• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Operasi

Dalam dokumen UKL UPL DAERAH IRIGASI TAMBAK (Halaman 31-42)

B. USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

4.3. Uraian Komponen Rencana Kegiatan Penyebab

4.3.3. Tahap Operasi

1. Pengoperasian Tambak

a. Pembentukan organisasi petani tambak

Sudah cukup banyak kegiatan pembinaan yang diberikan untuk membantu petani tambak yang dilaksanakan oleh berbagai pihak / instansi terkait.

Tetapi dua hal pokok yang nyata dan perlu dipertimbangkan untuk penyempurnaan di masa mendatang adalah :

1. pembinaan tersebut dilakukan secara terpisah-pisah, dengan / tanpa kaitan langsung antara petani tambak dan pembina, serta

2. pembinaan-pembinaan yang beragam tersebut belum mengarah kepada upaya pemantapan usaha mereka, petambak diharapkan mampu merangkum sendiri bagaimana usahanya dapat berkembang seperti yang diharapkan.

Dalam kaitan tersebut, pihak konsultan menyarankan suatu pembinaan terpadu dengan wadah yang berbentuk himpunan atau paguyuban petambak udang. Melalui wadah ini, semua informasi (yang bersifat teknis maupun ekonomi), bantuan dan kerjasama dari pihak lain akan terarah kepada program kerja lembaga tersebut yang akan mengembangkan usaha petambak sebagai suatu agribisnis. Begitu pula sebaliknya segala permasalahan yang dihadapi petambak secara melembaga akan cepat disampaikan kepada pihak yang terkait dan berkompeten.

Agar program pembinaan usaha tambak ini dapat terlaksana dengan baik dan berhasil, maka diperlukan adanya :

1. perlindungan dan jaminan dari pemerintah terhadap kelangsungan usaha petambak, sesuai dengan ketentuan hukum dan perundangan yang berlaku, serta

2. pemberian fasilitas pinjaman bagi lembaga tersebut (paguyuban petambak udang) dengan suku bunga lunak (rendah), baik untuk mendukung kegiatan produksi maupun untuk pemasaran hasilnya.

Organisasi petambak perlu segera dibentuk untuk mengakomodasi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan operasional budidaya, penyediaan sarana produksi, penanganan pasca panen maupun pemasaran hasil produksi tambak.

Guna mempermudah komunikasi antar petambak perlu dibentuk beberapa divisi dengan melibatkan pihak pemerintah khususnya Dinas Perikanan setempat untuk membina dan memberikan penyuluhan teknis budidaya

maupun manajemen usaha pertambakan. Secara garis besar bentuk organisasi perkumpulan petambak dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 3. Rekomendasi Struktur Organisasi Perkumpulan Petambak Untuk dapat melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan seperti telah diuraikan, diperlukan organisasi pelaksana kegiatan O & P. Organisasi tersebut akan berfungsi sebagai berikut :

- pengatur kegiatan operasi dan pemeliharaan - pelaksana kegiatan pekerjaan fisik

- penyelenggara penyuluhan tentang masalah irigasi tambak kepada para petani, serta

- pelaksana kegiatan komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait untuk kegiatan Operasi dan Pemeliharaan pada khususnya, dan kegiatan pengembangan teknik pertambakan di wilayah proyek pada umumnya.

Manager / Ketua Badan Musyawarah Petani Tambak

(BMPT)

Divisi Pemasaran

Udang

Divisi Teknik Budidaya

Divisi Sarana Produksi

Band eng

Udan g

DEMP OND

Jalur ke Pemasok

Udang

Cold Storage

Divisi Panen

Pemasaran produk

Handling Space B

e

P u

P a

O b

Air Be E

s Divisi

Pada tingkat terendah, pelaksanaan kegiatan O & P akan dikoordinir oleh Manager Blok yang bertugas sebagai penyuluh teknik budidaya dan teknik irigasi. Manager Blok untuk pelaksanaan kegiatan fisik dibantu oleh beberapa orang tenaga teknis dan wakil kelompok tani. Organisasi pada tingkat blok disajikan pada Gambar berikut ini :

Gambar 4. Struktur Organisasi O & P Tingkatan Blok Tambak

Ada beberapa bagian penting dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan ini yang nantinya memiliki tugas yang berbeda-beda, antara lain :

a. Manajer Blok

- melakukan koordinasi dan pengawasan atas keadaan fisik operasi dan pemeliharaan di wilayah kerjanya

- mengadakan pembinaan dan penyuluhan teknik irigasi kepada para juru irigasi dan wakil kelompok tani

- mengikuti rapat koordinasi ditingkat zone dan membantu Manager Zone untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan

- membuat laporan kegiatan yang bersifat rutin, periodik dan rehabilitasi, serta

- mendokumentasikan semua hasil pemantauan di wilayah kerjanya.

b. Tenaga Teknis

- melakukan kegiatan fisik pemeliharaan yang bersifat rutin dan periodik, serta pemantauan di wilayah kerjanya

- melakukan pengawasan atas kegiatan rehabilitasi

- melakukan kegiatan pemantauan periodik dan mengumpulkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh para petani

- dibantu oleh wakil kelompok tani melakukan koordinasi dan

Wakil Kelompok Tani

Tenaga Teknis Wakil

Kelompok Tani Tenaga Teknis

Manager Blok Budidaya dan Teknik Irigasi

pengawasan atas kegiatan fisik operasi dan pemeliharaan pada tingkat kelompok tani, serta

- mengadakan pembinaan dan penyuluhan teknis irigasi kepada para petani tambak.

c. Wakil Kelompok Tani

- memimpin dan membina kelompok tani

- mewakili para anggota kelompok tani dalam rapat koordinasi, serta - membantu Juru Irigasi dalam mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan

fisik operasi dan pemeliharaan pada tingkat kelompok tani.

b. Ketinggian air di tambak

Ketinggian air di tambak mempunyai kaitan yang erat dengan tahap-tahap pemeliharaan agar tetap mendukung populasi udang yang dipelihara. Pada dua minggu pertama setelah tambak dikeringkan, tambak diisi air dengan ketinggian sekitar 25 – 30 cm. Pada saat itu dapat dilakukan usaha pemberantasan hama dan penyakit dengan mempergunakan desinfektan dan atau pestisida seperti saponin. Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam, terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin. Saponin yang digunakan di tambak dari bungkil biji teh dengan dosis 150-200 kg bungkil biji teh untuk per ha tambak.

Setelah diketahui efek residu pestisida tersebut mulai hilang, ketinggian air ditambah hingga mencapai kira-kira 70 – 80 cm. Pada saat itu benur yang telah dipelihara dalam petak ipukan dapat dipindahkan ke dalam kolam pembesaran. Ketinggian air ditingkatkan hingga mencapai 100 cm yang dipertahankan terus selama 30 hari. Memasuki bulan kedua pemeliharaan benur, air kemudian diper-tahankan hingga mencapai ketinggian 100 - 120 cm. Ketinggian air ini harus terus dipertahankan selama masa pemeliharaan sampai panen.

Ketinggian air selama pemeliharaan akan banyak dipengaruhi oleh faktor kehilangan air akibat evaporasi, infiltrasi maupun perkolasi. Oleh karena itu perlu diupaya-kan untuk menambah air baru apabila ketinggian air dalam petakan tambak berkurang terutama pada musim kemarau. Sedangkan pada musim hujan, akan terjadi kelebihan ketinggian air yang harus diupayakan pembuangan kelebihan air tersebut sampai batas ketinggian yang diharapkan.

c. Pola penggunaan air

Khusus untuk pembesaran ikan/udang di tambak memakan waktu sampai ukuran panen (size 30 – 40) berkisar antara 90 – 100 hari, maka dapat diusulkan 2 alternatif pola pemakaian air berdasar periode pembesaran

udang tiap musim baik untuk tradisional plus dan semi intensif seperti yang disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 5. AlternatifPola Pemakaian Air

Tahapan

Alternatif I Alternatif II Musim

Kemarau Musim

Hujan Musim

Kemarau Musim Hujan 1. Pencucian saat

reklamasi lahan 90 hari - 90 hari -

2. Perbaikan konstruksi tambak, pengapuran, pemupukan & penumbuhan plankton

- 20 hari - 20 hari

3. Pengisian air tambak 10 hari 10 hari 10 hari 10 hari 4. Pemeliharaan (tahap

pembesaran sampai panen) 90 hari 90 hari 100 hari 100 hari 5. Pengasatan (pem buangan

air bertahap) 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari

6. Panen 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari

7. Pengeringan tambak 11 hari 31 hari 11 hari 11 hari Sub-Total 205 hari 155 hari 215 hari 145 hari

Total 360 hari 360 hari

Oleh karena pada permulaan pembukaan lahan mangrove dan penggalian tanah untuk konstruksi tambak Gantung akan terjadi pembukaan lapisan bagian dalam yang mengandung pyrite akan mengalami oksidasi sehingga menyebabkan kemasaman (pH tanah rendah).

d. Penggantian air

Penggantian air tambak dengan air laut dilakukan dengan cara membuang air dari dalam tambak dan menggantinya dengan air dari saluran pemberi, saluran pemberi terisi secara otomatis dari fluktuasi air laut baik dan selanjutnya penggantian air ke tambak adalah menggunakan pompa.

Mula-mula dilakukan pembuangan air dari tambak dengan pompa sehingga muka air di tambak menurun sampai mencapai elevasi sesuai dengan yang ditetapkan. Pembuangan air hendaknya dilaksanakan pada waktu air laut menyurut. Berdasarkan hasil perencanaan, pembuangan air dapat dilaksanakan setiap waktu selama muka air di dalam petakan tambak lebih tinggi dari muka air di saluran pembuang.

Pada musim kemarau salinitas air dalam tambak tinggi, hal ini harus menjadi perhatian dengan melakukan pengontrolan agar mendekati keadaan optimum sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan udang dan ikan.

Hal yang lebih penting adalah kualitas air dalam tambak tetap terjaga.

Air di dalam tambak lama kelamaan akan mengalami penurunan kualitas air baik karena adanya proses pembusukan dan penguraian jasad mati dalam tambak maupun karena terjadinya penumpukan bahan buangan sebagai hasil samping proses metabolisme udang dan plankton.

Penurunan kualitas air ini dapat menurunkan derajat kelangsungan hidup benur atau menyebabkan pertumbuhan benur terhambat. Untuk mengatsi hal tersebut diatas, pada saat-saat tertentu, sebagian air harus diganti.

Pada awal pemeliharaan sampai benur umur 15 hari di tambak, penambahan air hanya dilakukan untuk mempertahankan ketinggian air.

Untuk periode berikutnya, penambahan air selain untuk mengganti volume air yang hilang, juga untuk mengganti air yang telah menurun kualitasnya.

Mengingat pengelolaan air pada budidaya ikan dan udang secara tradisional tidak memungkinkan pergantian air secara harian dalam prosentase lebih dari 10 % per hari, maka sistem penggantian air diupayakan setiap dua atau tiga minggu. Prosentase penggantian air dapat dirinci sebagai berikut : - 3 – 5 % (pembuangan dan penambahan air baru setinggi 3,6 – 6 cm)

(pemeliharaan benur minggu 5 – 8)

- 5 – 7 % (pembuangan dan penambahan air baru setinggi 6 – 8,4 cm) (pemeliharaan benur minggu 9 – 12)

- 7 – 10 % (pembuangan dan penambahan air baru setinggi 8,4 – 12 cm) (pemeliharaan benur minggu 13 – 16)

- 10 – 15 % (pembuangan dan penambahan air baru setinggi 12 – 18 cm) (pemeliharaan benur minggu 13 – panen)

Penggantian air sebaiknya dilakukan pada saat kandungan oksigen rendah (pukl 03.00 – 06.00), atau pada saat suhu air tinggi (pukul 13.00 – 16.00).

Pergantian air tambak yang menambahkan air baru dan mengeluarkan air tambak sebaiknya yang dikeluarkan adalah air yang berada di dasar tambak agar limbah yang menumpuk di dasar ikut terbuang. Pengeluaran air dasar tambak ini dapat dilakukan dengan menggunakan pintu pembuangan air tipe monnik yang membuang hanya air dasar saja. Sedangkan apabila ingin membuang air bagian atas permukaan petakan tambak karena meluap saat musim hujan dapat menggunakan pipa pembuangan tipe leher angsa (pipa U).

e. Pembuangan air hujan

Air hujan yang jatuh dan menggenangi areal tambak akan mengakibatkan penurunan kualitas air. Oleh sebab itu air hujan harus segera dibuang dengan sampai diperkirakan kandungan air hujan berkurang. Untuk mendukung keberhasilan kegiatan ini, perlu diadakan pemeriksaan salinitas air tambak untuk mengetahui apakah perlu diadakan suplesi air asin akibat turunnya salinitas air tambak oleh hujan yang terjadi.

f. Pengisian tambak

Pada awal kegiatan budidaya perlu dilakukan pengisian tambak mulai dari keadaan kering sampai terisi penuh. Pengisian air ke patakan tambak pada areal ini dilakukan dengan cara memompa air dari saluran ke petak tambak dan ada yang ditampung terlebih dahulu dalam tandon untuk selanjutnya dialirkan ke tambak.

g. Pengosongan tambak

Pada akhir kegiatan budidaya perlu dilakukan pengosongan tambak untuk kemudian dibiarkan kering selama beberapa minggu. Pengosongan air di dalam tambak dilakukan dengan cara dipompa. Hal ini dilakukan terus sampai air di dalam tambak benar-benar habis, dan dapat berlangsung selama 2 sampai 4 hari.

h. Pengelola irigasi tambak

Pembentukan unit pengelola irigasi tambak oleh masing-masing kelompok tambak setiap blok jaringan irigasi perlu ditetapkan oleh pihak pemerintah (Balai Wilayah Sungai Kalimantan III), dan pihak petambak untuk mengurusi kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan air irigasi tambak. Idealnya wakil pihak pemerintah menjadi ketua pengelola irigasi tambak yang dibantu oleh anggota kelompok tambak yang menangani kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tambak.

Tanggung jawab pemeliharaan jaringan dan saluran irigasi tambak pada setiap blok jaringan (luas layanan kurang lebih 100 Ha atau menurut sistem pembagian yang diterapkan) meliputi Saluran Pemasukan Primer (SPP), Saluran Buang Primer (SBP), Saluran Pemasukan Sekunder (SPS), Saluran Buang Sekunder (SBS), Saluran Pemasukan Tersier (SPT) dan Saluran Buang Tersier (SBT) dibebankan kepada masing-masing kelompok tambak pada setiap blok jaringan irigasi. Pihak pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap perawatan saluran irigasi yang mencakup perawatan Saluran Pemasukan Primer (SPP), Saluran Buang Primer (SBP), Saluran Pemasukan Sekunder (SPS), dan Saluran Buang Sekunder (SBS).

Sedangkan pihak petani tambak bertanggung jawab terhadap perawatan Saluran Pemasukan Sekunder (SPS) yang melewati masing-masing unit petakan petambak, Saluran Buang Sekunder (SBS) yang melewati petakan tambak, Saluran Pemasukan Tersier (SPT) dan Saluran Buang Tersier (SBT) yang melewati masing-masing petakan.

2. Penerimaan Tenaga Kerja Untuk Pemeliharaan Saluran Tambak a. Wewenang dan tanggung jawab pihak terkait

Pada prinsipnya semua pihak yang berhubungan dengan kegiatan budidaya tambak ikut bertanggung jawab dan harus menjaga semua sarana dan prasarana per-tambakan. Namun secara lebih terinci, tanggung jawab atas

pemeliharaan saluran dan bangunan adalah dibagi sebagaimana penjelasan berikut :

1) Pemeliharaan saluran kecil dengan lebar dasar  1 m berikut semua bangunan di atasnya adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab dari petani yang mendapat manfaat dari saluran tersebut. Dalam pelaksanaannya, petani akan mendapat penyuluhan dari PPL, serta berkoordinasi dengan Camat dan Kepala Desa setempat.

2) Pemeliharaan saluran besar dengan lebar dasar > 1 m berikut semua bangunan di atasnya adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Pihak Pemerintah, dalam hal ini Balai Wilayah Sungai Kalimantan III.

b. Pemeliharaan saluran

Pada saat sudah beroperasi, saluran perlu dirawat secara rutin untuk menjaga agar kinerja saluran tetap baik. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pemeliharaan saluran tambak sekitar 20 orang dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 6. Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan Tenaga Kerja untuk Pemeliharaan Saluran

No Uraian Pendidikan Jumlah (orang)

1. Pekerja SLTP 4

2. Mandor D3 1

3. Pimpinan Proyek S1 1

4. Tukang Kayu SLTA 1

5. Tukang Batu SLTA 2

6. Tukang Cat SLTA 2

7. Tukang Gali Tanah SLTA 2

8. Kepala Tukang SLTA 1

9. Operator Chain Shaw SLTA 1

10. Pembantu Operator Chain Saw SLTA 1

11. Operator Alat Berat SLTA 1

12. Pembantu Operator Alat Berat SLTA 1

13. Sopir SLTA 1

14. Penjaga Proyek SLTP 1

J u m l a h : 20

Kegiatan pemeliharaan tambak dapat diartikan sebagai usaha-usaha yang bertujuan untuk mengoptimalkan dan menjaga kelangsungan serta kegunaan sistem tata air tambak sesuai dengan yang telah direncanakan.

Jadi, pemeliharaan adalah merupakan hal yang mutlak diperlukan, meskipun memerlukan dana yang relatif tidak sedikit.

Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan secara tepat menurut waktu dan intensitas-nya. Berdasarkan intensitasnya, maka kegiatan pemeliharaan dapat digolongkan menjadi :

1) Pemeriksaan, kegiatan ini dilakukan setiap pagi dan sore, atau pada saat musim hujan lebat dimana sering terjadi banjir. Pemeriksaan mencakup kondisi saluran, tanggul, tanaman pelindung dan bagian lain yang memerlukan perbaikan secepatnya.

2) Pemeliharaan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan. Kegiatan ini sifatnya rutin, ringan dan pelaksanaannya dijadwalkan secara teratur dalam satu tahun dengan jangka waktu harian ataupun mingguan.

3) Pemeliharaan periodik, yaitu kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan selang waktu tertentu, biasanya 3 – 6 bulan sekali.

4) Perbaikan, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk memulihkan kondisi suatu bangunan kepada fungsinya semula. Kegiatan ini harus segera dilaksanakan apabila terjadi kerusakan yang dapat mengganggu pola tata air yang telah direncanakan. Kegiatan ini meliputi perbaikan darurat dan perbaikan permanen. Perbaikan darurat merupakan kegiatan yang mendesak dan sifatnya sementara, dengan maksud agar sebelum diadakan perbaikan permanen yang sebenarnya bangunan tersebut masih dapat dimanfaatkan / dipergunakan. Sedangkan kegiatan permanen adalah kegiatan yang pada dasarnya merupakan kelanjutan dari perbaikan darurat.

5) Peningkatan, yaitu menambah fungsi bangunan dan perlengkapan tambak yang ada untuk tujuan peningkatan produksi. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan hasil evaluasi, analisa dan rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk merehabilitasi atau menyempurnakan bangunan- bangunan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan.

Adapun sarana tata air dan perlengkapan tambak yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemeliharaan adalah :

1) Pemeliharaan tanggul, meliputi :

a) pembersihan tanaman pengganggu

b) penanaman, perapihan atau pemotongan rumput.

c) penutupan lubang tikus, ketam dan hewan lainnya.

d) perbaikan dan pemadatan kembali.

2) Pemeliharaan jalan inspeksi / jalan produksi, meliputi : a) perbaikan slope timbunan

b) pembersihan tanaman pengganggu

c) penutupan dan pemadatan lubang di permukaan jalan

3) Pemeliharaan saluran tambak, meliputi : a) pembersihan tanaman pengganggu b) pengerukan lumpur / endapan c) perbaikan pelindung tebing d) pembersihan sampah

4) Pemeliharaan jembatan, meliputi :

a) perbaikan atau penggantian bagian yang rusak b) pengecatan pagar jembatan

5) Pemeliharaan sarana hidrometri / topografi, meliputi : a) penggantian, perbaikan atau pengecatan papan duga b) penggantian, perbaikan dan pengecatan penakar hujan c) pengecatan BM dan CP

d) perbaikan perletakan papan duga, penakar hujan atau BM dan CP 6) Pemeliharaan bangunan seperti :

a) handling space

b) rumah jaga, bangunan pendukung bagi petugas (teknisi) tambak c. Disinfeksi saluran irigasi tambak

Mengingat kondisi air baik dari sumbernya maupun yang berasal dari jaringan irigasi tambak yang saat ini relatif tidak higienis karena banyak mengandung limbah organik toksik maupun bakteri patogen maka diperlukan upaya penerapan sistem sanitasi lingkungan perairan areal pertambakan dengan program desinfeksi pada saluran-saluran irigasi tambak (primer, sekunder) untuk mencegah ber-kembang biaknya penyakit di petakan tambak. Program eradikasi patogen ini dapat diterapkan pada seluruh hamparan tambak apabila dilaksanakan secara simultan oleh para petambak melalui gerakan kelompok tambak. Program sanitasi lingkungan ini merupakan kegiatan rutin kelompok tambak yang harus dimonitoring setiap saat apabila ada indikasi mulai berjangkitnya penyakit yang harus dapat ditangani secara kelompok. Penerapan program ini juga termasuk dalam aplikasi sistem budidaya udang yang menitik beratkan pada aspek sanitasi lingkungan air tambak.

Pada program desinfeksi saluran irigasi dan petakan tambak ini, maka prasarana irigasi yang harus disterilisasi adalah :

1) saluran primer, 2) saluran sekunder, 3) petakan tambak.

Bahan sterilisasi air pada prasarana irigasi tersebut adalah kaporit yang diperguna-kan dengan dosis 5 ppm (5 gr kaporit/m3 air) yang diaplikasikan sesuai dengan volume air di saluran irigasi maupun petakan tambak, dan mutlak harus dilakukan secara berkelompok (kelompok petambak) karena terkait dengan hamparan tambak yang cukup luas. Selama perlakuan dengan kaporit ini, sebaiknya tidak dilakukan proses ganti air untuk mempertahankan efektifitas perlakuan sterilisasi tersebut terhadap bibit- bibit penyakit yang terkandung dalam air minimal selama 1,5 bulan untuk lingkungan air yang sudah tercemar berat oleh bakteri patogen.

d. Pemeliharaan bangunan penunjang Jalan produksi

Jalan produksi sangat penting perannya dalam menunjang kegiatan budidaya, antara lain berfungsi sebagai prasarana pengangkutan hasil produksi. Jalan ini dirancang untuk lalu lintas rendah dengan mengacu pada standar Jalan Tak Beraspal yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, dengan beban kurang lebih 6 ton. Oleh karena itu sangat diharapkan nantinya jalan produksi ini mampuh dilalui kendaraan dengan beban yang sesuai, serta dihindari beban angkutan yang melebihi dari kapasitas jalan agar tidak mempercepat kerusakan jalan.

Salah satu hal yang terpenting adalah perawatan jalan produksi, sebelum dilakukan perawatan terlebih dahulu harus dilakukan pengecekan pada muka tanah apakah terjadi penurunan atau tidak terutama pada saat musim hujan. Apabila terjadi penurunan muka tanah, maka badan jalan harus segera ditimbun dengan pasir. Di samping itu perlu dilakukan penimbunan pada bagian-bagian yang berlobang atau mengalami penurunan permukaan jalan.

Jembatan

Jembatan dibuat dari konstruksi kayu, jembatan sebagai sarana tambak yang berfungsi menghubungkan antar petak tambak yang terpisah oleh saluran guna mempermudah pengangkutan sarana prasarana produksi yang harus menggunakan kendaraan. Secara umum jembatan ini didesain untuk mampuh menahan beban muatan jalan kelas III. Dan sangat diharapkan kesadaran masyarakat untuk tidak melewati jembatan dengan beban yang melebihi kapasitas jembatan, agar jembatan tidak mudah rusak / roboh.

Karena jembatan dibuat dari konstruksi kayu, bagian yang mudah mengalami rusak adalah lantai jembatan yang secara rutin harus segera diganti. Demikian juga pada dinding samping jembatan. Dalam beberapa bulan sesudah pembangunan tanggul dan jembatan sering terjadi proses penurunan tanah oprit. Apabila hal ini terjadi maka harus dilakukan penimbunan ulang oprit sehingga jembatan tidak kelihatan menggantung.

Handling space

Handling space merupakan bangunan penunjang budidaya yang berfungsi sebagai tempat penanganan hasil produksi pertambakan. Pencucian, penimbangan dan pengepakan hasil panen dilakukan di Handling Space.

Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih dari sumur bor, air bekas cucian dialirkan ke saluran pembuangan.

C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN

Dalam dokumen UKL UPL DAERAH IRIGASI TAMBAK (Halaman 31-42)

Dokumen terkait