BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentan usia 0-8 Tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentan perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah perumbuhan dan perkembangan fisik (kordinasi motoric halus dan kasar), kecerdasan (daya fikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini contohnya, ketika penyelenggarakan lembaga pendidikan seperti kelompok bermain (KB), taman kanak-kanak (TK), atau lembaga PAUD yang berbasis pada kebutuhan anak.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pasal 10 ayat 6 tentang raung lingkup perkembangan sosial-emosional,
meliputi: a. Kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu menyesuaikan diri dengan orang lain, b. Rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan mengetahui hak-haknya, menaati aturan mengatur diri sendiri, serta bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama, dan c. Perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya, memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat orang lain:
bersikap kooperatif, toleran dan berperilaku spontan.Sosial-emosional identik dengan perilaku anak didik yang belajar secara aktif dan terlibat langsung secara nyata.
Penelitian ini membahas tentang perilaku sosial-emosional anak usia dini di RA Islam Terpadu Nurul Ilmi Kab. Gowa. Tujuan dari kegiatan bermain peranitu sendiri ialah dapat memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi yang ada, menaati aturan yang telah disepakati, mengatur diri sendiri, bertanggung jawab atas perilaku untuk kebaikan diri sendiri, mampu bermain dengan teman sebaya tanpa memilih-milih, mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar, mampu berbagi dengan orang lain, mampu bersikap kooperatif dengan teman, mampu mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias,dsb).
Perilaku sosial-emosional bila dihubungkan dengan pendidikan anak usia dini yaitu mempersiapkan anak didik agar memiliki perilaku yang baik, dan kelak ketika anak tersebut telah dewasa hal itu sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan
sehari-harinya. Adapun metode penanaman perilaku sosial-emosional anak didik diRA Islam Terpadu Nurul Ilmi yaitu dengan melakukan pembiasaan, memberi aturan, keteladanan, nasehat dan menggunakan reward dan punishment. Cara ini digunakan untuk menanamkan perilaku sosial-emosional anak didik dalam melakukan aktifitas kesehariannya disekolah sehingga anak menjadi individu yang taat pada aturan, mampu bersosialisasi dengan baik,dan disiplin dalam segala hal.
bagian ini akan dibahas hasil penelitian perilaku sosial-emosional di RA Islam Terpadu Nurul Ilmi, cara yang dilakukan guru yaitu dengan memberikan pembiasaan-pembiasaan kepada anak, memberi aturan didalam maupun diluar sekolah, menjadi teladan untuk anak didiknya, memberi nasehat-nasehat serta memberi reward dan punishment dalam segala kegiatan dan aktifitas anak. Tak lupa pula bimbingan serta arahan dan motivasi dari guru yang juga sangat menunjang dalam perilaku sosial-emosional pada anak didik.
Metode-metode yang diberikan oleh guru kepada anak didik harus dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga mampu membiasakan anak untuk selalu datang tepat waktu, dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk memperlihatkan kemampuan diri, menaati aturan yang telah disepakati, mengatur diri sendiri, bertanggung jawab atas perilakunya, bermain dengan teman sebaya tanpa memilih-milih, mengetahui perasaan temannya, berbagi dengan orang lain, bersikap kooperatif dengan teman, mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada (senang, sedih, antusias, dsb).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam rangka perilaku sosial- emosional anak didik antara lain seperti, membiasakan anak didik agar bersikap tetap tenang jika tim kesehatan datang untuk memberi vitamin ke anak didik, hal ini melatih anak didik untuk memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi, membiasakan anak didik berbaris ketika masuk kelas, hal ini melatih anak didik untuk mampu menaati aturan kegiatan yang telah guru tetapkan,membiasakan anak didik untuk menyimpan sepatu pada rak sepatu, hal ini melatih anak didik untuk mampu mengatur diri sendiri, membiasakan anak didik untuk meminta maaf dan mau mengembalikan mainan anak didik, hal ini melatih anak untuk mampu bertanggung jawab atas perilakunya, membiasakan anak didik dalam kegiatan bermain untuk mengajak teman sebaya ikut bermain bersama, hal ini melatih anak didik untuk mampu bermain dengan teman sebaya, membiasakan anak didik untuk menghibur teman yang sedang menangis gara-gara ditinggal belajar oleh ibunya, hal ini melatih anak untuk mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar, membiasakan anak didik berbagi makanan pada saat jam istirahat makan dan berbagi alat pembelajaran bagi yang tidak membawa alat pembelajaran seperti pensil, krayon, dll, hal ini melatih anak untuk berbagi dengan orang lain, membiasakan anak didik untuk mau bekerja sama dalam kegiatan pembelajaran seperti contoh melakukan kegiatan menggunting dan menempel pola secara perkelompok, hal ini melatih anak didik untuk bersikap kooperatif dengan teman, membiasakan anak didik mengetahui berbagai ekspresi emosi seperti contoh dalam kegiatan tebak gambar sesuai dengan ekspresi yang diperlihatkan guru, hal ini melatih anak didik untuk mampu mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi
yang ada (senang, sedih, antusias, dsb). Hal ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten agar tujuan untuk perilaku sosial-emosional anak didik bisa tercapai dengan baik.
Guru yang baik akan selalu mengapresiasi setiap perkembangan anak didiknya, salah satu contoh ketika anak sudah mampu menaati aturan kegiatan sekolah dengan mau melakukan baris berbaris sebelum masuk kelas guru akan memberikan pujian serta motivasi agar anak lebih giat kesekolah lagi dan untuk anak yang tidak mau baris berbaris sebelum masuk kelas guru harus memberikan pemahaman kepada anak serta mencari tahu faktor-faktor yang membuat anak didik tidak mau melakukan kegiatan baris-berbaris sebelum masuk kelas oleh karena itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara guru kelas dan orang tua murid, ketika guru telah mengetahui faktor penyebabnya kemudian kedua belah pihak mencari solusi yang baik, untuk menanamkan perilaku sosial emosional yang baik pada anak sangat diperlukan bantuan orangtua, karena waktu orang tua dengan anak lebih banyak dibanding bersama gurunya.
Masa usia dini adalah saat terbaik untuk menanamkan perilaku sosial- emosional kepada anak didik karena pada masa ini anak didik cenderung meniru orang dewasa oleh karena itu guru harus menjadi teladan untuk anak didiknya, ketika guru memberi contoh yang baik anak didik secara langsung akan meniru perbuatan baik guru tersebut seperti contoh ketika guruantusias menengkan anak didik yang sedang menangis , anak akan mengamati kemudian melakukan hal yang sama, kemudian ketika guru senantiasa membereskan alat-alat yang telah
digunakan tak jarang anak didik pun selalu spontan merapikan mainan setelah digunakan. Perlu adanya aturan-aturan yang berlaku disekolah, ini bertujuan agar anak didik mengetahui batasan-batasan pembuatannya, apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan serta mengetahui akibat bila tidak menaati aturan tersebut.
Menurut Novan Ardy Wiyani, M.Pd.I (2014:46) Pada ilmu pendidikan, keluarga menjadi lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.Dengan demikian, dapatlah dikatakan lingkungan keluarga memiliki peran yuayang utamadalam menentukan perkembangan sosial dan emosi anak dikemudian hari, dan di lingkungan keluarga inilah anak pertama kalinya menerima pendidikan.Orang tua mereka merupakan pendidik bagi mereka, pola asuh orang tua, sikap, serta sitausi dan kondisi yang sedang melingkupi orang tua dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial-emosional anak.Hal itu juga ditegaskan oleh Nabi Muhammad Saw.Dalam hadis berikut ini.
Hadis di atas memberikan pesan kepada kita bahwa apa yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya sudah tentu akan berpengaruh pula terhadap kehidupan anak. Misalnya saja saat orang tua menerapkan pola asuh otoriter tersebut cenderung memaksakan kepada anak untuk selalu menuruti perintah orangtuanya.
Kecenderungan tersebut menjadikan anak merasa tertekan dan pada akhirnya ia
“setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah.
Kedua orangtuanyalah yang akan menjadi
yahudi, nasrani, atau
majusi”.(HR.BUKHARI).
akan menjadi sosok anak yang menutup diri dari pergaulan dengan orang lain.
Sebaliknya jika orangtua menerapkan pola asuh demokratis, anak akan menjadi sosok yang berfikiran terbuka (fairness) yang menjadikan ia mampu bergaul dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Wahyuni, dkk, 2015: 2 (dalam) mengemukakan bahwa semakin sering perilaku sosial-emosional anak dilatih, maka kemampuan problem-solving-nya pun akan semakin baik. Maka dari itu orangtua maupun guru harus sesering mungkin mengajak anak bermain permainan yang dapat melatih kemampuan sosial- emosional anak. Orangtua dan guru dapat melakukannya melalui metode bercerita, bermain peran, dan sebagainya. Ketika orangtua maupun guru memberikan stimulasi dan intervensi yang baik serta didukung oleh lingkungan yang baik pula, maka kemampuan sosial-emosional anak akan berkembang dengan optimal.
90 A. SIMPULAN
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam rangka perilaku social- emosional anak didik antara lain seperti :
Membiasakan anak didik bersikap tenang jika tim kesehatan datang untuk memberi vitamin ke anak didik, Membiasakan anak didik berbaris ketika masuk kelas, Membiasakan anak didik untuk menyimpan sepatu ke rak sepatu, Membiasakan anak didik untuk meminta maaf dan mau mengembalikan mainan anak didik, Membiasakan anak didik dalam kegiatan bermain untuk mengajak teman sebaya ikut bermain bersama, Membiasakan anak didik untuk menghibur teman yang sedang menangis gara-gara ditinggal belajar oleh ibunya, Membiasakan anak didik berbagi makanan pada saat jam istirahat makan dan berbagi alat pembelajaran bagi yang tidak membawa alat pembelajaran seperti pensil, krayon, dll.
B. SARAN 1. Bagi Guru
Setiap anak memiliki tingkat perkembangan perilaku yang berbeda- beda, ada anak didik yang mudah bersosialisasi dan yang sulit untuk bersosialisasi, untuk itu guru perlu memahami lebih dalam perilaku masing- masing anak didiknya agar perlakuan yang diberikan mudah diterima anak didik. Komunikasi antara guru dan orang tua harus senantiasa berjalan
dengan lancar agar memudahkan mencapai tujuan yang diinginkan serta pembiasaan perilaku sosial-emosional yang sudah diterapkan anak didik di sekolah dapat pula diterapkan di rumah dan lingkungan sekitarnya.
2. Saran Bagi Pembaca
Saran bagi pembaca agar dapat menjadi sumber pengetahuan baru dan dapat menambah wawasan khasanah keilmuan dari pembaca.Sehingga dapat membuka cakrawala berpikir pembaca.
3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya guna menyempurnakan penelitian yang sudah ada. Perlu adanya kajian yang mendalam di dalam era yang modern ini khususnya pada perilaku sosial-emosional anak didik karena setiap masa akan mengalami perubahan dan perkembangan. Melihat pentingnya perilaku sosial-emosional anak didik karena anak didik merupakan generasi penerus bangsa dan aset berharga bagi Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Christiana Hari Soetjiningsih. 2012. PerkembanganAnak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group.
Cari Ulina BR Bangun. 2018. Pengaruh Bermain Peran Terhadap Kemampuan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun di TK ID Insan Madani Bandar Setia. Skripsi:
repository.uinsu.ac.id.
Dr. Dadan Suryana.2019. Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak. Jakarta:
Prenadamedia Group.
DR. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta Barat: Indeks.
Diana Mutiah.2015. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group.
Drs. Ahmad Susanto, M.Pd. 2011.Perkembangan Anak Usia Dini Pengatur Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Prenada Media Group.
Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. 2018.Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Timur:
PT Bumi Aksara.
J. Beaty Janice. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Pranamedia Group.
Lara Fridani, Sri Wulan , dan Sri Indah Pujiastuti 2019. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Latif Mukhtar, Zukhairina, Zubaidah Rita, Afandi Muhammad. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan Aplikasi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Lilis Rustari, Fadillah, dan Muhammad Ali. 2015. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Di Taman Kanak-Kanak Islamiyah Pontianak Tenggara. Jurnal: Core.ac.uk.
Made Laut Mertha Jaya.2020.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Quadrant.
Margaretha Corry, M. Syukri, Yuline. 2014. Peningkatan Perilaku Sosial Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Usia 5-6 Tahun DI TK Negeri Pembina.
: Jurnal.untan.ac.id.
Novan Ardy Wiyani, M.Pd.I.. 2014. Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014. 2015. Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Prof.DR.H. Ramayulis. 2013. Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia.
Putu Rahayu Ujianti, Nyoman Wirya, Kadek Novia Dewi. 2017. Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak Gugus VII Kecamatan Buleleng.:
Jurnal.untan.ac.id.
Siti Aisyah,Dkk. 2020. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Susanto Ahmad. 2017. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori). Jakarta:
Bumi Aksara.
Zainal Aqib dan Ali Murtadlo. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran. Bandung:
Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Mukarramah, dilahirkan di Limbung pada tanggal 7 September 1998, dari pasangan Ayahanda Ramli Nur dan Ibunda Hj. Muliati S.Pdi. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2004 di SD Inpres Borongunti dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Muhammadiyah Limbung dan tamat pada tahun 2013. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bajeng dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan S1 program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
LAMPIRAN
Kisi-Kisi Langkah Pelaksanaan Wawancara
1. Menentukan pertanyaan yang akan dijawab sesuai masalah yang akan diteliti 2. Mengidentifikasi sasaran pewawancara yang dapat menjawab dengan baik
pertanyaan-pertanyaan wawancara
3. Menentukan tipe wawancara yang praktis dan dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan
4. Merancang dan membuat daftar pertanyaan sesuai dengan masalah penelitian yaitu perilaku sosial-emosional
5. Mendapatkan persetujuan dari partisipan untuk berpartisipasi dalam proses wawancara
6. Melakukan kegiatan wawancara
7. Mencatat hasil wawancara dengan partisipan pada lembar pedoman wawancara
Rubrik Penilaian Anak Didik
Perilaku sosial-emosional dalam kegiatan bermain peran
variabel Indikator Item observasi
Perilaku Sosial-emosional a. Kesadaran
diri
1. Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
2. Memperlihatkan kehati-hatian kepada orang yang belum dikenal (menumbuhkan kepercayaan pada orang dewasa yang tepat)
3. Mengenal perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan diri secara wajar)
1. Anak mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi sebagai pemeran dalam kegiatan bermain peran 2. Anak mampu menumbuhkan
kepercayaan kepada guru saat guru menjelaskan bahwa pakian yang akan dipakai dalam kegiatan bermain peran akan dikenakan oleh anak didik lain
3. Anak mampu mengendalikan emosi (marah, senang, sedih) secara wajar pada saat kegiatan bermain peran b. Rasa
tanggung Jawab untuk diri sendiri dan orang lain
1. Tahu akan haknya
2. Menaati aturan kelas (kegiatan,aturan)
3. Mengatur diri sendiri
4. Bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri
1. Anak mampu mengetahui perannya 2. Anak mampu menaati aturan pada
saat kegiatan bermain peran
3. Anak mampu mengatur diri sendiri saat bermain peran sesuai perannya masing-masing
4. Anak mampu bertanggung jawab atas perilakunya
c. Perilaku prososial
1. Bermain dengan teman sebaya
2. Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara ajar 3. Berbagi dengan orang lain
4. Menghargai
hak/pendapat/karya orang lain 5. Menggunakan cara yang
diterima secara sosial dalam menyelesaikan masalah (menggunakan fikiran untuk menyelesaikan masalah) 6. Bersikap kooperatif dengan
teman
7. Menunjukkan sikap toleran
8. Mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias,dsb) 9. Mengenal tata krama dan sopan
santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat
1. Anak mampu bermain peran dengan teman sebaya
2. Anak mampu menghibur atau menunjukkan sikap sayang keteman sebaya
3. Anak mampu berbagi alat permainan yang digunakan saat melakukan kegiatan bermain peran keteman sebaya
4. Anak mampu menghargai hak yang diperankan anak didik lainnya 5. Anak mampu menggunakan fikiran
untuk menyelesaikan masalah dalam kegiatan bermain peran
6. Anak mampu bekerjasama dalam melakukan kegiatan bermain peran 7. Anak mampu memahami tugas-
tugas dari profesi dalam kegiatan bermian peran
8. Anak mampu mengekspresikan emosi sesuai perannya masing- masing
9. Anak mampu mengatakan “maaf”
dan “tolong” dalam kegiatan bermain peran
Rubrik Penilaian Perilaku Sosial-Emosional Anak
No. Indikator Nilai Deskripsi 1. Memperlihatkan
kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
BB Jika anak belum mampu belajar menyesuaikan diri
MB Jika anak mulai mampu belajar menyesuaikan diri sesuai yang ditetapkan guru
BSH Jika anak sudah mampu belajar menyesuaikan diri pada saat bermain peran sesuai yang diharapkan
BSB Jika anak sudah mampu belajar menyesuaikan diri dengan sangat baik pada saat proses bermain peran
2. Memperlihatkan kehati- hatian kepada orang yang
belum dikenal
(menumbuhkan kepercayaan pada orang dewasa yang tepat)
BB Jika anak belum mampu menumbuhkan kepercayaan kepada guru saat guru menjelaskan bahwa pakaian yang akan dipakai dalam kegiatan bermain peran akan dikenakan oleh anak didik lain
MB Jika anak mulai mampu belajar menumbuhkan kepercayaan kepada guru saat guru menjelaskan bahwa pakaian yang akan dipakai dalam kegiatan bermain peran akan dikenakan oleh anak didik lain
BSH Jika anak sudah mampu belajar menumbuhkan kepercayaan kepada guru saat guru menjelaskan bahwa pakaian yang akan dipakai
dalam kegiatan bermain peran akan dikenakan oleh anak didik lain sesuai yang diharapkan BSB Jika anak sudah mampu belajar menumbuhkan
kepercayaan kepada guru saat guru menjelaskan bahwa pakaian yang akan dipakai dalam kegiatan bermain peran akan dikenakan oleh anak didik laindengan sangat baik pada saat proses bermain peran
3. Mengenal perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan diri secara wajar)
BB Jika anak belum mampu belajar mengendalikan emosi (marah, senang, sedih) secara wajar pada saat kegiatan bermain peran MB Jika anak mulai mampu belajar mengendalikan
emosi (marah, senang, sedih) secara wajar pada saat kegiatan bermain peran
BSH Jika anak sudah mampu belajar mengendalikan emosi (marah, senang, sedih) secara wajar pada saat kegiatan bermain peran sesuai yang diharapkan
BSB Jika anak sudah mampu belajar mengendalikan emosi (marah, senang, sedih) secara wajar pada saat kegiatan bermain peran dengan sangat baik
4. Tahu akan haknya BB Jika anak belum mampu mengetahui perannya MB Jika anak mulai mampu mengetahui perannya
BSH Jika anak sudah mampu belajar mengetahui perannya sesuai yang diharapkan
BSB Jika anak sudah mampu belajar mengetahui perannya dengan sangat baik
5. Menaati aturan kelas (kegiatan,aturan)
MB Jika anak mulai mampu belajar menyesuaikan diri sesuai yang ditetapkan guru
BSH Jika anak sudah mampu belajar menyesuaikan diri pada saat bermain peran sesuai yang diharapkan
BSB Jika anak sudah mampu belajar menyesuaikan diri dengan sangat baik pada saat proses bermainperan
BSB Jika anak sudah mampu belajar menaati aturan dengan sangat baik pada saat bermain peran 6. Mengatur diri sendiri BB Jika anak belum mampu belajar mengatur diri
sendiri sesuai perannya
MB Jika anak mulai mampu belajar mengatur diri sendiri sesuai peran yang ditetapkan oleh guru BSH Jika anak sudah mampu belajar mengatur diri
sendiri sesuai peran yang diharapkan guru BSB Jika anak sudah mampu belajar mengatur diri
sendiri sesuai perannya dengan sangat baik pada saat proses bermain peran
7. Bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri
BB Jika anak belum mampu belajar bertanggung jawab atas perilakunya
MB Jika anak mulai mampu belajar bertanggung jawab atas perilakunya sesuai yang ditetapkan guru
BSH Jika anak sudah mampu belajar bertanggung jawab atas perilakunya sesuai yang diharapkan guru
BSB Jika anak sudah mampu belajar bertanggung jawab atas perilakunya dengan sangat baik saat proses bermainperan
8. Bermain dengan teman sebaya
BB Jika anak belum mampu belajar bermain dengan teman sebaya
MB Jika anak mulai mampu bermain dengan teman sebaya sesuai yang ditetapkan guru
BSH Jika anak sudah mampu bermain dengan teman sebaya sesuai yang diharapkan guru
BSB Jika anak sudah mampu bermain dengan teman sebaya dengan sangat baik pada saat proses bermain peran
9. Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar
BB Jika anak belum mampu menghibur atau menunjukkan sikap kasih sayang keteman sebaya