• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Hasil penelitian ini masih banyak ditemukan kekurangan, untuk itu diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkannya lebih lanjut. Bentuk-bentuk deiksis yang dibahas dalam penelitian ini, adalah yang mengacu pada pembagian deiksis atas tiga bagian, yakni deiksis persona, waktu, dan tempat (Purwo, 1984). Penelitian ini mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis persona dalam dua novel, yaitu Sitti Nurbaya dan Memang Jodoh karya Marah Rusli sehingga terbuka peluang bagi peneliti lain untuk meneliti deiksis ruang dan deiksis waktu.

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan dkk (Eds.). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Prosa Fiksi. Bandung: Sinar Baru Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Prespektif Multidisipliner.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Damsi, Sri Yulan Mekarwati. 2014. Deiksis dalam Novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Salman Rusydie Anwar: Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo.

Depdikbud. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik-Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.

Esten, Mursal. 1987. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah.

Bandung: Angsa.

Frankrin, Victoria dan Robert Kodman. 1983. An Introduction to Language.

New York: Holt, Rinehart and Winston.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia . Jakarta: Gramedia.

Leech, Geoffrey N. 1993.Prinsip-prinsip Pragmatik Diterjemahkan oleh Eti Setiawati dkk. Bandung: UI Pres

Levinson, Stephen C. 1980. Pragmatics Cambridge. London: Cambridge University Press.

Moleong, Lexy J..2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nababan, PNJ. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya).Jakarta:

PPLPTK

Novitasari. 2012. Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Purba, Antilan.2002. Pragmatik Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: PN Balai Pustaka

Rusli, Marah. 2010. Siti Nurbaya , Kasih Tak Sampai. Jakarta: Balai Pustaka.

--- . 2014. Memang Jodoh. Bandung: Qanita.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga

Saragih, Amrin. 2006. Bahasa dalam Konteks Sosial . Pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik terhadap Tata Bahasa dan Wacana. Tesis (tidak dipublikasikan) : Pascasarjana USU.

Sarwadi. 1999. Sejarah Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta

Sitepu, Tabir.1998. Deiksis Persona dalam Cerpen Bromocorah Karya Muchtar Lubis. Tesis . Medan:Fakultas Sastra USU.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudjiman, Panutti. 1998. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sugiarti. 2001. Pengetahuan dan Kajian Prosa Fiksi. Malang: UMM.

Sugono, Dendy. 2009 Ensiklopedi Sastra Indonesia Jilid 2, Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Sumardjo, Jakob dan Saini K. M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:

PT Gramedia.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

1. Deiksis Persona I Tunggal Bentuk Pembi

cara

Lawan Tutur

Acuan

Aku S

SN S SN SM SN B

DM

DM DM S BS BS SN SN

DM

Alimah S Ar

SN S SN

S R B SN

PL

PL PL SN S SN

S DM

SN

SN SN S

S SN

S SN SM SN B

DM

DM DM S BS BS SN SN

SN

Alimah S Ar

(1) “Ya, tetapi aku lebih suka naik bendi … sebab aku amat lelah.”

(SN:3)

(2) “… aku ada membawa payung ….” (SN: 3) (3) “Aku telah bermufakat dengan ….” (SN: 7)

(4) “Alangkah senangnya! Kalau diizinkan aku mengikut ….” (SN:7) (5) “Biarlah, aku nanti sebentar.” (SN:14)

(6) “… tak kan takut memanjat pohon jambu Keling untuk aku.” (SN:29) (7) ”Aku hendak membedil burung Merba yang ada dalam semak-

semak dan dia tiada kelihatan olehku, [….] Dengan segera aku lari menyembunyikan diri” (SN: 63)

(8) “Aku sesungguhnya tiada senang melihat perniagaan Baginda Sulaiman, Makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan aku.” (SN:115)

(9) “Aku tahu pekerjaan ini memang tak mudah …. (SN: 116) (10) Aku tiada senang bila di Padang ini masih ada saudagar yang

berani bersaing dengan daku.” (SN: 116)

(11) “Hanya akulah yang dapat sebuah kamar sendiri sebab tak cukup tempat bersama-sama dengan orang lain.” (SN: 129)

(12) ”Cobalah beri aku buah sauh itu sebuah, pilih yang lembut”.

(SN:163)

(13) ”[….] Aku ceritakan hal itu kepadamu, karena penyakitku ini rupanya kian hari kian bertambah.” (SN: 170)

(14) “Aku banyak meminta terima kasih kepadamu, samsu! (SN: 171) (15) ”Sekarang ayahku tak ada lagi, putus pula sekalian tali yang

mengikatkan aku kepadamu. Janganlah engkau harap, aku akan kembali kepadamu”. (SN: 199)

(16) ”Jangan engkau lupa, ayahmu berutang kepadaku. Oleh sebab itu, rumah ini akulah yang punya dan berkuasa atasnya. Jadi, bukan engkau yang dapat mengusir aku, tetapi akulah yang harus mengusirmu”. (SN: 199)

(17) ”Aku lebih suka dipukul, dikurung atau dihinakan daripada dipermadukan”. (SN: 268)

(18) ”Bila aku telah pergi pula ke Jakarta, tentu susah kita akan bertemu kembali, [….]” (SN: 276)

(19) ”Tentu aku tidak akan mengalangi engkau, bila engkau ada keperluan yang lain” (SN: 295)

(20)

-ku S

S S S DM DM S

BS SN

SN SN SN SN PL PL SN

SN S

S S S S DM DM S

BS SN

(1) “… minta izin kepada ayahku.” (SN: 3)

(2) “ … perutku telah berteriak minta makan.” (SN:4)

(3) “Percintaan ini telah lama kusembunyikan dalam hatiku.” (SN: 88) (4) “… jika ada apa-apa, lekas tulis surat kepadaku.” (SN:97)

(5) “Dan pada pikiranku engkau cakap melakukannya.” (SN:116) (6) “Bila habis uang ini, bolehlah kauminta pula kepadaku …. (SN : 117) (7) “Pakaianku harus kucuci, kulipat, dan kusimpan sendiri, bilik dan

tempat tidurku, harus pula dibersihkan sendiri. Sepatuku pun tak ada orang lain, yang akan menggosoknya. (SN: 128)

(8) “Hampir padaku dan duduklah engkau di sini! Ada suatu yang penting yang hendak kuceritakan kepadamu.” (SN :167) (9) “Tak dapat kukatakan, betapa besarnya hatiku mendengar

perkataan ayahku tadi. Sungguhkah tiada berubah hatimu

S DM

S

BS SN

SN PL SN

SN S

S DM

S

BS SN

(3) “Percintaan ini telah lama kusembunyikan dalam hatiku.” (SN: 88) (4) “Sekarang ini ada perkara lain, yang hendak kukatakan padamu.”

(SN: 1f5)

(5) “Pakaianku harus kucuci, kulipat, dan kusimpan sendiri, bilik dan tempat tidurku, harus pula dibersihkan sendiri. Sepatuku pun tak ada orang lain, yang akan menggosoknya. (SN: 128)

(6) “Hampir padaku dan duduklah engkau di sini! Ada suatu yang penting yang hendak kuceritakan kepadamu.” (SN :167) (7) “Tak dapat kukatakan, betapa besarnya hatiku mendengar

perkataan ayahku tadi.” (SN : 171) Saya

Hamba A

SM DM SM S SM

R PL SN S S A Penjual

S dokter

S DM SM DM SM PR SM DM Allah St. M BS SN Pembeli

Dokter

S

A SM DM SM S SM

R PL SN S S A Penjual

S Dokter

(1) “… Bukannya sengaja hamba terlambat.” (SN: 4)

(2) “Jadi, Engku Datuk beri pinjam hamba uang ….” (SN: 11) (3) “Hamba percaya kepada tuanku Penghulu ….” (SN:11)

(4) “Hamba banyak meminta terima kasih kepada engku Datuk, sebab percaya pada hamba.” (SN:11)

(5) “Kalau ayah izinkan, hamba hendak pergi esok hari….” (SN:12) (6) “Rukiah tidak bersekolah itu bukan salah hamba, …” (SN:18) (7) “Jangan mamanda pergi! hamba sangat takut, kalau-kalau orang itu

masuk ke rumah ini.” (SN:23)

(8) “Akan tetapi, pekerjaan hamba di sini bagaimana?” (SN: 117) (9) “Ya Allah, bagaimanakah hal hamba-Mu kelak, bila ayah hamba tak

ada lagi?”(SN:171)

(10) “Ingatan hamba belum lepas dari kejadian yang hamba ceritakan tadi.” (SN : 160)

(11) “Ini hamba bawa buah-buahan sedikit, kalau-kalau Mamanda dapat memakannya.” (SN : 162)

(12) ”Nanti hamba yang dukung”. (SN : 233)

(13) ”Hamba baru datang dari Padang Darat. Sebab hamba belum dapat pekerjaan yang baik, menjadi tukang kuelah hamba sementara.” (SN : 275)

(14) ”Sebelum hamba meninggalkan dunia ini ada suatu permintaan hamba kepada Tuan.” (SN :349)

(15)”Permintaan apa itu? Katakan jika dapat, tentu akan hamba kabulkan.” (SN : 349)

Ananda SN SM SN (1) ”Ayah, apa kabar? Bagaimana perasaan ayah sekarang? Dan apakah aral, maka disuruh datang Ananda ini?”(SN :167)

daku DM

DM S SN

PL PL SN S

DM DM S SN

(1) “ akan tetapi, apa sebabnya, maka engkau tiada bermufakat lebih dahulu dengan daku.” (SN: 113)

(2) “ … bila di Padang ini masih ada saudagar yang berani bersaing dengan daku.” (SN: 116)

(3) ”Janganlah engkau syak akan daku, waktu ini aku berkata benar,” (SN:185)

(4) “… Tak ada satu pun yang berpadanan dan bersamaan dengan daku” (SN: 189)

2. Deiksis Persona II Tunggal

-mu SM

PR S SN

R SM SN Allah

PR SM SN Allah

(1) “Kemana ibumu, Rukiah?” (SN:14)

(2) “Bukan kewajibanmu, melainkan kewajiban mamaknya.” (SN:18) (3) “”Aku ini sangat cinta kepadamu.” (SN:88)

(4) “Ya Allah, bagaimanakah hal hamba-Mu kelak, bila ayah hamba tak

St.M BS

S SN

S SN

(7) “Ada aku suruh ayahmu mengabarkan hal itu kepadamu.” (SN : 160) (8) “Hampir padaku dan duduklah engkau di sini! Ada suatu yang

penting yang hendak kuceritakan kepadamu.” (SN :167)

kamu (1)

Engkau S S SM SM PR PR SM S SN Ibu DM DM SM BS BS

SN SN S R SM SM S SN

S S PL PL S S SN

SN SN S R SM SM S SN

S S PL PL S BS SN

(1) “… barangkali engkau dimarahi gurumu.” (SN: 3) (2) “… sukakah engkau mengikut?” (SN:7)

(3) “Baiklah, tetapi hati-hati engkau ….” (SN:12)

(4) ”…, tentulah orang yang sebaya dengan engkau.” (SN:15) (5) “Engkau … Penghulu? … engkau lupa pada kami.” (SN:15)

(6) “Untung anakku perempuan, tak banyak merugikan engkau.” (SN:18) (7) “Lekas benar engkau bangun pagi ini?” (SN:28)

(8) “Sudikah engkau kelak menjadi istriku, apabila aku telah berpangkat dokter?” (SN:89)

(9) “Jangan engkau terlalu percaya akan mimpi itu.” (SN:87) (10) “Ingat-ingat engkau di negeri orang samsu.” (SN: 96)

(11) “…, barulah engkau membakar toko dan gudangnya.” (SN:116) (12) “Kalau tak sampai maksudku ini, tak perlu engkau datang-datang ke

mari,” (SN:116)

(13) “ Sudahkah engkau tahu bahwa Nurbaya telah kawin dengan Datuk Meringgih?” (SN : 160)

(14) ”Sungguh nyaman buah yang telah engkau bawa, Sam, segar badanku rasanya memakannya.” (SN:163)

(10) “Hampir padaku dan duduklah engkau di sini! Ada suatu yang penting yang hendak kuceritakan kepadamu.” (SN :167)

kau SN

S SM PR DM DM

S SN

R SM

PL PL

S SN

R SM PL PL

(1) “Kaulihat sendiri, …” (SN: 3)

(2) “Nur, belum kauceritakan kepadaku, ….” (SN:6) (3) “Apakah yang kaujahit itu, Rukiah?” (SN:15)

(4) “Anakmu kaumasukkan ke sekolah Belanda, kauturut semua kehendaknya …” (SN:18)

(5) “kau boleh memakai duit seberapa sukamu dan boleh pula menyuruh orang-orangku, kalau perlu.” (SN:116)

(6) “Bila habis uang ini boleh kauminta pula kepadaku atau kepada sekalian orangku yang memegang uang.” (SN: 117)

Nama Orang

S S S SN

S PR PR S M PR SN

A SN SN S SN

R SM

H S M

S

A SN SN S B,Ar

R SM

H SM SN

(1) “Pak Ali, mengapa terlambat datang menjemput kami?” (SN: 3) (2) “Hm … marilah Nur, naiklah ….” (SN: 4)

(3) “Nur, belum kauceritakan kepadaku, ….” (SN:6) (4) “Tentu suka sekali, Sam.” (SN:7)

(5) “Aku telah bermupakat dengan si Bardi dan si Arifin….” (SN: 7) (6) “Rukiah, pergilah masak air panas ….” (SN:16)

(7) “Kepada siapa aku akan meminta lagi, jika tiada kepadamu Mahmud?” (SN:20)

(8) “Ha, untung engkau datang, Hamzah?” (SN:24)

(9) “Ah jangan, Mahmud! Biarlah mereka berbunuh-bunuhan di sana.”

(SN:24)

(10) “Nyaris aku kesiangan, Sam.” (SN:29)

Engku A

SM A PL

S DM

S DM

S DM

S DM

(1) “Engku muda, janganlah marah!” (SN: 4)

(2) “Jadi, Engku Datuk beri pinjam hamba uang ….” (SN: 11) (3) “Pukul berapa sekarang, Engku Muda?” (SN:28)

(4) “Tidak Engku, sebab hamba telah hampir di sini, tatkala hari akan hujan.” (SN:111)

Ayah (Anda)

S S SN SN SN

SM SM BS BS BS

SM SM BS BS BS

(1) “Kalau ayah izinkan, hamba hendak pergi esok hari….” (SN:12) (2) “Supaya jangan terlalu kepanasan di jalan, Ayah.” (SN:28)

(3) “Ayah, apa kabar? Bagaimana perasaan Ayah sekarang? (SN: 167) (4) “Ayah, janganlah pergi, tinggallah bersama Ananda.” (SN: 170) (5) “”Bila Ayahanda akan pergi juga, bawalah Ananda sekali; jangan

ditinggalkan seorang diri di atas dunia ini.: (SN: 171) Ibu / Bu S St. M St.M (1) “Ah, tidak apa-apa, Bu.” (SN : 160)

maman da

R R S

SM SM BS

SM SM BS

(1) “Sedang sembahyang, Mamanda.” (SN:14)

(2) “Jangan Mamanda pergi! Hamba sangat takut, kalau-kalau orang itu masuk ke rumah ini.” (SN:23)

(3) “Ini hamba bawa buah-buahan sedikit, kalau-kalau Mamanda dapat memakannya.” (SN : 162)

kakanda SM SM SM SM SM

PR PR PR PR PR

PR PR PR PR PR

(1) Bukan demikian, Kakanda!” (SN:16) (2) Kakanda tahu sendiri ….” (SN:17) (1) “maklumlah kakanda ….” (SN:17)

(3) “… melainkan itu salah kakanda sendiri.” (SN:18)

(4) “Kalau di dalam pegangan Kakanda terjadi pengamukan itu …”

(SN:25)

(5) ”Baiklah, sekarang cobalah kakanda terangkan apa kejahatan adat kita di padang ini tentang beristri lebih daripada seorang?” (SN:253)

Tuan DM

SM

SM dokter

SM Dokter

(1) ”Tanyakanlah kepada anak tuanku! Setelah diperdayakan hamba bersama-sama istri hamba, dipukulnya pula hamba.” (SN: 196)

(2) ”Kenalkah Tuan dengan Letnan Mas yang datang dari Jakarta bersama-sama Tuan yang baru meninggal ini? Di mana dia sekarang ini?” (SN: 353)

dokter S dokter Dokter (1) ”Tak apa-apa dokter, jangan kuatir!” (SN:349) 3. Deiksis Persona III Tunggal

ia SN

SN S PR

A S

S DM DM DM DM St.M

S

S S SN SM SN SN

SN PL PL PL PL A

A A A R B Cinta

Persau daraan BS BS Peker jaan PE BS SN

(1) “Lupakah ia menjemput kita?” (SN:3)

(2) “Ya, biasanya sebelum pukul satu ia telah ada di sini.” (SN: 3) (3) “Jangan-jangan ia tertidur … tadi malam ia minta izin …” (SN:3) (4) “Kalau kepada tukang ikan ia akan dikawinkan, tentu tak usah

menjemput sedikit jua pun.” (SN: 21)

(5) “Ia kuatir tak cukup akan mendapat kue-kue yang kita bawa.” (SN:29) (6) “Nurbaya, karena besok aku akan meninggalkan kota Padang ini,

akan pergi ke rantau orang, […], waktunya aku akan membukakan rahasia hatiku. Ketahuilah olehmu Nur, bahwa aku ini sangat cinta kepadamu. Jika tidak kubukakan rahasia ini kepadamu, pastilah ia menjadi duri di dalam daging padaku.” (SN: 88)

(7) “Mula-mula percintaan itu memang percintaan persaudaraan. … bertukarlah ia menjadi cinta yang sebenar-benarnya cinta.” (SN: 88) (8) “Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan.” (SN:115)

(9) “Sebelum jatuh ia, belumlah puas hatiku.” (SN:116)

(10) “ ... Tetapi ia akan memberi keuntungan berpuluh ribu kepada kita.”

(SN: 116)

(11) “Serahkan kepada Pendekar Empat dan suruhlah ia kemari.”(SN: 117)

(12) “ Telah beberapa hari ia tidak makan.” (SN :161)

(13) ”Kalau hari Sabtu yang akan datang ini belum juga ia sampai kemari, tentulah akan kujemput sendiri ia ke Padang”. (SN: 284) dia SN S A (1) “…barangkali di tengah jalan kita bertemu dengan dia kelak.” (SN:3)

DM PL BS (5) “…menghasut sekalian toko yang belangganan dengan dia.” (SN:116)

-nya SN

S PR

S DM DM

S SN SM SN PL PL

A A S Ayah/

ibu S BS PE

(1) “Apa sebabnya Pak Ali hari ini terlambat datang?” (SN: 3) (2) “… kesalahannya ini akan kuadukan ….” (SN: 3)

(3) “Bukan kewajibanmu, melainkan kewajiban mamaknya.” (SN:18) (4) “Barang apa kesusahanmu, katakan pula kepadanya….” (SN:79) (5) “…, barulah engkau membakar toko dan gudangnya.” (SN:116) (6) “… supaya kukatakan kepadanya, apa yang harus diperbuatnya.”

(SN:117)

beliau PL PE DM (1) ”Katakan kepada beliau bahwa aku akan mengikuti mereka dengan kapal ini ke Jakarta”. (SN: 223)

(2) Nama

orang

SN SN PR DM

S S SM

PL

A A R BS

(1) “Apa sebabnya Pak Ali hari ini terlambat datang?” (SN: 3) (2) “O, itu Pak Ali datang!” (SN:3)

(3) “…, perkakas Rukiah untuk penyambut suaminya, tentu harus cukup.” (SN:22)

(4) “Biar aku rugi sedikit, asal Baginda Sulaeman jatuh.”

Engku A

St.M

S A

SM, DM SM,BS

(1) “Tetapi Engku Penghulu menyuruh hamba pergi sebentar menjemput engku Datuk Meringgih …” (SN: 4)

(2) “Sediakanlah sepiring untuk Engkumu di muka dan sepiring lagi untuk Engku Baginda Sulaeman.” (SN: 161)

Maman da

R PR SM (1) “Siapakah itu, Rukiah?” “Mamanda Penghulu.” (SN: 15) 4. Deiksis Persona Jamak

kita S

S DM

S

SN SN PL SN

S, SN S, SN DM,PL S, SN

(1) “Lupakah ia menjemput kita?” (SN: 3)

(2) “Dahulu tatkala kita berjalan-jalan ke gunung Padang ….” (SN:86) (3) “ ... Tetapi ia akan memberi keuntungan berpuluh ribu kepada kita.”

(SN: 116)

(4) ”Sudahlah adikku, jangan menangis lagi! Barangkali sekarang inilah datang waktunya kita akan mendapat kesenangan, karena telah jauh dari setan dan iblis ” (SN: 233)

kami S

PR

A SM

S, SN PR, R

(1) “Pak Ali, mengapa terlambat datang menjemput kami?” (SN: 3) (2) “Engkau telah lupa kepada kami.” (SN: 16)

mereka PR S PL

ST. M SN PE

Pend.

Ayah/

ibu s S, SN

(1) “… biarlah mereka berbunuh-bunuhan.” (SN:24)

(2) “…, melihat-lihat mereka, walaupun aku tak ada lagi.” (SN: 97) (3) ”Katakan kepada beliau bahwa aku akan mengikuti mereka

dengan kapal ini ke Jakarta”. (SN: 223) engkau

sekalian

A S,SN,B S,SN,B (1) “O, oleh sebab engkau sekalian minta supaya kuceritakan hal ini, tandanya engkau sekalian ingin mendengarnya.” (SN:31)

Kepada mu sekalian

A S,SN,B S,SN,B (1) “… tidak mau menceritakan hal ini kepadamu sekalian.” (SN: 35)

sekalian DM

DM

PL

PL

Semua

Semua orang-

orang nya

(1) “ Beritahukan kepada sekalian murid yang ada di sana, sekalian pohon kelapanya hendaklah dibubuh obat, supaya mati. Bujuklah sekalian orangnya di sana supaya meninggalkan pekerjaannya.”

(SN:115)

(2) “ nanti kukirimkan surat kepadanya sekalian.” (SN: 117)

1. Deiksis Persona I Tunggal Bentuk Pembi

cara

Lawan Tutur

Acuan Dalam Novel

Aku H

H H M H H H H H H H H H H H H H H H H SA H H H SA H H

H SA

SA

SA

N N N H M M M M M M M M M M M N SA SA SA SA H SA SA SA H SA SA

SA H

H

B

H H H M H H H H H H H H H H H H H H H H SA H H H SA H H

H SA

SA

SA

(1) … dipandang cukup oleh Tuan Smith untuk hidup di sana apabila aku hidup sederhana. (MJ: 28)

(2) … agar aku dapat tempat tinggal yang bagus di sana. (MJ: 28) (3) Aku pergi bersamanya sebagai jongos.” (MJ:28)

(4) ”Aku senang dengan kemujuranmu ini.” (MJ: 29)

(5) Sebenarnya aku sendiri masih ragu apakah akan kuteruskan sekolahku.” (MJ:29)

(6) ”Aku pergi belajar sesusah dan sejauh itu dengan biaya yang amat besar.” ((MJ: 30)

(7) … bahkan aku akan mendapat kesenangan pula. (MJ:30) (8) … bahwa aku di Padang termasuk keluarga bangsawan, (MJ:30) (9) ”Jika aku tetap tinggal di Padang, … dan aku mau mengikuti adat

istiadat negeriku, bukankah aku tak usah … (Mj: 31)”

(10) Asal aku menurutkan kebiasaan… sudah tentu tak perlu aku bekerja

…. (MJ: 31)

(11) Sebagai bangsawan Padang, aku tak perlu membiayai …. (MJ:31) (12) Sebaliknya, aku yang dibiayai, …(MJ:31))

(13) Aku tidak mengatakan suka berbuat demikian. (MJ:32)

(14) mengapa aku harus bersusah payah di negeri orang lain. (MJ: 32) (15) ”Aku tak berkata begitu. Tapi, kalau aku pergi ke Belanda …” (MJ:33) (16) ”Aku memang sedih, Din. … pikiranku melayang tinggi.” (MJ:34) (17) … aku harus meneruskan sekolahku di negeri Belanda.” (MJ: 51) (18) Kalau aku menjadi guru dengan ijazah Bukittinggi aku hanya

mendapat gaji RP 25., sebulan. (MJ:52)

(19) ”Itulah sebabnya, aku lekas-lekas kembali ke Padang ini…” (MJ:52) (20) Jika aku teruskan sekolahku, dalam tiga tahun aku mendapat ijazah

hulf akte dengan gaji permulaan Rp 175.,(MJ:53)

(21) …, janganlah kau pikirkan aku. … aku telah senang (MJ: 53) (22) ”Aku tak dapat Ibu samakan dengan Hasan, …” (MJ:53)

(23) Jika aku teruskan sekolahku, dalam tiga tahun aku mendapat ijazah hulf akte dengan gaji permulaan Rp 175.,(MJ:53)

(24) ”Tetapi aku tak suka dibantu seperti itu.” (MJ:54)

(25) ”Ajaib, ajaib. Baru sekarang aku mendengar perkataan ….” (MJ:54) (26) ”… aku yang telah mempunyai pekerjaan, …. Jika tidak demikian tidak

layak aku beranak-beristri.” (MJ:54)

(27) “Aku sadar bahwa aku seorang laki-laki Padang, ayahku orang Padang asli. Dan aku juga tahu bahwa aku seorang bangsawan, seorang Marah, karena aku anak seorang Sutan.” (MJ:55) (28) “Sebab aku telah mempunyai pengertian lain …” (MJ:55)

(29) “Aku, walaupun nenek moyangku bangsawan dari tanah Jawa, tapi aku telah menjadi orang padang, aku harus menuruti adat

Padang.”(MJ:56)

(30) “…. Tentang kesulitan dengan ayahmu, akulah yang akan menanggungnya. Akulah yang akan meminta kepadanya, supaya anakku, yang sebiji mata, jangan diceraikannya sejauh itu dariku.”

(MJ : 67)

(31) “Tiadakah dipandangnya aku ini sebagai bundanya lagi, maka dilupakannya aku dalam perkara yang sepenting ini. Aku tinggal seorang diri lagi karena satu-satunya orang yang kukasihi dan kuharapkan telah meninggalkan aku pula. Siapa lagi tempat aku

SA B SA

anak, aku yang tak tahu mendidik anak …, sedangkan aku tak tahu apa-apa dalam perkawinan ini.” (MJ: 229)

(33) “Aku ucapkan banyak terima kasih kepadamu sebab telah bersusah payah membawa kabar yang sangat penting bagiku ini,” (MJ:238)

Ku- H

H H H H H

H H H

N N N M M M

N N N

H H H H H H

H H H

(1) Entahlah … belum dapat kupastikan.

(2) Kalau kata beliau harus diteruskan maka kuteruskan.

(3) Sebenarnya aku sendiri masih ragu apakah akan kuteruskan sekolahku …. (MJ:29)

(4) dapat kuperoleh dengan cara yang lebih mudah…. (MJ:30)

(5) ”Yang kukatakan tadi,, … kuperoleh semua dengan mudah … (MJ:32) (6) ”… akan kuperoleh dengan ilmu yang akan kutuntut yang belum tentu

akan kucapai akan lebih besar nikmat yang akan menungguku di negeriku sendiri tetapi kuabaikan? ” (MJ:32)

(7) “Dan anak- istriku adalah tanggunganku.” (MJ:54) (8) “Seperti telah kukatakan ….” (MJ:55)

(9) “… kuperoleh dengan mudah segala yang kau idamkan.” (MJ:32)

-ku H

H H H H H H H H H H H H A H H SA H SA SA H

N N M M N N N M N M M N N H A A H SA H H SA

H H H H H H H H H H H H H A H H H H SA H H

(1) Semuanya tergantung pada ayahku.

(2) ”Ayahku setuju dengan rencana ini dan sanggup membiayaiku …”

(MJ: 28)

(3) … mamakku Baginda Raja … (MJ: 28)

(4) Dia akan membawaku ke sana saat cuti. (MJ: 28)

(5) Sebenarnya aku sendiri masih ragu apakah akan kuteruskan sekolahku …. (MJ:29)

(6) … , masih adakah gelorah yang mendorongku berangkat … (MJ:30) (7) sebab ayahku turunan raja-raja dan ibuku turunan bangsawan tinggi di

Jawa.” (MJ: 30)

(8) dan aku mau mengikuti adat istiadat negeriku,… (MJ:31)

(9) Kebangsawananku, rupaku yang tampan, kepandaian dan pangkatku yang lumayan serta umurku yang masih mudah …(MJ:31)

(10) …, memberi nafkah istriku atau memelihara anakku …. (MJ:31) (11) … oleh mamak istriku atau mertuaku … seluruh keinginan hatiku.

(MJ:31)

(12) ”… kepadaku oleh bangsaku, di negeriku sendiri….” (MJ:32) (13) … akan lebih besar nikmat yang akan menungguku di negeriku

sendiri. (MJ:32)

(14) ”Mungkin karena pikiranku hanyut jauh dan pilu, ….” (MJ:34)

(15) ”Benar, Dam. Tetapi kenanganku melayang ke rantau jauh.” (MJ:34) (16) … aku harus meneruskan sekolahku di negeri Belanda.” (MJ: 51) (17) ”Li, coba ceritakan kepadaku, ….” (MJ:52

(18) ”Untuk meneruskan sekolahku, ...” (MJ:52) (19) ”Benarkah pendengaranku?” (MJ:54) (20) “… ayahku orang Padang asli….” (MJ:55) (21) “Jika dapat, demikianlah cita-citaku.” (MJ:55)

saya RW

K K

MN Kh Kh

RW K K

(1) “Pangkat dan kekayaan tak seberapa menarik hati saya, karena tak selama-lamanya membawa kesenangan hati.” (MJ : 105)

(2) “….” Tak bertemu lagi saya dengan mereka. Begitulah nasib orang merantau.” (MJ :127)

(3) “Saya datang kemari sebenarnya, …. Setelah saya dengar kabar dari

Dokumen terkait