• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Pembelajaran Bahasa Anak

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

3. Tahap Pembelajaran Bahasa Anak

menunjuk objek, kejadian dan mengekspresikan rutinitas sosial.

Bahasa yang populer adalah “tidak”, “ya”, “guk-guk” (anjing), mama, papa, dada.

c. Creating speech

Pada usia 18-24 bulan, anak umumnya sudah dapat menggunakan 2 kata untuk mengekspresikan idenya, misalnya

“bola jatuh”. Dalam kalimat pertamanya ini, anak menggunakan 2 kata yang ia jadikan satu menggambarkan idenya.

Kalimat pertama yang berkembang pada anak merupakan hal- hal yang ia alami sehari-hari. Bahasa awal ini biasanya bersifat telegrafik, atau singkat, seperti telegram dan hanya menggunakan dua kata. Setelah anak dapat menggunakan 2 kata, kemampuannya berkembang lebih lanjut, yaitu menggunakan gramatikal yang benar, misalnya, pada awal bicara, anak sudah berkata “bola jatuh” dan bukan “jatuh bola”. kemampuan itu akan berkembang menjadi kemampuan berbahasa yang baik dan benar jika lingkungan anak menggunakan bahasa yang baik dan membiasakan anak untuk mempergunakannya.

Tabel 1. Tahapan perkembangan berbahasa dari lahir sampai 3 tahun dapat diuraikan dalam skema berikut:

No Usia

(dalam bulan) Perkembangan

1 Lahir Menerima bahasa, menangis, berespon terhadap suara

2 1,5 Tahun Cooing (misalnya “mmm” atau “eee”) dan tertawa 3 3 Bulan Bermain dengan suara

4 5-6 Bulan Membuat suara konsonan

5 6-10 Bulan Babling (misal “ba ba” atau ma ma”)

6 9 bulan Menggunakan gesture untuk berkomunikasi

7 9-10 bulan Mulai mengerti kata (biasanya “tidak” dan namanya sendiri), imitasi suara

8 10 bulan Kehilangan kemampuan diskriminasi suara yang bukan dengan bahasanya

9 10-14 bulan Kata pertama, imitasi suara 10 13 bulan Mengerti fungsi simbolik nama 11 14 bulan Menggunakan gesture simbolik

12 16-24 bulan Belajar banyak kata baru (50-400 kata), menggunakan dua kata

13 18-24 bulan Kalimat pertama

14 20 bulan Gesture berkurang, menggunakan nama 15 24 bulan Menggunakan frase dua kata

16 30 bulan Belajar kata baru tiap hari, kombinasi 2-3 kata dalam kalimat, sedikit kesalahan yang gramatikal 17 36 bulan Kosa kata 1000,80% dapat dimengerti, dan tata

bahasa mendekati kemampuan orang dewasa

Mulai usia 3 tahun, bahasa anak sudah mulai berkembang menuju kemampuan berbahasa orang dewasa. Mereka sudah dapat membedakan masa lalu dan masa akan datang dalam berbahasa. Penggunaan kata-kata juga semakin tepat, misalnya penggunaan kata benda, sifat, bentuk tunggal, dan bentuk jamak.

Pada usia 4-5 tahun, anak akan dapat menggunakan 4 atau 5 kata dalam kalimatnya. Mereka juga sudah dapat menggunakan kata dan, untuk, bagi, dan yang sejenisnya. Memasuki usia 6-7 tahun, kalimat ini akan semakin kompleks dan gramatikalnya juga semakin lengkap.

Pada usia ini berkembang dua kemampuan yaitu social speech dan vrivate speech. Social speech adalah pembicaraan yang dimaksudkan untuk dapat dimengerti oleh orang lain. Sedangkan private speech adalah kemampuan anak untuk berbicara pada dirinya sendiri, tanpa maksud untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini amat umum terjadi pada usia awal dan tengah. Speech membantu anak untuk mengintegrasikan bahasa dengan pikiran mereka dan membantu mereka mengontrol tindakan mereka.

Pada aspek tata bahasa, anak usia 4-6 tahun telah mampu untuk merangkai huruf menjadi kata, dan kata menjadi sebuah kalimat bermakna. Diantara usia 4-5 tahun, biasanya anak dapat membuat kalimat yang terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mulai dapat mengeluarkan kalimat negatif, kalimat tanya, dan

kalimat pasif dengan tepat. Pada usia 4 tahun anak dapat menggunakan kalimat kompleks dan multikausal (hubungan sebab akibat), misalnya saya makan karena lapar. Pada usia 5-7 tahun, pembicaraan anak telah mendekati orang dewasa. Jika pada usia 2-3 tahun, anak berbicara dengan volume yang keras, maka pada usia ini mereka telah dapat mengontrol intonasi suaranya. Mereka juga telah mampu melakukan pembicaraan yang lebih panjang.

Selama masa prasekolah, anak secara bertahap menjadi lebih terampil dalam membuat pesan menjadi lebih jelas, yaitu dengan cara menyesuaikan cara bicara mereka dengan kebutuhan para pendengarnya. Mereka juga mulai memperhatikan apakah pendengar memulai pembicaraannya, dan kemudian tanpa diminta mereka akan mengulangi pembicaraannya bila dibutuhkan.

Perkembangan bahasa lain yang terjadi ialah “bermain peran”.

Anak usia 4-5 tahun dapat memainkan peran oprang yang lebih dewasa dari usianya. Bermain perang juga sangat penting bagi perkembangan bahasa bagi seoarang anak, karena secara tidak langsung, seorang anak dituntuk untuk membayangkan dan mengucapkan banyak kata. Pada usia 5 tahun, bahasa reseptif dan ekspresifnya telah berkembang cukup baik.

Masalah-masalah perkembangan bahasa yang dialami anak usia 4-6 tahun biasanya berupa kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara verbal. Sejalan dengan bertambahnya kosakata

dan kesempatan anak usia 4-6 tahun untuk berinteraksi dengan orang lain maka diharapkan mereka akan semakin terampil untuk dapat mengungkapkan keinginannya secara verbal. Akan tetapi, ada juga beberapa anak yang masih mengalami kesulitan dengan ekspresi bahasa verbal ini. Salah satu penyebab kesulitan bahasa ini adalah kondisi mental anak. Pada anak-anak dengan IQ kurang atau mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara verbal. Selain faktor mental, faktor pisik juga dapat menjadi penghambat. Adanya masalah pada organ bicara (organ artikulator), seperti lidah dan gigi membuat mereka kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara verbal.

Pada saat anak memasuki sekolah dasar, ia akan menguasai sebuah bahasa dengan fasih. Tata bahasanya sudah berbentuk dengan cukup baik, pengucapan kata-kata sudah baik dan jumlah kata yang dikuasai juga sudah cukup banyak. Namun, keterampilan yang dikuasai ini belumlah sempurna. Anak terus melatih kemampuannya selama masa sekolah dasar ini agar kemampuan berbahasanya semakin baik dan semakin dapat mengekspresikan kebutuhannya dan mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain.

Mengarang adalah suatu proses penyusunan, mencatat, dan mengomunikasikan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat. Dari pengertian tersebut, nyata bahwa ada makna yang

akan disampaikan kepada orang lain dan juga kepada diri sendiri.

Jadi, menulis pada prinsipnya adalah suatu atau makna yang ingin disalurkan atau disampaikan itu berupa tulisan yang dapat menghibur, memberi informasi, memengaruhi pembaca, dan menambah pengetahuan. Hasil dari kegiatan mengarang inilah yang disebut karangan yang dapat berwujud karangan argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi.

Selanjutnya Lado (dalam Tarigan, 1987: 9) berpendapat bahwa mengarang adalah melukiskan atau menurunkan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut. Dari pengertian tersebut, secara implisit dapat dikatakan bahwa menulis ada sesuatu makna yang ingin disampaikan kepada orang lain secara tidak langsung.

Mengarang dapat pula berarti menurunkan atau melukiskan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

Gambar atau lukisan dapat menyampaikan makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan bahasa. Mengarang merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan karangan.

Dengan perkataan lain, menggambar huruf bukanlah menulis.

Seseorang pelukis dapat melukis huruf Cina, tetapi dia tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis, bahasa Cina, yaitu kalau dia tidak memahami bahasa Cina beserta hurufnya. Dengan kriteria seperti itu, maka dapatlah dikatakan bahwa menyalin atau mengopi huruf ataupun menyusun suatu naskah dalam huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta repsentasinya .

a. Tujuan Menulis/Mengarang

Pada prinsipnya, fungsi utama dari karangan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Mengarang sangat penting dalam dunia pendidikan karena akan memudahkan siswa untuk berpikir secara kritis. Selain itu, dapat memudahkan pembaca merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, mendalam daya tanggap atau persepsi siswa, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, serta menyusun urutan bagi pengalaman.

Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa seorang penulis haruslah sejak semula mengetahui maksud dan tujuan yang hendak dicapai sebelum menulis. Apabila hal ini sudah dipahami dan diterapkan, maka tulisan yang dihasilkan akan mendapat sambutan dari pembaca.

b. Ciri Tulisan/Karangan yang Baik

Berbicara tentang sesuatu yang baik berarti mengawali sesuatu perselisihan yang tidak berakhir dengan keputusan yang memuaskan semua pihak bersangkutan. Untuk menyatakan bagaimana menyebut tulisan yang baik, dapat saja dikemukakan sebuah definisi yang pendek dan sederhana tetapi pernyataan tersebut pasti tidak akan membawa penyelesaian akhir. Di kalangan para penyunting dan mereka untuk yang pekerjaannya menilai tulisan terdapat yang baik adalah tulisan yang dapat berkomunikasi secara efektif dengan pembaca dan kepada siapa tulisan itu ditujukan.

Dengan mengabaikan kemungkinan perbedaaan yang ada, banyak penyunting dan kritikus melihat ciri-ciri tertentu yang sama pada semua tulisan, khususnya yang bersifat ekspositioris. Dinyatakan bahwa tulisan dapat melaksanakan tugas seperti itu ialah tulisan yang memiliki ciri-ciri antara lain:

1) Tulisan yang baik selalu bermakna

Tulisan yang baik harus mampu menyatakan sesuatu yang memunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan.

2) Tulisan yang baik selalu jelas

Sebuah tulisan yang baik disebut jelas jika pembaca yang kepadanya tulisan itu ditujukan dapat membaca

dengan kecepatan yang cepat dan menangkap maknanya, sesudah itu berusaha dengan cara yang wajar.

3) Tulisan yang baik harus selalu padu dan utuh

Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah karena ia diorganisasikan dengan jelas menurut suatu perencanaan dan karena bagian-bagiannya dihubungkan satu dengan yang lain, baik dengan perantaraannya, pola mendasarinya atau dengan kata-kata atau frasa penghubung.

4) Tulisan yang baik selalu ekonomis

Penulisan yang baik tidak akan memberikan waktu pembaca hilang dengan sia-sia, sehingga ia akan membuang semua kata yang berlebihan atau tulisannya.

Seorang penulis yang ingin memikat perhatian pembacanya harus berusaha terus untuk menjaga agar karangannya padat dan lurus ke depan.

5) Tulisan yang baik selalu mengikuti kaidah gramatika

Yang dimaksud dengan tulisan yang selalu mematuhi kaidah gramatika ialah tulisan yang menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh kebanyakan anggota masyarakat yang berpendidikan dan mengharapkan orang lain menggunakannya dalam komunikasi formal dan informal, khususnya dalam bentuk tulisan. Dalam banyak

hal bahasa baku sejalan dengan bahasa yang dipelajari di sekolah dasar, sekolah menengah, dan disempurnakan di perguruan tinggi.

6) Penyelesaian akhir

Untuk menjadikan sebuah tulisan yang baik dan matang, ada dua hal yang tidak boleh diabaikan, yaitu tulisan harus mantap dan berkepribadian sendiri. Tulisan dikatakan mantap atau kuat jika penulis memilih kata-kata yang menunjukkan kepada pembaca apa yang terjadi melalui gambaran yang jelas dengan menggunakan contoh- contoh dan perbandingan yang menggugah, konkret, langsung, dan efisien. Tulisan seakan-akan bergerak, tak ubahnya dengan orang berjalan dengan mantap dan yakin ke arah suatu tujuan yang hendak dicapai. Selanjutnya, dalam tulisan yang baik, pembaca dapat merasakan hadirnya penulis di balik apa yang dibaca. Kepribadian penulis muncul dari tulisan sehingga menjadikan pembaca merasa sungguh-sungguh ada orang yang berusaha mengomunikasikan ide dan informasi seperti yang terdapat dalam tulisan tersebut.

Berbeda dengan kedua pendapat di atas, Adelstein Pival (dalam Tarigan,1987: 25), mengemukakan ciri-ciri tulisan yang baik sebagai berikut:

a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis mempergunakan nada serasi;

b. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh;

c. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar;

d. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang penulis untuk menulis secara meyakinkan, menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan dan mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermat mengenai hal itu;

e. Tulisan yang baik mencerminkan sang penulis untuk mengkritik naskah tulisan yang pertama serta memperbaikinya;

f. Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan sang penulis dalam naskah dan tanda baca secara seksama, memeriksa makna kata, dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat sebelum menyajikan kepada pembaca.

Dari sejumlah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat berkomomunikasi secara efektif dengan pembaca.

Untuk menciptakan kesan itu, paragraf harus memenuhi empat syarat, yakni kelengkapan, kesatuan, keteraturan, dan koherensi (Enre dkk., 1985: 163).

a. Kelengkapan

Suatu paragraf lengkap kalau paragraf itu melakukan semua yang hendak dilakukan atau ditampilkan oleh temanya.

Ia harus mengembangkan kalimat topiknya sejelas-jelasnya dan lengkap, tidak meninggalkan pertanyaan yang belum atau tidak terjawab (Enre, 1985: 163).

b. Kesatuan

Paragraf harus memperlihatkan satu kesatuan yang utuh.

Untuk itu, diperlukan adanya gagasan pokok yang merupakan pengikat paragraf. Tanpa gagasan pokok, maka paragraf akan kehilangan perekat, kehilangan pemersatu, kesatuan tak terwujud.

c. Kesatuan susunan atau urutan

Penulisan paragraf harus menggunakan urutan yang tepat sesuai dengan bahan dan maksud penulis. Kalau ia akan menerangkan sesuatu proses, ia harus menggunakan urutan kejadian yang biasa disebut urutan kronologis. Ia mulai dari

pernyataan umum, ia harus bergerak dari umum ke khusus.

Kalau ia ingin membentuk kesimpulan, ia harus bergerak dari perincian khusus ke pernyataan umum (Enre dkk, 1985: 164).

d. Kepaduan (koherensi)

Pengertian koherensi adalah adanya hubungan harmonis yang memperlihatkan kesatuan dan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam sebuah paragraf.

Paragraf yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan.

4. Macam-macam Tulisan atau Karangan

Dokumen terkait