua dalam membina moral anak :
77 Lihat Transkip Wawancara No:08/1-W/F-1/04-05/2016
78 Lihat Transkip Wawancara No:09/1-W/F-1/04-05/2016
Hampir sama mbak namun tidak hanya itu cara membina moral anak agar menjadi lebih baik membang benar faktor orang tua itu sangat penting dan berpengaruh akan tetapi orang tua kan sibuk dengan pekerjaan ya seperti ini berdagang jadi, untuk mengantikan orang tua anak-anak diikutkan ngaji, selain menambah ilmu agama juga akan memberikan pengertian tentang bagaimana menjadi orang baik.79
2. Bentuk Pengasuhan Orang Tua dalam Membina Moralitas Anak