a) Gugatan cerai dengan alasan syiqaq harus dibuat sejak awal perkara diajukan.
b) Tidak diperbolehkan merubah gugat cerai dengan alasan cekcok terus menerus menjadi perkara syiqaq.
c) Pemeriksaan dan penyelesaian gugat cerai atas dasar syiqaq harus memedomani Pasal 76 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009.
d) Hakim terlebih dahulu memeriksa saksi-saksi dari keluarga atau orang-orang dekat dengan suami isteri, setelah itu Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah mengangkat keluarga suami atau isteri atau orang alin sebagai hakam.
e) Hakam melakukan musyawarah, hasilnya diserahkan kepada Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah sebagai dasar putusan.
f) Amar putusan cerai dengan alasan syiqaq berbunyi :
“Menjatuhkan talak satu ba’in shughra Tergugat (nama ...
bin ...) terhadap Penggugat (nama ... binti ...)”.
13) Li’an
a) Pemeriksaan dan penyelesaian cerai gugat atas alasan suami berzina, dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku pada gugat cerai biasa, yaitu dilakukan pembuktian dengan saksi atau sumpah pemutus, atau atas dasar putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap bahwa suaminya melakukan tidak pidana zina.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 164
b) Pemeriksaan dan penyelesaian cerai talak atas alasan isteriberzina, dilakukan berdasarkan hukum acara sebagaimana pada huruf (a) atau denga cara li‟an (Ex Pasal 87 dan 88 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009).
c) Syarat formil sumpah li‟an :
(1) Tuduhan isteri berbuat zina tercantum atau dibuat secara kronologis dalam surat gugatan atau permohonan.
(2) Isteri menyanggah tuduhan suami bahwa dirinya telah berbuat zina dengan laki-laki lain.
(3) Sumpah li‟an dilaksanakan atas perintah Hakim yang memeriksa perkara tersebut.
d) Syarat materiil sumpah li‟an
(1) Suami tidak dapat melengkapi bukti-bukti atas tuduhan zina terhadap isterinya.
(2) Sumpah suami diucapkan dalam sidang Majelis Hakim (Pengadilan) yang dihadiri oleh isteri Pemohon.
(3) Sumpah suami dibalas pula dengan sumpah isteri yang disampaikan dalam sidang Pengadilan pula.
(4) Sumpah mula‟anah (saling melaknat) menurut teks sumpah yang sudah ditentukan.
e) Tata cara sumpah li‟an diatur dalam Pasal 127 Kompilasi Hukum Islam sebagai berikut :
(1) Suami bersumpah empat kali dengan kata tuduhan zina dan atau pengingkaran anak tersebut diikuti dengan sumpah kelima dengan kata-kata “laknat Allah atas dirinya bila tuduhan atau pengingkaran tersebut dusta”.
(2) Isteri menolak tuduhan atau pengingkaran tersebut dengan sumpah empat kali dengan kata “tuduhan atau pengingkaran tersebut tidak benar”, diikuti sumpah kelima dengan kata-kata “murka Allah atas dirinya bila tuduhan atau pengingkaran tersebut benar”.
(3) Tata cara angka (1) dan (2) tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 165
f) Li‟an hanya sah jika dilaksanakan di muka persidanganPengadilan Agama / mahkamah Syari’iyah yang akibat hukumnya mengakibatkan putusnya perkawinan antara suami isteri untuk selama-lamanya. Hakim harus menjatuhkan putusan sela.
g) Proses pemeriksaan cerai talak dengan li‟an adalah : (1) Setelah Pemohon dan Termohon melakukan jawab
menjawab, dilanjutkan dengan pembuktian.
(2) Bila tidak diketemukan alat bukti yang diatur dalam Pasal 164 HIR / Pasal 284 RBg selain bukti sumpah, Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah menanyakan kepada suami, apakah akan melakukan sumpah li‟an.
(3) Apabila suami menghendaki untuk mengucapkan sumpah li‟an, maka Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah memerintahkan suami mengucapkan sumpah li‟an sebanyak empat kali yang berbunyi : “Demi Allah saya bersumpah bahwa isteri saya telah berbuat zina”, dan setelah itu dilanjutkan dengan ucapan : “Saya siap menerima laknat Allah bila saya berdusta”.
(4) Setelah suami disumpah, Pengadilan Agama/
Mahkamah Syar’iayah menanyakan kepada isteri apakah ia bersedia mengangkat sumpah nukul (sumpah balik).
(5) Bila isteri bersedia mengangkat sumpah nukul (sumpah balik), Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah memerintahkan isteri untuk mengucapkan sumpah sebanyak empat kali yang berbunyi : “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya tidak berbuat zina”, dan setelah itu dilanjutkan dengan ucapan : “Saya siap menerima murka Allah apabila saya berdusta”.
(6) Amar putusan cerai gugat dengan alasan zina berbunyi:
“Menjatuhkan talak ba’in kubra Tergugat (nama ... bin ...) terhadap Penggugat (nama ... binti ...)”.
h) Amar putusan cerai talak dengan alasan li‟an berbunyi :
“Menjatuhkan talak ba’in kubra Pemohon (nama ... bin ... ) terhadap Termohon (nama ... binti ...)”.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 166
14) Asal-usul Anaka) Anak sah adalah anak yang lahir dalam atau akibat perkawinan yang sah (Pasal 42 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 99 KHI), sedangkan anak yang tidak sah adalah anak yang lahir di luar perkawinan yang sah atau lahir dalam perkawinan yang sah akan tetapi disangkal oleh suami dengan sebab li‟an.
b) Di samping pengingkaran anak sah dapat pula dilakukan perbuatan hukum sebaliknya, yaitu pengakuan anak dimana seseorang dapat mengakui seorang anak sebagai anaknya yang sah (anak istilhaq).
c) Pengadilana Agama/ Mahkamah Syar’iyah dalam proses penyangkalan dan pengakuan anak, harus memedomani hal-hal sebagai berikut :
(1) Suami mengajukan gugatan penyangkalan anak kepada Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah dalam wilayah hukum dimana pihak Tergugat bertempat tinggal.
(2) Proses pemeriksaan perkara penyangkalan anak yang lahir dalam perkawinan yang sah dapat dilakukan dengan cara li‟an.
(3) Proses li‟an dimaksud dalam angka (2) dapat dilakukan dalam hal sebagai berikut :
(a) Jika anak lahir sebelum masa 180 (seratus delapan puluh) hari sejak hari perkawinan dilangsungkan (kecuali anak tersebut hasil hubungan suami isteri sebelum dilakukan perkawinan).
(b) Jika suami dapat membuktikan bahwa anak yang berusia 180 (seratus delapan puluh) hari atau lebih dalam kandungan isterinya, atau anak yang dilahirkan bukan anaknya yang sah karena dia dalam keadaan tidak mungkin untuk melakukan hubungan biologis dengan isterinya.
(4) Gugatan penyangkalan anak yang tidak dilakukan dengna acara li‟an, dilakukan dengan pembuktian
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 167
biasa.(5) Jika Penggugat bertempat tinggal dalam wilayah hukum dimana anak dilahirkan atau Penggugat berada di luar wilayah hukum dimana anak tersebut dilahirkan atau kelahiran anak tersebut disembunyikan, maka gugatan penyangkalan anak diajukan selambat- lambatnya 2 (dua) bulan setelah anak dilahirkan.
(6) Pengakuan anak dapat diajukan secara voluntair dan dapat juga diajukan secara kontensius kepada Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah dalam wilayah hukum dimana anak atau wali anak tersebut bertempat tinggal.
(7) Permohonan pengakuan anak yang tidak di bawah kekuasaan atau perwalian orang lain, bersifat voluntair.
(8) Permohonan pengakuan yang berada di bawah kekuasaan atau perwalian orang lain, bersifat kontensius.
(9) Permohonan dan gugatan pengakuan anak selambat- lambatnya diajukan 6 (enam) bulan sejak anak tersebut ditemukan.
(10) Amar putusan penyangkalan anak berbunyi :
“Menyatakan anak bernama ..., umur/lahir ..., bertempat tinggal di ..., adalah anak tidak sah dari Penggugat”.
(11) Amar penetapan permohonan pengakuan anak secara voluntair berbunyi :
“Menetapkan anak bernama ..., umur/lahir ..., bertempat tinggal ..., adalah anak sah dari Pemohon nama ... bin/binti ...”.
(12) Amar putusan gugatan pengakuan anak secara kontensius berbunyi :
- Menyatakan anak bernama ..., umur/lahir ..., bertempat tinggal ..., adalah anak sah Penggugat nama ... bin/binti ...
- Menghukum Tergugat untuk menyerahkan anak tersebut kepada Penggugat.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 168
(13) Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyah paling lambatsatu bulan setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap mengirimkan salinan putusan tersebut kepada Kantor Catatan Sipil dalam wilayah hukum dimana anak tersebut bertempat tinggal untuk didaftarkan dalam buku daftar yang disediakan untuk itu.