• Tidak ada hasil yang ditemukan

ثح)

A. Biografi M. Quraish Shihab

4. Tafsir Al-Maraghi

tersebut, Ahmad Mustafa Al-Maraghi merasa agak kesulitan dalam memberikan jawaban.

Masalahnya sekalipun kitab-kitab tafsir itu bermanfaat karena menyikapkan berbagai persoalan agama dan bermacam- macam kesulitan yang tidak mudah dipahami, namun kebanyakan telah dibumbui dengan istilah-istilah ilmu lain seperti Bhalaghah, Nahwu, Syaraf, Fikih, Tauhid, dan ilmu-ilmu lainya, yang semuanya justru merupakan hambatan bagi pemahaman Al- Qur‟an secara benar bagi para pembaca.60

Di samping itu, kitab-kitab tafsir juga sering diberi cerita- cerita yang bertentangan dengan fakta dan kebenaran bahkan bertentangan dengan akal dan fakta-fakta ilmu pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Namun, demikian Al-Marahgi mengulas, ada pula kitab tafsir yang dilengkapi dengan analisis- analisis ilmiah, selarar dengan perkembangan Ilmu di waktu penulisan tafsir tersebut. Hal itu memang tidak bisa disalahkan, karena ayat-ayat al-Qur‟an sendiri memberi isyarat tentang hal itu. Tetapi saat ini dapat dibuktikan dengan dasar penyelidikan ilmiah dan data autentik dengan berbagai argumentasi yang kuat:

bahwa sebaiknya tidak perlu ditafsirkan al-Qur‟an dengan analisis ilmiah yang hanya berlaku seketika.61

Sebab, dengan berlaku masa, maka sudah barang tentu situasi akan berubah. Lebih-lebih,tafsir-tafsir dahulu itu justru di tampilkan dengan gaya bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh

60Ibid., hlm. 24.

61Ibid., hlm. 25.

parabembaca yang semasa. Walaupun sering kali tafsir dengan gaya bahasa yang ringkas dan sulit di mengerti ini menjadi kebanggan para mufasir.62

Perlu diingat, bahwa masa berjalan, sehingga penemuan- penemuan inilah yang termuat di dalam berbagai encelopedia juga akan berkembang. Saat ini, mengkaji suatu kitab yang sulit dipahami merupakan pemborosan waktu dan energi lantaran hanya mereka-reka makna yang sulit.

Memperhatikan kenyataan tersebut, masyarakat mulai mencoba mengemukakan metode baru dalam hal tulis-menulis secara simpel dan penggunaan bahasa efektif yang mudah dimengerti, disamping mengemukakan pula data ilmiyah yang diperkuat dengan argumentasi-argumentasi dan berbagai fakta.

Dan pembicaraan atau argumentasi kuat, harus di singkirkan.

Berdasarkan pembicaraan tersebut, masyarakat tentu membutuhkan kitab-kitab tafsir yang mampu memenuhi kebuthan mereka, disajikan secara sistematis, diungkapkan dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti dan masalah- masalah yang dibahas benar-benar didukung dengan hujjah, bukti-bukti nyata serta berbagai percobaan yang diperlukan.63

Bisa pula dinukilkan pendapat-pendapat para ahli dalam berbagai cabang Ilmu yang berkait erat dengan al-Qur‟an, selaras dengan syarat penyajian yang harus sesuai dengan kemajuan

62Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Toha Putra, 1992), hlm.1

63Ibid., hlm.2.

ilmu pengetahuan moderen. Kita juga harus mengesampingkan permasalahan yang berkait dengan cerita-cerita yang bisa dipakai oleh para mufasir terdahulu, sebab cerita-cerita tersebut justru bertentangan dengan kebenaran.64

Bila dibandingkan dengan tafsir-tafsir yang lain, baik sebelum maupun sesudah tafsir Al-Maraghi termasuk tafsir Al- Manar, yang dipandang moderen, ternyata tafsir Al-Maraghi mempunyai metode penulisan tersendiri, yang membuatnya berbeda dengan tafsir-tafsir lain tersebut.65

Dengan rasa gembira, saya telah begitu terlibat di dalam urusan bahasa Arab baik belajar ataupun mengajar, menulis dan menghimpun, yang telah kami lakukan selama setengah abad.

Kami, secara terus-menerus menulis uslub-uslub melalui ayat- ayat Al-Qur‟an dan sunah Rasul saw., disamping para mahasatra arab yang berbentuk syair ataupun prosa. Dengan demikian, saya pun merasa berkewajiban untuk menuangkan hasil keterlibatan saya di dalam urusan bahasa arab ini, sehingga lahir sebuah tafsir ayat-ayat Al-Qur‟anul-Hakim yang kami beri judul Tafsir Maragi. Dan Ahmad Mustafa Al-Maraghi tersebut diberi judul

Tafsir Al-Maragi” yang mengacu pada nama keluarganya dan namanya sendiri. Walaupun sebenarnya nama tersebut adalah nama tempat tinggalnya.66

64Ibid., hlm.2

65 M. Khoirul Hadi, “Karakteristik..., hlm. 25.

66Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir..., hlm.17.

b. Metode Penafsiran Tafsir Ahmad Mustofa Al-Maraghi

Adapun metode penulisan dan sistematika Tafsir Al- Maraghi sebagaimana yang dikemukakannya dalam Muqaddimah tafsirnya adalah sebagai berikut :

1. Mengemukakan Ayat-ayat di awal pembahasan

Al-Maraghi memulai setiap pembahasan dengan mengemukakan satu, sampai dua atau lebih ayat-ayat al- Quran yang mengacu kepada suatu tujuan yang menyatu.

2. Menjelaskan kosa kata (Syarh al-Mufradat).

Kemudian Al-Maraghi menjelaskan pengertian kata- kata secara bahasa, bila ternyata ada kata-kata sulit dipahami oleh para pembaca.

3. Menjelaskan Pengertian Ayat-ayat Secara Global (al-Maknaal- Jumali li al-Ayat).

Selanjutnya Al-Maraghi menyebutkan makna ayat- ayat secara global. Sehingga sebelum memasuki penafsiran yang menjadi topik utama, para pembaca telah terlebih dahulu mengetahui makna ayat-ayat tersebut secara umum.

4. Menjelaskan Sebab-sebab Turun Ayat (Asbab al-Nuzul).

Jika ayat tersebut mempunyai asbab al-nuzul (sebab- sebab turun ayat) berdasarkan riwayat shahih yang menjadi pegangan para mufassir, maka Al-Maraghi menjelaskannya terlebih dahulu.

5. Meninggalkan Istilah-istilah yang Berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan

Ahmad Mustofa Al-Maraghi sengaja meninggalkan istilah–istilah yang berhubungan dengan ilmu-ilmu lain yang diperkirakan bisa menghambat para pembaca dalam memahami isi al-Quran. Misalnya Ilmu Nahwu, Saraf,Ilmu Balaghah dan sebagainya. Pembicaraan tentang ilmu-ilmu tersebut merupakan bidang tersendiri (spesialisasi) yang sebaiknya tidak dicampuradukkan dengan tafsir al-Quran, namun ilmu-ilmu tersebut sangat penting diketahui dan dikuasai seorang mufassir.67

c. Corak Penafsiran Ahmad Mustofa Al-Maraghi

. Bila kita bandingkan dengan kitab-kitab tafsir yang lain, Al-Maragi mempunyai keunikan dan metode penulisan tersendiri.

Kitab Tafsir yang dianggap sejajar dengan Al-Maraghi adalah tafsir Al-Manar karya Muhamad Abduh dan Muhamad Rasyid Rida, Tafsir al-Qur‟an karya Muhamad Syaltut, dan tafsir Al-Wadih karya Muhamad Mahmud Hijjaz kesemuanya itu mengambil corak adabi ijtimai.68

d. Sumber rujukan Tafsir Al-Maraghi

Adapun sumber yang dijadikan rujukan oleh al-Marāghī dalam penyusun tafsirnya adalah J mi‟ al-Bay n fī Tafsīr al- Qur‟ nkarya Abū Ja‟far Mu amad ibn Jarīr al-Ṭabarī (w. 310 H.),

67 Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat...,hlm.26-27.

68http://ilmu-ushuluddin.blogspot.com/2016/12/metodologi-penafsiran-tafsir-al- maraghi.html?m=1, diakses tanggal 04 juli 2019, pukul 09.21.

Tafsīr al-Kasysy f ‟an aq „iq al-Tanzīl karya Abū Al-Qāsim Jār Allah al-Zamakhsarī (w. 538 H.), Hassyiah Tafsīr al-Kasysy f karya Syaraf al-Dīn al- asan ibn Mu ammad al-Tibī (w 713 H.), Anw r al-Tanzīl karya al-Qāḍī Nāṣir al-Dīn ‟Abdullāh Ibn ‟Umar al- Baidāwī (w. 692H), Tafsīr Abī al-Q sim al- usain ibn Mu ammad karya al-Rāghib al-Aṣfahānī (w. 500 H.), Tafsīr al-Baṣīt karya Imām Abū asan al-Wāhidī al-Naisabūrī (w. 468 H ), Maf tih al- Ghaib (Al-Tafsīr al-Kabīr) karya Imam Fakhr al-Dīn al-Rāzī (w. 610 H), Ghar „ib al-Qur„ n karya Niẓām al-Dīn al- asan ibn Mu ammad al-QummI, Tafsīr Ibn Kaṣīr karya ‟Imād al-Dīn al-Fidā„

Ismā„īl ibn Kaṣīr al-Quraisyī al-Dimasyqī (w. 774 H), Al-Bahr al- Mu īkarya Asīr al-Dīn Abī Hayyān Mu ammad ibn Yūsuf al- Andalūsī (w. 745 H.), Naẓm al-Durur fī Tan sub al- yi wa al-Suwar karya Burhān al-Dīn Ibrāhim ibn ‟Umaral-Biqā‟ī (w.885 H.), Rūh al-Ma‟ānī karya al-Alūsī (w. 1270 H.),Tafsīr al-Qur„an al-Hakīm (Tafsīr al-Man r) karya Mu ammad Rāsyid Riḍā (1282-1354 H./1865-1935 M.), al -Jaw hir fī Tafsīr al-Qur‟ n karya Tantawi Jauhari (1287-1358 H./1870-1940 M.), Sīrah ibn Hisyam, Kitab Syarh al-All mah Ibnu Hajar, Kitab Syarh al-All mah al-Aini, Lis n al-Arab, As s al-Bal ghah, abaq t al-Sy fi‟iyyah, al-A‟l mal- Muwaqi‟īn, al-Itq n fī ‟Ulūm al-Qur„ n dan Muqaddimah ibn Khaldūn.69

69 Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi...,hlm. 30-31.

e. Jumlah juz tafsir Ahmad Mustofa Al-Marahgi

Kitab tafsir Ahmad Mustofa Al-Marahgi disusun menjadi 30 Jilid.

Setiap jilid terdiri satu juz Al-Qur‟an. Hal ini kami maksudkan sgar mempermudah para pembaca, di samping mudah dibawa kemana-mana, baik ketika menempati suatu tempat atau bepergian, di stasiun kereta api, di dalam trem atau tempat- tempat lainya. Kebetulan, lahirnya kitab tafsir ini untuk pertama kalinya bertepatan dengan dimulainya tahun baru hijriyah 1365 H. 70

C. Penafsiran M. Quraish Shihab dan Al-Maraghi terhadap konsep birrul walidain dalam QS.. al-Isro’ ayat 23-24

Dokumen terkait