C. Krama subak Tempekan Babakan Beduuran
2. Subak Gede Mambang
Subak Gede Mambang merupakan salah satu subak basah yang terletak di Desa Mambang Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan. Subak Gede Mambang pada awalnya merupakan bagian dari Subak Gede. Kemudian dilakukan pemekaran pada tahun 2000 dimana Subak Gede dipecah menjadi dua subak yaitu Subak Gede Mambang dan Subak Penarukan. Subak Gede Mambang terletak di Dangin Nyampuan, sedangkan Subak Penarukan letaknya di Dauh Nyampuan. Jarak subak Gede Mambang dari kecamatan Kerambit kurang lebih 6 km. Sebagai sebuah organisasi, Subak Gede Mambang memiliki struktur kepengurusan yang diketuai oleh seorang pekaseh, seorang bendahara dan seorang sekretaris. Pekaseh dipilih dengan mekanisme penunjukan beberapa nama (bukan mencalonkan diri secara pribadi).
Kemudian akan dipilih pekaseh berdasarkan keputusan bersama melalui suara terbanyak (voting). Struktur Subak Gede Mambang dibagi menjadi 5 tempek dimana setiap tempek diketuai oleh seorang kelian tempek dan jajarannya, yang disebut prajuru. Prajuru dipilih secara bergilir yang berdasarkan luasnya lahan yang dimiliki.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pekaseh Subak Gede Mambang, I Nyoman Wirda, telah terjadi 6 periode pergantian kepemimpinan di Subak Gede Mambang sampai saat ini. Berikut nama-nama pekaseh yang pernah menjabat di Subak Gede Mambang.
Pekasehperiode pertama : Nyoman Derya;
Pekasehperiode kedua : Ketut Rodia;
Pekasehperiode ketiga : Pak Ardi;
Pekasehperiode keempat : Nyoman Sumidra;
Pekasehperiode kelima : Nyoman Astawa;
Pekasehperiode keenam : Nyoman Wirda (dari tahun 2006 sampai sekarang).
Sebelum kepemimpinan I Nyoman Wirda, administrasi dari subak Gede Mambang tidak tertata dengan baik, bahkan tidak ada administrasi tertulis. Maka dari itu struktur organisasi periode sebelumnya tidak dicatatkan. Hal tersebut dikarenakan pada periode tersebut, organisasi subak masih bersifat sangat tradisional, dan sederhana. Saat ini organisasi subak berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dimana Subak Babakan Anyar mulai memiliki administrasi.
Perkembangan tersebut juga merupakan suatu tuntutan dari pemerintah dalam rangka membenahi administrasi subak, serta terkait pembinaan dan pemberian bantuan.
Adapun struktur kepengurusan Subak Gede Mambang pada periode ini dapat dilihat dalam bagan berikut:
PEKASEH NYOMAN WIRDA
BENDAHARA NENGAH SUJASTRA SEKRETARIS
KETUT SUANDI
Subak Gede Mambang memiliki luas lahan sekitar 103,39 hektar dankrama subak berjumlah 422 orang. Adapun batas-batas Subak Gde Mambang adalah sebagai berikut:
batas Utara : Tukad Nyampuan, batas Timur : Tukad Yeh Ho, batas Selatan : Batas Bale Agung, batas Barat : Tukad Nyampuan.
Subak Gede Mambang dibagi menjadi 5 tempekan yaitu:
1. Tempek Gede dengan luas lahan 30,12 hektar dengan jumlahkrama subaksebanyak 107 orang;
2. Tempek Tengah dengan luas lahan 21,98 hektar dengan jumlahkrama subaksebanyak 80 orang;
3. Tempek Babakan dengan luas lahan 28,29 hektar dengan jumlahkrama subaksebanyak 102 orang;
4. Tempek Munduk luasnya 17,00 hektar dengan jumlah krama subaksebanyak 65 orang;
5. Tempek Mungkling luasnya 6,00 hektar, dengan jumlah krama subaksebanyak 68 orang.
Krama subak Gede Mambang mengadakan rapat rutin setiap 1 tahun sekali. Akan tetapi jika terdapat beberapa hal mendesak, akan diadakan rapat aksidental, sehingga dalam satu tahun paling sedikit ada 1 kali rapat. Rapat aksidental biasanya diadakan jika terdapat hal mendesak seperti adanya pelanggaran oleh seorang krama subak atau hal mendesak lainnya. Jika akan diadakan rapat maka pekaseh akan menyebarkan undangan rapat tersebut kepada krama subak melalui kelian tempek, kemudian kelian tempek akan menugaskan juru arah untuk menginformasikannya kepada setiap krama subak. Anggota subak biasa melakukan gotong royong sebelum musim tanam berlangsung. Jika ada proyek di tempekan tengah maka yang bekerja adalah tempekan tengah.
Jadi gotong royong ditentukan berdasarkan tempat dilaksankannya kegiatan. Selain rapat dan gotong royong, anggota subak juga melakukan upacara adat (piodalan) yang dilakukan pada rahina sukra wuku sungsang dan upacara melasti sasih kesanga. Subak Gede Mambang memiliki 3 pura yaitu 1 pura bedugul dan 2 pura ulun suwi. Apabila ada upacara di setiap pura tersebut, maka semuakrama subak akan bergotong royong dan menyiapkan persiapan upacara adat tersebut bersama-sama.
Subak Gede Mambang ini mengandalkan musim hujan sebagai sumber air utama karena subak ini merupakan subak tadah hujan. Hasil atau produk yang dominan dihasilkan di subak ini adalah padi, kacang panjang dan kacang hijau.
Kondisi di Desa Mambang yang mengalami musim kering berkepanjangan menyebabkan penurunan tingkat produktifitas,
dimana petani di Desa mambang pada umumnya dan krama subak Gede Mambang pada khususnya hanya dapat melakukan panen sekali dalam setahun. Oleh karena itu, pada musim kemarau para petani tersebut menanam jagung. Selain itu permasalahan lain yang dikeluhkan krama subak Gede Mambang yakni kurangnya sumber air karena Embung Telaga Waja digunakan untuk PDAM. Meskipun krama subak sudah menyatakan keluhan akan tetapi belum ada bantuan yang diberikan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Subak Gede Mambang memiliki awig-awig dan pararem yang berisi aturan-aturan yang berkaitan dengan organisasi subak. Sebelum adanya awig-awig tersebut, krama subak tunduk pada aturan-aturan yang tidak tertulis yang biasanya berupa hasil keputusan rapat bersama. Apabila terjadi pelanggaran terhadap awig-awig atau pararem, maka krama subakyang melanggar akan dikenakan sanksi. Salah satu sanksi yang biasanya dikenakan yakni denda. Denda yang dikenakan jika tidak ikut rapat tahunan sebesar Rp.15.000 per tahun. Ada juga denda yang dikenakan bagi krama subak yang tidak mengikuti kegiatan yaitu sebesar 50.000 per hari. Terdapat beberapa krama subak yang mengalihfungsikan lahannya menjadi perumahan. Meskipun sudah terdapat awig-awig, akan tetapi belum terdapat pengaturan mengenai sanksi bagi krama subakyang menjual atau mengalihfungsikan lahannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa subak dalam pengertiannya sebagai suatu organisasi berlandaskan pada konsep Tri Hita Karana. Unsur parhyangan tercermin dari adanya Pura Subak (Pura Bedugul atau Pura Ulun Suwi). Unsur pawongan tercermin dari adanya hubungan dan interaksi antara krama subak. Dan unsur palemahan tercermin dari wilayah subak itu sendiri.
A. Krama subak Tempekan Tengah
1. Nama : Pak Sueca
Alamat : Banjar Sambatsa
Umur : 73 tahun (lahir tahun 1942)
Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang
Jabatan : 1969-1979 (Juru arah), 1979- 1982 (Prajuru), 2014-2015
(Prajuru)
Pendapatan sebagai petani : Rp. 250.000,00/tahun Pekerjaan sambilan : Tidak Ada
Alih fungsi lahan : 5 are (menjadi lahan perkebunan palawija) Luas Wilayah Pertanian : 50 are
Pemilihan pemimpin : secara demokrasi (voting) Rapat per tahun : sesuai keperluan
Pelanggaran : tidak hadir dalam rapat (denda Rp. 15.000,00), tidak hadir dalam proyek tempekan subak (denda Rp.
25.000,00).
Hukum : dalam pelaksanaannya sudah efektif Sistem pembangunan subak : sistem gotong-royong.
Sistem pendistribusian air : berdasarkan luas lahan yang dihitung pertektek
Saluran induk : Tukad Nyampuan
2. Nama : Ni Ketut Yatni (Buk Giri)
Alamat : Banjar Sambatsa
Umur : 45 tahun
Pendidikan Terakhir : SMPN 1 Seputihraman, Lampung
Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang
Pekerjaan : sebagai petani sejak tahun 1991
Jabatan : Anggota
Pendapatan sebagai petani : Rp. 500.000,00/bulan Pekerjaan sambilan : tidak ada
Alih fungsi lahan : tidak ada Luas Wilayah Pertanian : 16 are
3. Nama : Ni Wayan Sumerti
Umur : 40 tahun
Pendidikan Terakhir : SMP Pramananda Kerambitan Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
Jabatan : Anggota
Pendapatan sebagai petani : Rp. 500.000,00/bulan Pekerjaan sambilan : tidak ada
Alih fungsi lahan : tidak ada Luas Wilayah Pertanian : 15 are
4. Nama : I Wayan Mayun
Umur : 48 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang
Jabatan : Anggota
Pendapatan sebagai petani : Rp. 2.000.000/tahun Pekerjaan sambilan : Pedagang: Rp 1.000.000 Alih fungsi lahan : tidak ada
Luas Wilayah Pertanian : 29,3 are
5. Nama : Wayan Sedana
Umur : 65 tahun
Pendidikan Terakhir : SD Jumlah Anggota Keluarga : 2 orang
Jabatan : Anggota
Pendapatan sebagai petani : Rp. 4.000.000,00/tahun Pekerjaan sambilan : peternak sapi dan babi;
pendapatan : Rp. 200.000,00/bln.
Alih fungsi lahan : tidak ada Luas Wilayah Pertanian : 47 are