• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Tambang Pasir

Pertambangan adalah kegiatan teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan, sampai pemasaran.

Pertambangan dengan arti lain yaitu: sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusaha mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

kegiatan pascatambang. Sedangkan dalam proses pertambangan juga di sebutkan adalah proses mencari bahan galian.

Definisi bahan galian adalah yang dikenal sebagai bahan-bahan hasil dari pertambangan yang diperoleh dengan cara pelepasan dari batuan induknya yang berada di dalam kerak bumi. Untuk bahan galian golongan C adalah bahan galian golongan ini memiliki sifat tidak langsung, memerlukan pasaran yang bersifat internasional, contohnya: nitrat, pospat, asbes, talk, mika, grafit, magnesit, kaloin, batu apung, marmer, batu tulis dan pasir(Iii & Penelitian, 2013).

Salah satubahan galian yang cuku banyak di tersimpan di bumi Indonesia yaitu Pasir. Pasir adalah merupakan salah satu bahan dalam pembangunan yang di padukan dengan semen dalam membangun infrastruktur seperti jalan beton, rumah sipil, pelabuhan, jembatan, perkantoran, dan bendungan. Baik untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal maupun komoditi keluar daerah tempat penambangan di lakukan. Pengelolaan bahan galian pasir biasnya dilakukan oleh industri pertambangan untuk mensuplay kebutuhan masyarakat, perusahaan, dan pemerintah.

Industri pertambangan adalah suatu industri di mana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan.

Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia di dunia(Iii & Penelitian, 2013). Berdasarkan jenis pengelolaannya, kegiatan penambangan terdiri atas dua macam yaitu kegiatan penambangan yang dilakukan oleh badan usaha yang di tunjuk secara langsung

oleh negara melalui Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak Karya (KK), dan penambangan yang dilakukan oleh rakyat secara manual.

Tambang pasir atau bahan galian golongan C, (bukan merupakan bahan galian strategis ataupun Vital), karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional. Contohnya marmer, batu kapur, tanah liat, pasir, yang sepanjang tidak mengandung unsur mineral. Pasir adalah butir-butir batu yang halus, pasir terbagi pada pasir halus, pasir kerikil, pasir atau tanah krokos (Suharso dan Retnoningsih, 2006). Pasir mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan rumah, gedung dan sebagainya. Banyaknya kebutuhan akan pasir seimbang dengan kebutuhan pembangunan, dimana tingginya kebutuhan pasir dalam pembangunan secara tidak langsung juga meningkatkan tingginya permintaan pasir.

Sedangkan dalam Undang-Undang No 4 Tahun 2009, Galian C masuk dalam kategori pertambangan mineral. Dalam penjelasan lebih sederhana Tambang pasir atau galian C adalah bahan tambang yang lumbrah digunakan untuk pembangunan infrastruktur, baik bangunan pribadi seperti rumah, swasta, maupun pemerintah seperti pembangunan jalan dan jembatan. Namun dalam proses pertambangan pasir ada beberapa dampak positif dan negatif yang dimunculkan.

Kegiatan penambangan pasir dengan sistem penambangan terbuka memberikan manfaat antara lain sebagai sumber bahan baku bangunan sipil, sumber mata pencarian penduduk lokal, kesempatan kerja akan lebih terbuka, serta sekaligus menambah pemasukan ekonomi dan menambah pendapatan daerah. Tetapi jika tidak di kelola dengan baik, maka dapat menimbulkan

dampak negatif, baik yang di derita oleh lingkungan setempat maupun mencakup wilayah yang lebih luas dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang.

Dampak tambang pasir terhadap tanah yaitu, merubah sifat fisik tanah, meningkatkan bulk density, menurungkan porositas, menurungkan kadar air, dan menurungkan permeabilitas tanah. Perubahan sifat kimia tanah mengakibatkan penurunan pH tanah, organik tanah, unsur hara, dan KTK tanah. Kapasitas tukar kation berhubungan dengan kapasitas penyedaiaan Ca, Mg, dan K.KTK di gunakan sebagai salah satu penciri untuk menentukan kelasnya.

Perubahan sifat biologi tanah mengakibatkan penurunan populasi organisme tanah. Penambangan pasir biasanya di lakukan dnegan penambangan pasir terbuka sehingga dampak terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Lahan bekas penambangan pasir demikian menjadi marginal dan menimbulkan kendala dalam revegetasi.

D. Kerangka Pikir

Menurut Deliarnov Ekonomi Politik sebagai tinjauan atas berbagai kebijakan publik yang dilakukan pemerintah apakah itu berupa program atau terbitan izin(Deliarnov, 2006). Yang menjadi fokus adalah ekonomi politik kelembagaandalam penerbitan IUP di Kecamatan Galesong. Agar memudahkan Penulis mengelolah data dan melakukan penelitian lapangan, Penulis menggunakan analisi pendekatan ekonomi politik kelembagaan.

Analisis ekonomi politik kelembagaan dalam studi ini lebih banyak fokus pada pengeluaran izin pertambangan di Kecamatan Galesong yang

melibatakan tingkatan wilayah atau level meso, yaitu mencakup level institusional/regional, Desa, Kabupaten dan Provinsi. Didorong oleh banyaknya perizinan pertambangan yang terjadi di Kecamatan Galeosng menuntukan adanya asumsi tentang kasus jual beli (trading off) perizinan dalam pertambangan.

Studi ekonomi politik Kelembagaan secara khusus mengasumsikan hubungan dinamis antara politik dan ekonomi atau antara pengaruh politik atau tata kelola atau admisitrasi publik dengan industri ekstraktif atau kekayaan alam yang bernilai dalam sebuah lembaga pemerintahan/swasta. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa hubungan antara kekuasaan politis, tata kelola dan perusahaan pertambangan dengan penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah seringkali saling terkait (constitutive in nature).

Selain level analisis, studi ekonomi politik kelembagaan ini juga berfokus, pada proses analisisnya, terhadap dimensi mekanisme dan problem penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan Merujuk pada American Heritage Dictionary, yang dimaksud dengan kelembagaan atau institusi adalah a custom, practice, relationship, or behavioral pattern of importance in the life of community or society. Salah satu pembatasan tentang kelembagaan, yaitu (1) kelembagaan sebagai norma-norma dan konvensi, (2) kelembagaan sebagai aturan main, dan (3) kelembagaan sebagai hubungan kepemilikan(Deliarnov, 2006). Berikut ini adalah kerangka pikir dimensi analisis ekonomi politik kelembagaan dalam studi kasus: Perizinan Tambang Pasir di Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

E. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul Analisi Ekonomi Politik Kelembagaan (Studi Kasus: Perizinan Tambang Pasir di Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar) karena itu penelitian ini akan difokuskan pada ruang lingkup terbitnya izin usaha pertambangan (IUP) di Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar yang pada dasarnya lokasi tersebut tidak masuk dalam Peta Wilaya Pertambangan.

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan pada fokus penelitian, maka deskripsi fokus pada penelitian ini yakni:

1. Ekonomi Politik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hubungan dinamis antara poltik dan ekonomi yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Analisis Ekonomi Politik Kelembagaan

(Studi Kasus: Perizinan Tambang Pasir di Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar)

Kelembagaan

Norma-Norma dan

Konvensi Aturan Main

Dinamika Perizinan

Hubungan Kepemilikan

2. Perizinan tambang pasir yang dalam hal ini di singkat IUP adalah dispensi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan melakukan pertambangan di wilayah non pertambangan.

3. Ekonomi Politik Kelembagaan yaitu pengaruh kekuatan ekonomi dan politik dalam mempengaruhi kelembagaan yang mengatur proses kerja suatu perekonomian maupun proses-proses politik. Pengaruh kelembaagan yang dipengaruhi dengan tiga lapisan yakni kelembagaan sebagai norma-norma konvensi, aturan main, dan hubungan kepemilikan.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama satu bulan Setelah seminar proposal telah di laksanakan. Penelitian ini nantinya akan berlokasi: di Desa Kalukuang, Kecamatan Galesong (sebagai tempat aktivitas pertambangan), Dinas Lingkungan Hidup Kab. Takalar selaku Pemerintah Kabupaten Takalar dan Dinas Penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Tipe dan Jenis Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif sebagaimana keterkaitannya dengan judul dan studi kasus penelitian.

Penelitian Kualitatif merupakan penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku aktor atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dalam bentuk narasi. Sedangkan jenis penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif, penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan mencoba mendeskripsikan serta mengetahui kegiatan apa saja yang terjadi di lapangan yang berkaitan dengan terbitnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah Galesong, yang merupakan wilayah yang tidak termasuk dalam Peta Wilayah Pertambangan.

Metode ini pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu untuk mereduksi informasi yang didapakan dari para Informan dari pihak penambang, pejabat Desa, maupun pemerintah yang bersangkutan lalu menjadi deskripsi tentang esensi atau intisari universal dan menggambarkan secara

29

sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat(Helaluddin, 2018).

C. Sumber Data

Dalam Penelitian ini, Penulis menggunakan dua sumber data dalam pengumpulan data-data yang di teliti nantinya.

1. Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang didapatkan secara langsung dari sumber asli yaitu dari lembaga pemerintahan dan para pihak yang terlibat langsung dalam penerbitan IUP di Desa Kalaukuag, Kecamatan Galesong dengan melakukan wawancara dan pengamatan secara langsung terhadap subjek yang akan diteliti yaitu Perizinan Tambang Pasir di Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. Data yang akan diperoleh berupa hasil wawancara dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji.

2. Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain seperti dokumen atau catatan berupa laporan dari lembaga terkait. Data ini merupakan data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Data yang akan diperoleh berupa hasil dokumentasi dan catatan serta informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji.

D. Informan Penelitian

Teknik dalam pemilihan informan penelitian ini dilakukan dengan mengunakan Snowball Sampling, dimana teknik ini dikenal sebagai teknik bola salju yang mengambil sempel awal sebagai informasi untuk menyebutkan data

sempel selanjutnya sehingga jumlah sempel terpenuhi. Namun dalam penentuan informan, Penulis tetap menglasifikasikan calon informan Penulis menjadi empat yakni dari kalangan pihak penambang (Kordinator Pembebasan Lahan), Kepala Desa Kalukuang, Pemerintah Kab. Takalar (Dinas Lingkungan hidup Kab. Takalar) dan Dinas Penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) Provinsi Sulawesi Selatan.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Interview (Wawancara)

Penulis memilih metode wawancara dalam penelitian ini untuk mengetahui sebagaimana aktivitas yang di lakukan pihak pengusaha tambang sebelum Terbitnya IUP. Sesuai dengan subjek penelitian bahwa wawancara dilakukan kepada dua subjek yaitu Pengusaha Tambangdan Pemerintah Terkait. Untuk memperoleh data yang real, Penulis melakukan wawancara dengan spontan atau tidak terpimpin namun masih

No Nama Jabatan Instansi

1. H.Syafruddin S.Sos., M.Pd

Kepala Seksi Pengaduan

DPM PTSP Provinsi Sulawesi Selatan 2. Djabar Rumpang Penyehatan

Lingkungan

Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan

Kab. Takalar G. 3. H. Haeruddin Buang Kepala Desa Pemerintah Desa

4. Hamija Pembebasan Lahan Penambang

5. Sahrul Anwar Bendahara BUMDes Pemerintah Desa 6. Muhammad Asrul Pengamat

Lingkungan WALHI MAKASSAR

7. Idris HT Mantan Kepala

Dusun

Pemerintah Desa Kalukuang

memperhatikan fokus penelitian yang diteliti. Penulis melontarkan beberapa pertanyaan kepada pihak pemerintah dan pihak penambang. Metode ini bermanfaat bagi Penulis karena bisa menggali informasi tentang topik penelitian secara mendalam, bahkan bisa mengungkap hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh Penulis itu sendiri

2. Metode Observasi

Metode yang kedua adalah metode observasi atau pengamatan secara langsung kepada objek penelitian. Penulis menggunakan metode ini untuk merekam secara langsung terkait aktivitas pertambangan yang di lakukan oleh Pengusaha Tambang Pasir yang ada di Kecamatan Galesong. Sesuai dengan rencana penelitian ini yang secara sistematik di laksanakan maka, sangat tepat Penulis menggunakan metode ini.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode penelitian yang Penulis gunakan sebagai penunjang yang dapat memperkuat penelitian yang dilakukan. Melalui metode ini Penulis memperoleh sesuatu yang akurat berupa dokemen, rekaman, gambar dan sebagainya. Media ini membantu Penulis memperoleh data yang akurat, tentang bagaimana proses terjadinya transaksi politik bisnis.

Manfaat metode ini, Penulis bisa memperoleh hasil dokumentasi dengan data untuk memperkuat apa yang telah diwawancarai dan diamati.

Jadi tidakkah ada dugaan mengada-ada data ketika disertai dengan wujud nyata penelitian.

F. Teknik Analisis Data 1. Mengorganisasikan Data

Penulis mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (in-depth interviewer), data tersebut direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis lainnya. Kemudian, dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar Penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan pedoman wawancara, Penulis menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, Penulis kemudian kembali membaca transkrip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan.

Pada penelitian ini, analisis Ekonomi politik kelembagaan dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Penulis menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden.

Data yang telah dikelompokkan tersebut oleh Penulis mencoba untuk memahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya.

3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data

Penulis menguji data yang telah dikelompokkan terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan dalam bab sebelumnya, sehingga dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari tinjauan pustaka dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.

4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, Penulis masuk ke dalam tahap penjelasan. Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitannya tersebut, Penulis merasa perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terpikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain.

Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

5. Menulis Hasil Penelitian

Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diperiksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, Penulis an data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara yang mendalam,

observasi serta dokumentasi dengan subjek. Proses dimulai dari data yang diambil dari subjek kemudian dibaca berulang kali, dianalisis sehingga didapatkan kesimpulan yang ingin dicapai.

G. Pengabsahan Data

Pada tahap ini Penulis menggunaka tehnik Triangulasi. Tiangulasi menurut Sugiono dalam (Sinatriyo & dkk, 2019).

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi Sumber adalah triangulasi yang digunaka untuk menguji data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Dalam hal ini Penulis dapat membandingkan hasil pengamatan dan wawancara dengan dokumen dokumen yang adaa ataupun membandingkan hasil wawancara dari responden (Data Primer) dengan buku bacaan yang berkaitan dengan penelitian.

2. Triangulasi Tehnik

Triangulasi tehnik adalah triangulasi yang digunakan untuk menguji data dengan cara mengecek data yang sama dengan tehnik yang berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu adalah triangulasi yang sering mempengaruhi data.

Untuk mendapatkan informasi yang valid Penulis bisa melakukan pengamatan beberapa kali.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Pengumpulan Data 1. Peta Lokasi Kabupaten Takalar

Gambar 4.1: Peta Wilayah Kabupaten Takalar (Diakses di http://pn-takalar.go.id)

2. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terlatak pada bagian selatan. Letak astronomis Kabupaten Takalar berada pada posisi 5O3’ – 5O38’ Lintang Selatan dan 119O22’ – 119O39’ Bujur Timur, dengan luas wilayah kurang lebih 566,51 Km2. Secara administrasi Kabupaten Takalar memiliki wilayah berbatasan dengan:

36

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Jeneponto

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar d. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

wilayah administrasi Kabupaten Takalar hingga tahun 2006 terdiri atas 7 kecamatan, dan pada tahun 2007 mengalami pemekaran wilayah menjadi 9 kecamatan. Dua wilayah kecamatan hasil pemekaran adalah Kecamatan Sanrobone yang dimekarkan dari Kecamatan Mappakkasunggu, dan Kecamatan Galesong yang dimekarkan dari Kecamatan Galesong Utara dan Galesong Selatan.

Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan luas kurang lebih 212,25 Km2, atau sekitar 37,47% dari luas wilayah Kabupaten Takalar, sedangkan kecamatan yang memiliki luasan terkecil adalah Kecamatan Galesong Utara dengan luas wilayah kurang lebih 15,11 Km2 atau sekitar 2,67% dari luas Kabupaten Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Takalar tercatat 566,51 km2. Jarak ibukota Kabupaten Takalar dengan ibukota provinsi Sulawesi Selatan mencapai 45 km yang melalui Kabupaten Gowa. Sedangkan luas kecamatan Galesong yang juga merupakan lokasi penelitian ini adalah 25,93 km2 yang terdiri dari 14 desa berdasarkan data wilayah yuridis pengadilan negeri Kabupaten Takalar. Sebagaimana gambar peta wilayah kecamatan Galesong dibawah ini:

Gambar 4.2: Peta Wilayah Kecamatan Galesong (Diakses di kotakita.com)

Dari 14 desa yang ada dikecamatan Galesong laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Galesong pertahun mencapai 1,12% dengan total penduduk pada tahun 2018 mencapai 41,421 Ribu dan presentase penduduk mencapai 14,00. Data tersebut merupakan data yang diambil dari BPS kabupaten Takalar terbitan tahun 2019.

3. Profil Desa Kalukuang

Desa Kalukuang merupakan salah satu dari 14 desa Di wilayah Kecamatan Galesong yang Terletak 1 Km dari Kota Kecamatan. Desa Kalukuang mempunyai luas Wilayah ± 2.500 Ha. Batas wilayah desa Kalukuang: Sebelah Barat berbatasan dengan desa Pa’lalakang. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Galesong Baru. Sebelah Utara berbatasan

dengan desa Bontosunggu. Sebelah Timur berbatasan dengan Parasangan Beru. Sedangkan kondisi topografi, geologi dan tanah, serta kondisi klimatologi desa Kalukuang adalah:

a. Kondisi Topografi

Desa Kalukuang merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0–2 mdpl.

b. Kondisi Geologi Dan Tanah

Secara geologis wilayah desa Kalukuang memiliki jenis tanah abu-abu dengan tekstur Lempungan.

c. Kondisi Klimatologi

Tergolong Iklim Tropis dengan suhu rata-rata 23–33 ̊Cserta memiliki 2 tipe musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. musim kemarau terjadi pada bulan mei - oktober, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan november–april.

Gambar 4.3: Peta Wilayah Desa kalukuang (Diakses di Google Maps)

4. DPMPTSP Provinsi Sulawesi Selatan

Dinas PTSP Provinsi Sulawesi Selatan adalah lokasi pelayanan terpadu satu pintu yang menaungi beberapa jenis-jenis pelayanan penerbitan perizinan. Salah satunya adalah perizinan pertambangan atau dikenal sebagai Izin Usaha Pertambangan (IUP). DPMPTSP adalah lokasi pengumpulan data yang dilakukan untuk Penulis .

B. Ekonomi Politik Kelembagaan

Asumsi awal yang dibangun dari teori ekonomi politik adalah bahwa setiap kelompok kepentingan (self-interest) berupaya untuk mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya dengan upaya (effort) yang sekecil-kecilnya. Pada titik inilah seluruh sumber daya ekonomi politik yang dimiliki seperti lobi, akan ditempuh demi menggapai tujuan tersebut.

Persoalannya adalah jika produk dari lobi tersebut berupa kebijakan, maka implikasi yang muncul bisa sangat besar(Wahyudi, 2003).

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa hubungan antara kekuasaan politis, tata kelola dan perusahaan pertambangan dengan penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah seringkali saling terkait (constitutive in nature). Perusahaan pertambangan memiliki akses terbatas pada kekuasaan politik/pemerintah, di mana melalui jalan tersebut izin usaha pertambangan bisa dengan mudah diterbitkan, para poltisi seringkali memiliki modal atau kekayaan ekonomi yang terbatas untuk memenangkan atau mempengaruhi hasil-hasil pemilu(Anshori, 2016).

Studi ekonomi politik Kelembagaan secara khusus mengasumsikan hubungan dinamis antara politik dan ekonomi atau antara pengaruh politik atau

tata kelola atau admisitrasi publik dengan industri ekstraktif atau kekayaan alam yang bernilai dalam sebuah lembaga pemerintahan/swasta. Hubungan yang dinamis yang mampu terbangun inilah yang kemudian menjadi awal dari penyelewangan atas wewenang yang di dapatkan. Kekuasaan (politik) yang merupakan hasil dari dorongan kekayaan (ekonomi) mampu menjadi pengaruh dalam pengambilan kebijakan seperti, penerbitan izin usaha pertambangan.

Izin Usaha Pertambangan adalah pemberian izin untuk melakukan usaha pertambangan kepada orang pribadi atau badan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Izin Usaha Pertambangan diberikan dalam bentuk surat keputusan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Izin dapat juga diartikan sebagai dispensi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan(RAHMATULLAH, 2019). Dengan adanya IUP yang menjadi pegangan pihak penambang, otomatis memiliki dispensi untuk melakukan ekploitasi sumberdaya. Namun dalam pemberian IUP tersebut bisanya banyak hal yang terjadi dan menyebabkan terjadinya tumpang tindih dalam penerbitan izin pertambangan tersebut.

Tumpang tindih perizinan pertambangan tersebut mencerminkan lemahnya sistem perizinan serta menunjukan adanya kordinasi khusus/

kepentingan yang terjadi oleh pihak pengusaha tambang dengan pemerintah daerah atau yang berkaitan dengan dinas yang menebitkan IUP. Salah satu faktor tumpang tindih secara teknis bersumber dari beberapa faktor termasuk batas wilayah yang tidak jelas, belum ada peta WIUP daerah, belum ada peta wilayah pertambangan WP, berlawanan dengan perda yang masih berlaku, atau kesalahan pada pencadangan wilayah, dan kesengajaan, misalnya prilaku koruptif.

Dokumen terkait