• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surah Al-Fa>tih}ah

BAB II KEMAMPUAN MEMBACA, MENULIS DAN

B. Surah Al-Fa>tih}ah

tulisan yang benar akan memudahkan dalam memahami makna kalimat yang ditulis yang bersumber dari Al-Qur’an.

Begitu pula menerjemahkan Al-Qur’an, terjemah Al-Qur’an memegang peran yang sangat penting dalam pembelajaran Al-Qur’an. Ia dianggap sebagai pintu masuk awal dalam mempelajari Al-Qur’an, khususnya untuk pembaca non Arab.40

Terjemah Al-Qur’an tidak bisa menggantikan atau mewakili makna Al-Qur’an secara keseluruhan oleh karena itu dalam mushaf Indonesia ditulis “terjemah maknawi Al-Qur’an”, sebagai bentuk kehati-hatian.

Terjemah maknawi dalam Mushaf Indonesia disusun oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah atau Pentafsir Al-Qur’an yang ditunjuk oleh Menteri Agama yang di ketuai Prof. R.H.A Soenarjo S.H. Bukan berarti tim Penyelenggara Penerjemah atau Pentafsir Al-Qur’an tidak mampu menerjemahkan Al-Qur’an dengan baik, namun memang sulit menerjemahkan Al-Qur’an yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Dimana bahasa Indonesia jika dibandingkan bahasa Arab adalah bahasa Indonesia kurang dalam aspek uslub/gaya bahasa, dan kurang ungkapan bahasanya.41

B. Surah Al-Fa>tih}ah

40 Hamam Faizin, “Terjemah Al-Qur’an dan Perbedaannya dengan Tafsir”, Artikel:

tafsiralquran.id, 2021, https://tafsiralquran.id/uraian-lengkap-soal-terjemah-al-quran-dan- perbedaannya-dengan-tafsir/

41 Raehanul Bahraen, “Belajar Bahasa Arab (I’rab): Menterjemahkan dan Memahami Al-Qur’an dengan Tepat”, Artikel: Muslim Afiyah, 2014, https://muslimafiyah.com/belajar-bahasa-arab-irab- agar-bisa-menterjemahkan-dan-memahami-al-quran-dengan-tepat.html

1. Nama-nama Surah Al-Fa>tih}ah

Di dalam kitab “Khazi>natul Asra>r” karya Muhammad Haqqin Nazili, surah Al-Fa>tih}ah memiliki 27 nama. Nama-nama tersebut diambil dari berbagi hadis Nabi SAW mengenai Al-Fa>tih}ah, dan ada pula nama yang ditetapkan oleh para sahabat dan para tabi’in. Berikut ini nama-nama lain surah Al-Fa>tih}ah:

a) Fati>h}atul Kita>b, artinya pembuka atau pembuka kitab. Nama ini terdapat di dalam banyak hadis, dikutip dari Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir yang ditulis oleh Muhammad Nasib ar-Rifa’I, disebutkan bahwa Surah Al-Fa>tih}ah merupakan Fati>h}atul Kita>b, dinamakan demikian karena merupakan pembuka tulisan Al-Kitab.

Dan juga dengan surah Al-Fa>tih}ah tersebut selalu disertakan (wajib dibaca) di dalam setiap sholat.42 Sedangkan menurut HAMKA, dinamai Fati>h}atul Kita>b yang berarti pembukaan kitab, karena Al-Qur’an dimulai dengan surah Al-Fa>tih}ah. Surah tersebut mulai ditulis di dalam mushaf (Al-Qur’an), walaupun surah tersebut bukan surah atau ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Namanya telah masyhur dari masa nubuwwah (zaman kenabian).43

42 Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, “Taisir al-Aliyyul Qadi>r li Ikhtisa>ri Tafsir Ibnu Katsi>r”, terj.

Drs. Syihabuddin, dengan judul“Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir”, jilid 1, cet. 1, hlm. 43.

43 Hamka, “Tafsir Al-Azhar”, Jilid I, Cet. I, (Jakarta: Gema Insani Press, 2015), hlm. 57.

b) Fati>h}atul Qur’an, artinya pembuka Al-Qur’an. Hal ini karena letaknya berada di permulaan Al-Qur’an atau dapat diartikan juga sebagai pintu masuk Al-Qur’an.

c) Ummul Qur’an, yakni berarti induk Al-Qur’an. Nama ini terdapat pula di dalam hadis. Banyak pendapat yang mengutarakan arti dari pada Ummul Qur’an ini, salah satunya ialah karena Al-Fa>tih}ah ini isinya dianggap sebagai ringkasan dari keseluruhan isi Al-Qur’an.

d) Ummul Kita>b, berarti induk kitab. Nama Ummul Kita>b bisa ditemukan dengan mudah karena ia disebutkan di banyak hadis. Ummul Kita>b sendiri menunjukkan arti bahwasanya di dalam Al-Fa>tih}ah terkandung semua permasalahan yang terdapat dalam Al-Qur’an secara umum. Yaitu ketuhanan, alam akhirat, ibadah, dan berbagai sejarah ilmu pengetahuan sosial, politik, dan masyarakat. Nama-nama yang berupa Ummul Kita>b dan Ummul Qur’an, karena didalam surah Al- Fa>tih}ah memiliki makna-makna kandungan Al-Qur’an.44

e) Al-Qur’an Al-‘Adzhi>m, artinya bacaan yang agung. Dinamakan bacaan agung karena di dalamnya berisi masalah-masalah yang amat besar atau agung. Nama ini dijelaskan di dalam hadis sahih yang diriwayatkan dan disahihkan oleh at-Tirmizi dari Abu Hurairah, yang isinya: “Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam… adalah Ummul Kita>b, Sab`ul Mats|a>ni, dan al-Quranul `Adzhi>m”.45

44 Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, “Taisir al-Aliyyul Qadi>r li Ikhtisa>ri Tafsir Ibnu Katsi>r”, terj.

Drs. Syihabuddin, dengan judul“Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir”, jilid 1, cet. 1, hlm. 43-44.

45 Ibid., hlm. 43-44.

f) As-Sab’ul Mats|a>ni, yakni berarti tujuh yang berulang-ulang. Nama ini paling banyak disebut dalam hadis. Alasan penamaan ini karena surah Al-Fa>tih}ah terdiri dari tujuh ayat. Sedangkan dikatakan berulang-ulang karena ayat-ayatnya dibaca secara berulang-ulang, baik di dalam ayat Al-Qur’an, dalam ibadah, serta dalam kegiatan di luar ibadah.

g) Al-Wa>fiah, yang berarti mencakup. Hal ini karena isi surah Al- Fa>tih}ah mencakup seluruh isi Al-Qur’an, mengandung berbagai keterangan mengenai Tuhan, dan juga keterangan tentang manusia.

h) Al-Wa>qi’ah, artinya adalah tameng (penjaga). Maksudnya adalah menjaga orang-orang yang membacanya dari berbagai bahaya dan penyakit. Fadhilah ini disebutkan dalam banyak hadis dan telah menjadi amalan harian bagi umat Islam.

i) Al-Kanz, artinya perbendaharaan atau tempat yang penuh dengan barang-barang berharga. Hal ini dikarenakan semua kandungan Al- Fa>tih}ah di ibaratkan sebagai sesuatu yang amat mahal harganya.

j) Al-Ka>fiyah, yang berarti memadai. Maksud nama ini adalah bahwa Al-Fa>tih}ah ini mencakup semua ayat dalam Al-Qur’an, dan seluruh ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tidak ada yang seperti Al-Fa>tih}ah.

Yahya bin Abi Katsir menamainya dengan Al-Ka>fiyah (yang mencukupi) berdasarakan keterangan dalam beberapa hadits mursal (hadits yang disandarkan langsung kepada Nabi oleh tabi’in, tanpa terlebih dahulu disandarkan kepada sahabat Nabi), yang menyatakan

bahwa: “Ummul Qur’an sebagai pengganti dari selain nama-nama Al- Fa>tih}ah. Selain nama-nama Al-Fa>tih}ah tersebut, tidak ada lagi nama sebagai penggantinya”.46 Kajian Yahya tersebut merupakan inti utama dari inti wujud beribadah seorang hamba kepada Allah SWT.

k) Al-Asa>s, artinya yaitu sendi atau dasar. Hal ini dikarenakan surah Al- Fa>tih}ah dianggap sebagai dasar dari Al-Qur’an. Pada ayat pertama yaitu “bismillahir rahmanir rahiim” dianggap sebagai dasar dari Al- Fa>tih}ah itu sendiri. Disebut dengan Asa>sul Qur’an, sebagaimana telah dijelaskan oleh Asy-Sya`bi dari Ibnu Abbas bahwa, “Dasar Al- Fa>tih}ah adalah Bismilla>hir-rah}ma>nir-rahi>m”.47

l) Sura>tun Nu>r, yakni berarti surah cahaya. Dinamakan demikian karena surah ini banyak membawa an-nu>r dan penerangan kepada manusia.

m) Sura>tul H{amdi, berarti surah pujian. Karena Al-Fa>tih}ah penuh dengan pujian kepada Allah.

n) Sura>tusy Syukri, yang artinya surah syukur. Hal ini karena isinya penuh dengan syukur kepada Allah.

o) Sura>tul H{amdil Qusywa>, berarti surah pujian terakhir.

p) Sura>tur Ruqiyyah, yakni surah mantera atau obat. Disebut demikian karena dengan surah ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

46 Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, “Taisir al-Aliyyul Qadi>r li Ikhtisa>ri Tafsir Ibnu Katsi>r”, terj.

Drs. Syihabuddin, dengan judul“Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir”, jilid 1, cet. 1, hlm. 44.

47 Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, “Taisir al-Aliyyul Qadi>r li Ikhtisa>ri Tafsir Ibnu Katsi>r”, terj.

Drs. Syihabuddin, dengan judul“Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir”, jilid 1, cet. 1, hlm. 44.

q) Sura>tus Syifa>’, yaitu surah yang di dalamnya terkandung kesembuhan (obat). Disebut Asy-Syifa>’ karena ia dapat menyembuhkan dari segala racun. Hal tersebut telah disampaikan oleh ad-Darimi dari Abu Said yaitu berupa hadits yang diriwayatkan secara marfu` (yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat), dan disebut juga dengan sebutan Ar-Ruqyah, yang artinya sebagai jampi. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri.48

r) Sura>tus Sya>fiyah, yakni berarti surah yang menyembuhkan.

s) Sura>tus Shala>h, yang artinya surah yang dibaca di tiap-tiap sembahyang. Disebut As-Shala>t, karena Al-Fa>tih}ah merupakan bagian dari rukun shalat. Nabi Muhammad SAW, pernah menyatakan dalam sabdanya dari Allah SWT, yang isinya: “Shalat dibagi dua antara Aku dan Hamba-Ku. Apabila hamba-Ku mengatakan, ‘Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam,’ maka Allah berfirman, “Hamba- Ku (sedang) memuji-Ku”.49

t) Sura>tud Du’a, yakni surah yang berisi doa. Karena tiap-tiap kali kita membaca surah ini, maka berarti kita berdoa kepada Allah SWT.

u) Sura>tut Thala>b, diartikan sebagai surah yang berisi tuntutan (permohonan).

48 Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, “Taisir al-Aliyyul Qadi>r li Ikhtisa>ri Tafsir Ibnu Katsi>r”, terj.

Drs. Syihabuddin, dengan judul“Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir”, jilid 1, cet. 1, hlm. 44.

49 Ibid., hlm. 44.

v) Sura>tul Muna>jat, artinya surah yang mengandung bisikan terhadap Tuhan.

w) Sura>tul Muka>fa’ah, yakni surah imbangan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai imbangan terhadap harta benda orang lain.

x) Afdha>lu Suwa>ril Qur’an, artinya surah terbaik dalam Al-Qur’an.

y) Akhi>ru Suwa>ril Qur’an, artinya surah paling akhir pada Al-Qur’an.

z) A’zamu Su>rah Fil Qur’an, artinya surah paling agung dalam Al- Qur’an.50

2. Asba>bun Nuzu>l Surah Al-Fa>tih}ah

Surah Al-Fa>tih}ah diturunkan setelah surah Al-Muddats|ir. Dilihat dari kronologis turunnya, Al-Fa>tih}ah berada pada urutan ke-5.

Sedangkan dalam penulisan mushaf Uts|mani menjadi surah yang pertama.51

Para ulama berbeda pendapat dalam mengklasifikasikan surah ini.

Sebagian besar ulama ahli tafsir berpendapat bahwa surah ini termasuk surah Makkiyah (yaitu surah yang diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW berada di Makkah dan dalam keadaan sebelum berhijrah ke Madinah). Sebagaimana yang dinukil oleh Abuddin Nata mengenai pendapat Imam Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wakhidiy al-Naysaburi dalam kitab Asba>b al-Nuzu>l, sebagai berikut:

50 Muhammad Haqqin Nazili, “Khazi>natul Asra>r”, terj. H. Ahmad, (Medan: Penerbit Islamyah, 1979), hlm. 111-115.

51 Kadar M. Yusuf, “Tafsir Ayat Ahkam: Tafsir Tematik Ayat-ayat Hukum”, (Jakarta: Azam, 2011), hlm. 1.

“…dari Ali bin Abi Tha>lib berkata: bahwa Fati>h}atul Kita>b (surah Al-Fa>tih}ah) diturunkan di Mekkah dari perbendaharaan yang terdapat di bawah Arasy”52

Sementara itu ada juga yang berpendapat bahwa surah ini termasuk surah yang diturunkan di Madinah. Ibnu Abbas radhiyalla>hu ‘anhu dan Atha’ bin Yassar, dan ada beberapa ulama-ulama lain yang menyatakan bahwa surah Al-Fa>tih}ah termasuk kedalam surah Madaniyah (surah yang diturunkan di Madinah atau diturunkan setelah Rasu>lulla>h SAW hijrah ke Madinah).53 Mengenai ini, Al-Husain bin Al-Fadhil berpendapat bahwa pada setiap orang alim terdapat ampunan. Dan pendapat ini termasuk pendapat yang tergesa-gesa dari mujtahid.54

Ada pula yang berpendapat bahwa surah Al-Fa>tih}ah diturunkan pertama kali di Makkah, yakni ketika ibadah shalat diwajibkan, atau setelah diturunkannya surah Al-Muddats|ir. Dan para sahabat telah sependapat bahwa setelah turunnya surah ini, barulah kemudian diturunkan surah Al-

‘Alaq yang melengkapi kandungan surah Al-Fa>tih}ah. Namun kemudian juga diturunkan sekali lagi di Madinah ketika terjadinya peristiwa datangnya arahan kepada Rasu>lulla>h SAW supaya mengalihkan kiblat shalat dari arah Baitul Maqdis di Palestina menjadi ke Baitulla>h

52 Abuddin Nata, “Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), cet. 4, hlm. 17-18

53 Persekutuan Seruan Islam, “Kelebihan Surah Al-Fa>tih}ah”, E-Book, (Singapura: Penerbit Jamiyah Singapura, 2007), hlm. 10.

54 Abuddin Nata, “Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), cet. 4, hlm. 9.

Masji>dil H{aram di Makkah.55 Bahkan ada pula yang berpendapat bahwa surah ini sebagian diturunkan di Mekkah dan sebagian lagi di Madinah.

Namun pendapat yang terakhir ini termasuk pendapat yang aneh (gharib jidan).56

Dari berbagai pendapat mengenai tempat diturunkannya surah Al- Fa>tih}ah, perihal keterangan sebab-sebab turunnya ayat atau peristiwa yang menyertai turunnya surah tersebut tidak ditemukan. Tidak pula ditemukan dalam situasi dan kondisi seperti apa surah ini turun, serta pada tahun berapa tepatnya surah ini turun. Namun ditemukan uraian yang dimaksud sebagai musabbab turunnya surah Al-Fa>tih}ah ini yakni, Ibn Hajar Al-Asqalani menukilkan satu Ats|ar yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali radhiyalla>hu ‘anhu. Riwayat ini juga berasal dari Abu Syaibah di dalam Al-Mushonnaf dan Abu Nu`aim dan al-Baihaqi di dalam Dala>ilun Nubuwwah, dan hadis Amer bin Syurahbil:

“Bahwa setelah Rasu>lulla>h SAW, mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu, setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah kepada Waraqah. Maka, beliau ceritakan kepadanya bahwa apabila dia telah memencil seorang diri, didengarnya suara dari belakangnya, ‘Ya, Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad! Mendengar suara itu, akupun lari.’ Maka, berkatalah Waraqah: ‘jangan engkau berbuat begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenanglah engkau, sehingga dapat

55 Persekutuan Seruan Islam, “Kelebihan Surah Al-Fa>tih}ah”, E-Book, (Singapura, Jamiyah Singapura, 2007), hlm. 10.

56 Abuddin Nata, “Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), cet. 4, hlm. 19.

engkau dengar apa lanjutan perkataannya itu.’ Selanjutnya, Rasulullah SAW, berkata: ‘Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu, “ya Muhammad! Katakanlah, ‘Bismilla>hir-rah}ma>nirrah}i>m, alh}amdulilla>hi rabbil ‘a>lami>n.’ Hingga sampai kepada waladh- dha>lli>n.” Demikian hadits itu.57

3. Keutamaan Surah Al-Fa>tih}ah

Banyak sekali kemuliaan surah Al-Fa>tih}ah, berikut ini keutamaan- keutamaan dari surah Al-Fa>tih}ah yang dikutip dari berbagai sumber:

a) Surah Al-Fa>tih}ah merupakan rukun ibadah

Mayoritas ulama, baik Hanafiyah, Malikiyah, maupun Syafi’iyah sepakat mengatakan bahwa rukun daripada shalat atau tiangnya shalat adalah surah Al-Fa>tih}ah. Artinya, apabila dalam shalat tidak membaca surah Al-Fa>tih}ah, maka shalatnya tidak sah dan tidak diterima oleh Allah SWT.

Semua jenis shalat tidak akan sah jika didalamnya tidak membaca surah Al-Fa>tih}ah, hal ini menurut hadis dari Anas bin Malik radhiyalla>hu ‘anhu, dari Rasu>lalla>h SAW bersabda:

ِباَتِكْلا ِةَحِتاَفِب ْأ َرْقَي ْمَل ْنَمِل ةلاَص لا

Artinya: “Tidak (sah) shalat bagi seseorang yang tidak membaca Fati>h}atul Kita>b (Al-Fa>tih}ah).” (HR. Bukhari).58 Tidak hanya sebagai rukun dalam shalat, surah Al-Fa>tih}ah merupakan rukunnya seluruh ibadah. Pada ketiga ayat pertama surah

57 Hamka, “Tafsir Al-Azhar”, Jilid I, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2015), hlm. 57-58.

58 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, “Shahih Bukha>ri”, terj. Hamidy, dan Zainuddin, (Jakarta: Penerbit Widjaya, 1983), jilid I, Bab al-Adzan, hadis no.714, hlm. 318.

Al-Fa>tih}ah mengandung tiga perkara, yaitu al-mah}abbah (cinta), al-rajaa’ (harapan), dan al-khauf (takut). Tiga perkara tersebut merupakan rukun ibadah, apabila mempersembahkannya kepada selain Allah maka termasuk kesyirikan. Hal ini disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi dalam kitab Ba’du Fawa>id Surat Al-Fa>tih}ah.59

b) Surah Al-Fa>tih}ah sebagai ruqyah

Penting sekali bagi kita untuk mengetahui tafsir surat Al- Fa>tih}ah sebagai ayat ruqyah, hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Said Al-Khudriy, yakni diterangkan sebagai berikut:

ِ َّاللَّ ِلوُس َر ِباَحْصَأ ْنِم اًس َن َّنَأ ِى ِرْدُخْلا ديِعَس ىِبَأ ْنَع -

ىلص

ملسو هيلع الله ِب َرَعْلا ِءاَيْحَأ ْنِم ىَحِب او ُّرَمَف رَفَس ىف اوُناَك -

َد ِيَس َّنِإَف قا َر ْمُكيِف ْلَه ْمُهَل اوُلاَقَف .ْمُهوُفي ِضُي ْمَلَف ْمُهوُفاَضَتْساَف ِةَحِتاَفِب ُهاَق َرَف ُهاَتَأَف ْمَعَن ْمُهْنِم ٌلُج َر َلاَقَف .ٌباَصُم ْوَأ ٌغيِدَل ِىَحْلا َلاَق َو .اَهَلَبْقَي ْنَأ ىَبَأَف مَنَغ ْنِم اًعيِطَق َىِطْعُأَف ُلُج َّرلا َأ َرَبَف ِباَتِكْلا ِىِبَّنلِل َكِلَذ َرُكْذَأ ىَّتَح -

ملسو هيلع الله ىلص -

ىَتَأَف . َّىِبَّنلا

- ص ىل

ملسو هيلع الله ُتْيَق َر اَم ِ َّاللَّ َو ِ َّاللَّ َلوُس َر اَي َلاَقَف .ُهَل َكِلَذ َرَكَذَف -

َلاَق َو َمَّسَبَتَف .ِباَتِكْلا ِةَحِتاَفِب َّلاِإ ٌةَيْق ُر اَهَّنَأ َكا َرْدَأ اَم َو «

َّمُث .»

مْهَسِب ىِل اوُب ِرْضا َو ْمُهْنِم اوُذُخ َلاَق

ُكَعَم ْم

Artinya: “Bahwa ada sekelompok sahabat Rasu>lulla>h shallalla>hu alayhi wasallam dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab.

Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk

59 Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, “Ba’du Fawa>id Surat Al-Fa>tih}ah”, terj.

Muhammad bin Musa Alu Nashr, “Mutiara Faidah Surat Al-Fa>tih}ah”, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, cet. II, 1999), hlm. 26-27.

kampung tersebut lantasberkata kepada para sahabat yang mampir, Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.Di antara para sahabat lantas berkata, Iya ada.Lalu iapun mendatangi pembesar kampung tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al-Fa>tih}ah. Maka pembesar kampung itupun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya, -dan disebutkan- ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan kepada Nabi shallalla>hu alayhi wasallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallalla>hu alayhi wasallam dan menceritakan kisahnya tadi kepada beliau.

Ia berkata, Wahai Rasu>lulla>h, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al-Fa>tih}ah. Rasu>lulla>h shallalla>hu alayhi wasallam lantas tersenyum dan berkata, Bagaimana engkau bisa tahu Al- Fa>tih}ah adalah ruqyah?” Beliaupun bersabda, Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.” (HR. Bukhari).60

Jelas dalam hadis tersebut, sahabat Nabi melakukan ruqyah dengan surah Al-Fa>tih}ah dan dikonfirmasi langsung oleh Nabi SAW bahwa surah Al-Fa>tih}ah bisa menyembuhkan penyakit yakni sebagai ayat ruqyah.

c) Sebagai obat segala penyakit

Keutamaan surat Al-Fa>tih}ah yakni untuk menyembuhkan penyakit disebut sebagai as-syifa>’ yang berarti obat. Dalam kitab Fadho>il As-Suwa>r Wa A<yat Al-Qur’aniyyah karya Sayyid Muhammad Saad ibnu Alawi al-Idrusi, dijelaskan bahwa: Abdul Malik ibu Umair mengatakan:

60 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, “Shah}ih} Bukha>ri”, terj. Hamidy, dan Zainuddin, “Terjemah Shahih Bukhary”, (Jakarta: Penerbit Widjaya, 1983), jilid V, bab keutamaan Al-Fa>tih}ah, hadis no.4623, hlm. 245.

ةَحِتاَف ءا َوَد ِ لُك ْنِم ءاَفِش باَتِكْلا

Artinya: “Surah yang menjadi pembuka dalam Al-Qur’an adalah obat segala sesuatu, surah tersebut adalah surah Al- Fa>tih}ah.”61

Bahkan Allah SWT telah menegaskan bahwa Allah pun telah menurunkan Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat obat bagi berbagai macam penyakit, dalam firman-Nya Q.S. Al-Isra>’ ayat 82:

اَم ِنآ ْرُقْلا َنِم ُل ِ زَنُن َو ُدي ِزَي َلا َو ۙ َنيِنِم ْؤُمْلِل ٌةَمْح َر َو ٌءاَفِش َوُه

ا ًراَسَخ َّلاِإ َنيِمِلاَّظلا

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”62

Membaca surah Al-Fa>tih}ah untuk menyembuhkan harus diiringi dengan rasa percaya dan yakin kepada Allah, karena hanya dengan kepercayaan serta keyakinan kepada Allah lah, bacaan surah Al-Fa>tih}ah akan benar-benar memberikan kesembuhan bagi pembacanya.

d) Surah Al-Fa>tih}ah sebagai dzikir atau wirid

Para ulama ahli dzikir dan wirid telah memberi ijazah (amalan), yakni salah satunya adalah yang sudah kita ketahui bersama yaitu sebuah tradisi berdzikir yang bernama Dzikrul Ghofilin. Dzikrul Ghofilin merupakan bacaan wirid atau dzikirnya orang-orang yang

61 Sayyid Muhammad Saad ibnu Alawi Al-Idrusi, “Fadho>il As-Suwa>r Wa A<yat Al- Qur’aniyyah”, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-Ulumiyyah, 2009), hlm. 10.

62 Al-Qur’an, Surah Al-Isra>’ [17]: 82.

Dokumen terkait