• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

Dalam dokumen efektivitas model pembelajaran discovery (Halaman 57-62)

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

Uji normalitas dilakukan sebagai syarat untuk menentukan jenis statistik apa yang digunakan dalam penganalisisan selanjutnya.

Asumsi normalitas selalu disertakan dalam penelitian pendidikan karena berkaitan erat dengan sifat dari subjek atau objek penelitian.

Meskipun demikian, apabila sebaran data suatu penelitian ternyata diketahui tidak normal, hal itu bukan berarti harus berhenti penelitian itu sebab masih ada fasilitas statistika nonparametrik apabila data tidak bardistribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas data dilakukan dengan metode uji normalitas lilipor dengan bantuan software Microsoft Excell.

2. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui suatu varian homogen atau heterogen maka perlu diuji homogenitas variannya terlebih dahulu dengan uji F.

Uji homogenitas penting dilakukan untuk menantukan tehnik analisis data yang digunakan dalam uji t. yaitu untuk menentukan rumus uji t dan juga derajat kebebasan (dk). Pada penelitian ini uji homogenitas dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excell.

Setelah mengetahui nilai varians masing-masing kelompok, peneliti bisa langsung menggunakan t yang mana yang harus dipakai. Langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan uji t yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini digunakan rumus Separated Varian hal ini dikarenakan � ≠ � , dan varian tidak homogen � ≠ � . Untuk ini digunakan t-tes dengan sparated varian, harga t sebagai pengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t tebel

dengan = � − dan = � − dibagi dua, dan kemudian ditambhkan dengan harga t yang terkecil47. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

2 2 2 1 2 1

2 1

n s n s

X t X

+

= −

Keterangan:

̅ = nilai rata-rata variabel 1

̅ = nilai rata-rata variabel 2

= varians variabel 1

= varians variabel 2

� = jumlah variabel 1

� = jumlah variabel 2 3. Analisis t-tes

Adapun analisis t-tes berikut ini:

• Merumuskan hipotesis penelitian atau hipotesis alternatif harus memeiliki hipotesis pembanding. Hipotesis pembanding biasanya dikenal dengan hipotesis nol. Hipotesis pembanding dalam hal ini adalah:

Hipotesis penelitian

: model pembelajaran Discovery Learning tidak efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII MTs.

Miftahul Ma’arif.

47Ibd.

: model pembelajaran Discovery Learning efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII MTs.

Miftahul Ma’arif.

Hipotesis kerja :1=2 : 12

• Analisis data. Setelah menemukan hasil thitung selanjutnya thitung tersebut dibandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan (dk) sesuai dengan ketentuan dari masing-masing rumus uji t yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan taraf kesalahan 5%. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel maka diterima dan sebaliknya bila thitung lebih besar dari pada ttabel maka ditolak.48

• Membuat keputusan

ℎ� ��≤ maka diterima

< ℎ� �� maka diterima 4. Analisis efektifitas model pembelajaran

Adapun ketentuan untuk melihat efektivitas pembelajaran dilihat dari pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dengan pemahaman konsep matematis siswa, yaitu apabila peningkatan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang menggunakan

48 Sugiono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta 2011). Hal 64

model discovery learning lebih tinggi dari pada siswa pada kelas yang tidak menggunakan pembelajaran discovery learning.49

49Khamidah Dan Kristina Warniasih, “Efektivitas Model Discovery Learning Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matemtis Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1 Gamping”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 7, Nomor 1, Januari 2019

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini berlokasi di MTs. Miftahul Ma’arif Pelambik, desa Pelambik, kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah.

Penelitian ini dilaksankaan selama kurang lebih tiga minggu, data yang dikumpulkan dari hasil penelitian ini adalah data hasil tes tulis mengenai kemampuan pemahaman konsep matematika pada materi bentuk aljabar.

Selama proses penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan bahwa untuk materi bentuk aljabar masih banyak siswa yang merasa kesulitan bahkan tidak paham sama sekali dengan materi bentuk aljabar. Siswa kebingungan dengan bentuk operasi yang menggunakan variabel x, y, a, dan lain sebagainya, bahkan ada sebagian siswa yang tidak mengetahui apa itu bentuk aljabar. Oleh karena itu dengan melakukan penelitian ini peneliti berharap dapat mendapatkan solusi untuk permasalahan tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Kuantitatif jenis Quasi-experiment Design, adapun bentuknya adalah The Non-Equivalent Control Group. Pada desain ini terdapat dua grup yang dibagi yaitu grup eksperimen dan grup kontrol, grup ekperimen adalah grup yang diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan

model Discovery Learning, sedangkan grup kontrol adalah yang tanpa perlakuan atau pembelajaran tanpa Discovery Learning. dalam penelitian ini yang menjadi grup eksperimen adalah kelas VII A dan yang menjadi grup kontrol adalah kelas VII B, kelas VII A terdiri dari 21 orang siswa dan kelas VII B 20 orang siswa. Dapaun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik sampel jenuh.

Proses penelitian ini melibatkan kelas VII A yang berjumlah 21 orang yang bertindak sebagai kelas eksperime, sedangkan yang bertindak sebagai kelas kontrol adalah kelas VII B yang berjumlah 20 orang. Sebelumnya kedua kelas diberikan pre tes untuk melihat kemampuan awal kedua kelas. Hasil pre tes menunjukan bahwa kemampuan awal kedua kelas hampir sama, hal ini dapat dilihat dari niali rata-rata hasil pre tes yaitu 17,64 untuk kelas ekperimen dan 18,82 untuk kelas kontrol.

Adapun populasi dari penelitian ini adalah kelas VII MTs.

Sampel penelitian diambil dengan teknik sampling sampel jenuh, hal ini dikarenakan di sekolah tersebut untuk kelas VII hanya terdapat dua kelas. Kedua kelas tersebut kemudian dibagi manjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol yakni kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Adapun data siswa kelas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Tabel Data Siswa Kelas VII MTs. Miftahul Ma’arif

Kelas Jumlah siswa Siswa laki-lki Siswa perempuan

VII A 21 orang 10 orang 11 orang

VII B 20 orang 11 orang 9 orang

2. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Discovery Learning

Hasil dari observasi dengan pedoman lembar observasi yang dilakukan observer digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen yaitu model Discovery Learning.

pada pembelajaran yang dilaksanakan selama penelitian peneliti melakukannya sesuai dengan prosedur model pembelajaran Discovery Learning adapun keterlaksanaanya didalam kelas adalah sebagai berikut:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), dalam hal ini peneliti melakukannya dengan memberikan contoh yaitu dengan menjunjukan permen, peneliti menunjukan dua biji permen kepada siswa dan bertanya berapakah jumlah permen yang ditunjukan, kemudian siswa menjawab dua biji permen. Kemudian peneliti menunjukan satu bungkus permen dan bertanya berapakah isi permen yang ada dalam satu bungkus permen tersebut, kemudian

siswa tidak bisa menjawab dengan pasti isi dari permen yang ada dalam satu bungkus. Maka untuk menentukan jumlah seluruh permen yang ada maka peneliti menunjukan bentuk aljabar untuk menyatakan jumlah permen secara matematis yaitu � + . � untuk menyatakan jumlah permen yang ada dalam bungkus yaitu jumlah permen yang belum diketahui.

2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), pada tahap ini peneliti meminta siswa mencari masalah yang serupa dengan kasus permen sebelumnya, peneliti meminta dalam satu kelompok mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang ada.

3. Data collection (pengumpulan data), peneliti mengarahkan siswa untuk mengumpulkan data yang mereka dapatkan, siswa dapat mencatat masing-masing data yang mereka dapatkan dari pendapat masing-masing anggota kelompok.

4. Data processing (pengolahan data), setelah mengumpulkan data dalam kelompok, kemudian peneliti meminta siswa untuk memilih data mana yang termasuk dalam bentuk aljabar dan mana yang bukan bentuk aljabar dengan berdiskusi dengan teman kelompok.

Dalam hal ini ada banyak contoh yang dikemukakan oleh siswa, salah satunya beras dalam satu kilo berapakah jumlahnya, sehingga dapat ditentukan berat dari satu butir beras.

5. Verification (pentahkikan), setelah berdiskusi dengan teman kelompok dan memilih mana yang termasuk bentuk aljabar dan

yang bukan bentuk aljabar, maka siswa menjelaskan hasil diskusi dengan kelompoknya didepan kelas. Masing-masing siswa diberikan kesempatan menjelaskan dan bertanya terkait dengan apa yang sedang dibahas yaitu bentuk aljabar.

6. Generalization (generalisasi), setelah berdiskusi bersama masing- masing kelompok dan juga seluruh kelas maka siswa menyimpulkan bahwa pengertian bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu jumlah yang masih belum diketahui jumlah pastinya.

Untuk hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 7.

3. Deskripsi Data Hasil Tes Tulis

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data hasil test tulis siswa dari dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Adapun tes tulis yang dilakukan berupa tes tulis sebelum diberikan perlakuan (pre-test) dan tes tulis setalah perlakuan (post-test). Data hasil penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel 4.2

Data terendah untuk hasil pre tes antara kelas kontrol dan kelas ekperimen adalah sama yaitu 7,80. Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa kemampuan awal kedua kelas adalah sama. Akan tetapi nilai terendah untuk hasil post tes kedua kelas berbeda 27,80 untuk kelas eksperimen dan 25 untuk kelas kontrol hal ini

menunjukan ada peningkatan untuk hasil post tes kedua kelas, akan tetapi kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Sementra itu, data tertinggi pada hasil pre tes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan hasil yang sama juga yaitu 29,40, akan tetapi berbeda pada data teringgi hasil post tes.

Untuk kelas eksperimen data tertingginya adalah 83,30 dan data teringgi untuk kelas kontrol adalah 50. Hasil ersebut menunjukan perbedaan yang cukup signifikan atara peningkatan kelas eksperimen terhadap kelas kontrol.

Jumlah data untuk kelas eksperimen pada pre testadalah 370,50 sedangkan untuk hasil post test adalah 1047,20 perbedaan antara pre test dan post test menunjukan perbedaan yang cukup besar. Hal ini menunjukan peningkatan yang cukup signifikan untuk kelas eksperimen. Sementara itu untuk kelas kontrol, jumlah data pada pre test 376,40 dan jumlah data post test 643,90. Hal ini menunjukan ada peningkatan akan tetapi tidak lebih tinggi dari kelas eksperimen.

Sedangkan nilai rata-rata kedua kelas, pada hasil pre test nilai rata-rata kelas kontrol lebih inggi dari kelas ekperimen yaitu 18,82 untuk kelas kontrol dan 17,64 untuk kelas eksperimen. Hasil tersebut menunjukan bahwa kemampuan awal kelas eksperimen secara keseluruhan lebih rendah dari kelas kontrol. Akan teapi hasil post test menunjukan hasil yang berbeda yaitu 49,87 untuk kelas

ekperimen dan 32,30 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta peningkatan yang cukup signifikan untuk kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. sedangkan kelas kontrol yang tanpa Discovery Learning memberikan peningkatan yang tidak lebih baik dari kelas eksperimen.

Untuk nilai standar deviasi kelas eksperimen pada hasl pre test adalah 4,34 dan standar deviasi pada hasil post test adalah 14. Sedangkan untuk kelas kontrol standar deviasi pada hasil pre test adalah 6,21 dan pada hasil post test adalah 7. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui nilai sebaran data pada sebuah sampel data dan seberapa dekat setiap titik data individu dengan garis nilai rata-rata.

Sedangkan hasil varians untuk kelas eksperimen pada hasil pre test adalah 18,81 dan hasil post test adalah 195,75. Untuk kelas kontrol varians pada hasil pre test adalah 38,64 dan varians pada hasil post test adalah 49, 15. Varians yang rendah mengindikasikan bahwa titik data condong dengan nilai rerata dan antara satu sama lainnya. Sedangkan varians yang tinggi mengindikasikan bahwa titik data sangat tersebar disekitar rerata dan satu sama lainnya.

Deskripsi diatas menunjukan penjelasan terhadap hasil tes yang dilakukan siswa. Dari hasil tersebut dapat dilihat perbedaan hasil tes untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen, pada kelas eksperimen menunjukan peningkatan dari hasil pre test ke hasil post test. Untuk hasil tes tulis siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 4.2 Data Hasil Penelitian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Uraian

Kontrol Ekserimen

Pre test Post tes Pre test Post tes

Jumlah siswa 20 20 21 21

Data terendah 7,80 25 7,80 27,80

Data tertinggi 29,40 50 29,40 83,30

Jumlah data 376,40 643,90 370,50 1047,20

Rata-rata 18,82 32,20 17,64 49,87

Standar deviasi 6,21 7 4,34 14

Varian 38,64 49, 15 18,81 195,75

Table 4.3 Hasil Post-Test Pemahman Konsep Matematika Siswa Tiap Indikator

No Indikator Pemahaman Konsep Matematika

Pencapaian Nilai Tiap Indikator Kelas

Eksperimen

Kelas Kontrol

1 I 1 5 3,9

2 I 2 2,7 2

3 I 3 2,9 3,8

4 I 4 3,4 1,9

5 I 5 1,8 1

6 I 6 1,8 2

7 I 7 1,8 1,9

Dari table tersebut dapat dilihat bahwa nilai rata-rata untuk setiap indikator pemahaman konsep matematika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Terdapat perpedaan antara kedua kelas terbut yakni kelas eksperimen mendapatkan hasil lebih tinggi.

4. Pengujian Prasyarat

Uji prasyarat adalah uji yang dilakukan dalam ststistik parametrik, untuk menguji hipotesis dengan rumus uji t harus dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas data terlebih dahulu. Untuk melakukan uji prasyarat ini peneliti menggunakan bantuan software mixrosoft excel 2010 untuk melakukan uji normalitas dan homogenitas. Adapun hasil uji normmalitas dan homogenitas data penelitian sebaai berikut.

a. Uji Normalitas

Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu peneliti melakukan uji normalitas data. Hal ini dikarenakan uji normalitas merupakan uji prasyarat yang harus dipenuhi sebelum menggunakan statistik parametrik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari lapangan berdistribusi normal atau tidak.

Adapun untuk hasil uji normalitas menggunakan Chi kuadrat (ᵡ ) dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

Kelas Chi Kuadrat Tabel

Chi Kuadrat Hitung

Keterangan

Eksperimen 31,41 0,94 Normal

Kontrol 30,14 0,94 Normal

Untuk hasil uji normalitas data dari kelas kontol didapatkan hasil untuk harga Chi kuadrat (ᵡ ℎ� ��) = 0,94 sedangkan untuk derajat kebebasan dk= n-1 dan taraf signifikansi 5% diperoleh (ᵡ ) = 30,14. Hal ini berarti ᵡ ℎ� �� < ᵡ maka data terdistribusi normal.

Untuk hasil uji normalitas data dari kelas eksperimen didapatkan hasil untuk harga Chi kuadrat (ᵡ ℎ� ��) = 0,94 sedangkan untuk derajat kebebasan dk= n-1 dan taraf signifikansi 5% diperoleh (ᵡ ) = 31,41. Hal ini berarti ᵡ ℎ� �� < ᵡ maka data terdistribusi normal.

Data hasil uji normalitas data kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 9.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok yang ditetapkan memiliki varian yang relatif sama.

Adapun hasil penghitungan uji homogenitas dengan menggunakan uji statistik F diperoleh �ℎ� ��= 3,98 untuk ( dk pembilang = 20) dan (dk penyebut = 19) pada taraf signifikansi 5% diperoleh hasil

� = 2,16. karena �ℎ� ��>� maka data tidak homogen.

Untuk hasil uji homogenitas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10.

5. Pengujian Hipotesis a. Hipotesis Penelitian

: model pembelajaran Discovery Learning tidak efektiv terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII MTs.

Miftahul Ma’arif.

: model pembelajaran Discovery Learning efektiv terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII MTs.

Miftahul Ma’arif.

b. Menemukan Rumus Statistik t-test.

Untuk uji hipotesa digunakan uji-t dengan menggunakan rumus Uji t sparated varian. Hal ini dikarenakan jumlah sampel

� ≠ � , dan datanya bersifat tidak homogen. Dengan derajat kebebasan = � − dan = � − dibagi dua, dan kemudian ditambhkan dengan harga t yang terkecil. Maka didapatkan hasil t = 5,15. Untuk hasil analisis uji t secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11.

c. Menentukan Kriteria Pengujian dan Penarikan Kesimpulan

Hasil statistik t-test menunjukan bahwa ℎ� ��= 5,15 kemudian dengan taraf signifikansi 5% dengan ketentuan dk= � −

dibagi dua dan � − dibagi dua maka dk= =9,5 dan

=10 sehingga didapatkan harga = 3,17. Berdasarkan kriteria keputusan apabila ℎ� ��> maka tolak dan terima . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Discovery Learning efektiv terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa MTs. Miftahul Ma’arif Plambik.

B. Pembahasan

Hasil nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 49,87 sedangankan untuk kelas eksperimen 32,20. Dari hasil tersebut dapat dilihat perbedaan yang cukup signifikan antara kelas kontol dan kelas eksperimen.

Perbedaan tersebut dikarenakan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sedangkan pada kelas kontrol tidak.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil ℎ� ��>

yaitu , > , maka ditolak, hasil dari uji hipotesis ini menujukan hipotesis yang menyatakan model pembelajaran temuan terbimbing (Discovery Learning) efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep dapat diterima.

Penolakan ini menunjukan kebenaran dari hipotesis alternatif ( ). Bahwasannya pernyataan yang mengatakan bahwa model pembelajaran Discovery Learning efektif terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa kelas VII MTs. Miftahul Ma’arif memang benar dan dapat diterima. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran tersebut memang efektif untuk pemahaman konsep matematika. Selain itu, efektifitas model pembelajaran Discovery Learning juga ditunjukan oleh nilai rata-rata pada tiap indikator pemahaman konsep.

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa indikator pemahaman konsep matematika yang paling tinggi adalah indikator 1 (I ). Sehingga dapat 1 disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning lebih efektif terhadap kemampuan pemahman konsep matematika.

Model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi yang berupa konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam suatu proses mental, yang dilakukan melalui kegiatan percobaan sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Hal inilah yang menyebabkan model pembelajaran Discovery Learning efektif terhadap pemahaman konsep. Hal ini juga dikatakan oleh Miftahus Surur dan Sofi Tri Oktavia, bahwa Discovery learning merupakan proses belajar yang di dalamnya tidak menyajikan suatu konsep dalam bentuk jadi

(final), akan tetapi siswa dituntut untuk mengelompokkan sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep50.

Sedangkan pemahaman konsep matematika adalah sangat mengerti tentang konsep matematika, yaitu siswa dapat menerjemaahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasarkan pembentukan pengetahuanya sendiri, bukan sekedar menghafal”.51 Hal ini berarti kecocokan antara model pembelajaran Discoveri Learning dengan pemahaman konsep matematika, dimana model pembelajaran Discovery Learning sendiri adalah model yang mengarahkan siswa untuk tidak sekedar menghapal suatu prosedur penyelesaian masalah. Dengan demikian maka model pembelajaran ini memang efektif untuk pemahaman konsep matematika.

Sejalan dengan hasil penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh Siti Mawaddah dan Ratih Maryanti dalam jurnalnya yang berjudul

“kemampuan pemahaman konsep matematis siswa smp dalam pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing (discovery learning)” hasil penelitiannya menunjukkan, respon siswa cenderung setuju terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model penemuan terbimbing (Discovery Learning) dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran matematika dengan

50Miftahus Surur, Sofi Tri Oktavia, “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematika”, JPE (Jurnal Pendidikan Edutama) Vol. 6, Nomor 1, Januari 2019

51 Utari, Dkk, “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Melalui Pendekatan Pmr Dalam Pokok Bahasan Prisma Dan Limas”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 ,Nomor 1, 2012, hlm.34.

menggunakan model penemuan terbimbing (Discovery Learning) secara keseluruhan berada pada kategori baik.52 hal tersebut menunjukan efektivitas model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan pehaman konsep matematika.

Adapun penelitian lainnya yang menunjukan efektivitas model pembelajaran Discovery Learning terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika adalah penelitian yang dilakukan oleh Khamidah dan Kristina Warniasih dalam jurnalnya yang berjudul “efektivitas model discovery learning ditinjau dari pemahaman konsep matemtis siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Gamping” dengan hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan model Discovery Learning dan model pembelajaran konvensional efektif terhadap pemahaman konsep matematis siswa, dan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional bila ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.53

52Siti Mawaddah, Ratih Maryanti, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4, Nomor 1, 2016

53Khamidah Dan Kristina Warniasih, “Efektivitas Model Discovery Learning Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matemtis Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1 Gamping”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 7, Nomor 1, Januari 2019

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa ”Discovery Learning efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa MTs. Miftahul Ma’arif.

B. Saran

adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sebagai landasan penelitian lanjutan.

2. Bagi guru, disarankan menggunakan model pembelajaran Discoveri Learning untuk pemahaman konsep matematika.

3. Untuk kelas yang cukup besar jumlah siswanya banyak akan sedikit kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran ini, guru akan sedikit kerepotan dalam merespon pertanyaan siswa. Sehingga model ini akan lebih efektif pada kelas kecil.

4. Dalam membagi kelompok untuk siswa usahakan semua kelompok heterogen. Hal ini agar pembelajaran berjalan dengan baik karena tingkat pemahaman rata-rata siswa sama.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya, 2011)

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasinya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 54-55

Alfira Mulia Astuti, Metode Statistika, (Mataram: IAIN Mataram, 2013)

Baiq Mria’ul Azmi, dkk, “Efektivitas Strategi Problame Base Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik”, Beta, Vol. 7, Nomor 2, November 2014, hlm. 108

Depdiknas. 2003. UU Nomor. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pedidikan Nasional. Jakarta: Dharma Bhakti

Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)

Effandi Zakaria, Dkk. Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematik.( Kuala Lumpur:Utusan Publications dan Distributors SDN BHD. 2007), hal. 86 Ganditama, “Metode Pembelajaran Discovery”, Dalam Http://Ganditama-

Doc.Blogspot.Com/2013/10/Metode-Pembelajaran-

Discovery_20.Html.?M=1, Diakses Tanggal 8 Januari 2020, Pukul 21.09 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,

(Malang:IKIP. 2005)

Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, Paikem Gembrot, (Jakarta:PT. Prestasi Pustakrya, 2011), hal. 8

Kokom Komulasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung:

PT. Refika Aditama, 2010), hal. 57

Kurniasih, Berlin Sani, Strategi-Strategi Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2014), Hlm.64.

Kesumawati, Nila,. Pemahaman Konsep Matematik Dalam Pembelajaran Matematika, Dalam Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, Tahun 2008

Khamidah, Kristina Warniasih, “Efektivitas Model Discovery Learning Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matemtis Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1

Dalam dokumen efektivitas model pembelajaran discovery (Halaman 57-62)

Dokumen terkait