BAB III METODE PENELITIAN
G. Teknik Analisis Data
Analisis Data M. Djunaidi dan Fauzan menjelaskan secara gamblang terkait dengan analisis data yaitu dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, baik data dari wawancara, catatan lapangan maupun dokumentasi-dokumentasi, setelah dicermati, dipelajari dan ditelaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan sambil memberi kode. Tahap terakhir yaitu mengadakan
pemeriksaan keabsahan data. Setelah tahap ini selesai, maka harus ditafsirkan menjadi teori substansif dengan beberapa metode tertentu.
Adapun proses dari analisis data kualitatif menurut Seiddel sebagaimana dikutip oleh M. Dhunaidi dan Fauzan adalah sebagai berikut:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dpat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilih dan memilah, mengklarifikasikan, mensistensiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif untuk melihat data.
Data dikumpulkan, dihasilkan, dijelaskan, dan dianalisis dengan metode analisis yang dikenal dengan analisis kualitatif deskriptif untuk memberikan informasi dan gambaran yang jelas tentang subjek yang diteliti. Penulis telah melakukan sangat sedikit, termasuk yang berikut: Selama studi fenomenologis atau melalui pengamatan dan pencatatan, peneliti mendapatkan analisis data.
Untuk melakukan analisis data, peneliti juga melakukan wawancara dengan orang-orang yang dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang diangkat. Data dari dokumentasi dapat berupa catatan, video, atau foto yang semuanya digunakan dalam analisis data. Selain itu, sumber pendukung menyediakan data ini. Sumber-sumber tersebut antara lain internet, dimana peneliti dapat membaca hasil penelitian peneliti lain untuk mendukung penelitiannya
sendiri, serta sumber buku yang ada terkait dengan masalah yang diangkat oleh peneliti.
H. Teknik Pengabsahaan Data
Pengabsahan data adalah untuk menjamin bahwa semua yang telah diamati dan diteliti penulis sesuai dengan data yang sesungguhnya ada dan memang benar- benar terjadi. Hal ini dilakukan penulis untuk memelihara dan menjamin bahwa data tersebut benar, baik bagi pembaca maupun subjek penelitian. Guna memperoleh tingkat keabsahan data penulis menggunakan triangulasi, yaitu mengadakan perbandingan antara sumber data yang satu dengan yang lain.
Sebagaimana yang dikemukakan Moleong, bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data tersebut”.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ialah triangulasi sumber dan triangulasi teknik atau metode. Triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal demikian dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang-orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berasda, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Dalam penelitian ini, peneliti dapat melakukan beberapa langka yang harus dilakukan yakni data yang telah diperoleh dan diteliti sesuai dengan apa yang terjadi, hal tersebut menjamin bahwa data informasi yang dikumpulkan itu benar.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan perbandingan anatara sumber data yang satu dengan sumber data yang lain untuk memastikan atau membandingkan data tersebut.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Deskripsi Umum Kota Makassar
Mpu Prapanca menyebut Makassar sebagai salah satu daerah taklukan Majapahit abad ke-14 dalam kitab Nagarakretagama. Namun, Makassar diyakini pertama kali dikembangkan oleh Tumaparisi Kallonna, Raja Gowa ke-9 yang memerintah dari tahun 1510 hingga 1546. Ia mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, memindahkan pusat kerajaan ke pesisir, dan mengangkat seorang syahbandar ke mengawasi perdagangan.
Makassar menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara dan pusat perdagangan dominan di Indonesia Timur pada abad ke-16. Semua pengunjung Makassar berhak berbisnis di sana di bawah kebijakan perdagangan bebas yang ketat dari raja-raja Makassar, yang menentang upaya VOC (Belanda) untuk memonopoli kota tersebut.
Selain itu, meskipun Islam semakin menjadi agama mayoritas di daerah tersebut, umat Kristiani dan pemeluk agama lain masih diperbolehkan berbisnis di Makassar. Sebagai akibat langsung dari hal ini, Makassar berkembang menjadi pusat penting bagi orang Melayu yang terlibat dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan basis penting bagi para pedagang Eropa dan Arab. Kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo saat itu dibutuhkan untuk mendapatkan semua keistimewaan tersebut.
Sultan Alauddin dari Gowa dan Sultan Awalul Islam dari Tallo).
1. Aspek Geografis dan Administrasi
Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan.
Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut.
Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari lakilaki 557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %.
Letak : Koordinat 5°8′S 119°25′E di pesisir barat daya pulau Sulawesi, menghadap Selat Makassar.
Batas-batas administrasi Kota Makassar adalah:
Batas Utara: Kabupaten Maros
Batas Timur: Kabupaten Maros
Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar
Batas Barat: Selat Makassar.
Penduduk Kota Makassar berasal dari berbagai latar belakang etnis dan hidup bersama dengan damai. Mayoritas penduduk Makassar adalah suku Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa, dan lainnya. Umat Islam merupakan mayoritas penduduk. Segmentasi Berdasarkan Wilayah:
Terdapat 4.446 RT, 885 RW, 14 kelurahan, dan 143 kelurahan di Kota Makassar. Situasi Wilayah: Ketinggian Kota Makassar antara 0 sampai 25 meter di atas permukaan laut, dan suhu di sana berkisar antara 20 sampai 32 derajat Celcius.
Kota Makassar dibatasi oleh dua sungai: Selain itu, lihatlah setiap aspek geografi Makassar. Luas : luas 128,18 km2 atau 175,77 km2, batas kecamatan: Tamalanrea: 31,84 km²; Biringkanaya berukuran 48,22 km2;
Mangala berukuran 24,14 km2; Panakkukang berukuran 17,05 km2;
menempati 5,83 km2; Batas tanah 5,94 km2; Bontoala berukuran 2,10 km2;
Wajo seluas 1,99 km2; Ujung Pandang seluas 2,63 km2; Makassar seluas 2,52 km2; Rappocini berukuran 9,23 km2; Tamate seluas 20,21 km2, Mamajang seluas 2,25 km2; 1,82 km2 mariso
• Kepadatan Penduduk: 6.646,5/km2
• Jumlah penduduk: Selat Makassar, Kabupaten Kepulauan Pangkajene, Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Maros di selatan mendefinisikan Makassar, yang merupakan rumah bagi 1.168.258 rakyat.
Karena merupakan rumah bagi berbagai suku bangsa, kota ini dianggap sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia dalam hal pembangunan dan populasi. Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa adalah kelompok etnis utama di Makassar.
Gambar 4.1 : Peta Administrasi Kota Makassar (Sumber: BPS Kota Makassar)
Karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari barat ke timur di Indonesia, utara ke selatan di Indonesia, dan utara ke selatan di provinsi Sulawesi, kota Makassar berada di lokasi yang sangat penting. Dengan kata lain, Makassar terletak di 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan, dan ketinggian kota berkisar antara 1 hingga 25 meter di atas permukaan laut.
Sungai Tallo bermuara di bagian utara Kota Makassar, sedangkan Sungai Jeneberang bermuara di wilayah selatan kota. Terdapat kemiringan 0 hingga 5 derajat di sisi barat Kota Makassar. Di sisi-sisinya terdapat dua muara sungai.
B. Kependudukan di Kota Makassar
Penduduk di kota Makassar berdasarkan data penduduk tahun 2019 sebanyak 1.480.480 jiwa yang terdiri dari 741.326 jiwa penduduk perempuan dan 739.154 jiwa penduduk laki-laki. Pada tahun 2018 kota Makassar memiliki jumlah penduduk sekitar 1.6 juta jiwa dan memiliki laju pertumbuhan sebesar 1.29%.
Tabel 4.2 : Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Makassar tahun 2019-2021
Kecamatan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Makassar (2021) laki-laki Perempuan Jumlah
Mariso 28903 57594 57594
Mamajang 27520 56056 56056
Tamalate 90757 181533 181533
Rappocini 70802 144619 144619
Makassar 40699 82142 82142
Ujung Pandang 11895 24526 24526
Wajo 15002 30033 30033
Ujung Tanah 17995 35947 35947
Kepulauan Sangkarang 7051 14187 14167
Tallo 73289 145400 145400
Panakukkang 69693 139635 139635
Manggala 73649 147549 147549
Biringkanaya 104997 210076 210076
Jumlah 711006 1427619 1427619
Sumber : BPS Kota Makassar dalam tahun 2019-2021 C. Kondisi Sosial
1. Kesehatan
keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan dapat dilihat dari 2 aspek yaitu sarana kesejatan dan dari sumber daya manusianya. Pada tahun 2019 di Kota Makassar terdapat 59 Rumah Sakit dan 46 Puskesmas.
2. Ekonomi
Pada tahun 2020, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Makassar mulai mengkaji aspek sosial ekonomi kota Makassar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meringkas dua tema besar: keadaan sosial dan ekonomi Makassar serta perekonomiannya.
Rasio gini, tingkat inflasi, dan pertumbuhan ekonomi semuanya diperiksa secara menyeluruh dalam analisis kondisi ekonomi. Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan analisis kondisi sosial lebih erat hubungannya.
Sebagai peneliti senior di Pusat Pengembangan Kebijakan Pembangunan (P2KP) Universitas Hasanuddin dan dosen tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dr. Agussalim turut serta dalam penelitian ini. SE, M.Si., Muhammad Afif Sallatu membantu tim penyusun dalam mengumpulkan, menyusun, dan mengevaluasi data.
Salman Samir, MS, SE juga dari Consultant Institute for Local Governance (LOGOV) Makassar. Beberapa temuan umum studi tersebut adalah sebagai berikut: Kinerja perekonomian Makassar tetap stabil dan terus membaik selama lima tahun terakhir.
Sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor konstruksi, dan sektor jasa perusahaan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Makassar tahun 2019. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga yang terus meningkat dan peningkatan yang pesat konsumsi LNPRT di sisi penggunaan menyumbang sebagian besar
pertumbuhan ekonomi. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan pendapatan per kapita keduanya meningkat sebagai akibat dari keadaan ini.
Sementara itu, baik rasio gini maupun tingkat inflasi mengalami penurunan. Distribusi, jumlah, laju pertumbuhan, dan aspek sosial dari kondisi demografis—seperti kepadatan dan distribusi populasi—secara umum telah membaik. Sementara itu, IPM mendapat peringkat sangat tinggi sejak 2016. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan (P2) juga menurun, begitu pula jumlah dan persentase penduduk miskin.
D. Data Anak Jalanan Di Kota Makassar
Menurut Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dinas Sosial Provinsi Sulawesi , terdapat 18.555 anak dan balita terlantar, 387 anak jalanan, 1.812 anak tidak mampu perlindungan khusus, dan 1.418 anak yang telah dianiaya.
Selain itu, pencatatan dan pelaporan kasus anak di Sulawesi Selatan tahun 2017 menunjukkan bahwa persentase korban yang masih anak-anak satu setengah kali lebih tinggi dibandingkan persentase korban yang sudah dewasa. Ini hanyalah puncak gunung es dalam hal jumlah kasus kekerasan, khususnya kejahatan dan eksploitasi seksual; Akibatnya, deskripsi mungkin jauh lebih luas. 2.943.089 anak antara usia 0 dan 18 merupakan 35% dari populasi di provinsi Sulawesi Selatan.
Menurut Data Baseline Pembangunan Berkelanjutan Sulawesi Selatan, 55%
anak mengalami dua bentuk kemiskinan atau lebih, dan hampir 355.000 anak, atau 12% populasi, hidup di bawah garis kemiskinan. Sangat jelas dari data sebelumnya
bahwa banyak anak membutuhkan layanan kesejahteraan dan perlindungan yang komprehensif.
Mirisnya, pelayanan kesejahteraan dan perlindungan anak tetap berkonsentrasi pada penanganan korban atau kasus yang sudah terjadi. Padahal penanganan korban membutuhkan biaya yang lebih besar dan dampak yang lebih besar bagi anak. Pemerintah telah memutuskan untuk memperluas PKSAI ke daerah-daerah baru karena meningkatnya variasi dan kualitas layanan yang ditawarkan kepada anak-anak yang rentan dan berisiko serta keluarganya. Sesuai UU No. Sebagai kebutuhan pokok, Pasal 23 Tahun 2014 mengamanatkan pemerintah daerah menyelenggarakan pelayanan sosial.
Peraturan Nomor: Menurut dokumen Kementerian Sosial, Pengembangan potensi sumber kesejahteraan sosial, penyediaan dan penguatan lembaga penyedia layanan bagi anak yang membutuhkan perlindungan khusus, penyediaan layanan dasar bagi anak terlantar, pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap anak, dan penyediaan pelayanan dasar bagi anak terlantar merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan Pusat Kesejahteraan Sosial Anak Integratif (PKSAI), salah satu komponen sistem perlindungan anak, berfokus pada pencegahan, pengurangan risiko, dan penanganan anak yang dilecehkan, ditelantarkan, atau dilecehkan dengan cara lain.
Kunci layanan PKSAI adalah sebagai berikut: Upaya pencegahan dini PKSAI untuk mengurangi kerentanan anak terhadap ancaman, penelantaran, dan kekerasan dalam bentuk apapun adalah signifikan.
Identifikasi yang akurat atas isu-isu spesifik dan kelompok anak-anak yang rentan. Integrasi penyampaian layanan dengan menurunkan risiko bagi keluarga dan anak-anak melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN
1. Profil Anak Jalanan
Dalam perkembangan yang relatif pesat dewasa ini, setiap orang di kota, termasuk penduduk yang terus bertambah, harus ikut serta dalam laju pembangunan yang semakin pesat. Orang menjadi terlalu tergantung pada fasilitas dan fasilitas yang dibangun pemerintah. Sebagai akibat langsung dari hal ini, sejumlah besar anak-anak dan bahkan remaja di bawah usia 18 tahun terlibat dalam pergaulan bebas, terjun ke dalam lubang dan membahayakan prospek masa depan mereka.
Akibatnya, beberapa anak terdampar di jalanan. Fenomena lapangan akan dikaji dalam penelitian ini untuk mengetahui penyebab mendasar dari perilaku menyimpang anak jalanan yang menggunakan lem aibon. Sebagai hasil dari pendekatan kualitatif penelitian ini, data deskriptif tentang perilaku anak jalanan dapat diperoleh dengan menganalisis kata-kata tertulis dan lisan. Sebelum memulai wawancara, pengumpulan data, penyajian, dan penarikan kesimpulan atau analisis data, peneliti menyusun daftar pertanyaan.
Orang yang bersedia memberikan peneliti informasi diprofilkan di bawah ini.
Tabel 5.1 : Profil Anak Jalanan
No. Nama Asal JK Jenjang Pendidikan
1. Dendra Putra Makassar L SMA
2. Wawan Makassar L Drop Aout
3. Dwi Angga
Saputra
Makassar L SMA
4. Trianto Indra Makassar L SMA 5. Rezkianto Makassar L Drop Aout
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan 2023
Informasi di atas berkaitan dengan anak jalanan yang ditemukan selama kerja lapangan. Selama proses pengumpulan data, informasi dikumpulkan di lokasi- lokasi kegiatan anak jalanan.
A. Dendra Putra (DP)
Dendra Putra adalah laki-laki yang lahir di Makassar pada tanggal 3 Mei 2006. Umurnya 17 tahun dan bersekolah di SMA Makassar. Dini adalah anak pertama dari saudara kedua. Ibu dan adik laki-lakinya yang masih kelas dua tinggal bersamanya. Orang tua Dini jarang memiliki pekerjaan.
Dia adalah anak laki-laki dari keluarga bahagia yang mengikuti orang tua mereka.
B. Wawan
Wawan adalah seorang laki-laki yang lahir di Makassar pada tanggal 23 Agustus 2004. Ia berhenti sekolah pada usia 19 tahun sekarang. Dia adalah anak kedua dan saudara kelima. Orang tuanya bekerja paruh waktu. Ibunya tidak memiliki pekerjaan, dan ayah serta keluarganya adalah penyemir
sepatu jalanan. Selain itu, karena kendala keuangan, saudara-saudaranya tidak dapat bersekolah.
C. Dwi Angga Saputra
Seorang anak laki-laki lahir di Makassar pada tanggal 9 Mei 2005. Saat ini berusia 18 tahun dan sedang menempuh pendidikan di salah satu SMA di Makassar. Dia adalah anak tunggal dan tinggal bersama kakek neneknya karena orang tuanya sudah lama bercerai.
D. Trianto Indra
Trianto Indra adalah laki-laki yang lahir pada tanggal 24 Maret 2002 di Makassar. Orang tuanya bekerja tidak tetap dan mengontrak rumah di Makassar. Ayahnya adalah seorang buruh harian, dan ibunya adalah seorang pembantu rumah tangga untuk seorang tetangga. Tuti adalah anak pertama dari ketiga bersaudara.
E. Rezkianto
Rezkianto adalah pria yang lahir di Makassar pada 16 Juni 2002. Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara di keluarganya. Orang tuanya adalah pemulung setiap hari. Mereka tinggal di rumah kontrakan kecil.
2. Pengalaman Anak Jalanan Selama Menggunakan Lem Aibon
Lima orang yang saya ajak bicara yang sebelumnya menggunakan lem mengatakan mereka merasa hanyut, mabuk, mengantuk, dan bahkan kehilangan kesadaran. Laporan informan DAS dan R menyatakan:
"Yang saya rasakan menggunakan lem, Itu membuat saya merasa baik, menenangkan pikiran saya, membuat saya merasa seperti melayang,
membuat saya mabuk, dan membuat saya merasa seperti tidak ada beban kalau saya menghirup lem terlalu lama”.
Yang lain menegaskan bahwa selama menggunakan lem biasa dilakukan secara sendiri bahkan biasa dilakukan secara berkelompok. Informan DP menegaskan:
“Kak, kalau saya hisap lem, sembunyi ka di kamar karena takut ka na lihat orang di rumah terus enak ki dirasa ka tidak ka tidak ada yang mau ganggu ki jadi puas sekali dirasa. Sering sekali ka itu hisap lem kalau dikamar, biasa sampai malam ka dikamar terus hisap lem ka saking enak sekali saya rasa.
Anak jalanan berinisial W mengatakan :
“Biasa ka lakukan ki sendiri itu isap lem ditempat sepi, biasa tong juga sama ka teman-teman ku kalau lagi nongkrong karena mulai ka hisap lem juga karena teman-teman ku ji yang ajak ka terus coba ki itu lem, karena penasaran ku mi itu mau ki coba keterusan pakai ki itu lem”.
Mayoritas dari mereka menggunakan lem secara berkelompok dengan teman-temannya karena merekalah yang mengajak temannya untuk mengisap lem, seperti yang dapat disimpulkan dari dua tanggapan tersebut.
a. Bagaimana Cara Anak Jalanan untuk Mendapatkan Uang Dalam Membeli Lem
Peneliti juga mengajukan pertanyaan kepada responden dari mana informan bisa mendapat uang untuk membeli lem dan dari kelima responden yang menjawab rata-rata mereka mendapatkan uang dari hasil ngamen di lampu merah, menjadi tukang parkir dan bahkan ada yang memalak teman-temannya untuk bisa membeli lem tersebut.
Informan T dan DAS mengatakan :
“cara ku biasa supaya bisa ka beli ki itu lem, biasa ngamen ka sama teman- teman ku di lampu merah kalau tidak ngamen ka biasa ka juga palak teman ku biar na kasih ka uangnya atau biasa ka juga palak ki lemnya yang na punya”.
Lima orang responden menjawab bahwa rata-rata mendapatkan uang untuk membeli lem dengan cara mengamen di lampu merah, bekerja sebagai tukang parkir, bahkan terkadang mencontek teman saat peneliti menanyakan dari mana informan mendapatkan uang tersebut.
b. Apakah Dalam Mengisap Lem Dilakukan Secara Sendiri atau Berkelompok?
Dari kelima anak jalanan yang telah diteliti, peneliti menarik kesimpulan dari dua anak jalanan yang telah diteliti.
TI dan DP mengatakan :
“terkadang to sendiri ja pakai itu, apalagi kalau malam di kamar ku ma itu hisap ki itu lem karena biasa malas ma keluar kalau malam jadi lebih ku pilih hisap itu lem di kamar. Tapi biasa tong ja juga sama teman-teman ku hisaip ki kalau lagi nongkrong di jalanan, ku hisap mi itu lem sama teman- teman ku tapi baku gilir ka biasa hisap ki”.
Dari kelima anak jalanan yang menggunakan lem mengaku bahwa mereka terkadang menghisap lem sendiri di kamarnya, namun terkadang juga mereka menghisap lem secara berkelompok bersama teman-teman nongkrongnya.
c. Apa yang digunakan untuk membeli lem?
Dari beberapa anak jalanan yang diwawancarai di lapangan, mereka mengaku kerap kali menggunakan uang saku mereka untuk membeli lem aibon.
Tapi sering kali juga mereka harus mencari uang dengan cara mengamen bahkan mejadi tukang parkir demi mendapatkan uang untuk membeli lem. Seperti hasil wawancara anak jalanan berinisial DP dan DAS yang mengatakan :
“ yang biasa ku pakai beli itu lem biasa uang jajan ku saya pakai kalau dikasih ka, tapi biasa tidak cukup ki itu uang ku ka dua ribu ji dikasih ka, makanya biasa jadi ka tukang parkir untuk bisa dapat uang ku pakek beli lem, biasa tong ka ikut sama teman-teman ku ngamen di lampu merah”.
Untuk dapat memenuhi kebutuhannya dalam menghisap lem, anak jalanan terkadang menggunakan uang jajannya untuk membeli lem, namun apabila uang mereka habis, mereka akan bekerja menjadi tukang parkir dan bahkan mereka mengamen di lampu merah untuk mendapatkan uang yang akan digunakan untuk membeli lem.
d. Apakah orang tua mengetahui hal tersebut?
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap anak jalanan mereka mengaku bahwa orang tua mereka tidak mengetahui bahwa mereka menghisap lem dikarenakan mereka takut apabila orang tua mereka mengetahuinya. Seperti yang dikatakan anak jalanan yang berinisial RZK dan TI
“tidak na tau ki orang tua ku kak kalau saya biasa ka hisap lem, karena takut tong ka kalau na tau ki. Makanya to kak biasa ka hisap itu lem sembunyi-sembunyi diluar rumah karena kalau na tau ki orang tua ku pasti namarahi ka.
Kelima anak jalanan yang telah diwawancarai, mereka mengaku bahwa orang tua mereka tidak mengetahui jika mereka menghisap lem dan mereka juga mengaku bahwa mereka takut apabila orang mereka megetahui jika mereka mengisap lem, sehingga mereka menghisap lem secara sembunyi.
B. Pembahasan
Perilaku menghisap lem merupakan bentuk perilaku menyimpang.
Mengingat kemungkinan untuk mendapatkan narkotika dan obat-obatan terlarang tersebut cukup sulit karena masalah ekonomi. Sebagai alternatif lain, anak jalanan menggunakan zat adiktif yang ada disekitarnya dan mudah dijangkau seperti lem.
Lem yang merupakan bahan untuk perekat suatu benda, disalahgunakan oleh anak jalanan.
Jenis lem yang digunakan dalam melakukan aktifitas “ngelem” yakni, lem jenis fox. Lem ini mengandung bermacam-macam zat kimia yang sangat
berbahaya jika dikonsumsi. Menghisap lem adalah menghirup uap yang ada dalam kandungan lem tujuannya untuk mendapatkan sensasi tersendiri atau efek nyaman (fly).
Usia anak jalanan saat pertama kali menggunakan lem dan lama
menggunakan diperoleh informasi bahwa anak jalanan menggunakan lem/ngelem pada usia 17-20 tahun. Karena usia remaja merupakan usia yang masih rentang terhadap penyalahgunaan narkoba karena pada usia remaja tingkat emosi dan mental masih sangat labil, sehingga para anak jalanan mudah terpengaruh ke