• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

6. Struktur Organisasi MA NW Selaparang

Dalam sebuah lembaga pendidikan, struktur organisasi merupakan gambaran terorganisasinya pembagian tugas dalam lembaga atau organisasi tersebut. Begitu pula dengan MA NW Selaparang telah disusun struktur organisasi dengan baik karena hal ini mutlak diperlukan untuk efektivitas dan efisien kerja dalam melengkapi tujuan pendidikan, dan untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Struktur organisasi MA NW Selaparang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

59 Papan stsistik, “Dokumen”, ma nw selaparang, Tanggal, 11 Agustus 2011

52

STRUKTUR ORGANISASI MA NW SELAPARANG KECAMATAN KEDIRI LOBAR

B. f

Kepala Sekolah Abdul Hafiz, SS. M. Pd

Kepala Tata Usaha L. Hasan Jufri, SP

Wakil Urus. Kesiswaan Saparudin, SH

Wakil Urus. Kurikl Sadikin, S. Pd

Wakil Urus Sarana Prasarana Drs. L. Agus Efendi

Wakil Bid. Kemasya H. L.Ptimura Farhan, S. Ag

Koordinator BP M. Rusli Nasir

S I S W A Kepala Sekolah Abdul Hafiz, SS. M. Pd

Kepala Tata Usaha L. Hasan Jufri, SP

Wakil Urus. Kesiswaan Saparudin, SH

Wakil Urus. Kurikl Sadikin, S. Pd

Wakil Urus Sarana Prasarana Drs. L. Agus Efendi

Wakil Bid. Kemasya H. L.Ptimura Farhan, S. Ag

Koordinator BP M. Rusli Nasir

S I S W A

53

C. Implementasi Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih di Kelas X MA NW Selaparang Kecamatan Kediri Lombok Barat Tahun Pelajaran 2010/2011

Peneliti mulai melakukan penelitian di MA NW Selaparang Kecamatan Kediri Lombok Barat tentang implementasi metode diskusi pada bidang studi fiqih di kelas X pada tanggal 10 Agustus 2011.

Pada mata pelajaran fiqih, diskusi dilaksanakan setiap minggunya untuk membahas dan mempelajari secara mendalam materi-materi pelajaran yang dijadikan sebagai bahan diskusi. Setelah beberapa kali peneliti melakukan observasi, yaitu sejak menjadi guru bantu yang pada saat itu peneliti terjun langsung dalam mengadakan diskusi kelompok dalam proses belajar mengajar, Peneliti juga mempunyai kesempatan untuk melihat dan meneliti secara langsung ketika diskusi dilaksanakan oleh guru bidang studi fiqih di madrasah itu.

Pada saat peneliti melakukan observasi, diskusi secara khususnya diadakan di kelas X yang pada saat itu merupakan materi keempat yang dibahas oleh kelompok empat, pembagian peserta diskusi kelompok dilakukan secara acak dan dibagi seminggu sebelumnya, hal ini dilakukan agar peserta diskusi mempunyai banyak waktu dalam mempersiapkan materi yang akan dibahas. Adapun materi yang dibahas pada diskusi kelompok keempat ini adalah tentang “ zakat fitrah” peserta diskusi sangat antusias dalam mengikuti jalannya diskusi. Peserta diskusi ini menyimak pemaparan materi yang disampaikan oleh kelompok keempat, setelah pemaparan materi selesai,

54

Syaifaul Hasanah anggota kelompok yang bertindak sebagai moderator pada saat itu mencatat lima point pertanyaan yang diajukan oleh peserta diskusi, setelah pertanyaan diajukan kepada kelompok, mereka pun merespon pertanyaan itu dengan semangat, dari sini peneliti bisa melihat bahwa diskusi yang dilakukan ini sudah benar-benar dipersiapkan dengan baik dan membuktikan bahwa metode diskusi ini cukup digemari oleh siswa. Hanya saja ada sebagian peserta diskusi yang masih belum mengeluarkan pendapatnya dan masih belum menguasai materi.60 Setelah diskusi dilaksanakan oleh siswa kelas X ini selesai, peneliti berkesempatan untuk mewawancarai beberapa siswa dan guru bidang studi fiqih ini didalam kelas, peneliti menanyakan seberapa besar pengaruh diskusi kelompok ini dalam meningkatkan motivasi belajar mereka pada mata pelajaran fiqih

Pada minggu kelima pelaksanaan diskusi kelompok dilanjutkan dengan membahas materi tentang zakat mal, seperti biasa kelompok yang mempunyai giliran diskusi mempersiapkan kelompoknya dan mengatur tempat duduknya, kemudian menentukan siapa moderator sebelum siswa memulai pelaksanaan diskusi, setelah semuanya dipersiapkan ahmad sukri seorang siswa yang pada saat itu bertindak sebagai moderator membuka diskusi tersebut dengan bacaan basmalah yang kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang zakat. Setelah pemaparan materi selesai moderator siap membuka season tanya jawab antar siswa, seperti biasa siswa-siswa yang menyimak pemaparan materi dari temannya sangat antusias mengikuti

60 Observasi tanggal 10 Agustus 2011.

55

jalannya diskusi hal ini bisa dilihat dari banyaknya siswa yang ingin bertanya pada kelompok diskusi ini, bahkan lebih antusias dari kelompok sebelumnya, setelah moderator mencatat beberapa pertanyaan dari audien, Enggar Prasantari yang termasuk anggota kelompok diskusi ini sangat bersemangat menjawab pertanyaan dari audien, begitu juga dengan anggota kelompoknya yang lain sehingga semua pertanyaan bisa dijawab dengan baik. 61

Lebih lanjut ia menjelaskan, bagi siswa yang belum mengetahui secara garis besar atau yang terkait dengan materi yang akan dijadikan bahan diskusi, akan diberikan hukuman yang bersifat mendidik yaitu dengan memberikan tugas untuk mempelajari kembali materi dan menanyakannya kepada siswa yang lebih memahami materi yang dismpaikan. Hukuman ini akan memberikan siswa rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan serta harus memahami materi pelajaran, sehingga dengan hukuman tersebut akan menjadikan motivasi siswa untuk lebih giat belajar agar hukuman tidak dibebankan kepadanya.62

Seorang siswa yang sudah mendapatkan hukuman, menceritakan kepada peneliti bagaimana dia menjalani hukumannya. Dia menanyakan kembali kepada teman-temannya yang lebih mengerti sampai dia telah menemukan jawabannya, yaitu tentang materi yang telah dibahas didalam diskusi, selanjutnya minggu depan ketika mata pelajaran fiqih dia akan langsung diberikan pertanyaan yang ada kaitannya dengan materi minggu lalu, kemudian dia harus bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Menurut guru bidang studi fiqih, Bq. Puspa Kurniawati, mengatakan Diskusi dilakukan secara berkompetisi dalam menyelesaikan setiap materi pelajaran yang dijadikan sebagai bahan diskusi. Kompetisi yang dimaksudkan adalah setiap diadakanya diskusi kelompok, bagi kelompok yang dianggap mampu menjawab dengan baik diberikan hadiah berupa

61 Observasi tanggal 15 selanjutnya yaitu

62 Wawancara dengan guru bidang studi fiqih pada tanggal 15 Agustus 2011.

56

pujian, sanjungan agar mereka lebih termotivasi dalam belajar, setelah satu bulan diberikan penilaian oleh Guru yang membimbing diskusi tersebut dari keriteria yang ditentukan oleh guru bidang studi. Setelah penilaian diberikan maka siswa yang sering mengeluarkan pendapatnya, dan dirasakan sesuai dengan materi yang telah disampaikan maka siswa tersebut akan diberikan hadiah berupa perlengkapan alat tulis seperti buku tulis dan ballpoin.63

Hal ini menandakan bahwa melalui diskusi kelompok, para siswa berusaha seoptimal mungkin untuk dapat mengeluarkan pendapat tentang materi didalam diskusi kelompok. Sebelum diskusi ini berlangsung mereka secara otomatis akan belajar untuk memepersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjalani alur diskusi kelompok sesuai dengan materi sehingga mereka lebih cepat memahami dan mengerti materi pelajaran yang disampaikan.

Dalam hal penerapan metode diskusi terhadap siswa kelas X MA NW Selaparang guru membagi dalam beberapa kelompok dengan pertimbangan dalam masing-masing kelompok dapat melakukan tukar pikiran, dapat menyampaikan pendapat masing-masing siswa di dalam kelompoknya, sehingga siswa dapat belajar saling menghargi antara teman dalam satu kelompok karena pemahaman yang berbeda dan pada akhirnya dapat menyatukan pendapatnya dalam kelompok tersebut yang akan di sampikan terhadap kelompok lain.

Kemudian yang menjadi peran guru dalam pelaksanaan diskusi kelompok adalah guru melakukan bimbingan terhadap pelaksanaan diskusi kelompok. Guru memberikan pengarahan dan penjelasan terhadap masalah

63 Wawancara tanggal 15 Agustus 2011.

57

yang tidak di mengerti oleh para siswa yang terkait dengan topik diskusi yang telah ditentukan.

Pada saat pelaksanaan diskusi kelompok guru tetap mengamati dan mencermati peroses penerapan diskusi, sejauhmana masing-masing kelompok menguasi materi yang terkait dengan topik diskusi, dan pada akhirnya guru dapat menemukan suatu penilaian terhadap keberhasila siswa dalam diskusi tersebut. Apakah sudah dapat diterapkan secara baik oleh siswa sebagai ukuran keberhasilannya.

D. Motivasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Fiqih di Kelas X MA NW Selaparang Kecamatan Kediri Lombok Barat Tahun Pelajaran 2010/2011

Berdasarkan observasi peneliti bahwa siswa-siswa yang ada di MA NW Selaparang sangat termotivasi dalam belajar, hal ini terbukti dari keantusiasan siswa-siswa yang ada disana dalam belajar dan dilihat dari keseharian siswa yang lebih aktif dalam bertanya mengenai pelajaran dan siswa lebih banyak menggunakan waktu istirahatnya dengan belajar keperpustakaan.

Ketika siswa ditanyakan tentang motivasi belajarnya, apakah motivasi belajar anda meningkat karena seringnya dilaksanakan diskusi kelompok? Mereka rata-rata memberikan jawaban, yaitu ada pengaruh positif dalam peningkatan motivasi belajar melalui diskusi kelompok, seperti rajin belajar berkelompok di pondok atau rumah, rajin membaca di

58

perpustakaan. Karena mereka akan berusaha untuk bisa menjawab segala bentuk pertanyaan yang akan diajukan oleh gurunya, karena pada pertemuan selanjutnya akan diulang kembali materi yang sebelumnya agar materi yang kemarin tidak dilupakan oleh siswa.64

Menurut Sapira Istanawati seorang siswa di kelas ini “memberikan jawaban, dia merasa lebih bergairah didalam belajar kembali untuk materi yang telah dibahas pada diskusi sebelumnya, karena pada minggu selanjutnya akan diadakan evaluasi untuk mengulang materi sebelumnya yang kemudian dilanjutkan pada materi selanjutnya”.65

Menurut siswa yang lain yang diwawancarai oleh peneliti, “saya akan berusaha untuk belajar lebih giat lagi untuk mempersiapkan diskusi selanjutnya, karena saya harus bisa mengeluarkan pendapat sebagai peserta diskusi agar lebih memahami materi yang disajikan sebagai bahan diskusi”.66

Sedangkan Ida Handayani yang juga duduk di kelas X mengatakan bahwa

Saya lebih senang dengan materi pelajaran apabila melakukannya dengan bertukar fikiran dengan teman-teman, karena dengan teman- teman saya tidak merasa canggung /malu untuk mengeluarkan pendapat kepada teman-teman yang lain, karena kita sama-sama berada pada taraf/tingkatan yang sama dalam belajar. Abdul Hafiz, selaku kepala Madrasah Aliyah NW Selaparang ini, mengatakan bahwa diskusi kelompok yang dilaksanakan di sekolah ini merupakan salah satu cara yang paling digemari oleh para siswanya, karena siswa akan menjadi lebih aktif dalam berpendapat dan meneluarkan ide- idenya. Dengan cara ini guru hanya mengawasi dan mengarahkan para siswanya, atau hanya sebagai fasilitator untuk para siswanya untuk

64 Wawncara tanggal 14 Desember 2011.

65 Wawancara dengan siswa tanggal 10 Agustus 2011.

66Wawancara dengan Malina siswa kelas X tanggal 10 Agustus 2011

59

lebih cepat memberikan pemahaman dan pengertian kepada para siswa tentang materi yang diberikan kepada siswanya.67

Hal yang senada juga di sampaikan oleh seorang guru bidang studi ketika di tanyakan bagaimana pengaruh penerapan metode diskusi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, ia menjelaskan bahwa

Setelah diterapkan metode diskusi dalam belajar, siswanya menjadi lebih giat belajar, tekun mengerjakan tugas yang diberikan gurunya dan dapat mempertahankan pendapat apabila ditanyakan kelompok lain saat diskusi. Hal ini bisa dilihat dari seringnya siswa mengadakan diskusi kelompok diluar jam pelajaran dengan membentuk kelompok belajar sendiri, lebih lanjut ia menjelaskan tentang keadaan siswanya yang lebih sering mencari materi pelajaran yang menjadi bahan diskusi mereka keperpustakaan sehingga pada saat diskusi kelompok dilaksanakan pada mata pelajaran fiqih mereka sangat bersemangat dan materinya sudah dipersiapkan dengan baik, sehingga diskusi kelompok berjalan dengan sangat baik. Menurutnya pula, diskusi sangat membantu siswanya untuk lebih termotivasi, terlihat dari giat dan bersemangatnya dalam mengikuti proses belajar mengajar, karena mereka mengadakan persiapan sebelumnya untuk membahas materi yang diberikan. 68

Guru yang lainnya juga mengatakan,

Seringnya diskusi yang dilaksanakan pada para siswa, menjadikan guru lebih mudah mengetahui siapa saja siswa-siswa yang sudah menguasai materi dan yang lambat dalam memahami materi dan dan harus diberikan perhatian yang khusus agar siswa tersebut mampu mengejar ketertinggalan, dan mampu memahami materi secara merata.

Jadi, dengan diterapkanya metode diskusi, motivasi belajar siswa kelas X MA NW Selaparang mengalami peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran, hal ini bisa di lihat dari keseharian siswa seperti siswa menjadi lebih rajin belajar, lebih aktif didalam kelas, rajin masuk ke perpustakaan, dan senang mengerjakan tugas secara berkelompok69

67 Wawancara dengan Kepala Madrasah tanggal 13 Agustus 2011.

68 Wawancara dengan guru bidang studi Bq. Puspa Kurniawati tanggal 10 Agustus 2011

69 Wawancara dengan guru Qur’an Hadist Hj. Nurlaela, SPd.i selaku wali kelas X Pada 14 tanggal Agustus 2011..

60 BAB III PEMBAHASAN

A. Implementasi Metode Diskusi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Fiqih di Kelas X MA NW Selaparang Kecamatan Kediri Lombok Barat Tahun Pelajaran 2010/2011

Dalam meningkatkan hasil proses belajar mengajar, maka seluruh pihak yang terlibat di dalamnya harus memberikan usaha yang mantap dan optimal dalam usaha peningkatan hasil belajar. Dalam hal ini, pemerintah selaku pemegang kebijakan dalam dunia pendidikan, diantaranya dengan diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), melalui ini diharapkan peran guru serta kompetisinya harus diandalkan, sehingga nantinya bisa menghasilkan serta meningkatkan hasil belajar siswa dan kompetensi siswa secara terdidik.

Guru dalam hal ini memegang peranan yang sangat kompleks dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, dengan melihat keberadaan lingkungan sekolah dan kedaan siswa yang tentunya memiliki keragaman dalam belajar. Guru sebagai ujung tombak dalam keberhasilan belajar siswa, dituntut untuk terus menerus mengadakan moditifikasi dan variasi dalam proses belajar mengejar, karena dengan semakin variatifnya seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran akan sangat membantu dalam meningkatan minat serta motivasi belajar siswa. Metode suatu yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, merupakan suatu jalan atau usaha yang dapat

60

61

ditempuh oleh guru ataupun siswa. Metode yang digunakan dalam memahami materi pelajaran Fiqih dalam hal ini metode diskusi kelompok.

Metode diskusi merupakan suatu metode dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku siswa.

“Metode ini dimaksudkan untuk merangsang siswa dalam berfikir dan mengeluarkan pendapatnya sendiri, serta ikut menyumbangkan fikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban”.70

Pembelajaran fiqih dalam peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran ini, maka guru bidang studi ini, melaksanakan diskusi kelompok yang berkesinambungan yang dilaksanakan pada kelas X MA NW Selaparang Kecamatan Kediri Lombok Barat, pelaksanaan diskusi ini dilaksanakan setiap minggu dengan waktu di bagi 2, yaitu satu jam pertama guru bidang studi menyampaikan materi dan mengulang pelajaran pada minggu yang lalu, sesudah penyampaian materi selesai, kemudian di lanjutkan dengan diskusi kelompok pada jam keduanya.

Pelaksanaan diskusi ini harus dibimbing serta diawasi oleh guru bidang studi yang bersangkutan dengan menerapkan sistem guru sebagai pengawas dan menfasilitasi siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok.

Dalam hal ini Mulyasa mengatakan guru harus “memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, memperluas masalah atau urunan

70 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, h.89.

62

pendapat, menganalisis pandangan peserta didik, berusaha meningkatkan partisipasi peserta didik dan menutup diskusi”.71

Hasibuan dan Moedjiono lebih rinci menjelaskan bahwa penerapan metode diskusi dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru mengemukakan masalah yang didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula masalah yang didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

2. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi ( ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya.

3. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi berjalan lancar.72

Metode ini sudah barang tentu akan memiliki berbagai macam kelebihan dan kekurangan yang selalu menyertainya. Dengan kelebihan yang dimiliki oleh metode diskusi ini seperti salah satunya adalah “Anggota sering diberi masukan dan motivasi dari anggota yang lain, yang berusaha agar sumbangan fikiran bermanfaat untuk keberhasilan kelompok.73 Maka para siswa sebagai peserta dan pelaksana diskusi akan menjalankan tugas mereka sesuai dengan petunjuk dari guru, dengan pengawasan dan siswa siswa juga telah mengetahui perannya dalam diskusi, yaitu untuk lebih memahami materi pelajaran fiqih serta bagi siswa yang belum memahami akan lebih cepat memahaminya.

71 Mulyasa, Menjadi Guru profesional Menciptakan Pembelajaran Yang Kreatif Dan Menyenangkan, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.89.

72 Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya , 2009), h.23

73 Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Intaksi Edukatif, h 157.

63

Sejauh ini penerapan diskusi kelompok di sekolah ini terutama pada kelas X telah menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara dari guru, siswa, dan kepala Madrasahnya. Setiap kelas sering mengadakan diskusi kelompok dalam memahami dan memecahkan materi pelajaran terutama pada mata pelajaran fiqih, hal ini disebabakan juga karena guru bidang studi fiqih memilih metode diskusi kelompok sebagai pilihan utama dalam melaksanakan pembelajaran fiqih. Karena dengan menggunakan metode diskusi, peserta didik dapat berbagai informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah dan dapat meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran.74

Dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti terhadap motivasi belajar siswa, menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan. Mereka lebih termotivasi dalam belajar karena adanya pertukaran pendapat dari teman-teman sekelas mereka.

Begitu juga menurut Syaefuddin dengan metode diskusi, siswa dapat

“terlibat secara langsung dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dan dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi, sehingga siswa menjadi termotivasi dalam belajar.75

Oleh karena itu siswa kelas X ini dalam belajar fiqih mereka lebih senang dengan materi pelajaran melalui diskusi kelompok, dari hasil wawancara secara random atau acak, para siswa lebih menyukai pelajaran fiqih apabila dalam pembelajarannya dilaksanakan dengan metode diskusi

74 Ibid., h. 90.

75 Udan Syaefuddin, Pengembangan Profesi Keguruan, (Bandung; Alfabeta, 2009), h. 68.

64

kelompok. Karena dengan metode ini akan menempatkan siswa pada pemahaman yang merata terhadap materi fiqih yang disampaikan oleh guru bidang studi.

Dari hasil wawancara dan pengamatan dibuktikan bahwa, intensitas dari diskusi kelompok ini sangat didukung oleh siswa karena sebagaian besar siswa lebih senang memecahkan materi pembelajaran fiqih yang sulit secara berkelompok bersama teman-temanya, serta siswa lebih banyak berinteraksi dengan siswa peserta diskusi lainnya.

E. Motivasi Siswa pada Bidang Studi Fiqih di Kelas X MA NW Selaparang Kecamatan Kediri Lombok Barat Tahun Pelajaran 2010/2011

Sesuai hasil wawancara dan pengamatan peneliti terhadap siswa, menunjukan motivasi belajar siswa dengan peggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran fiqih siswa kelas X MA NW Selaparang Kecamatan Kediri Lombok Barat mengalami peningkatan. Mereka lebih termotivasi dalam belajar secara berkelompok, karena adanya pertukaran pendapat langsung dari teman-teman sekelas mereka. Dan dari hasil wawancara secara random atau acak, para siswa juga lebih menyukai pelajaran fiqih apabila dalam kegiatan belajar di dalam kelas dilaksanakan dengan metode diskusi. Karena dengan metode ini akan menempatkan siswa pada pemahaman yang merata terhadap materi fiqih yang disampaikan oleh guru bidang studi.

65

Oleh karena itu, hasil wawancara dan pengamatan membuktikan bahwa motivasi belajar siswa setelah digunakannya metode diskusi pada mata pelajaran fiqih sudah mendekati titik keberhasilan yang maksimal, karena dari hasil observasi peneliti menunjukan bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran fiqih sudah mempengaruhi aktifitas keseharian, siswa menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk pendidikanya. Misalnya jam yang kosong dan jam istirahatnya sering digunakan sebagai kesempatan mendiskusi pelajaran bersama teman-temanya. Sementara itu Nasution mengemukakan beberapa petunjuk singkat dalam rangka upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswa di sekolah, antara lain :

1. Usahakan agar tujuan pelajaran jelas dan menarik, motif mempunyai tujuan, makin jelas tujuan, makin kuat motivasi.

2. Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikan.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan, senyuman yang menggembirakan suasana.

4. Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran. Anak-anak ingin aktif.

5. Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak.

6. Pujian dan hadiah lebih berhasil dari hukuman dan celaan. Sebaiknya biarlah hasil baik dalam pekerjaan merupakan hadiah bagi anak.

7. Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak.

8. Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid.

9. Hasil buruk apalagi kalau terjadi berulang-ulang akan mematahkan semangat.

10. Hargailah pekerjaan murid.

11. Berilah kritik dengan senyuman. Janganlah anak mendapatkan kesan bahwa guru marah kepadanya, tetapi hanya kecewa atas hasil pekerjaannya atau perbuatannya.76

Setelah guru fiqih berusaha memotivasi siswa-siswanya, maka akan menimbulkan motivasi belajar pada diri siswa, misalnya siswa menjadi aktif

76 http://pgribanjarsari.wordpress.com/2010/01/11.

66

dalam mengikuti proses belajar mengajar didalam kelas maupun di luar kelas, bergairah, senang, ceria, siap menerima pelajaran baru, suka mengerjakan tugas.

Dalam hal ini Sardiman, menegaskan bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi dalam belajar adalah:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang tekah dicapainya).

c. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap tindak kriminal amoral, dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan dengan tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau yakin akan sesuatu).

g. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.77

Demikian ciri-ciri motivasi belajar, apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti telah memiliki motivasi belajar yang kuat. Dalam kegiatan proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Berbagai hal tersebut harus dipahami benar oleh guru fiqih, agar dalam berinteraksi dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal kepada siswa-siswanya.

77 Sardiman, Intraksi Motivasi Belajar Mengajar, ………h.83.

Dokumen terkait