• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.55 Pengumpulan sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan kedalam sumber data primer dan sekunder. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang akan dicari berupa sumber data primer dan sumber data sekunder.

Adapun sumber data yang dimaksud ialah:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber asli. Dalam hal ini, maka proses pengumpulan datanya perlu dilakukan dengan memperhatikan siapa sumber utama yang dijadikan objek penelitian.56 Artinya sumber data

55.Ibid, h. 6.

56 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.103.

primer langsung dari sumber pokok penelitian, yaitu 3 orang pemilik sawah dan 3 orang pengasak gabah dari Desa Purwosari dan 2 orang pengasak dari Desa Banjarsari.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah “sumber untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperoleh dari sumber kedua/skunder atau bahan-bahan pelengkap”.57 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber sekunder yaitu buku-buku yang ada di perpustakaan yang relevan dengan judul skripsi ini seperti buku Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, karangan Yusuf Qardhawi, diterjemahkan oleh Didin Hafidhuddin dengan judul, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat karangan Mardani. Etika Bisnis Dalam Islam karangan Fisal Badroen serta buku-buku lain yang dapat menunjang dalam penulisan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini adalah:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.58

57 Ibid, h. 105

58. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Ed.Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 186.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah bebas terpimpin, yaitu wawancara dengan menggunakan kerangka pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebagai bahan pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar arah wawancara tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Dengan metode ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bapak Marsidi, Bapak Ponidi dan Bapak Mukani selaku pemilik sawah dan Bapak Bambang, Bapak Wagino, Ibu Warsini, Ibu Rukini dan Ibu Tugiyem selaku pengasak gabah. Hal ini dilakukan guna mendapatkan informasi yang konkrit mengenai praktik ngasak gabah ditinjau dari perspektif Ekonomi Islam.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau peneliti menyelidiki benda-benda seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.59

Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan dokumentasi adalah merupakan metode pengukur data yang digunakan dalam suatu penelitian dengan cara mencatat beberapa masalah yang sudah didokumentasikan oleh pihak kepada desa dan staf-stafnya. Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya Desa Purwosari, jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk dan struktur organisasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara

59. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 201.

D. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang dipakai di dalam penelitian ini adalah metode kualitatif lapangan, karena data yang diperoleh merupakan keterangan-keterangan di dalam bentuk uraian. Analisis data di dalam penelitian kualitatif adalah proses mensistematiskan apa yang sedang diteliti dan mengatur hasil wawancara seperti apa yang dilakukan dan dipahami dan agar supaya peneliti bisa menyajikan apa yang didapatkan pada orang lain.60

Kemudian untuk menganalisis data, peneliti ini menggunakan cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan konkret, peristiwa konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan konkrit tersebut ditarik secara generalisasi yang mempunyai sifat umum.61

Teknik ini digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian, sehingga mendapat kesimpulan atau kejelasan tentang praktek ngasak gabah ditinjau dari Etika Bisnis Islam di Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara apakah sesuai dengan Etika Bisnis Islam atau syariat Islam yang ada.

60 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN-Malika Press, 2010), h. 355.

61 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1984), jilid 1, h. 42.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5. Sejarah Singkat Terbentuknya Kelurahan Purwosari

Pembentukan Kelurahan Purwosari diawali dengan dibukanya Desa Purwosari pada tahun 1939 oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, dengan memindahkan warga Desa Purwosari Kabupaten Blitar Jawa Timur sebanyak sekitar 400 KK dengan jumlah jiwa 2.057 orang (Jebol Payung) secara paksa ke daerah penempatan baru di daerah Lampung.

Setelah mendapat petunjuk tentang lokasi penempatan di daerah Lampung Tengah, warga membuka hutan belantara yang sama sekali belum pernah dijamah oleh manusia dan masih banyak dihuni oleh binatang buas yang sangat membahayakan bagi keselamatan manusia. Para penduduk mendapatkan jatah pembagian tanah di tanah bukaan baru untuk dijadikan lahan penghidupan, dan di tanah tersebut para penduduk bercocok tanam dan membuat gubuk (rumah kecil) dengan atap welit.

Pembagian pemukiman penduduk mengikuti kelompok/dukuh di daerah asal yang terdiri dan 5 kelompok/dukuh. Purwosari, Basongan, Ngekul, Kali Grenjeng Selama pembukaan hutan tersebut, para penduduk menemui kesulitan dan penderitaan yang luar biasa. Banyak sekali warga yang jatuh sakit dan bahkan ada yang meninggal dunia.

40

Setelah seluruh penduduk menempati rumah masing-masing di tanah yang baru, mulai dilakukan penyusunan organisasi pemerintahan.

Atas kesepakatan bersama, penduduk memberi nama desa/pemukiman yang baru tersebut tetap memakai nama desa asalnya yaitu Desa Purwosari, begitu pula dengan perangkat desanya, tetap perangkat desa asal, dengan Kepala Desa pertama Bapak Karto Tiran. Seiring dengan terbentuknya Kota Metro yang terdiri dan Kecamatan Metro Raya dan Kecamatan Bantul, terpisah dan Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1999, Desa Purwosari masuk ke dalam wilayah Kota Metro. Pada Tahun 2001 dilakukan pemekaran Kecamatan dan Kelurahan, dimana yang berstatus Desa diubah menjadi Kelurahan dengan dipimpin oleh seorang Lurah, maka Desa Purwosari berubah menjadi kelurahan Purwosari masuk ke dalam wilayah Kecamatan Metro Utara dan Kepala Desa Purwosari ditetapkan sebagai Lurah Purwosari.62

6. Visi Misi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro a. Visi

“Mewujudkan masyarakat Purwosari yang produktif, berbudaya dan sejahtera” (Penjelasan Produktif adalah merupakan pola masyarakat yang tercermin dalam bentuk kerja keras, kreatif, inovatif dalam rangka menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbudaya adalah merupakan cermin dan kehidupan yang

62 Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro diambil pada tanggal 21 Oktober 2018.

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, taat hukum, toleransi, cinta damai, cinta lingkungan yang bersih dan hijau. Sejahtera adalah merupakan kondisi masyarakat secara umum yang selalu tercukupi kebutuhan baik lahir maupun batin yang merupakan hasil pengembangan dan sikap hidup produktif dan secara terus menerus).

b. Misi

Mewujudkan masyarakat yang produktif, berbudaya, dan sejahtera, melalui:

1) Meningkatkan produktivitas sektor pertanian melalui pola intensifikasi (memanfaatkan lahan yang ada semaksimal mungkin) 2) Mengembangkan usaha yang dapat menghasilkan barang dan jasa

baik melalui sektor formal (badan usaha) maupun sektor informal.

3) Mengadakan pelatihan bagi remaja/pemuda dibidang kewirausahaan baik melalui Balai Latihan Kerja (BLK) atau lembaga-lembaga lain yang berkompeten.

4) Meningkatkan partisipasi bagi generasi muda dan masyarakat secara umum dibidang pendidikan baik formal maupun non formal.

5) Meningkatkan kegiatan keagamaan terhadap masyarakat dengan menjalin kerjasama dengan pemerintah (Kemenag) dan lembaga- lembaga keagamaan yang sudah ada.63

7. Kepada Desa / Lurah yang pernah menjabat di Desa Purwosari

63 Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro diambil pada tanggal 21 Oktober 2018.

Kepala Desa / Lurah Purwosari memimpin Desa / Kelurahan Purwosari sejak dibentuknya Desa Purwosari hingga sekarang adalah :

No Masa Jabatan Nama Keterangan

1 1939-1946 Karto tiran Kades

2 1946-1947 Saimun Kades

3 1947-1969 Marsum Kades

4 1969-1980 Suradji Kades

5 1980-1988 Marsum Kades

6 1988-1996 Marlin Kades

7 1996-1998 Maryanto Pjs. Kades

8 1998-2001 Bambang Japriono Lurah

9 2001-2006 Bambang Japriono Lurah

10 2006-2014 Yudi Handoko, S.Pd.,MM Lurah 11 2014-2015 Amran Syahbani, S.STP.,M.IP Lurah 12 2015-Sekarang Sugiyana, S.IP Lurah64 Sumber : Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro

8. Jumlah Penduduk Kelurahan Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro

No RW Jumlah

KK

Jumlah Penduduk

LK PR JML

1 RW 001 352 617 599 1216

2 RW 002 334 490 478 968

3 RW 003 236 393 392 785

4 RW 004 226 322 273 595

5 RW 005 410 714 663 1377

6 RW 006 284 455 477 932

7 RW 007 301 470 413 883

64 Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro diambil pada tanggal 21 Oktober 2018.

8 RW 008 263 443 412 855

9 RW 009 191 283 262 545

10 RW 010 251 384 311 695

11 RW 011 203 331 324 955

12 RW 012 165 264 228 492

Jumlah 3216 5166 4932 998

Sumber : Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro

E. Praktik Ngasak Gabah di Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara

Pengasak padi di desa Purwosari datang kesawah mulai dari jam 13.00 WIB. Dalam hal ini, biasanya para pengasak padi datang dengan cara berkelompok dan sediri-sendiri tapi kebanyakan para pengasak padi ini datang dengan sendiri-sendiri, peralatan yang digunakan cukup sederhana yakni hanya menggunakan tampah, sapu lidi serta karung sebagai tempat mengumpulkan padi yang sudah di dibersihkan menggunakan tampah.

Pengasak padi dari desa Purwosari maupun desa banjarsari biasa pengasak padi berangkat dari rumah sehabis sholat dzuhur yakni jam 13.00 WIB ada juga yang sore hari yakni jam 15.00 WIB, dengan berpakaian selayaknya orang pergi kesawah dengan membawa peralatan tambahan berupa karung untuk wadah padi yang sidah dibukumpukan. Setelah sampai di sawah pengasak padi lansung mengambil padi yang terjatuh di tanah dan dimasukan kedalam karung tanpa mengetahui siapa pemilik sawah dan tidak meminta izin kepada pemilik sawah.

Hasil wawancara dengan Bapak Marsidi diperoleh ketarangan bahwa ketika waktu panen pasti selalu ada orang yang mengasak padi disawah milik

saya65 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa setiap tahun pada saat panen padi selalu ada orang yang mengasak gabah di sawah.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara kembali dengan pemilik sawah yang lain, dari hasil wawancara diperoleh penjelasan bahwa setiap kali panen selalu ada orang-orang yang mengasak padi di sawah saya.66 Selanjutnya menurut penjelasan pemilik sawah yang lainnya lagi menerangkan bahwa setiap panen dapat dipastikan selalu ada orang yang mengasak gabah di sawah milik Bapak Ponidi dan bahkan disawah orang lain juga.67

Selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara kembali dengan pemilik sawah, dari hasil wawancara diperoleh penjelasan bahwa selama ini orang yang mengasak gabah tidak pernah meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik sawah.68

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara, dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa terkait dengan masalah boleh atau tidaknya ada orang yang mengasak padi di sawah milik saya, saya pribadi tidak keberatan wapaun mereka tidak meminta izin terlebih dahulu, namun terkadang ketidak

65 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober 2018

66 Hasil wawacara dengan Bapak Mukani selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober 2018

67 Hasil wawacara dengan Bapak Ponidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober 2018

68 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober 2018

saya berada di sawah dan bertemu dengan para pengasah ada sebagian mereka meminta izin kepada saya.69

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti pahami bahwa pada dasarnya pemilik sawah tidak keberatan jika ada orang yang mengasak padi disawah miliknya. Selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara terkait dengan masalah menguntungkan atau tidak menguntungan dengan adanya pengasak gabah pada pemilik sawah, dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa :

Dengan adanya pengasak gabah bagi para pemilik sawah mereka merasa diuntungkan karena padi-padi yang berjatuhan ataupun tercecer di sawah dapat banyak berkurang, karena jika tidak ada pengasak padi-padi yang sudah berjatuhan selalu tumbuh dan menyulitkan para pemilik sawah untuk membersihkannya, dengan adanya pengasak sedikit menguntungkan pemilik sawah karena tidak banyak padi yang tertinggal di sawah.70

Terkait dengan hasil wawancara di atas dapat peneliti jelaskan bahwa keberadaan pengasak gabah membawa keuntungan bagi para pemilik sawah, karena pemilik sawah tidak pernah mengambil padi yang sudah berjatuhan di sawah, maka dengan adanya pengasak sangat membantu pemilik sawah mengurangi padi yang tercecer disawah sehingga padi yang tercecer ini tidak tumbuh liar terlalu banyak di sawah.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara kembali dengan pemilik sawah, dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa : bagi para pemilik

69 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober 2018

70 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober 2018

sawah tidak ada masalah walaupun para pengasak tidak meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik sawah, menurut pemilik sawah justru dengan adanya pengasak dapat membantu pemilik sawah mengurangi padi-padi yang tercecer di sawah yang dapat mengakibatkan jika nanti terkena air padi-padi yang tercecer tersebut tumbuh liar tidak beraturan sehingga mengganggu pertumbuhan pada yang sengaja di tanam.71

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti pahami bahwa bagi pemilik sawah dengan adanya orang yang mengasak padi walaupun para pengasak tidak meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik sawah namun pemilik sawah sudah mengiklaskannya.

Selain peneliti melakukan wawancara dengan pemilik sawah peneliti juga melakukan wawancara dengan para pengasak untuk mengetahui alasan- alasan mereka memilih mengasak pagi di sawah milik orang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bambang selaku pengasak gabah diperoleh keterangan bahwa Bapak Bambang pada saat mengasak gabah di sawah milik orang lain tidak meminta izin terlebih dahulu, namun jika ada pemilik sawahnya dilokasi Bapak Bambang biasanya meminta izin, jika pemiliknya tidak ada Bapak Bambang hanya meminta izin kepada orang-orang yang memanen padi.72

Keterangan yang sama juga di sampaikan oleh Bapak Wagito, bahwa Bapak Wagito ketika mengasak pada di sawah milik orang lain tidak meminta

71 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober 2018

72 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

izin terlebih dahulu namun jika pemilik sawah ada dilokasi Bapak Wagito meminta izin walaupun sebelum pemilik sawah datang Bapak Wagito sudah mengumpulkan padi-padi yang tercecer dan sudah tidak di ambil oleh pemanen.73 Begitu juga dengan Ibu Warsini ketika mengasak gabah disawah orang lain tidak meminta izin terlebih dahulu.74 Tidak jauh berbeda dengan keterangan yang disampaikan oleh Ibu Rukini bahwa Ibu Rukini ketika pengasak tidak meminta izin terlebih dahulu dari pemilik sawah, melainkan meminta izin kepada yang memanen padi di sawah.75

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa para pengasak ketika mau mengasak tidak meminta izin terlebih dahulu, namun jika pada saat mengasak kemudian pemilik sawah datang Bapak Bambang dan Bapak Wagito meminta izin.

Selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara kembali dengan Ibu Warsini yang juga merupakan pengasak gabah, dari hasil wawancara diketahui Ibu Warsini tidak pernah mendapatkan teguran dari pemilik sawah ketika Ibu Warsini mengambilin padi-padi yang sudah tercecer dan tertimbun oleh jerami-jerami yang sudah tidak ada padinya.76 Begitu juga keterangan dari Ibu

73 Hasil wawacara dengan Bapak Wagito selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

74 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

75 Hasil wawacara dengan Ibu Rukini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

76 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

Rukini selama mengasak tidak pernah mendapatkan ketuguran dari pemilik sawah,77

Begitu juga hasil wawancara dengan Ibu Tugiyem, selama Ibu Tugiyem ngasak gabang disawah milik orang lain tidak pernah mendapatkan tegoran dari pemilik sawah maupun dari orang yang sedang kerja memanen padi, namun disini ibu tugiyem mengasak ketika pemanen sudah selesai memanen padinya baru ibu tugiyem mengambil padi-padi yang sudah tercecer di tanah yang sudah tidak diambil lagi.78 Hak yang sama juga disampai oleh Bapak Wagino bahwa selama mengasak tidak pernah mendapatkan teguran dari pemilik sawah.79

Senada yang disampaikan oleh Bapak Bambang, bahwa selama mengasak padi disawah milik orang lain tidak pernah memperoleh teguran dari pemilik sawah, walaupun pada saat mengasak pemilik sawah ada di sawah.80 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat peneliti pahami bahwa para pengak gabah tidak pernah memperoleh teguran dari pemilik sawah walaupun mereka tidak meminta izin terlebih dahulu untuk mengasak disawah miliknya, dengan demikian seolah-olah pemilik sawah sudah mengikhlaskan kepada para pengasak untuk mengambil padi-padi yang sudah jatuh tercecer dan padi-padi yang tertimbun jerami.

77 Hasil wawacara dengan Ibu Rukini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

78 Hasil wawacara dengan Ibu Tugiyem selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

79 Hasil wawacara dengan Bapak Wagino selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

80 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

Selanjutnya peneliti kembali melanjutkan wawancara dengan Bapak Wagito, dari hasil wawancara dapat peneliti pahami bahwa cara-cara yang digunakan mengasak gabah di sawah orang lain dengan cara mengumpulkan padi-padi yang sudah tercecer di tanah dengan menggunakan sapu lidi selanjutnya setelah padi terkumpul tapi masih bercampur dengan kotoran lalu oleh Bapak Wagito padi-padi yang sudah terkumpul di tapi dengan menggunakan tampak.81

Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dengan Ibu Warsini, selain mengumpulkan padi-padi yang sudah tercecer di tanah, pengasak juga mencari padi di tumpukan jerami sudah diambil padinya menggunakan alat yang disebut oleh masyarakat sentok, namun padi yang berhasil dikulpulkan dari tumpukan jerami juga kotor bercampur daun-daun padi yang sudah hancur, lalu oleh pengasak dibersihkan menggunakan tampah untuk memisahkan antara padi dengan sampahnya.82

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan Bapak Bambang terkait dengan alasan-lasan Bapak Bambang mengasak padi disawah milik orang lain, dari hasil wawancara diketahui bahwa alasan Bapak Bambang mengasak di sawah milik orang lain karena Bapak Bambang tidak mempunyai sawah, sehingga bapak bambang memanfaatkan masa panen ini untuk mengambil padi-padi yang sudah tidak diambil oleh pemilik sawah.83

81 Hasil wawacara dengan Bapak Wagito selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

82 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

83 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

Hal ini juga di sampaikan oleh Ibu Warsini bahwa alasan Ibu Warsini mengasak gabah di sawah orang lain karena Ibu Warsini juga tidak memiliki sawah, sehingga Ibu Warsini memanfaatkan waktu dan memanfaatkan masa panen untuk mencari padi-padi yang tidak dimanfaatkan oleh pemilik sawah.84 Berbeda dengan keterangan Ibu Warsini, alasan Ibu Rukini mengasak gabah disawah milik orang lain bukan karena Ibu Rukini tidak memiliki sawah, ibu rukini mengasah gabah dikarenakan Ibu Rukini hanya memiliki sawah sedikit dan sudah selesai dipanen, sehingga Ibu Rukini memanfaatkan waktu dengan mengasak gabah disawah orang lain sebagai tambah-tambahan padi dirumah sebagai persediakan makan bersama keluarganya.85

Berbeda dengan hasil wawancara dengan Bapak Wagito, alasan bapak wagito mengasak padi disawah oleh lain bukan karena Bapak Wagito tidak memiliki sawah, Bapak Wagito memiliki sawah namun hanya sedikit sehingga padi hasil panennya juga sedikit, sehingga Bapak Wagito ikut mengasak padi disawah milik orang lain untuk tambahan padi yang sudah dipunya dirumah untuk disimpan sebagai persediaan makan selama kurang lebih satu tahun.

Selanjutnya peneliti kembali melakukan wawancara dengan Bapak Bambang terkait dengan hasil ngasak padi akan dipergunakan untuk apa, dari hasil wawancara diperoleh penjelasan bahwa Bapak Bambang mengasak padi dipergunakan makan keluarganya bukan untuk dijual, karena menurut Bapak

84 Hasil wawacara dengan Bapak Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

85 Hasil wawacara dengan Ibu Rukini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

Bambang lebih baik padi hasil ngasak untuk makan dan disimpan untuk persediaan makan setiap harinya.86

Begitu juga menurut Ibu Warsini bahwa padi hasil ngasak dipergunakan untuk makan keluarga, bukan untuk dijual.87 Begitu juga yang diungkapkan oleh Bapak Wagino, walaupun Bapak Wagino sudah mempunyai panen dari sawahnya sendiri, hasil ngasak Bapak Wagino juga disimpulan untuk persediaan makan keluarganya.88

Terkait dengan masalah hukum mengambil barang milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu, selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara dengan Bapak Bambang, dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa Bapak Bambang tahu hukum mengambil barang milik orang lain, namun karena kaitannya dengan ngasak padi menurut Bapak Bambang padi yang sudah terjatuh ataupun tercecer ditanah sudah tidak mungkin diambil oleh pemilik sawah, sehingga Bapak Bambang memanfaatkannya.89 Begitu juga dengan keterangan yang disampaikan oleh Bapak Wagino bahwa pada dasarnya bapak wagino tahu hukum mengambil barang milik orang lain, namun dalam hal ini menurut Bapak Wagino yang

86 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

87 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

88 Hasil wawacara dengan Bapak Wagino selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

89 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober 2018

Dokumen terkait