Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 1 EDISI REVISI
PEDOMAN
PELAKSANAAN TUGAS
DAN
ADMINISTRASI PERADILAN AGAMA
BUKU II
MAHKAMAH AGUNG RI
DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA
2013
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 2 DAFTAR ISI
Kata Pengantar Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Petunjuk Teknis Buku II Edisi Revisi 2013
Kata Pengantar Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
I. TEKNIS ADMINISTRASI
A. PENGADILAN AGAMA/MAHKAMAH SYAR’IYAH 1. Penerimaan Perkara
a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama b. Pendaftaran Perkara Banding
c. Pendaftaran Perkara Kasasi
d. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali 2. Administrasi Biaya Perkara
3. Administrasi Biaya Perkara Prodeo
4. Tambahan Panjar Biaya Perkara Terkait Putusan Sela PTA 5. Register Perkara
6. Persiapan Persidangan a. Penetapan Majelis Hakim b. Penunjukan Panitera Pengganti c. Penetapan Hari Sidang
d. Pemanggilan Para Pihak 7. Pelaksanaan Persidangan
a. Ketentuan Umum Persidangan b. Berita Acara Sidang
c. Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim d. Penyelesaian Putusan
e. Pemberitahuan Isi Putusan f. Penyampaian Salinan Putusan g. Minutasi Berkas Perkara h. Pemberkasan Perkara
i. Administrasi Pelaksanaan Putusan Izin Ikrar Talak 8. Laporan Perkara
9. Pengarsipan
10. Penggunaan Instrumen
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 3
B. PENGADILAN TINGGI AGAMA/MAHKAMAH SYAR’IYAH ACEH1. Administrasi Perkara Pengadilan Tingkat Banding a. Prosedur Penerimaan Perkara
b. Administrasi Keuangan Perkara Banding c. Registrasi Perkara Banding
2. Persiapan Persidangan
3. Pemberkasan Perkara Banding 4. Laporan Perkara Banding 5. Arsip Berkas Perkara Banding 6. Pengguganaan Instrumen
C. PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI
II. TEKNIS PERADILAN
A. KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA / MAHKAMAH SYAR’IYAH
1. Kedudukan 2. Dasar Hukum
3. Kewenangan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iah 4. Hukum Materi Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah 5. Hukum Acara Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah 6. Asas Personalitas Keislaman
7. Sengketa Hak Milik
B. PEDOMAN BERACARA PADA PA / MSY 1. Pedoman Umum
a. Permohonan b. Gugatan
c. Beracara Secara Prodeo d. Kewenangan Relatif e. Kewenangan Absolut f. Kuasa / Wakil g. Perkara Gugur h. Perkara Dibatalkan i. Pencabutan Gugatan j. Perkara Verstek
k. Perlawanan Terhadap Putusan Verstek
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 4
l. Perubahan Gugatanm. Rekonvensi n. Kumulasi Gugatan
o. Masuknya Pihak Ketiga Dalam Proses Perkara p. Gugatan Perwakilan Kelompok
q. Gugatan Untuk Kepentingan Umum r. Perdamaian / Mediasi
s. Penggugat / Tergugat Meninggal Dunia t. Pengunduran Sidang
u. Tangkisan / Eksepsi v. Pengunduran Diri Hakim w. Pembuktian
x. Pemeriksaan Setempat y. Sita Jaminan
z.1. Sita Jaminan Terhadap Barang Milik Tergugat z.2. Sita Terhadap Barang Milik Penggugat aa. Sita Persamaan
ab. Sita Harta Bersama ac. Sita Buntut
ad. Sita Eksekusi ae. Eksekusi Grose Akta af. Eksekusi Hak Tanggungan ag. Eksekusi Jaminan
ah. Putusan
ai. Eksekusi Putusan
aj. Lelang (Penjualan Umum) ak. Perlawanan Terhadap Eksekusi al. Perlawanan Pihak Ketiga am. Penangguhan Eksekusi an. Putusan Non Executable
ao. Penawaran Pembayaran Tunai dan Konsignasi 2. PEDOMAN KHUSUS
a. Hukum Keluarga 1) Izin Poligami
2) Izin Kawin, Dispensasi Kawin dan Wali Adhal 3) Penolakan Perkawinan
4) Pencegahan Perkawinan 5) Pembatalan Perkawinan
6) Pengesahan Perkawinan / Istbat Nikah 7) Perkawinan Campuran
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 5
8) Cerai Talak9) Cerai Gugat 10) Harta Bersama 11) Talak Khuluk 12) Syiqaq 13) Li’an
14) Asal-usul Anak
15) Pemeliharaan dan Nafkah Anak 16) Perwalian
17) Pengangkatan Anak b. Hukum Kewarisan c. Wasiat dan Hibah d. Wakaf
e. Ekonomi Syariah
f. Zakat, Infaq, dan Shadaqah g. Sengketa Kewenangan Mengadili h. Itsbat Rukyatul Hilal
LAMPIRAN
A. Contoh Formulir
B. Sekilas Mengenai Revisi Buku II
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 6
KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahim.
Kehadiran Buku II Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama Edisi Tahun 2010 sangat penting artinya bagi seluruh aparat Peradilan Agama. Sebagai pedoman, Buku II selama ini menjadi salah satu acuan bagi seluruh aparat Peradilan Agama terutama para Hakim, Panitera / Panitera Pengganti dan Jurusita dalam melaksanakan tugas di bidang administrasi peradilan dan teknis peradilan.
Mengingat keberadaan Buku II Edisi Revisi 2010 tersebut sangat penting bagi aparat Peradilan Agama. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama melalui DIPA Tahun 2010 alhamdulillah dapat melakukan pencetakan dan hasil cetakannya akan didistribusikan ke semua instansi Pengadilan Tinggi Agama, Mahkamah Syar’iyah Aceh, Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah di Provinsi Aceh.
Harapan kami, semoga dengan kehadiran Buku II Edisi Revisi 2010 ini dapat lebih meningkatkan kualitas aparat peradilan Agama dalam pemberian pelayanan hukum yang berkeadilan kepada masyarakat pencari keadilan.
Jakarta, 5 November 2010
Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama
Drs. H. Wahyu Widiana, MA
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 7
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 8
KATA PENGANTARKETUA MAHKAMAH AGUNG RI
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Penelitian yang dilakukan selama lebih dari satu tahun, untuk dapat merevisi Pedoman Pelaksanaan Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan di Lingkungan Pengadilan (Buku II), telah selesai. Revisi ini dilakukan untuk menyesuaikan buku tersebut dengan berbagai undang-undang dan ketentuan baru mengenai peradilan yang telah berlaku dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Buku ini dinamakan Buku II yaitu Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan di peradilan tingkat pertama dan tingkat banding, serta lampiran formulir-formulir yang berlaku di setiap lingkungan peradilan.
Dengan selesainya revisi Buku II dan seiring dengan selesainya pula proses satu atap di Mahkamah Agung RI, maka saya menaruh harapan yang besar agar dalam pelaksanaan tugas sehari-hari terwujud ketentuan- ketentuan yang mantap, jelas dan tegas tentang apa dan bagaimana tata kerja administrasi peradilan yang harus dilaksanakan dengan tertib dan disiplin. Sejalan dengan itu, semoga masalah-masalah yang selama ini masih terjadi di lapangan seperti masalah transparansi peradilan dan benturan titik singgung antar lingkungan peradilan dpat teratasi.
Akhirnya saya ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras dari seluruh Tim Peneliti Revisi Buku II untuk mewujudkan buku pedoman tersebut, yang telah memberikan bantuan teknik sekaligus menyeluruh sehingga pekerjaan yang berlangsung lebih dari satu tahun ini dapat diselesaikan dengan baik.
Jakarta, 29 Juli 2007
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
BAGIR MANAN
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 9
I. TEKNIS ADMINISTRASIA. PENGADILAN AGAMA/MAHKAMAH SYAR’IYAH 1 . Penerimaan Perkara
a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama
1) Sistem pelayanan perkara di Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah menggunakan sistem meja, yaitu sistem kelompok kerja yang terdiri dari : Meja I (termasuk di dalamnya Kasir), Meja II dan Meja III.
2) Petugas Meja I menerima gugatan, permohonan, verzet, permohonan eksekusi dan perlawanan pihak ketiga (derden verzet).
3) Perlawanan atas putusan verstek (verzet) tidak didaftar sebagai perkara baru, akan tetapi menggunakan nomor perkara semula (verstek) dan Pelawan dibebani biaya untuk pemanggilan dan pemberitahuan pihak-pihak yang ditaksir oleh petugas Meja I.
4) Perlawanan pihak ketiga (derden verzet) didaftar sebagai perkara baru.
5) Dalam pendaftaran perkara, dokumen yang perlu diserahkan kepada petugas Meja I adalah :
a) Surat gugatan atau surat permohonan yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah yang berwenang.
b) Surat Kuasa Khusus (dalam hal Penggugat atau Pemohon menguasakan kepada pihak lain).
c) Fotokopi Kartu Anggota Advokat bagi yang menggunakan jasa advokat.
d) Bagi Kuasa Insidentil, harus ada surat keterangan tentang hubungan keluarga dari Kepala Desa / Lurah/gampong/nagari dan/atau surat izin khusus dari atasan bagi PNS dan Anggota TNI/Polri. (Surat Edaran TUADA ULDILTUN MARI No.
MA/KUMDIL/8810/1987).
e) Salinan putusan (untuk permohonan eksekusi).
f) Salinan surat-surat yang dibuat di luar negeri yang disahkan oleh Kedutaan atau perwakilan Indonesia di negara tersebut, dan telah diterjemahkan ke dalam
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 10
bahasa Indonesia oleh penerjemah yang disumpah.6) Surat gugatan / permohonan diserahkan kepada petugas Meja I sebanyak jumlah pihak, ditambah 3 (tiga) rangkap untuk Majelis Hakim.
7) Petugas Meja I menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dengan menggunakan daftar periksa (check list).
8) Dalam menaksir panjar biaya perkara, petugas Meja I berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah tentang Panjar Biaya Perkara.
9) Dalam menentukan panjar biaya perkara, Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah harus merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008 tentang PNBP, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang Berada Di Bawahnya serta peraturan terkait lainnya.
10) Komponen PNBP yang ditaksir meliputi biaya pendaftaran dan hak redaksi, sedangkan biaya PNBP di luar biaya pendaftaran dan hak redaksi ditaksir sendiri, tidak masuk panjar biaya.
11) Dalam menaksir panjar biaya perkara perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Jumlah pihak yang berperkara.
b) Jarak tempat tinggal dan kondisi daerah para pihak (radius).
c) Untuk perkara cerai talak harus diperhitungkan juga biaya pemanggilan para pihak untuk sidang ikrar talak.
d) Biaya pemanggilan para pihak untuk menghadiri proses mediasi lebih dahulu dibebankan kepada pihak Penggugat melalui uang panjar biaya perkara.
12) Setelah menaksir panjar biaya perkara, petugas Meja I membuat Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam rangkap 4 (empat) :
a) Lembar pertama warna hijau untuk bank.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 11
b) Lembar kedua wana putih untuk Penggugat /Pemohon.
c) Lembar ketiga warna merah untuk Kasir.
d) Lembar keempat warna kuning untuk dimasukkan dalam berkas.
13) Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah tentang Panjar Biaya Perkara harus ditempel pada papan pengumuman Pengadilan Agana.
14) Petugas Meja I mengembalikan berkas kepada Penggugat / Pemohon untuk diteruskan kepada Kasir.
15) Penggugat / Pemohon membayar uang panjar biaya perkara yang tercantum dalam SKUM ke bank.
16) Pemegang Kas menerima bukti setor ke bank dari Penggugat / Pemohon dan membukukannya dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara.
17) Pemegang Kas memberi nomor, membubuhkan tanda tangan dan cap tanda lunas pada SKUM.
18) Nomor urut perkara adalah nomor urut pada Buku Jurnal Keuangan Perkara.
19) Pemegang Kas menyerahkan satu rangkap surat gugatan / permohonan yang telah diberi nomor perkara berikut SKUM kepada Penggugat / Pemohon agar didaftarkan di Meja II.
20) Petugas Meja II mencatat perkara tersebut dalam Buku Register Induk Gugatan / Permohonan sesuai dengan nomor perkara yang tercantum pada SKUM.
21) Petugas Meja II menyerahkan satu rangkap surat gugatan / permohonan yang telah terdaftar berikut SKUM rangkap pertama kepada Penggugat / Pemohon.
22) Petugas Meja II memasukkan surat gugatan / permohonan tersebut dalam map berkas perkara yang telah dilengkapi dengan formulir : PMH, Penunjukan Panitera Pengganti, Penunjukan Jurusita Pengganti, PHS dan Instrumen.
23) Petugas Meja II menyerahkan berkas kepada Panitera melalui Wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah.
24) Dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja berkas
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 12
perkara sebagaimana angka (22) di atas harus sudah diterima oleh Ketua Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah.25) Prosedur pengajuan berperkara secara prodeo :
a) Permohonan berperkara secara prodeo diajukan bersama-sama dengan surat gugatan / permohonan dan melampirkan surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desa / Lurah atau yang setingkat dan diketahui oleh camat.
b) Meja I membuat SKUM Rp. 0,- dan menyerahkannya kepada Pemohon.
c) Pemohon menyerahkan surat gugatan / permohonan dan SKUM kepada Kasir.
d) Kasir menyerahkan kembali sehelai surat gugatan / permohonan bersama SKUM kepada pihak.
e) Meskipun SKUM Rp. 0,- penerimaan dan pengeluaran keuangan perkara harus tetap dicatat dalam jurnal dan buku induk.
f) Meja II mencatat dalam register perkara dan memproses lebih lanjut bagaimana prosedur.
g) Setelah Majelis Hakim menerima berkas dari Ketua Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah, Ketua Majelis menerbitkan PHS disertai perintah kepada Jurusita / Jurusita Pengganti memanggil para pihak untuk diadakan sidang insidentil mengenai ketidak mampuannya.
h) Untuk berperkara secara prodeo yang dananya dibantu oleh negara :
(1) Biaya dibebankan pada DIPA Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
(2) Komponen biaya prodeo meliputi antara lain : biaya pemanggilan, redaksi dan materai.
(3) Biaya prodeo dapat dialokasikan untuk perkara tingkat pertama, tingkat banding dan tingkat kasasi.
(4) Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 13
No. 10 tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian bantuan Hukum, berperkara secara prodeo dapat dibiayai dari DIPA.(5) Mekanisme pembiayaan perkara prodeo yang dibiayai DIPA adalah sebagai berikut :
(a) Tata cara pengajuan dan proses penanganan administrasinya sama dengan tata cara pengajuan dan proses penanganan administrasi prodeo biasa.
(b) Pemanggilan pertama kepada para pihak oleh Jurusita tanpa biaya (prodeo biasa).
(c) Jika permohonan berperkara secara prodeo dikabulkan Majelis Hakim, Panitera Pengganti menyerahkan salinan amar Putusan Sela kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk kemudian dibuatkan Surat Keputusan bahwa biaya perkara tersebut dibebankan kepada DIPA Pengadilan Agama/Mahkamah Syar'iyah.
(d) Berdasarkan Surat Keputusan KPA tersebut, Bendahara Pengeluaran menyerahkan bantuan biaya perkara kepada Kasir sebesar yang telah ditentukan DIPA.
(e) Kasir membuat SKUM dan membukukan bantuan biaya tersebut dalam Buku Jurnal Keuangan dan mempergunakan biaya sesuai kebutuhan selama proses perkara berlangsung.
(f) Dalam hal terdapat sisa anggaran perkara prodeo sebagaimana dimaksud pada huruf (h) angka (2), sisa tersebut dikembalikan kepada KPA (Bendahara Pengeluaran).
b. Pendaftaran Perkara Banding
1) Permohonan banding didaftarkan kepada petugas Meja I Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah.
2) Tenggang waktu banding adalah sebagai berikut :
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 14
a) Permohonan banding dapat diajukan dalam waktu 14(empat belas) hari setelah putusan diucapkan atau setelah diberitahukan dalam hal putusan tersebut diucapkan di luar hadir.
b) Penghitungan waktu 14 (empat belas) hari dimulai pada hari berikutnya (besoknya) setelah putusan diucapkan atau setelah putusan diberitahukan, dan apabila hari ke-14 (keempat belas) jatuh pada hari libur, maka diperpanjang sampai hari kerja berikutnya.
c) Terhadap permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut di atas tetap dapat diterima dan dicatat, kemudian Panitera membuat surat keterangan bahwa permohonan banding telah lampau waktu.
3) Petugas Meja I menaksir besarnya panjar biaya banding berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama /Mahkamah Syar'iyah tentang Panjar Biaya Perkara kemudian dituangkan dalam SKUM, yang terdiri dari :
a) Biaya pendaftaran.
b) Biaya banding yang dikirimkan ke Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh yang besarnya sebagaimana diatur dalam PERMA Nomor 03 Tahun 2012.
c) Ongkos pengiriman biaya banding melalui bank / kantor pos.
d) Biaya fotokopi / penggandaan dan pemberkasan.
e) Ongkos pengiriman berkas perkara banding.
f) Ongkos jalan petugas pengiriman.
g) Biaya pemberitahuan, yang berupa : (1) Biaya pemberitahuan akta banding.
(2) Biaya pemberitahuan memori banding.
(3) Biaya pemberitahuan kontra memori banding.
(4) Biaya pemberitahuan memeriksa berkas (inzage) bagi Pembanding.
(5) Biaya pemberitahuan memeriksa berkas (inzage) bagi Terbanding.
(6) Biaya pemberitahuan amar putusan bagi
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 15
Pembanding.(7) Biaya pemberitahuan amar putusan bagi Terbanding.
4) Berkas perkara banding yang telah lengkap dibuatkan SKUM dalam rangkap empat :
a) Lembar pertama warna hijau untuk bank.
b) Lembar kedua warna putih untuk Pembanding.
c) Lembar ketiga warna merah untuk Kasir.
d) Lembar keempat warna kuning untuk dilampirkan dalam berkas.
5) Petugas Meja I menyerahkan berkas permohonan banding yang dilengkapi dengan SKUM kepada pihak yang bersangkutan untuk membayar uang panjar yang tercantum dalam SKUM kepada bank.
6) Kasir setelah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara banding harus menandatangani dan membubuhkan cap lunas pada SKUM.
7) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara banding yang tercantum pada SKUM dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara Banding.
8) Panitera membuat akta pernyataan banding dan mencatat permohonan banding tersebut dalam Buku Register Induk Perkara Gugatan dan Buku Register Permohonan Banding.
9) Permohonan banding dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja harus telah diberitahukan kepada pihak lawan.
10) Tanggal penerimaan memori banding dan kontra memori banding harus dicatat dalam buku Register Induk Perkara dan Buku Tegister Permohonan Banding, 11) Salinan penerimaan memori banding dan kontra memori
banding disampaikan kepada masing-masing lawannya dengan membuat relaas pemberitahuan / penyerahannya.
12) Sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh, kedua belah pihak harus diberi kesempatan untuk memeriksa berkas
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 16
perkara (inzage) dan hal itu dituangkan dalam akta.13) Dalam waktu satu bulan sejak permohonan banding diajukan, berkas perkara banding berupa Bundel A dan Bundel B harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh. (Pasal 11 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947). Khusus untuk permohonan banding yang pemberitahuannya melalui pengadilan agama/ mahkamah syar’iyah lain, dapat lebih satu bulan.
14) Biaya perkara banding untuk Pengadilan Tinggi Agama/
Mahkamah Syar'iyah Aceh harus dikirim melalui bank / kantor pos dan tanda bukti pengiriman uang harus dikirim dan menyatu dengan berkas yang bersangkutan.
15) Apabila para pihak masing-masing mengajukan upaya hukum banding, maka :
a) Penyebutan pihak-pihak adalah : Pembanding I / Terbanding II lawan Terbanding I / Pembanding II.
b) Pembanding I adalah pihak yang lebih dahulu mengajukan permohonan banding, atau kalau tanggal pengajuan permohonan bandingnya sama, siapa yang paling berhak mengajukan upaya banding.
c) Biaya perkara banding yang dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh hanya dipungut dari pengaju pertama.
d) Pengaju kedua hanya dibebani biaya : (1) Fotokopi penggandaan berkas.
(2) Pemberitahuan akta banding.
(3) Pemberitahuan memori banding.
(4) Pemberitahuan kontra memori banding
e) Berkas banding terdiri dari 1 (satu) Bundel A dan 2 (dua) Bundel B.
f) Panitera Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah segera melaporkan secara tertulis ke Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh tentang adanya upaya hukum banding yang diajukan oleh kedua belah pihak tersebut agar berkas perkaranya di Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh dijadikan satu.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 17
16) Pencabutan permohonan banding dilakukan denganlangkah-langkah sebagai berikut :
a) banding mengajukan permohonan pencabutan kepada Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
b) Apabila permohonan pencabutan dilakukan oleh kuasanya, harus disetujui oleh pihak prinsipal.
c) Panitera membuat akta pencabutan banding yang ditandatangani oleh Panitera dan Pembanding.
d) Pencabutan permohonan banding tersebut harus diberitahukan kepada pihak Terbanding.
e) Pencabutan permohonan banding disertai akta pencabutan dan pemberitahuannya kepada pihak Terbanding harus segera dikirim oleh Panitera ke Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh dibarengi surat pengantar yang ditandatangani Ketua atau Panitera Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
f) Berkas perkara banding yang belum dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh, tidak dikirim ke Pengadilan Tinggi Agama / Mahkamah Syar'iyah Aceh
17) Pengadilan Tinggi Agama/ Mahkamah Syar'iyah Aceh mengirimkan salinan putusan beserta Bundel A ke Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
18) Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah harus membaca putusan banding dengan cermat dan teliti sebelum menyampaikan kepada para pihak.
19) Fotokopi relaas pemberitahuan amar putusan banding dikirimkan kepada Pengadilan Tinggi Agama/Mahkamah Syar'iyah Aceh.
c. Pendaftaran Perkara Kasasi
1) Permohonan kasasi didaftarkan kepada petugas Meja I Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
2) Permohonan kasasi dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah diucapkan atau diberitahukan kepada pemohon.
3) Dalam hal permohonan kasasi atas penetapan (voluntair)
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 18
dapat diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah diucapkan atau diberitahukan kepada Pemohon.4) Penghitungan waktu 14 (empat belas) hari dimulai pada hari berikutnya (keesokan harinya) setelah amar putusan diberitahukan, dan jika hari ke-14 (keempat belas) jatuh pada hari libur, maka diperpanjang sampai hari kerja berikutnya.
5) Petugas Meja 1 menaksir besarnya panjar biaya kasasi berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah tentang Panjar Biaya Perkara kemudian dituangkan dalam SKUM, yang terdiri dari :
a) Biaya pendaftaran.
b) Biaya perkara kasasi yang dikirim ke Mahkamah Agung RI yang besarnya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) huruf (a) PERMA Nomor 02 Tahun 2009.
c) Ongkos pengiriman biaya perkara kasasi.
d) Biaya pemberitahuan akta kasasi.
e) Biaya pemberitahuan memori kasasi.
f) Biaya pemberitahuan kontra memori kasasi.
g) Biaya fotokopi / penggandaan dan pemeriksaan.
h) Biaya pengiriman berkas perkara kasasi.
i) Biaya transportasi petugas pengiriman.
j) Biaya pemberitahuan amar putusan kasasi kepada Pemohon kasasi.
k) Biaya pemberitahuan amar putusan kasasi kepada Termohon kasasi.
6) Petugas Meja I membuat SKUM rangkap empat : a) Lembar pertama warna hijau untuk bank.
b) Lembar kedua warna putih untuk Pemohon kasasi.
c) Lembar ketiga warna merah untuk Kasir.
d) Lembar keempat warna kuning untuk dilampirkan dalam berkas.
7) Apabila para pihak masing-masng mengajukan upaya hukum kasasi, maka :
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 19
a) Biaya perkara kasasi yang dikirim ke MahkamahAgung hanya dipungut satu kali, yaitu dari pengaju pertama.
b) Pengaju kedua hanya dibebani biaya : 1) Fotokopi penggandaan berkas.
2) Pemberitahuan akta kasasi 3) Pemberitahuan memori kasasi.
4) Pemberitahuan kontra memori kasasi.
c) Panitera Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah melaporkan secara tertulis ke Mahkamah Agung mengenai upaya hukum kasasi yang diajukan oleh kedua belah pihak.
8) Petugas Meja I menyerahkan permohonan kasasi yang dilengkapi dengan SKUM kepada para pihak pengaju untuk membayar panjar biaya perkara kasasi kepada Kasir melalui bank.
9) Pemegang Kas setelah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara kasasi harus menandatangani dan membubuhkan cap lunas pada SKUM.
10) Permohonan kasasi dapat diterima apabila panjar biaya perkara kasasi yang tercantum dalam SKUM telah dibayar lunas.
11) Pemegang Kas membukukan uang panjar biaya kasasi yang tercantum dalam SKUM pada Buku Jurnal Keuangan Perkara Kasasi.
12) Biaya permohonan kasasi untuk Mahkamah Agung dikirim oleh Pemegang Kas melalui Bank BNI Syari’ah Kantor Layanan BNI Syari’ah Mahkamah Agung Jl.
Medan Merdeka Utara Nomor 9 – 13 Jakarta Pusat, Nomor Rekening 179179175 atas nama Kepaniteraan Mahkamah Agung (Surat Panitera Mahkamah Agung RI Nomor 464/PAN/XI/2008 tanggal 12 November 2008 yang ditujukan kepada para Ketua PN, Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dan PTUN), dan bukti pengirimannya dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 20
13) Jika panjar biaya perkara kasasi telah dibayar lunas,maka Panitera pada hari itu juga membuat akta permohonan kasasi yang dilampirkan pada berkas perkara dan mencatat permohonan kasasi tersebut dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Permohonan Kasasi.
14) Permohonan kasasi yang telah terdaftar, dalam waktu 7 (tujuh) hari harus telah diberitahukan kepada pihak lawan.
15) Memori kasasi, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sesudah permohonan kasasi terdaftar, harus sudah diterima pada Kepaniteraan Pengadilan Agama/
Mahkamah Syar'iyah. Apabila dalam waktu tersebut memori kasasi belum diterima, Pemohon Kasasi dianggap tidak menyerahkan memori kasasi.
Penghitungan 14 (empat belas) hari tersebut sama dengan pada butir (3) di atas.
16) Panitera memberikan tanda terima atas penerimaan memori kasasi dan dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari salinan memori kasasi harus diberitahukan kepada pihak lawan.
17) Setelah memori kasasi diberitahukan kepada pihak lawan, kontra memori kasasi selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari harus sudah disampaikan kepada Kepaniteraan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah untuk diberitahukan kepada pihak lawan.
18) Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak permohonan kasasi diajukan, berkas permohonan kasasi berupa Bundel A dan Bundel B harus dikirim ke Mahkamah Agung.
19) Jika syarat formal permohonan kasasi tidak dipenuhi oleh Pemohon kasasi, maka berkas perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah Agung (Pasal 45A ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009).
20) Yang dimaksud dengan syarat formal permohonan
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 21
kasasi adalah tenggang waktu permohonan kasasi, pernyataan kasasi, panjar biaya perkara kasasi dan memori kasasi, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 46 dan 47 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009).21) Panitera Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah membuat surat keterangan bahwa permohonan kasasi tersebut tidak memenuhi syarat formal (Pasal 45A Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009).
22) Berdasarkan surat keterangan Panitera tersebut dan setelah Ketua meneliti kebenarannya, Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah membuat penetapan yang menyatakan bahwa permohonan kasasi tersebut tidak dapat diterima.
23) Salinan penetapan Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah tersebut pada butir (22) di atas diberitahukan / disampaikan kepada para pihak sesuai ketentuan yang berlaku.
24) Dengan dikeluarkannya penetapan Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah tersebut, maka putusan yang dimohonkan kasasi menjadi berkekuatan hukum tetap dan terhadap penetapan ini tidak dapat dilakukan upaya hukum.
25) Petugas kepaniteraan mencatat kode “TMS” (Tidak memenuhi syarat formal) dalam kolom keterangan pada Buku Induk Register Perkara).
26) Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah melaporkan permohonan kasasi yang tidak memenuhi syarat formal dengan dilampiri penetapan tersebut ke Mahkamah Agung.
27) Tanggal penerimaan memori kasasi dan kontra memori kasasi harus dicatat dalam Buku Register Induk Perkara
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 22
dan Buku Register Permohonan Kasasi.28) Pencabutan permohonan perkara kasasi dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
a) Permohonan pencabutan diajukan oleh Pemohon kasasi kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah yang memeriksa perkara dan disetujui oleh Termohon Kasasi.
b) Panitera Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah membuat Akta Pencabutan kasasi yang ditandatangani Panitera, Pemohon Kasasi, dan Termohon Kasasi.
c) Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah mengirim surat kepada Ketua Mahkamah Agung RI cq Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Agama MARI dengan lampiran huruf (a) dan (b). (Surat Ketua Muda ULDILAG Mahkamah Agung RI No. 08/TUADA- AG/VII/2001 tanggal 5 Juli 2001).
29) Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah harus membaca putusan kasasi dengan cermat dan teliti sebelum menyampaikan kepada para pihak.
30) Fotokopi relaas pemberitahuan amar putusan kasasi dikirim ke Mahkamah Agung.
d. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali
1) Permohonan peninjauan kembali diajukan secara tertulis bersama-sama dengan risalah peninjauan kembali yang menyebutkan alasan permohonan peninjauan kembali yang jelas dan rinci.
2) Permohonan peninjauan kembali tersebut di atas didaftarkan kepada petugas Meja I di Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
3) Panitera membuat akta permohonan peninjauan kembali.
4) Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 23
dapat diajukan hanya berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :a) Jika putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh Hakim pidana dinyatakan palsu.
b) Jika setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.
c) Jika telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut.
d) Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab- sebabnya.
e) Jika antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain.
f) Jika dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
5) Tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali yang didasarkan atas alasan sebagaimana dimaksudkan dalam point (4) adalah 180 (seratus delapan puluh) hari untuk :
a) Yang disebut pada angka (4) huruf (a) sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh kekuatan hukum tetap, dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara.
b) Yang disebut pada angka (4) huruf (b) sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta tanggal ditemukankanya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
c) Yang disebut pada angka (4) huruf (c), (d), dan (f)
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 24
sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara.d) Yang tersebut pada angka (4) huruf (e) sejak putusan yang terakhir dan bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara.
6) Novum adalah surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan. Alat bukti yang dibuat setelah perkara diputus bukan termasuk novum.
7) Tata cara penyumpahan novum adalah sebagai berikut : a) Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah atau Hakim yang ditunjuk mempelajari surat bukti yang diajukan oleh Pemohon peninjauan kembali, apakah surat bukti tersebut memenuhi persyaratan novum atau tidak.
b) Setelah surat bukti tersebut memenuhi persyaratan novum, ketua atau Hakim yang ditunjuk melakukan sidang untuk mengambil sumpah tersebut terhadap Pemohon peninjauan kembali yang mengajukan novum.
c) Lafal sumpahnya adalah “Demi Allah saya bersumpah bahwa saya telah menemukan surat bukti berupa ... pada hari ..., tanggal..., bulan..., tahun ... di ... dan belum pernah diajukan di persidangan”.
d) Penyumpahan penemuan novum dibuat dalam berita acara sidang penyumpahan novum dan ditandatangani oleh Ketua atau Hakim yang ditunjuk dan Panitera sidang.
8) Petugas Meja I menentukan besarnya panjar biaya peninjauan kembali yang dituangkan dalam SKUM, yang terdiri dari :
a) Biaya perkara peninjauan kembali yang dikirimkan ke Mahkamah Agung yang besarnya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) huruf (b) PERMA
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 25
Nomor 02 Tahun 2009.b) Biaya pendaftaran
c) Biaya pengiriman biaya perkara peninjauan kembali melalui bank / kantor pos.
d) Biaya pemberitahuan pernyataan dan alasan peninjauan kembali.
e) Biaya pemberitahuan jawaban atas permohonan dan alasan peninjauan kembali.
f) Biaya fotokopi / penggandaan dan pemberkasan.
g) Biaya pengiriman berkasa perkara peninjauan kembali.
h) Biaya transportasi petugas pengiriman dan pemberitahuan.
i) Biaya pemberitahuan amar putusan peninjauan kembali kepada Pemohon peninjauan kembal.
j) Biaya pemberitahuan amar putusan peninjauan kembali kepada Termohon peninjauan kembali.
9) Berkas perkara yang telah lengkap dibuatkan Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam rangkap empat, masing-masing :
a) Lembar pertama warna hijau untuk bank yang bersangkutan.
b) Lembar kedua warna putih untuk Pemohon c) Lembar ketiga warna merah untuk Kasir
d) Lembar keempat warna kuning untuk dilampirkan dalam berkas.
10) Petugas Meja I menyerahkan berkas permohonan peninjauan kembali yang dilengkapi dengan SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar biaya yang tercantum dalam SKUM kepada bank.
11) Kasir menandatangani dan membubuhkan cap lunas pada SKUM setelah menerima pembayaran biaya tersebut.
12) Permohonan peninjauan kembali dapat diterima apabila panjar biaya perkara yang ditentukan dalam SKUM telah dibayar lunas.
13) Kasir membukukan uang panjar biaya perkara yang
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 26
tercantum pada SKUM dalam Buku Jurnal Permohonan Peninjauan Kembali.14) Jika panjar biaya perkara telah dibayar lunas, pada hari itu juga panitera membuat akta permohonan peninjauan kembali yang dilampirkan pada berkas perkara dan mencatat permohonan peninjauan kembali tersebut dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Peninjauan Kembali.
15) Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari, Panitera memberitahukan permohonan peninjauan kembali kepada para pihak lawan dengan memberikan salinan permohonan peninjauan kembali besarta alasan- alasannya (Pasal 72 ayat (1) Undang-undang Nomo 14 Tahun 1985, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009).
16) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak alasan peninjauan kembali diterima, jawaban atas alasan peninjauan kembali harus sudah diserahkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah untuk disampaikan kepada pihak lawan (Pasal 72 ayat (2) Undang-undang Nomo 14 Tahun 1985, Undang- undangNomor 5 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009)
17) Jawaban atas permohonan dan alasan peninjauan kembali yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah harus dibubuhi hari dan tanggal penerimaan yang dinyatakan di atas surat jawaban tersebut. (Pasal 72 ayat (3) Undang-undang Nomo 14 Tahun 1985, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009).
18) Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima jawaban tersebut, berkas permohonan peninjauan kembali berupa Bundel A dan Bundel B harus dikirim ke Mahkamah Agung. (Pasal 72 ayat (4) Undang-undang Nomo 14 Tahun 1985, Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009).
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 27
19) Biaya permohonan peninjauan kembali untukMahkamah Agung dikirim oleh Bendaharawan Penerima melalui Bank BNI Syari’ah Kantor Layanan BNI Syari’ah Mahkamah Agung Jl. Medan Merdeka Utara No. 9 – 13 Jakarta Pusat, No. Rekening : 179179175 atas nama Kepaniteraan Mahkamah Agung dan bukti pengirimannya dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan.
20) Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah harus membaca putusan peninjauan kembali dengan cermat dan teliti sebelum menyampaikan kepada para pihak.
21) Fotokopi relaas pemberitahuan amar putusan peninjauan kembali supaya dikirim ke Mahkamah Agung.
22) Pencabutan permohonan peninjauan kembali diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah yang ditandatangani oleh Pemohon peninjauan kembali. Jika pencabutan permohonan peninjauan kembali diajukan oleh kuasanya, maka pencabutan harus diketahui oleh pihak prinsipal.
23) Panitera Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah segera mengirim pencabutan tersebut ke Mahkamah Agung disertai akta pencabutan permohonan peninjauan kembali yang ditandatangani oleh Panitera Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
2. Administrasi Biaya Perkara
a. Panitera bertanggung jawab atas pengelolaan biaya perkara b. Dalam melaksanakan tugas tersebut Panitera menunjuk
petugas administrasi biaya perkara : Kasir, Pemegang Buku Induk Keuangan Perkara dan Buku Keuangan lainnya.
c. Hak-hak Kepaniteraan yang berupa biaya pendaftaran dikeluarkan dari Buku Jurnal Keuangan Perkara (KI-PA1) dan Buku Induk Keuangan Perkara (KI-PA6) setelah diterimanya panjar biaya perkara.
d. Biaya materai dan hak redaksi dikeluarkan pada saat perkara
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 28
diputus.e. Setelah dikeluarkan dari KI-PA1 dan KI-PA6, biaya pendaftaran dan hak redaksi dibukukan pada Buku Penerimaan Hak-hak Kepaniteraan (KI-PA8).
f. Penerimaan dan pengeluaran uang hak kepaniteraan lainnya sebagai PNBP dibukukan dalam buku tersendiri.
g. Semua pengeluaran uang yang merupakan hak-hak kepaniteraan adalah sebagai pendapatan negara.
h. Seminggu sekali Kasir menyerahkan uang hak-hak kepaniteraan kepada bendaharawan penerima untuk disetorkan ke Kas Negara. Setiap penyerahan, besarnya uang dicatat dalam kolom 19 (kolom keterangan) KI-PA8 dengan dibubuhi tanggal dan tanda tangan serta nama Bendaharawan Penerima.
i. Pengeluaran uang yang diperlukan bagi penyelenggaraan peradilan untuk ongkos-ongkos panggilan, pemberitahuan, pelaksaan sita, pemeriksaan setempat, sumpah, penerjemah, dan eksekusi harus dicatat dengan tertib dalam masing- masing buku jurnal.
j. Kasir mencatat penerimaan dan pengeluaran uang setiap hari dalam buku jurnal yang bersangkutan dan mencatat dalam buku kas bantu yang dibuat rangkap dua, lembar pertama disimpan oleh Kasir dan lembar kedua diserahkan kepada Panitera sebagai laporan.
k. Panitera atau petugas yang ditunjuk dengan surat keputusan Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang dalam Buku Induk Keuangan Perkara yang bersangkutan.
l. Buku Keuangan Perkara terdiri dari :
1) Buku Jurnal Perkara Gugatan (KI-PA1/G) 2) Buku Jurnal Perkara Permohonan (KI-PA1/P) 3) Buku Jurnal Permohonan Banding (KI-PA2) 4) Buku Jurnal Permohonan Kasasi (KI-PA3) 5) Buku Jurnal Permohonan Peninjauan Kasasi (KI-PA4) 6) Buku Jurnal Permohonan Eksekusi (KI-PA5) 7) Buku Induk Keuangan Perkara (KI-PA6) 8) Buku Keuangan Biaya Eksekusi (KI-PA7)
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 29
9) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan (KI-PA8a) 10) Buku Keuangan Hak Kepaniteraan lainnya (KI-PA8b) m. Buku Jurnal Keuangan Perkara digunakan untuk mencatatsemua kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya untuk setiap perkara :
1) Untuk perkara tingkat pertama (gugatan dan permohonan) dimulai dengan penerimaan panjar dan ditutup pada tanggal perkara diputus.
2) Untuk perkara banding, kasasi, dan peninjauan kembali dimulai dengan penerimaan panjar dan ditutup pada tanggal pemberitahuan putusan pada tingkat masing- masing kepada para pihak.
3) Permohonan eksekusi dimulai dengan penerimaan panjar dan ditutup pada tanggal selesai pelaksanaan eksekusi.
4) Buku jurnal diberi nomor halaman, halaman pertama dan terakhir ditandatangani Ketua Pengadilan Agama/
Mahkamah Syar'iyah dan halaman lainnya diparaf.
5) Banyaknya halaman pada setiap buku jurnal dinyatakan oleh Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah pada halaman awal dan keterangan tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah.
6) Jika Buku Induk Keuangan Perkara penuh dan pindah ke buku selanjutnya, maka dalam buku baru tersebut ditulis :
“Buku ini merupakan lanjutan dari buku sebelumnya berisi ... halaman, dimulai dari halaman ... s/d ... (nomor halaman melanjutkan nomor buku sebelumnya)” dan ditandatangani oleh Ketua serta distempel.
7) Buku Induk Keuangan Perkara digunakan untuk mencatat seluruh kegiatan penerimaan dan pengeluaran dari seluruh perkara (kecuali permohonan eksekusi), dan dicatat menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dalam Buku Jurnal yang terkait, yang dimulai setiap awal bulan dan ditutup pada akhir bulan.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 30
8) Buku Keuangan Biaya Eksekusi digunakan untukmencatat seluruh kegiatan penerimaan dan pengeluaran eksekusi menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dalam Buku Jurnal Eksekusi.
9) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan, digunakan untuk mencatat penerimaan uang hak-hak kepaniteraan, dan dalam kolom keterangan diisi dengan tanggal, jumlah uang yang disetor, serta tanda tangan dan nama Bendaharawan Penerima.
10) Buku Induk Keuangan Perkara, Buku Keuangan Biaya Eksekusi dan Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan diberi nomor halaman. Halaman pertama dan terakhir ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dan halaman lainnya diparaf.
11) Banyaknya halaman dan adanya tanda tangan serta paraf tersebut diterangkan pada halaman awal dari masng- masing buku, dan keterangan tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah.
12) Penutupan Buku Induk Keuangan Perkara dan Buku Keuangan Biaya Eksekusi dilakukan oleh Panitera dan diketahui oleh Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
13) Pada setiap penutupan Buku Induk Keuangan tersebut, harus dijelaskan sisa uang menurut buku kas, sisa uang dalam kas maupun yang disimpan di bank, serta perincian dari uang tersebut.
14) Apabila terdapat selisih antara jumlah uang menurut buku kas dengan uang kas sesungguhnya, maka harus dijelaskan alasan terjadinya selisih tersebut.
15) Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah sebelum menandatangani Buku Induk Keuangan Perkara, harus meneliti kebenaran keadaan uang menurut buku kas dan menurut keadaan yang nyata, baik dalam brankas maupun yang tersimpan di bank, dengan disertai bukti penyimpanan uang di bank.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 31
16) Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah setiapsaat dapat memerintahkan Panitera untuk menutup Buku Induk Keuangan Perkara dan meneliti kebenaran setiap penerimaan dan pengeluaran uang perkara, sesuai dengan Buku Jurnal yang berkaitan, dan meneliti keadaan uang menurut buku kas dan uang yang ada dalam brankas maupun yang disimpan di bank, disertai bukti- buktinya.
17) Penutupan Buku Induk Keuangan Perkara atas dasar perintah Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah tersebut di atas, hendaknya dilakukan secara mendadak sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali, dengan dibuatkan berita acara pemerisaan.
18) Buku Jurnal dan Buku Induk Keuangan setiap tahun harus diganti dan tidak boleh digabung dengan tahun sebelumnya.
3. Administrasi Biaya Perkara Prodeo
a. Terhadap perkara prodeo tetap dibuatkan SKUM Rp. 0,00 dan dicatat dalam jurnal.
b. Jika permohonan prodeonya tidak dikabulkan, maka pemohon harusmembayar panjar biaya perkara.
c. Jika pemohon membayar panjar biaya perkara, pembayaran tersebut dibuatkan SKUM dan dibukukan di dalam buku jurnal dan buku keuangan lainnya.
d. Dalam hal perkara secara prodeo dibiayai oleh Negara melalui DIPA, penerimaan dan pengeluaran biaya tersebut dimasukkan dalam buku jurnal dan buku keuangan lainnya sebagai tambahan panjar.
4. Tambahan Panjar Biaya Perkara Terkait Adanya Putusan Sela Tingkat Banding
a. Dalam hal adanya putusan sela tingkat banding mengenai pemeriksaan tambahan, tambahan panjar biaya prosesnya dibebankan pada pembanding.
b. Tambahan panjar biaya proses dicatat dalam jurnal perkara tingkat pertama (KI-PA1) menyatu dengan nomor perkara
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 32
tingkat pertama pada jurnal terkait dan buku induk keuangan perkara (KI-PA6).5. Register Perkara
a. Pendaftaran perkara dalam buku register harus dilakukan dengan tertib dan cermat.
b. Buku register perkara di Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah terdiri dari :
1) Register Induk Perkara Gugatan (R1-PA1G) 2) Register Induk Perkara Permohonan (R1-PA1P) 3) Register Permohonan Banding (R1-PA2) 4) Register Permohonan Kasasi (R1-PA3)
5) Register Permohonan Peninjauan Kembali (R1-PA4) 6) Register Penyitaan Barang Bergerak (R1-PA5) 7) Register Penyitaan Barang Tidak Bergerak (R1-PA6) 8) Register Surat Kuasa Khusus (R1-PA7)
9) Register Eksekusi (R1-PA8) 10) Register Akta Cerai (R1-PA9) 11) Register Perkara Jinayah (R1-PA10) 12) Register P3HP (R1-PA11)
13) Register Perkara Ekonomi Syariah (R1-PA12)
14) Register Istbat Rukyat Hilal dan pemberian nasehat / keterangan tentang perbedaan Penentuan Arah Kiblat dan Penentuan Awal Waktu Shalat (RI-PA13).
15) Register Eksekusi Putusan Arbitrase Syariah (RI-PA14).
16) Register Mediasi (RI-PA 15) 17) Register Mediator (RI-PA 16)
c. Ketentuan penggunaan buku register:
1) Buku register diberi nomor halaman, halaman pertama dan terakhir ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dan halaman lainnya diparaf.
2) Banyaknya halaman pada setiap buku register dinyatakan pada halaman awal dan keterangan tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah.
Apabila penuh, maka halaman awal ditulis : “Buku register
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 33
ini merupakan lanjutan dari buku sebelumnya terdiri dari ....halaman”.
3) Buku Register Induk Perkara memuat seluruh data perkara dalam tingkat pertama, banding, kasasi, peninjauan kembali, dan eksekusi.
4) Buku Register perkara ekonomi syariah (RI-PA 12) berfungsi sebagai buku bantu yang memuat tahapan penanganan perkara ekonomi syari’ah.
5) Buku Register harus diganti setiap tahun dan tidak boleh digabung dengan tahun sebelumnya.
6) Buku Register Induk Perkara Gugatan dan Buku Register Induk Perkara Permohonan ditutup setiap bulan. Nomor urut setiap bulan dimulai dari nomor 1, sedangkan nomor perkara berlanjut untuk satu tahun.
7) Penutupan Buku Register setiap akhir bulan, ditandatangani oleh petugas register dan diketahui oleh Panitera, dengan perincian sebagai berikut :
(1) Sisa bulan lalu : ……… perkara (2) Masuk bulan ini : ……… perkara (3) Putus bulan ini : ……… perkara (4) Sisa bulan ini : ……… perkara
8) Penutupan buku register setiap akhir tahun, ditandatangani oleh Panitera dan diketahui Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah, dengan perincian sebagai berikut : (1) Sisa tahun lalu : ... perkara
(2) Masuk tahun ini : ……… perkara (3) Putus tahun ini : ……… perkara (4) Sisa tahun ini : ……… perkara
9) Buku Register Permohonan Banding, Register Permohonan Kasasi, dan Register Permohonan Peninjauan Kembali ditutup setiap akhir tahun, dengan rekapitulasi sebagai berikut :
(1) Sisa tahun lalu : …….. perkara (2) Masuk tahun ini : …….. perkara (3) Putus tahun ini : …….. perkara (4) Sisa akhir tahun : …….. perkara (5) Sudah dikirim : …….. perkara (6) Belum dikirim : …….. perkara
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 34
10) Register mediasi, kolomnya terdiri dari : nomor urut, nomorperkara, para pihak, majelis hakim, tanggal penetapan penunjukan mediator, nama mediator, tanggal kesepakatan perdamaian, isi akta perdamaian/kesepakatan perdamaian, tanggal putusan/penetapan dan keterangan.
11) Register mediator, kolomnya terdiri dari : nomor urut, nama, pendidikan, lembaga yang mengeluarkan sertifikat, nomor dan tanggal sertifikat serta keterangan.
6. Persiapan Persidangan a. Penetapan Majelis Hakim
1) Selambat-lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak perkara didaftarkan, Ketua Pengadilan Agama/
Mahkamah Syar'iyah menetapkan Majelis Hakim yang akan menyidangkan perkara.
2) Penetapan Majelis hakim ditanda tangani oleh ketua dan dibubuhi stempel pengadilan agama/ mahkamah syar’iyah.
3) Dalam penetapan majelis hakim, nama ketua dan anggota majelis ditulis lengkap sesuai dengan nama yang tercantum dalam SK pengangkatan sebagai hakim.
4) Jika Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah berhalangan, melimpahkan tugas tersebut kepada Wakil Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah, jika wakil ketua berhalangan menunjuk hakim senior.
5) Susunan Majelis Hakim hendaknya ditetapkan secara tetap untuk jangka waktu tertentu.
6) Ketentuan Ketua Majelis adalah sebagai berikut :
a) Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah selalu menjadi Ketua Majelis.
b) Ketua Majelis adalah Hakim senior pada Pengadilan tersebut. Senioritas tersebut didasarkan pada lamanya seseorang menjadi Hakim.
c) Tiga orang Hakim yang menempati urutan senioritas terakhir dapat saling menjadi Ketua Majelis dalam perkara yang berlainan.
7) Untuk memeriksa perkara tertentu, Ketua Pengadilan Agama
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 35
/ Mahkamah Syar'iyah dapat membentuk Majelis Khusus, misalnya perkara Ekonomi Syariah.8) Majelis Hakim dibantu oleh Panitera Pengganti dan Jurusita.
9) Penetapan Majelis Hakim dicatat oleh petugas Meja II dalam Buku Register Induk Perkara.
b. Penunjukan Panitera Pengganti
1) Panitera menunjuk Panitera Pengganti untuk membantu Majelis Hakim dalam menangani perkara.
2) Panitera Pengganti membantu Majelis Hakim dalam persidangan.
3) Penunjukan Panitera Pengganti dicatat oleh petugas Meja II dalam Buku Register Induk Perkara.
4) Penunjukan Panitera Pengganti dibuat dalam bentuk “Surat Penunjukan” yang ditandatangani oleh Panitera dan dibubuhi stempel.
c. Penetapan Hari Sidang
1) Perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya segera diserahkan kepada Ketua Majelis Hakim yang ditunjuk.
2) Ketua Majelis setelah mempelajari berkas dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja harus sudah menetapkan hari sidang. Pemeriksaan perkara cerai dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat gugatan didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
3) Dalam menetapkan hari sidang, Ketua Majelis harus memperhatikan jauh / dekatnya tempat tinggal para pihak yang berperkara dengan tempat persidangan.
4) Jika tergugat/ termohon berada di luar negeri, persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sejak perkara tersebut didaftarkan di kepaniteraan pengadilan.
5) Dalam menetapkan hari sidang, harus dimusyawarahkan dengan para anggota Majelis Hakim.
6) Setiap Hakim harus mempunyai jadwal persidangan yang lengkap dan dicatat dalam buku agenda perkara masing-
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 36
masing.7) Daftar perkara yang akan disidangkan harus sudah ditulis oleh Panitera Pengganti pada papan pengumuman Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah sebelum persidangan dimulai sesuai nomor urut perkara.
8) Atas perintah Ketua Majelis, Panitera Pengganti melaporkan hari sidang pertama kepada petugas Meja II dengan menggunakan lembar instrumen.
9) Petugas Meja II mencatat laporan Panitera Pengganti tersebut dalam Buku Register Perkara.
d. Pemanggilan Para Pihak
1) Atas perintah Ketua Majelis, Jurusita / Jurusita Pengganti melakukan pemanggilan terhadap para pihak atau kuasanya secara resmi dan patut.
2) Apabila para pihak tidak dapat ditemui di tempat tinggalnya, maka surat panggilan diserahkan kepada Lurah / Kepala Desa dengan mencatat nama penerima dan ditandatangani oleh penerima, untuk diteruskan kepada yang bersangkutan.
3) Tenggang waktu antara panggilan para pihak dengan hari sidang minimal 3 (tiga) hari kerja.
4) Pemanggilan terhadap para pihak yang berada di luar yurisdiksi dilaksanakan dengan meminta bantuan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dimana para pihak berada dan Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah yang diminta bantuan tersebut harus segera mengirim relaas kepada Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah yang meminta bantuan.
5) Surat panggilan kepada Tergugat untuk sidang pertama harus dilampiri salinan surat gugatan. Jurusita / Jurusita Pengganti harus memberitahukan kepada pihak Tergugat bahwa ia boleh mengajukan jawaban secara lisan / tertulis yang diajukan dalam sidang.
6) Penyampaian salinan gugatan dan pemberitahuan bahwa Tergugat dapat mengajukan jawaban lisan / tertulis tersebut
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 37
harus ditulis dalam relaas panggilan.7) Apabila tempat kediaman pihak yang dipanggil tidak diketahui atau tidak mempunyai tempat kediaman yang jelas di Indonesia, maka pemanggilannya dilaksanakan melalui Bupati / Walikota setempat dengan cara menempelkan surat panggilan pada papan pengumuman Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah. (Pasal 390 ayat (3) HIR / Pasal 718 ayat (3) RBg).
8) Dalam hal yang dipanggil meninggal dunia, maka panggilan disampaikan kepada ahli warisnya. Jika ahli warisnya tidak dikenal atau tidak diketahui tempat tinggalnya, maka panggilan dilaksanakan melalui Kepala Desa / Lurah. (Pasal 390 ayat (2) HIR / Pasal 718 ayat (2) RBg).
9) Pemanggilan dalam perkara perkawinan dan Tergugat tidak diketahui tempat tinggalnya (ghaib), pemanggilan dilaksanakan :
a) Melalui satu atau beberapa surat kabar atau media massa lainnya yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah.
b) Pengumuman melalui surat kabar atau media massa sebagaimana tersebut di atas harus dilaksanakan sebanyak dua kali dengan tenggang waktu antara pengumuman pertama dan kedua selama satu bulan.
Tenggang waktu antara panggilan terakhir dengan persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya tiga bulan.
c) Pemberitahuan (PBT) isi putusan ditempel pada papan pengumuman Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah selama 14 (empat belas) hari.
10) Pemanggilan terhadap Tergugat / Termohon yang berada di luar negeri harus dikirim melalui Departemen Luar Negeri cq. Dirjen Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri dengan tembusan disampaikan kepada Kedutaan Besar Indonesia di negara yang bersangkutan.
11) Permohonan pemanggilan sebagaimana tersebut pada angka (10) tidak perlu dilampiri surang panggilan, tetapi
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 38
permohonan tersebut dibuat tersendiri yang sekaligus berfungsi sebagai surat panggilan (relaas). Meskipun surat panggilan (relaas) itu tidak kembali atau tidak dikembalikan oleh Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, panggilan tersebut sudah dianggap sah, resmi dan patut (Surat Edaran Mahkamah Agung kepada KetuaPengadilan Agama Batam Nomor :
055/75/91/I/UMTU/Pdt./1991 tanggal 11 Mei 1991).
12) Tenggang waktu antara pemanggilan dengan persidangan sebagaimana tersebut dalam angka (10) dan (11) sekurang- kurangnya 6 (enam) bulan sejak surat permohonan pemanggilan dikirimkan.
7. Pelaksanaan Persidangan
a. Ketentuan Umum Persidangan
1) Ketua Majelis Hakim bertanggung jawab atas jalannya persidangan.
2) Agar pemeriksaan perkara berjalan teratur, tertib dan lancar, sebelum pemeriksaan dimulai harus dipersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
3) Sidang dimulai pada pukul 09.00 waktu setempat, kecuali dalam hal tertentu sidang dapat dimulai lebih dari pukul 09.00 dengan ketentuan harus diumumkan terlebih dahulu.
4) Perkara harus sudah diputus selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak perkara didaftarkan. Jika dalam waktu tersebut belum putus, maka Ketua Majelis harus melaporkan keterlambatan tersebut kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dengan menyebutkan alasannya.
5) Sidang harus dilaksanakan di ruang sidang. Dalam hal dilakukan pemeriksaan setempat, sidang dapat dibuka dan ditutup di Kantor Kelurahan / Kepala Desa atau di tempat objek pemeriksaan.
6) Majelis Hakim yang memeriksa perkara terlebih dahulu harus mengupayakan perdamaian melalui proses mediasi (Pasal 130 HIR / Pasal 154 RBg jo Pasal 82 Undang-
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 39
undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo PERMA No. 1 Tahun 2008).7) Dengan adanya upaya mediasi sebagaimana diatur dalam PERMA No. 1 Tahun 2008, Majelis Hakim agar memperhatikan dan menyesuaikan tenggang waktu proses mediasi dengan hari persidangan berikutnya.
8) Apabila mediasi gagal, maka Majelis Hakim tetap berkewajiban untuk mendamaikan para pihak (Pasal 130 HIR / Pasal 154 RBg).
9) Sidang pemeriksaan perkara cerai talak dan cerai gugat dilakukan secara tertutup, namun putusan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
10) Apabila Ketua Majelis berhalangan, persidangan dibuka oleh Hakim Anggota yang senior untuk menunda persidangan.
11) Apabila salah seorang Hakim Anggota berhalangan, diganti oleh Hakim lain yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah dengan PMH baru. Penggantian Hakim Anggota harus dicatat dalam berita acara persidangan dan buku register perkara.
12) Dalam keadaan luar biasa dimana sidang yang telah ditentukan tidak dapat dilaksanakan karena semua Hakim berhalangan, maka sidang ditunda pada waktu yang akan ditentukan kemudian dan penundaan tersebut sesegera mungkin diumumkan oleh Panitera di papan pengumuman.
b. Berita Acara Sidang
1) Segala sesuatu yang terjadi di persidangan pengadilan tingkat pertama dituangkan dalam berita acara sidang, sedangkan di pengadilan tingkat banding cukup dibuat catatan sidang.
2) Ketua Majelis bertanggung jawab atas perbuatan dan penandatanganan berita acara.
3) Panitera Pengganti harus membuat berita acara sidang yang memuat tentang hari, tanggal, tempat, susunan persidangan, pihak yang hadir, dan jalannya pemeriksaan perkara tersebut dengan lengkap dan jelas.
4) Pembuatan dan pengetikan berita acara sidang sebagaimana
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 40
pada angka 3) :a. Menggunakan bahasa hukum yang baik dan benar.
b. Ketikan harus rapi.
c. Jika ada kesalahan ketik, perbaikannya menggunakan metode renvoi dan kata yang diganti harus terbaca, serta diparaf oleh Ketua Majelis dan Panitera Pengganti.
d. Menggunakan kertas A4 70 gram.
e. Margin atas dan bawah 3 cm, margin kiri 4 cm dan margin kanan 2 cm.
f. Jarak antara baris pertama dan berikutnya 1 ½ spasi.
g. Menggunakan font arial 12.
h. Kepala BAS memakai huruf capital dan tanpa garis bawah,
i. Setelah kata nomor tidak memakai titik dua (:), penulisan nomor dengan 4 digit.
j. Di bawah nomor BAS untuk sidang pertama ditulis
“Sidang Pertama” untuk sidang berikutnya ditulis
“Lanjutan”.
Contoh :
k. Format pengetikan BAS berbentuk iris balok/ iris talas.
l. Penulisan identitas para pihak meliputi nama, umur/
tanggal lahir agama, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal dan penulisan nama dimulai dengan huruf capital.
m. Penulisan identitas para pihak setelah baris pertama dan masuk pada baris kedua dimulai dari ketukan ke-15 (3 tut tab).
n. Bila para pihak menggunakan kuasa hukum, identitas kuasa diletakkan setelah identitas para pihak.
o. Kata melawan ditulis “center text” dengan menggunakan huruf kecil.
p. Kalimat yang digunakan untuk menjelaskan susunan majelis ditulis dengan “Susunan majelis yang bersidang”.
BERITA ACARA SIDANG Nomor 0001/Pdt.G/2013/PA.JS
Lanjutan
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 41
q. Susunan majelis pada BAS pertama dan BAS lanjutanyang ada pergantian majelis, susunan majelis ditulis secara lengkap (nama dan gelar) dengan menggunakan huruf kapital. Sedangkan BAS lanjutan tanpa pergantian majelis ditulis dengan kalimat “susunan majelis yang bersidang sama dengan sidang yang lalu”.
r. Alinea pada setiap kalimat harus masuk (lima) karakter.
5) Tanya jawab antara majelis dengan para pihak dan para saksi dalam BAS menggunakan kalimat langsung.
6) Nomor halaman berita acara sidang harus dibuat secara bersambung dari sidang pertama sampai sidang yang terakhir.
7) Jawaban (termasuk rekonvensi bila ada), replik, duplik, rereplik, reduplik, alat bukti dan seluruh dokumen terkait serta kesimpulan tertulis menjadi kesatuan berita acara dan diberi nomor urut halaman.
8) Berita acara sidang harus sudah selesai dan ditandatangani paling lambat sehari sebelum sidang berikutnya.
c. Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim
1) Rapat permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasia.
2) Jika dipandang perlu dan mendapat persetujuan Majelis Hakim, Panitera sidang dapat mengikuti rapat permusyaratan Majelis Hakim.
3) Dalam rapat permusyawaratan, setiap Hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapatnya secara tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa.
4) Ketua Majelis mempersilahkan Hakim Anggota II untuk mengemukakan pendapatnya, disusul oleh Hakim Anggota I dan terakhir Ketua Majelis.
5) Semua pendapat harus dikemukakan secara jelas dengan menunjuk dasar hukumnya, kemudian dicatat dalam buku agenda sidang.
6) Jika terdapat perbedaan pendapat, maka yang pendapatnya berbeda tersebut (dissenting opinion) dapat dimuat dalam akhir pertimbangan putusan.
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 42
Contoh :Menimbang, bahwa namun demikian seorang hakim bernama …. Berbeda pendapat dengan pertimbangan tersebut, yang pendapatnya sebagai berikut :
Bahwa ….
Bahwa …., dst.
Menimbang, bahwa meskipun berbeda pendapat, demi keadilan dan kepastian hukum, hakim tersebut sependapat bahwa perkara tersebut diputus …..
d. Penyelesaian Putusan
1) Pada waktu diucapkan, putusan harus sudah jadi dan setelah itu langsung ditandatangani oleh Majelis Hakim dan Panitera Pengganti.
2) Pada salinan putusan halaman terakhir dibuat catatan berkenaan :
a) Adanya permohonan banding atau kasasi.
Contoh :
Dicatat disini : Tergugat telah mengajukan permohonan banding atas putusan tersebut tanggal ...
(ditandatangani Panitera).
b) Putusan telah BHT. Contoh : Dicatat disini : Putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap sejak tanggal ... (ditandatangani Panitera).
e. Pemberitahuan Isi Putusan
1) Jika Penggugat / Pemohon atau Tergugat / Termohon tidak hadir dalam sidang pembacaan putusan, maka Panitera / Jurusita Pengganti harus memberitahukan isi putusan kepada para pihak yang tidak hadir.
2) Jika Tergugat / Termohon tidak hadir dalam sidang pembacaan putusan dan alamatnya tidak diketahui di seluruh wilayah RI, maka pemberitahuan isi putusan dilakukan melalui pemerintah Kabupaten / Kota setempat untuk diumumkan pada papan pengumuman Pengadilan Agama/
Mahkamah Syar'iyah dalam waktu 14 (empat belas) hari,
Ibrahim Ahmad Harun, S.Ag. 43
baik dalam perkara bidang perkawinan maupun yang lainnya.f. Penyampaian Salinan Putusan
1) Panitera menyampaikan salinan putusan selambat- lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah putusan BHT kepada pegawai pencatat nikah yang wilayahnya meliputi tempat kediaman dan tempat perkawinan Penggugat / Pemohon dan Tergugat / Termohon. (Pasal 84 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009).
2) Pengadilan wajib menyediakan salinan putusan kepada para pihak selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah putusan diucapkan (SEMA Nomor 1 Tahun 2011).
3) Penyampaian salinan putusan tersebut harus atas permintaan pihak yang bersangkutan.
4) Penyampaian salinan putusan sebagaimana butir (1) dan (2) melalui pos atau jasa pengiriman lain yang biayanya diambil dari biaya proses (biaya perkara).
5) Pengeluaran salinan putusan atas permintaan pihak : a) Harus dibuat catatan kaki yang berisi :
(1) Diberikan kepada / atas permintaan siapa.
(2) Dalam keadaan belum atau sudah BHT.
b) Salinan putusan ditandatangani oleh Panitera dengan mencantumkan tanggal pengeluaran.
g. Minutasi Berkas Perkara
1) Minutasi berkas perkara harus selesai selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak putusan diucapkan.
2) Majelis Hakim bertanggung jawab atas penyelesaian minutasi berkas perkara yang pelaksanaannya dibantu oleh Panitera Pengganti.
3) Berkas disusun secara berangsur dan kronologis.
4) Berkas perkara yang telah diminutasi, diserahkan ke Meja III