• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tablig (Ramah dan Komunikatif)

Dalam dokumen Etika Bisnis Islam (Halaman 114-120)

PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam

4. Tablig (Ramah dan Komunikatif)

Sifat tablig artinya menyampaikan. Seorang pebisnis harus memiliki sifat tablig karena seorang pebisnis harus menggunakan tutur kata yang sopan,

bijaksana dan tepat sasaran kepada pelanggannya

Etika Bisnis Islam | 110

maupun rekan bisnisnya. Dalam Rumah Makan Cilacap Resto Dan Cafe Majene karyawan dalam melayani konsumen/pelanggan berpenampilan menarik dengan memakai pakain yang rapi dan sopan. Dalam menawarkan menu makanan karyawan juga bersikap ramah dan menggunakan bahasa yang sopan.

Keramahan atau sifat tablig merupakan suatu skill yang harus ada dalam diri setiap karyawan, karena dalam melayani konsumen harus melayani konsumen dengan baik. Hal terpenting yang harus diingat oleh pelaku bisnis adalah komunikasi dengan menggunkan bahasa yang sopan dan tidak menyakit i hati konsumen. Disamping itu berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami dan dapat diterima oleh akal juga harus menjadi perhatian bagi para pelaku bisnis. Dalam pernyataan di atas dapat dipahami bahwa seorang pebisnis harus selalu menjaga keramahan dan komunikatif agar dapat melancarkan bisnisnya dan dapat membuat para konsumennya merasa senang dan puas terhadap pelayanan yang diberikan.

KESIMPULAN

1. Empat hal yang menjadi kunci sukses dalam mengelola suatu bisnis, keempat hal tersebut merupakan sikap yang sangat penting dan menonjol dari Nabi Muhamad SAW yaitu Ṣiddīq (jujur/Benar), Amᾱnah (Terpercaya), Faṭᾱnah (Cerdas) dan Tablīg (Ramah dan Komunikatif)

2. Penerapan etika bisnis Islam dalam usaha rumah makan cilacap di majene sudah sesuai dengan etika bisnis Islam.

REFERENSI

Ahmad, M. (2006). Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta Timur:

Pustaka Al-kautsar.

Duratin Nafis (2019) Implementasi etika bisnis islam dalam usaha rumah makan (studi kasus usaha rumah makan wong solo batoh, kec. Lueng bata kota banda aceh).

Skripsi. Aceh Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Faisal, B., dkk. (2006). Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta:

Kencana.

Harahap, S. (2010). Etika Bisnis dalam Perspektif Islam.

Jakarta: Selemba Empat

Irawan, H. (2017). Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Pedagang Sembako Di Pasar Sentral Sinjai. Tesis.

Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Izzati, S. A. (2015). Penerapan Etika Bisnis Islam Di Boombu Hot Resto Tegal. Skripsi. Semarang:

Universitas Islam Negeri Walisongo

7

ETIKA BISNIS RESTORAN JEPANG PENDAHULUAN

Sebagian besar orang beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis seorang pebisnis tidak perlu mengindahkan aturan-aturan, norma-norma serta nilai moral yang berlaku dalam bisnis karena bisnis merupakan suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis harus memfokuskan diri untuk berusaha dengan berbagai macam cara dan upaya agar bisa menang dalam persaingan bisnis yang ketat.

Dalam bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan tentunya aturan-aturan tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial yang biasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pebisnis yang ingin mematuhi atau menerapkan aturan moral atau etika akan berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena ternyata beberapa perusahaan dapat berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bisnis merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma dan nilai moral yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat dibawa dan diterapkan ke dalam kegiatan bisnis.

Sebuah perusahaan yang unggul sebaiknya tidak hanya tergantung pada kinerja yang baik, pengaturan manejerial dan financial yang baik , keunggulan teknologi yang dimiliki, sarana dan prasarana yang dimiliki melainkan juga harus didasari dengan etika bisnis yang baik. Dengan memperhatikan etika bisnis yang baik maka kepercayaan

konsumen terhadap perusahaan tetap terjaga. Hal ini tentunya membantu perusahaan dalam menciptakan citra bisnis yang baik dan etis

Usaha Restoran di Indonesia pada saat ini perkembangannya sangat baik karena peluang untuk berhasil pada usaha ini sangat besar. Usaha Restoran akan memiliki kejayaan yang panjang apabila dikelola dengan baik. Sejalan dengan menjamurnya usaha Restoran maka banyak pula konsep Restoran bermunculan, salah satu konsep Restoran yang ditawarkan kepada kosumen adalah konsep makanan khas dari suatu Negara atau daerah, dimana makanan itu dijadikan sebagai ciri khas dari Negara atau daerah tersebut.

Makanan khas mempunyai daya tarik dan unik tersendiri sehingga setiap konsumen ingin mencoba sesuatu yang unik itu, Contohnya Restoran jepang yang memiliki makanan khas sushi, sashimi dan lainlain.

Pertumbuhan industri restoran jepang di Indonesia terus berkembang hingga saat ini. Dari mulai makanan cepat saji, buffet, restoran kedai dan lain sebagainya. Jenis makan yang ditawarkan juga tidak kalah bervariasi dari mulai ramen dan udon (mie khas jepang), sushi, sashimi, teriyaki, yakiniku, shabushabu, tepanyaki, okonomiyaki hingga takoyaki.

Salah satu indikator suburnya industri Restoran Jepang di Indonesia adalah makin banyaknya masyarakat yang mulai menggemari cita rasa masakan jepang. Pasar tersebut yang kemudian dilihat oleh pengusaha-pengusaha untuk membangun bisnis restoran jepang di Indonesia. Dari berbagai jenis dan banyaknya jumlah Restoran Jepang, ada sebagian yang memang dibawa langsung dari jepang sebagai produk franchise dan ada pula yang dikembangkan dari awal oleh orang Indonesia sendiri. Restoran-restoran yang tidak dibawa langsung dari jepang biasanya akan memodifikasi

cita rasa asli untuk disesuaikan dengan cita rasa masyarakat Indonesia.

Dalam ajaran Islam, kegiatan bisnis sangat dianjurkan, tetapi harus sesuai dengan apa yang telah ditetapkan baik itu oleh al-Qur‟an maupun sunnah Nabi. Keduanya menjadi pedoman bagi kaum muslim dalam melakukan kegiatan bisninya. Di antara pedoman tersebut terdapat pula beberapa kode etika dalam perdagangan menurut Islam diantaranya adalah sidiq (jujur). Amanah (tanggung jawab), tidak melakukan riba, menepati janji, tidak melakukan penipuan, tidak tahfif (curang dalam timbangan), tidak menjelek- jelekan pedagang lain, tidak menimbun barang dan hal ini yang dapat merugikan orang lain.

Ekonomi Islam mengarahkan bisnis atau dunia usaha yang penuh dengan nilai-nilai ekonomi dan etika, dengan kata lain bahwa Islam tidak pernah memisahkan ekonomi dengan etika. Manusia muslim, individu maupun kelompok dalam lapangan ekonomi atau bisnis disatu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar besarnya namun disisi lain ia terkait dengan iman dan etika sehingga ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan hartanya.

PEMBAHASAN

A. Etika Bisnis Dalam Ekonomi Islam

Dalam dokumen Etika Bisnis Islam (Halaman 114-120)