74 BAB V
NILAI MENGELOLA ORGANISASI (ADAPTIF DAN KOLABORATIF)
75
• Kompetisi disektor publik
Kompetensi adalah fondasi yang penting untuk ASN agar dapat menjalankan tugas-tugas mereka dengan baik dan memberikan pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini memberikan manfaat baik bagi pemerintah, masyarakat, maupun perkembangan karir individu ASN. Keterampilan adaptif memang merupakan kompetensi yang penting untuk dimiliki oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun oleh individu di berbagai profesi.
Keterampilan adaptif mencakup berbagai aspek seperti kemampuan belajar cepat, fleksibilitas, kemampuan berpikir kritis, komunikasi yang efektif, kemampuan mengatasi stres, dan kemampuan bekerja dalam tim. Semua ini berperan penting dalam menjadikan ASN yang sukses dan efisien dalam menjalankan tugas-tugas mereka serta memberikan pelayanan publik yang berkualitas.
Instansi pemerintahan harus bersaing untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan masyarakat. Kompetisi antar instansi pemerintahan adalah suatu kondisi di mana instansi pemerintahan bersaing untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar instansi pemerintahan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berubah.
Dalam hal ini, instansi pemerintahan harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan masyarakat agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. Kemampuan adaptif harus menjadi salah satu jati diri aparatur sipil negara (ASN).
Instansi pemerintahan harus bersaing untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat karena hal ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan memperbaiki citra pemerintah. Selain itu, persaingan antar instansi pemerintahan juga dapat mendorong inovasi dan peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan. Dengan adanya persaingan, instansi pemerintahan akan berusaha untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan lebih baik.
Kompetisi tidak langsung antara negara-negara dapat dievaluasi melalui berbagai kriteria, indeks, dan pemeringkatan yang disusun oleh lembaga internasional atau supranasional. Ini mencakup parameter seperti kemajuan
76
pembangunan, indeks khusus, dan bahkan acara olahraga. Lebih lanjut, berbagai lembaga seperti PBB, IMF, Bank Dunia, Transparency International, World Economic Forum, UNDESA, dan World Intellectual Property Organization (WIPO) memberikan pengelompokan dan peringkat yang digunakan sebagai referensi untuk mengukur kinerja sebuah negara.
Pada tahun 2023, Indonesia menduduki peringkat ke-61 (peringkat ke-87 di tahun 2021) dari 132 negara di dunia dalam evaluasi kompetisi tidak langsung ini. Ini menunjukkan posisi Indonesia dalam konteks global. Lebih lanjut, sementara dalam wilayah Asia Timur, Asia Tenggara, dan Oseania, Indonesia menempati peringkat ke-12 (peringkat ke-14 ditahun 2021) dari 16 negara. Ini menunjukkan bahwa kinerja Indonesia mengalami peningkatan dalam berbagai aspek, termasuk aspek kreativitas, dapat bervariasi tergantung pada parameter dan pembanding yang digunakan.
Berikut perbandingan kinerja berbagai negara Asia Tenggara, Asia Timur, dan Oseania :
Gambar 1 : Global Innovation Index Rankings dalam GII 2023
77
Gambar 2 : Peta Sebaran Skor EV-DCI 2022 di 34 Provinsi di Indonesia
Skor EV-DCI 2022 tertinggi masih dipegang oleh DKI Jakarta dengan skor 73,2. Sementara itu, di posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Jawa Barat dan DI Yogyakarta dengan skor 58,5 dan 49,2. Kalimantan Timur menjadi salah satu provinsi di luar Pulau Jawa yang berhasil masuk ke 10 besar di peringkat 7 dengan kenaikan skor 4,5, dengan skor EV-DCI 2022 sebesar 44,0.
Selain Kalimantan Timur, beberapa provinsi di luar Jawa mengalami peningkatan daya saing digital yang cukup baik. Contohnya, Bengkulu yang mengalami peningkatan skor EV-DCI 2022 tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 7,8 poin menjadi 39,1. Kenaikan skor tersebut membuat Bengkulu naik tujuh peringkat, menjadi 12. Papua Barat dan Lampung juga menunjukkan peningkatan daya saing digital yang signifikan; masing-masing naik 11 peringkat ke posisi 19 dan enam peringkat ke posisi 20.
Penurunan signifikan terjadi pada provinsi Jawa Tengah dan Jambi. Jawa Tengah turun enam peringkat ke posisi 14 dengan skor 38,0 dari skor 42,6 di 2021. Sementara Jambi turun 10 peringkat dari posisi 20 ke 30 dengan skor 31,9 walaupun skornya pada 2022 (31.9) lebih tinggi daripada pada 2021 (30.9).
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Jambi mengalami peningkatan skor, namun provinsi lainnya meningkat dengan lebih baik dibandingkan Jambi dan berhasil mendapatkan peringkat yang lebih tinggi. Secara umum, meskipun terjadi penurunan peringkat pada beberapa daerah, namun skor indeks pada sebagian besar daerah terutama kelompok daerah menengah dan bawah mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi digital daerah di Indonesia. Gambaran Kompetisi yang semakin ketat di berbagai bidang memaksa dan mendorong pemerintah, baik di tingkat
78
nasional maupun daerah, untuk terus bersaing dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Adaptasi menjadi kunci bagi negara untuk dapat menjadi kompetitif.
• Perubahan iklim
Perubahan iklim menimbulkan berbagai tantangan bagi sektor publik, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu rata- rata, pola cuaca, dan tingkat laut di seluruh planet. Perubahan iklim menimbulkan berbagai tantangan bagi sektor publik, sehingga dibutuhkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Contoh tantangan yang dihadapi akibat perubahan iklim adalah banjir, kekeringan, dan peningkatan suhu udara yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Beberapa contoh upaya adaptasi yang dapat dilakukan adalah mengurangi emisi, beradaptasi dengan dampak iklim, dan mendanai penyesuaian yang diperlukan Selain itu, perlu dilakukan pengintegrasian perubahan iklim sebagai pilar penting dan fokus utama dalam agenda kebijakan pembangunan yang berkelanjutan
• Perkembangan teknologi
Dalam era digital saat ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat.
Hal ini juga berdampak pada lingkungan kerja, termasuk bagi Aparatur Sipil Negara (ASN). ASN perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan menyelesaikan tugasnya dengan lebih efektif dan efisien. Teknologi, seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Big Data, dan otomasi, merupakan faktor penting dalam perubahan di sektor bisnis dan pemerintahan. Perubahan ini memerlukan pembangunan infrastruktur teknologi, peningkatan SDM, budaya kerja, dan tingkat aksesibilitas yang adil bagi warga negara. AI akan mengubah cara kerja konvensional dengan peran yang melibatkan kecerdasan buatan yang mungkin melampaui kemampuan manusia.
Keamanan cyber menjadi isu serius dengan intensitas penggunaan internet dalam layanan publik. Masyarakat perlu beradaptasi dengan penggunaan internet dan meningkatkan kesadaran tentang perlindungan dari kejahatan siber. Adaptasi mencakup kemampuan penggunaan teknologi dan
79
antisipasi terhadap konsekuensi penggunaannya. Perilaku komunikasi yang didominasi oleh media sosial juga mengalami perubahan. Pemerintah perlu memastikan kompatibilitas metode komunikasi publik dengan media sosial.
Pelayanan publik berbasis digital menjadi keharusan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan literasi digital masyarakat. Pemerintah dapat memanfaatkan analisis big data untuk memahami aspirasi dan kebutuhan masyarakat, serta mengevaluasi tingkat kepercayaan publik terhadap layanan pemerintah. Analisis big data bukan hanya untuk kebutuhan pemasaran, tetapi juga untuk pemahaman respon masyarakat terhadap layanan publik.
Kemampuan Berfikir Kritis
Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka karena kompetensi memainkan peran kunci dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan dengan efektif dan efisien. Ada beberapa alasan mengapa kompetensi penting bagi seorang ASN:
• Pelayanan Publik yang Berkualitas: ASN bertanggung jawab untuk memberikan layanan publik kepada masyarakat. Kompetensi yang tepat memastikan bahwa mereka dapat melaksanakan tugas-tugas mereka dengan baik, memberikan pelayanan yang berkualitas, dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
• Efisiensi dalam Pemerintahan: Kompetensi membantu dalam pengelolaan sumber daya dan operasi pemerintahan yang lebih efisien. ASN yang kompeten dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik dan meminimalkan pemborosan sumber daya, seperti waktu, anggaran, dan personil.
• Keamanan dan Kepatuhan Hukum: Dalam banyak kasus, ASN memiliki akses ke informasi sensitif dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan informasi tersebut. Kompetensi melibatkan pemahaman akan aturan dan kebijakan yang relevan, sehingga mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan integritas dan mematuhi hukum.
• Kualitas Kebijakan Publik: ASN seringkali terlibat dalam pengembangan dan implementasi kebijakan publik. Kompetensi yang baik dalam analisis kebijakan dan pemahaman isu-isu sosial dan ekonomi membantu dalam
80
merancang kebijakan yang lebih efektif dan berdampak positif pada masyarakat.
• Peningkatan Karir: ASN yang memiliki kompetensi yang baik cenderung memiliki peluang karir yang lebih baik. Mereka dapat maju dalam hierarki pemerintahan dan memperoleh tanggung jawab yang lebih besar, dengan demikian berkontribusi lebih banyak dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya publik.
• Peningkatan Reputasi ASN dan Pemerintah: ASN yang kompeten berkontribusi pada peningkatan reputasi pemerintah. Masyarakat akan lebih percaya kepada pemerintah yang memiliki ASN yang kompeten dalam memberikan layanan yang berkualitas dan mengelola masalah dengan baik.
• Tantangan dan Perubahan: ASN seringkali dihadapkan pada tantangan dan perubahan yang cepat di lingkungan kerja mereka. Kompetensi yang kuat memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan baik terhadap situasi yang berubah dan mengejar inovasi dalam pemecahan masalah.
• Meningkatkan Produktivitas dan Kinerja: Kompetensi mencakup keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan untuk menjalankan tugas dengan lebih baik. Dengan kompetensi yang tepat, ASN dapat menjadi lebih produktif dan meningkatkan kinerja mereka.
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengevaluasi, menganalisis, dan memahami informasi dengan cermat serta untuk menghasilkan penilaian yang rasional dan logis. Ini melibatkan kemampuan untuk memproses informasi secara kritis, mengidentifikasi masalah, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam. Beberapa aspek penting dari kemampuan berpikir kritis meliputi:
• Analisis Informasi: Kemampuan untuk memecah informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil, mengidentifikasi hubungan dan pola, serta memahami implikasi dari informasi tersebut. Ini membantu seseorang dalam memahami konteks informasi yang diberikan.
• Evaluasi Bukti: Kemampuan untuk menilai bukti dan argumen yang ada.
Ini mencakup kemampuan untuk mengenali sumber daya yang valid dan terpercaya, serta untuk mengidentifikasi bias atau ketidaksesuaian dalam argumen.
81
• Pemecahan Masalah: Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, merancang solusi yang efektif, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemecahan masalah yang baik memerlukan analisis kritis yang mendalam.
• Pengambilan Keputusan: Kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai pilihan, menganalisis konsekuensi dari setiap pilihan, dan membuat keputusan yang paling bijak berdasarkan informasi yang tersedia.
• Pemahaman Konsep: Kemampuan untuk memahami konsep, teori, atau ide-ide yang kompleks dan abstrak. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk merumuskan pemahaman yang dalam dan abstrak dari materi yang dipelajari.
• Kritis terhadap Informasi: Kemampuan untuk mengembangkan sikap kritis terhadap informasi yang diterima, tidak hanya menerima informasi tanpa pertanyaan. Ini melibatkan kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang kritis tentang kebenaran, relevansi, dan keandalan informasi.
• Argumentasi yang Baik: Kemampuan untuk merumuskan dan menyusun argumen yang kuat, berdasarkan bukti dan logika yang solid. Ini membantu dalam berkomunikasi efektif dan memengaruhi orang lain dengan argumen yang baik.
Kemampuan Memecahkan masalah
Dalam lingkungan pemerintah, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) sering dihadapkan pada tugas-tugas kompleks yang memerlukan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. ASN mungkin harus mengatasi tantangan yang berkaitan dengan kebijakan publik, administrasi, atau pelayanan masyarakat.
Kreativitas dalam peran ASN dapat berarti kemampuan untuk berpikir di luar kebijakan yang sudah ada, menciptakan solusi baru, atau menghadirkan pendekatan inovatif untuk masalah-masalah yang rumit. Misalnya, dalam merancang program kesejahteraan sosial yang lebih efisien, seorang ASN yang kreatif mungkin menciptakan model yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, yang dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat. Namun, kreativitas saja tidak cukup untuk membuat perubahan yang signifikan.
82
ASN juga harus memiliki kemampuan memecahkan masalah yang kuat. Ini berarti mereka harus dapat menganalisis implikasi dari ide-ide kreatif mereka, mengidentifikasi hambatan hukum atau administratif, dan merancang rencana pelaksanaan yang praktis. Kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah dalam pekerjaan seorang ASN dapat menghasilkan perubahan positif dalam pelayanan publik, kebijakan, atau tata kelola pemerintahan. Dengan berkolaborasi, kreativitas membantu merintis jalan menuju solusi yang berbeda, sementara kemampuan memecahkan masalah membantu mengatasi hambatan dan kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan. Kombinasi kedua keterampilan ini dapat memungkinkan ASN untuk menciptakan perubahan yang berarti dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh ASN untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah :
1. Belajar dari pengalaman. ASN dapat belajar dari pengalamannya sendiri maupun pengalaman orang lain.
2. Berlatih. Semakin sering ASN berlatih memecahkan masalah, semakin baik kemampuannya.
3. Mencari bantuan. Jika ASN mengalami kesulitan, ASN dapat meminta bantuan dari orang lain.
Keterkaitan antara kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah dalam pekerjaan seorang ASN tidak hanya berlaku untuk pengembangan kebijakan, tetapi juga untuk menjalankan tugas-tugas sehari-hari. Misalnya, ketika menghadapi masalah administratif yang rumit, seorang ASN yang kreatif dapat mencari cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi proses kerja. Mereka dapat menciptakan alat atau sistem yang lebih efektif untuk mengelola data atau memberikan layanan publik yang lebih baik kepada masyarakat. Selain itu, kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah sangat berharga dalam menghadapi situasi darurat atau krisis. Seorang ASN yang kreatif mungkin dapat dengan cepat merancang rencana tanggap darurat yang tidak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik, tetapi juga mengoptimalkan sumber daya yang tersedia. Kemampuan memecahkan masalah akan membantu mereka mengatasi tantangan-tantangan yang muncul selama krisis, seperti mengorganisir logistik, mengkoordinasikan respon, dan mengatasi hambatan hukum atau birokratis.
83
Dalam semua aspek pekerjaan ASN, kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah bekerja bersama-sama untuk menciptakan perubahan yang positif dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas pelayanan publik. Kreativitas memungkinkan ASN untuk berpikir inovatif dan mengeksplorasi berbagai pendekatan, sementara kemampuan memecahkan masalah membantu mereka mengubah ide-ide tersebut menjadi tindakan nyata yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Pelajari lebih mendalam lagi tentang “Beda Design Thinking, Critical Thinking & Creative Thinking” pada video berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=Jm2pPKCxTaA&t=14s
Dengan demikian, kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah adalah dua elemen kunci yang membantu ASN dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan baik, mengatasi tantangan kompleks, dan menciptakan perubahan yang positif dalam pelayanan publik serta kebijakan yang mereka urus.
Kombinasi kedua keterampilan ini menjadi kekuatan penting dalam menjawab kebutuhan dan tuntutan yang beragam dalam lingkungan pemerintah.
Kemampuan Belajar Mandiri
Undang-Undang ASN No. 20 Tahun 2023 Pasal 49 ayat (1) mengamanatkan bahwa Setiap Pegawai ASN wajib melakukan pengembangan kompetensi melalui pembelajaran secara terus menerus agar tetap relevan dengan tuntutan organisasi.
Ayat (2) Pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui sistem pembelajaran terintegrasi. Pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran. Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyediakan pelatihan bagi ASN. Namun, karena jumlah ASN yang sangat banyak, hal tersebut mungkin sulit diwujudkan. Oleh karena itu, ASN harus mampu melakukan pembelajaran secara mandiri. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dengan pembelajaran mandiri diantara :
1. Menentukan tujuan pembelajaran : Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan pembelajaran. Apa yang ingin dicapai dengan pembelajaran mandiri? Apakah ingin meningkatkan pengetahuan, keterampilan, atau sikap? Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, maka akan lebih mudah untuk menentukan materi dan metode pembelajaran yang tepat.
84
2. Mencari sumber belajar; Ada banyak sumber belajar yang dapat digunakan untuk pembelajaran mandiri, seperti buku, internet, atau tutorial video. Pilihlah sumber belajar yang berkualitas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Membuat jadwal belajar
Agar pembelajaran mandiri lebih efektif, buatlah jadwal belajar. Jadwal belajar dapat membantu untuk mengatur waktu dan fokus pada pembelajaran.
Berlatih secara rutin dan dapatkan umpan balik untuk mengetahui sejauh mana materi yang dipelajari telah dikuasai. Umpan balik dapat diperoleh dari rekan kerja, atasan, atau mentor.
Kolaboratif
Pengertian kolaboratif menurut Dyer, J. H., & Singh, H. (1998) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ the value generated from an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by developing shared routines”1, sedang menurut Jerome dan Kisby (2019), kolaboratif adalah suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua atau lebih individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama2. Kolaboratif melibatkan partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat dan membutuhkan komunikasi yang efektif, saling pengertian, dan kemauan untuk mencapai kompromi. Kolaboratif juga dapat meningkatkan kinerja individu atau kelompok karena memungkinkan adanya pertukaran ide dan pengetahuan yang lebih luas.
Kolaborasi adalah suatu proses di mana dua atau lebih individu, kelompok, atau entitas bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama atau untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek. Kolaborasi biasanya melibatkan berbagi ide, sumber daya, pengetahuan, dan upaya untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada yang dapat dicapai oleh individu atau kelompok secara terpisah. Kolaborasi dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti di lingkungan kerja, dalam dunia seni, dalam penelitian ilmiah, atau dalam kehidupan sehari-hari. Kolaborasi antar instansi pemerintah merujuk pada kerja sama atau koordinasi yang terjadi antara berbagai badan atau departemen pemerintah, baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional, untuk mencapai tujuan bersama atau untuk menyelesaikan isu-isu yang melibatkan banyak aspek atau sektor yang berbeda. Kolaborasi semacam ini memiliki beberapa tujuan utama:
85
• Efisiensi Sumber Daya: Dengan berkolaborasi, instansi pemerintah dapat membagi sumber daya dan menghindari duplikasi pekerjaan. Hal ini dapat menghemat anggaran dan memastikan penggunaan sumber daya yang lebih efisien.
• Penanganan Masalah Kompleks: Banyak masalah yang dihadapi oleh pemerintah, seperti perubahan iklim, keamanan nasional, atau penanggulangan bencana, melibatkan berbagai aspek dan sektor yang berbeda. Kolaborasi memungkinkan berbagai badan pemerintah yang memiliki keahlian dan wewenang berbeda untuk bekerja sama dalam menangani masalah tersebut.
• Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik: Dengan bekerja sama, instansi pemerintah dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang mereka berikan kepada masyarakat. Ini dapat mencakup perbaikan layanan kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan lainnya.
• Inovasi dan Pengembangan Kebijakan: Kolaborasi antar instansi pemerintah juga dapat memungkinkan pertukaran ide dan pengalaman yang dapat mengarah pada inovasi dalam pengembangan kebijakan. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam menemukan solusi yang lebih baik dan efektif untuk berbagai masalah.
• Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas: Kolaborasi dapat membantu dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan.
Dengan berbagi informasi dan hasil kerja, instansi pemerintah dapat memastikan bahwa tindakan mereka lebih mudah dipantau dan dievaluasi oleh masyarakat.
Kolaborasi antar instansi pemerintah dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk pertemuan rutin, pembentukan tim kerja bersama, perjanjian kerja sama formal, dan penggunaan teknologi informasi untuk berbagi data. Hal ini memainkan peran penting dalam menjalankan tugas pemerintah dengan lebih efektif dan efisien, serta dalam memastikan bahwa pemerintah dapat menjawab dengan baik terhadap tantangan dan perubahan yang terus berkembang di masyarakat.
Tujuan kolaborasi adalah untuk menggabungkan keahlian, pengalaman, dan sumber daya dari berbagai pihak yang terlibat untuk mencapai hasil yang lebih baik, efisien, dan berkelanjutan. Kolaborasi juga dapat menghasilkan
86
inovasi, pemecahan masalah yang lebih baik, dan peningkatan produktivitas.
Dalam dunia yang semakin terhubung, kolaborasi menjadi semakin penting untuk mengatasi tantangan kompleks dan mencapai hasil yang lebih baik secara bersama-sama.
Dalam tatakelola kolaboratif, pemilihan pemimpin harus dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa mereka mampu mengarahkan upaya kolaboratif dengan cara yang mendukung pemeliharaan struktur horizontal, sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu, kolaborasi harus memberikan peluang kepada berbagai pihak untuk berpartisipasi, bersikap terbuka dalam kerja sama untuk menciptakan nilai tambah, dan menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan bersama. Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2. Merencanakan aksi kolaborasi; dan
3. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3: Gambar Kerangka Pikir dalam melakukan Assessment Tata Kelola Kolaborasi
87
Ansen dan Gash (2012, halaman 550) menjelaskan tentang model tatakelola kolaboratif. Mereka menyatakan bahwa kondisi awal memengaruhi jalannya proses kolaborasi. Proses ini melibatkan elemen-elemen seperti pembangunan kepercayaan, dialog tatap muka, komitmen terhadap proses, pemahaman bersama, dan pengembangan hasil bersama.
Desain lembaga, termasuk transparansi proses dan faktor kepemimpinan, juga memengaruhi jalannya proses kolaborasi yang diharapkan akan menghasilkan hasil yang diinginkan. Gambaran ini dapat dilihat dalam ilustrasi berikut.
Gambar 4. Model Collaborative Governance Sumber: Ansen dan gash (2012 p 550)
Prinsip-Prinsip Kolaboratif
Prinsip-prinsip kolaboratif membantu menciptakan lingkungan yang mendukung kerja sama yang produktif dan berkelanjutan antara berbagai pihak, baik dalam konteks bisnis, pemerintahan, maupun di berbagai bidang lainnya. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, kolaborasi dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Prinsip-prinsip kolaboratif adalah panduan atau aturan dasar yang mengatur perilaku dan