BAB III METODE PENELITIAN
E. Teknik Analisis Data
Sebelum data dianalisis, angket yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pengujian, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu angket.
Suatu angket dikatakan sah jika pertanyaan pada angket mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut. Uji
FINAL
validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-k, dalam hal ini n jumlah sampel dan k adalah jumlah item. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut dikatakan valid.
2. Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu angket yang merupakan indikator dalam variabel atau konstruk. Suatu angket dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten dari waktu ke waktu. Penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α).
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai α > 0,60.
α = k.r 1+(k-1)r Dimana:
α = koefisien reliabilitas r = korelasi antar item k = jumlah item
Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas maka dilakukan analisis data. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi mengenai Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Masyarakat Pengguna Bus Rapid
FINAL
Transit (BRT) Maminasata. Berdasarkan dari data tersebut kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif melalui persentase dan sistem skor untuk mengetahui komposisi dari setiap jawaban responden dengan interval kategori sebagai berikut:
1. Jawaban “SS” dengan kategori “sangat setuju” diberi skor 5, 2. Jawaban “S” dengan kategori “setuju” diberi skor 4,
3. Jawaban “RR” dengan kategori “ragu-ragu” diberi skor 3, 4. Jawaban “TS” dengan kategori “tidak setuju” diberi skor 2,
5. Jawaban “STS” dengan kategori “sangat tidak setuju” diberi skor 1.
Pengklasifikasian dari skor masing-masing responden apakah tergolong dalam kategori sangat kuat, kuat, sedang, rendah dan sangat rendah ditentukan dalam interval dengan rumus sebagai berikut:
Interval kategori = Jarak Pengukuran Jumlah Interval
= Skor Tertinggi – Skor Terendah Kategori
Berdasarkan data yang yang telah dikumpul kemudian akan diolah dan dianalisis dengan analisis statistik inferensial. Analisis statistik inferensial merupakan teknik analisis data yang digunakan untuk menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil yang diperoleh dari suatu sampel dengan hasil yang akan didapat pada populasi secara keseluruhan. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan sebanyak 101 orang, itu berarti dicari terlebih dahulu nilai r hitung.
FINAL
Rumus r hitung uji korelasi dengan menggunakan analisis korelasi product moment adalah:
} ) ( }{
) ( {
) )(
(
2 2
2
2 X n Y Y
X n
Y X XY
rxy n
Keterangan: rxy =koefisienvaliditas N=banyaknya subyek X = Nilai Pembanding
Y = Nilai dari instrument yang akan dicari validitasnya
Menurut Riduan dan Sunarto (2007: 80) Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsentrasikan dengan Tabel Interpretasi Nilai r sebagai berikut:
Tabel 3.1 Interval Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000
0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199
Sangat kuat Kuat Sedang Rendah Sangat rendah
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X dan Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan sebagai berikut:
KP = r2 x 100%
Dimana: KP = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi
FINAL
Selain itu untuk mengetahui tingkat kualitas pelayanan maka dilakukan analisis tanggapan responden. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai responden dalam penelitian ini, Dalam penelitian ini, kuesioner (angket) yang dibagikan menggunakan skala Likert dengan 5 skala pengukuran.
Maka perhitungan indeks jawaban responden dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 % =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑌 × 100
Dimana: Total skor = jumlah tanggapan responden setiap pernyataan Y = Skor tertinggi skala likert
Setelah itu, maka dicocokkan dengan dengan tabel presentase nilai untuk mengetahui tingkat indeksnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Persentase nilai kualitas pelayanan
Jawaban Keterangan
80% - 100% Sangat Berkualitas
60% - 79.99% Berkualitas
40% - 59.99% Cukup Berkualitas
20% - 39.99% Tidak Berkualitas
0% - 19.99% Sangat Tidak Berkualitas
Sedangkan untuk mengukur kepuasan masyarakat untuk mengetahui tanggapan masyarakat. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai responden dalam penelitian ini, Dalam penelitian ini, kuesioner (angket) yang dibagikan menggunakan skala Likert dengan 5 skala pengukuran.
Setelah itu, maka dicocokkan dengan dengan tabel presentase nilai untuk mengetahui tingkat indeksnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
FINAL
Tabel 3.3 Persentase nilai kepuasan masyarakat
Jawaban Keterangan
80% - 100% Sangat Puas
60% - 79.99% Puas
40% - 59.99% Cukup Puas
20% - 39.99% Tidak Puas
0% - 19.99% Sangat Tidak Puas
FINAL
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Gambaran umum Perum Damri
Perum Damri merupakan perpanjangan sejarah warisan dari perusahaan angkutan semasa pendudukan Jepang di Indonesia pada kurun waktu sekitar tahun 1943, semulanya bernama Jawa Unyu Zigyosha sebuah perusahaan angkutan barang dengan truk dan cikar di pulau jawa serta Zidosha Sokyoku adalah sebuah perusahaan angkutan penumpang bus.
Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 kedua perusahaan angkutan tersebut direbut paksa oleh para pejuang Indonesia dan diserahterimakan kepada Pemerintah Republik Indonesia yang kemudian mengelolahnya dibawah fungsi Departemen Perhubungan. Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengubah namanya menjadi “Djawatan Pengangkutan untuk Angkutan Barang” dan
“Djawatan Angkutan Darat untuk Angkutan Penumpang”. Pada tanggal 25 November 1946, berdasarkan maklumat Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 01/DM/46, kedua perusahaan tersebut disatukan dan diberi nama “Djawatan Angkoetan Motor Republik Indonesia” atau disingkat DAMRI.
Berdasarkan maklumat tersebut maka fungsi utama Damri adalah menyelenggarakan angkutan darat bagi kepentingan masyarakat dengan
41
FINAL
menggunakan truk, bus serta jenis angkutan motor lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1984, sebagaimana telah diubah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 status Damri diubah menjadi Perusahaan Umum DAMRI dengan lapangan usaha berupa angkutan bus kota, angkutan perintis, angkutan antar wilayah, angkutan wisata serta jenis angkutan lainnya yang dimungkinkan oleh peraturan perundangan yang berlaku.
2. Struktur kepegawaian Perum Damri cabang Makassar
Penentuan struktur organisasi didalam suatu perusahaan adalah sangat penting, struktur organisasi akan nampak sangat jelas dan tegas apabila digambarkan dalam bagan organisasi. Jadi dengan struktur organisasi akan menjadi jelas, letak tanggung jawab dari masing–masing bagian. Adapun struktur organisasi pada Perum Damri cabang Kota Makassar adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan tertinggi di Perum Damri cabang Kota Makassar terletak pada General Manager (GM). GM Perum Damri cabang Kota Makassar yaitu M. Ilyas Harianto.
b. Di bawah General Manager terdapat Manager Usaha yaitu Misran Hakim, Manager keuangan dan SDM yaitu Rahman Kulle, dan Manager Teknik yaitu Hermanto.
1) Manager Usaha membawahi: 4 orang bagian pool, 6 staff usaha, 20 orang pengawas angkutan, dan 66 orang crew (pengemudi).
FINAL
2) Manager Keuangan dan SDM membawahi: 2 orang personalia, 5 orang staff keuangan dan 8 orang staff tata usaha.
3) Manager Teknik membawahi: 6 orang staff teknik, 3 orang staff Gudang dan 11 orang mekanik.
3. Gambaran umum Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata
Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata merupakan angkutan massal perkotaan di Sulawesi Selatan yang melintasi beberapa daerah yakni Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.
Maminasata merupakan singkatan dari Makassar (Ibukota Kota Makassar), Maros (Ibukota Kabupaten Maros), Sungguminasa (Ibukota Kabupaten Gowa) dan Takalar (Ibukota Takalar).
Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata pertama kali diresmikan untuk beroperasi di koridor II dengan tipe Mini Bus sebanyak 7 Unit yang berkapasitas 33 penumpang pada tahun 2014. Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pemegang otoritas BRT Maminasata mengganti tipe Mini Bus tersebut menjadi Bus Mercedez benz 6000 cc. kapasitas penumpangnya sebanyak 60 orang dengan rincian 34 orang duduk termasuk 8 kursi prioritas dan 26 pasang pegangan untuk orang berdiri. Saat ini, jumlah BRT Maminasata yang tersedia sebanyak 30 Unit yang didatangkan secara bertahap. Pada tahun 2015 sebanyak 15 Unit dan pada tahun 2016 sebanyak 15 Unit. Semua bus yang disediakan merupakan bantuan dari Pemerintah Pusat melalui dana hibah
FINAL
Kementerian Perhubungan. Berikut ini, jumlah koridor dan rute secara rinci akan dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1. Rute Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata
No. Koridor Rute Jarak
(KM)
Ket
1.
I
Bandara – Tol Reformasi – Jl.
Nusantara – Jl. Ahmad Yani – Jl.
Jend. Sudirman – Jl. Haji Bau – Jl.
Metro Tanjung Bunga – Mall GTC.
25,2 KM
Belum Beroperasi Mall GTC – Trans Studio – Jl. Metro
Tanjung Bunga – Jl. Penghibur – Jl.
Pasar Ikan – Jl. Ujung Pandang – Jl.
Nusantara – Jl. Tol Reformasi – Bandara.
24,7 KM
2.
II
Mall GTC – Trans Studio – Jl. Metro Tanjung Bunga – Jl. Penghibur – Jl.
Pasar Ikan – Jl. Ujung Pandang – Jl.
Ahmad Yani – Mall Karebosi Link – Jl. Bulusaraung – Jl. Masjid Raya – Jl. Urip Sumoharjo – Jl. AP.
Pettarani – Jl. Boulevard – Mall Panakukang
13,5 KM
Sudah Beroperasi
(tahun 2014) Mall Panakukang – Jl. Boulevard –
Jl. AP. Pettarani – Jl. Urip Sumoharjo – Jl. Gunung Bawakaraeng – Jl. Jend. Sudirman – Jl. Dr. Sam Ratulangi (Mall Ratu Indah) – Jl. Kakatu – Jl. Gagak – Jl.
Nuri – Jl. Rajawali – Jl. Metro Tanjung Bunga – Transs Studio – Mall GTC
14,9 KM
3. III
Halte Bandara Baru – Jl. Perintis Kemerdekaan (Daya) – Depan Kampus Cokro – Depan Kampus UMI – Depan Kampus Bosowa – Jl. AP. Pettarani – Jl. Boulevard – Mall Panakukang – Jl. AP.
Pettarani – Jl. Sultan Alauddin – jl.
Sultan Hasanuddin – Jl. Poros Gowa – Terminal Pallangga.
21.8 KM
Sudah Beroperasi
(tahun 2015) Terminal Pallangga – Jl. Poros
Gowa - Jl. Sultan Alauddin – Jl.
AP. Pettarani – Jl. Boulevard – Mall
FINAL
Panakukang – Jl. Boulevard – Jl.
Ap. Pettarani – Fly Over – Depan Kampus Bosowa – Depan Kampus UMI – Jl. Perintis kemerdekaan – Sudiang – Bandara Baru.
21.8 KM
4. IV
Terminal Daya – Jl. Perintis Kemerdekaan – Bandara Baru – Jl.
Poros Makassar Maros – Terminal Maros.
19,2 KM
Sudah Beroperasi
(tahun 2015) Terminal Maros – Jl. Poros
Makassar – Bandara Baru – Jl.
Perintis Kemerdekaan – Terminal Daya.
19,2 KM
5. V
Untia – Terminal Panampu – Jl.
Tinumbu – Jl. Ujung – Jl. Bandang – Jl. Veteran Utara – Jl. Veteran selatan – Jl. Sultan Alauddin – Terminal Mallengkeri – Jl. Gowa Raya – Terminal Pallangga.
10.6 KM
Belum Beroperasi Terminal Pallanga – Jl. Gowa Raya
– Terminal Mallengkeri – Jl. Sultan Alauddin – Jl. Veteran Selatan – Jl.
Veteran Utara – Jl. Bandang – Jl.
Ujung – Jl. Tinumbu – Terminal Panampu – Untia.
10.6 KM
6. VI
Terminal Pallanga – Jl. Poros Gowa – Takalar – Jl. Poros Bontomanai Barombong – Jl. Tanjung Bayang – Mall GTC – Trans Studio.
16,3 KM
Belum Beroperasi Trans Studio – Mall GTC – Jl.
Poros Barombong Bontomanai – Jl.
Poros Gowa Takalar – Terminal Pallangga.
16,3 KM
7. VII
Terminal Pallangga – Jl. Poros Gowa Takalar – Terminal Takalar.
25 KM
Belum Beroperasi Terminal Takalar – Jl. Poros Gowa
Takalar – Terminal Pallanga.
25 KM
8. VIII
Terminal Takalar – Jl. Galesong Selatan – Galesong Utara – Barombong.
30 KM
Belum Beroperasi Barombong – Jl. Galesong Utara –
Galesong Selatan – Terminal Takalar.
30 KM Terminal Daya – Jl. Lingkar
Tengah – Bontomanai – Jl. Poros 25,4 KM
FINAL
9. IX Gowa Takalar – Terminal Pallangga.
Area Pengemba
ngan Terminal Pallangga – Jl. Poros
Gowa Takalar – Bontomanai – Jl.
Lingkar Tengah – Terminal Daya.
25,4 KM
10. X
Terminal Daya – Jl. Lingkar Luar – Bontomanai – Jl Poros Gowa Takalar – Terminal Pallangga.
25 KM Area
Pengemba ngan Terminal Pallangga – Jl. Poros
Gowa Takalar – Bontomanai – Jl.
Lingkar Luar – Terminal Daya.
25 KM
11. XI
Terminal Maros – Jl. By Pass Maminasata – Bontomanai – Barombong.
47 KM Area
Pengemba ngan Barombong – Bontomanai – Jl. By
Pass Maminasata – Terminal Maros
47 KM Sumber: dishubkominfo Sulawesi Selatan, 2017.
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas mengenai rute Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata menunjukkan bahwa jumlah koridor yang beroperasi sampai saat ini sebanyak 3 (tiga) koridor yaitu koridor II, III dan IV. Tiga koridor ini dukung dengan adanya halte yang tersebar di berbagai tempat yaitu sebanyak 36 titik. Disamping itu, jumlah bus yang dioperasikan untuk melayani pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata masih disesuaikan dengan jumlah partisipasi masyarakat untuk menggunakan transportasi tersebut. Hal ini dapat kita lihat pada koridor II dan III, pada hari kerja hari senin sampai hari jumat jumlah bus yang beroperasi yaitu 7 sampai 8 bus/ hari dan setiap armada bus beroperasi 6–7 kali rit. Sedangkan pada hari weekend (Sabtu–Ahad) mengalami penambahan armada bus yaitu 2 sampai 4 bus sehingga jumlah bus yang beroperasi yaitu mencapai 10 sampai 12 bus. Perbedaan yang sangat jauh terlihat pada koridor IV, jumlah bus yang beroperasi setiap harinya (Senin–Ahad) yaitu hanya 1 armada bus.
FINAL
Hal ini disebabkan oleh sangat rendahnya minat masyarakat menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata pada koridor ini.
Disamping itu, tarif Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata terbilang cukup murah dibandingkan transportasi umum lainnya yaitu Rp. 4.500 (empat ribu lima ratus rupiah), apalagi ditambah dengan fasilitas yang bagus. Setiap hari beroperasi mulai pukul 07:00 wita sampai 18:00 wita.
Setiap bus masing–masing berjarak 15 menit untuk rentang waktunya, sehingga waktu menunggu pada setiap halte yaitu 15 menit. Berkaitan dengan ketepatan waktu setiap bus, perum Damri memiliki petugas lapangan yang berfungsi sebagai timer. Timer ini berperan sebagai pengatur jarak setiap bus untuk berangkat. Disamping itu pula, terdapat pengawas yang ditempatkan di beberapa titik yang dilalui Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata. Pengawas ini memiliki fungsi dan tugas untuk mengevaluasi jumlah penumpang bus serta mengontrol laporan dari kondektur dan pengemudi serta melaporkannya pada general manager. Secara ringkas struktur teknis operasional di lapangan dapat kita lihat pada skema berikut:
Skema. 4.1 Struktur Teknis Operasional General Manager
Timer Pengawas
Pengemudi Kondektur
FINAL
4. Struktur Aktor Kelembagaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasrulhaq (2016:20) menyatakan bahwa Kebijakan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo). Inisiasi tersebut diawali dengan studi penyusunan Pola Transportasi Makro (PTM) Maminasata yang dipihak ketigakan kepada PT. Citra Wahana pada tahun 2011. Pada tahun 2012, Pemerintah Provinsi menyusun studi Detail Engineering Desain (DED) Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata yang dipihak ketigakan kepada PT. Tranadi Tatautami. Pada saat yang sama, Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan menyediakan “Hibah Bus” kepada Provinsi atau Kota yang minat dan layak menyelenggarakan angkutan massal. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan pada akhirnya diterima oleh Pemerintah Pusat. Pada saat penerimaan proposal, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi sepakat untuk mempercayakan Perum Damri Cabang Makassar sebagai operator Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata.
Demi mewujudkan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata, Pemerintah juga menjalin Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Daerah untuk memudahkan proses yang terkait dengan persoalan administrasi perizinan layanan transportasi dan pembebasan lahan halte. Dalam hal ini Pemerintah Kota Makassar, Pemerintah Kabupaten Maros, Pemerintah Kabupaten Gowa dan Pemerintah
FINAL
Kabupaten Takalar. Disamping itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga berkoordinasi dengan pihak yang terkait, yakni Kepolisian dan Jasa Raharja sebagai kelompok pendukung tidak langsung, selama pengurusan administrasi kendaraan di kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) guna memperlancar proses pengurusan berkas dan dokumen. Pengaturan administrasi banyak ditangani oleh pemerintah daerah karena BRT Maminasata melintasi beberapa daerah kabupaten dan kota. Pada prinsipnya, Pemerintah Kabupaten dan Kota menjadi kelompok pendukung langsung. Dengan demikian, eksistensi BRT Maminasata sangat bergantung pada berbagai kelompok yang ada. Secara sederhana, struktur kelembagaan aktor yang terkait dengan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata dapat kita lihat pada skema berikut:
Skema. 4.2. Aktor Kelembagaan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata.
SAMSAT Kabupaten/ Kota Pendataan Asuransi Perum DAMRI
Cabang Makassar Operator Perusahaan
Konsultan Kontraktor
Pemerintah Kabupaten/ Kota
Perizinan Pembebasan Lahan Pemerintah Pusat
Pemberi Hibah
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
Pemberi Hibah Pendanaan Perencanaan
Pembinaan Pengawasan
Pentarifan
FINAL
B. Gambaran Umum Responden
1. Responden Menurut Jenis Kelamin
Transportasi merupakan sebuah komponen utama dalam hidup dan kehidupan yang dapat membantu masyarakat dalam sistem mobilitas dari satu tempat ke tempat lain yang menjadi tujuan sehingga memungkinkan bahwa pengguna yang ada di dalamnya bervariasi dari jenis kelaminnya.
Adapun komposisi responden menurut jenis kelamin disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
Laki-laki 26 25,74%
Perempuan 75 74,26 %
Jumlah 101 100%
Sumber: diolah dari data responden penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat kita ketahui bahwa responden terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 75 orang (74,26%) sedangkan responden laki-laki yaitu sebanyak 26 orang (25,74%) hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak waktu luang dibandingkan dari pada laki-laki.
2. Responden Menurut Umur
Responden pengguna Bus Rapid Transit (BRT) dengan variatifnya, maka akan memungkinkan responden juga berdasarkan umur. Umur seringkali menjadi penentu atas tindakan atau keputusan atau perilaku berkaitan dengan pemilihan jasa transportasi yang akan digunakannya.
Adapun tabulasi umur responden dapat dilihat sebagai berikut:
FINAL
Tabel 4.3 Jumlah Responden Menurut Umur
Umur Jumlah Responden Persentase
≤ 20 Tahun 19 18.81 %
21 – 40 Tahun 66 65.34 %
41 – 60 Tahun 13 12.87 %
≥ 61 Tahun 3 2.97 %
Jumlah 101 100 %
Sumber: diolah dari data responden penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa untuk umur responden yang terbanyak adalah pengguna yang berumur antara 21–40 tahun yaitu sebanyak 66 orang atau 65.34%, diikuti dengan umur ≤ 20 tahun sebanyak 19 orang atau 18.81%, dan disusul dengan umur 41–60 tahun sebanyak 13 orang atau 12.87%, kemudian umur ≥ 61 tahun sebanyak 3 orang atau 2.97%. Hal ini disebabkan karena pada umur 21–
40 tahun tersebut merupakan umur produktif dan memiliki pemikiran yang kritis dalam sebuah pilihan, tidak terkecuali dalam memilih moda transportasi.
3. Responden Menurut Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu usaha untuk bertahan hidup, sehingga hal ini seringkali mempengaruhi perilaku seseorang dalam keputusannya, salah satunya mengenai pemilihan moda transportasi yang akan digunakan dari rumah menuju tempat kerja atau tempat lainnya begitupun sebaliknya yang memiliki nilai efektif dan efisien. Adapun tabulasi responden mengenai pekerjaan disajikan pada tabel sebagai berikut:
FINAL
Tabel 4.4 Jumlah Responden Menurut Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Responden Persentase
Pelajar 10 9.90 %
Mahasiswa 34 33.66 %
Pegawai Negeri Sipil 9 8.91 %
Wiraswasta 15 14.85 %
Ibu Rumah Tangga 19 18.81 %
Lain – lain 14 13.86 %
Jumlah 101 100 %
Sumber: diolah dari data responden penelitian, 2017
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa pekerjaan sebagian besar responden dalam penelitian ini sebagai mahasiswa yaitu sebanyak 34 orang atau 33.66%, diikuti oleh responden yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 19 orang atau 18.81%. Hal ini memberikan penjelasan bahwa pengguna BRT) Maminasata adalah kalangan mahasiswa yang menggunakan moda transportasi ini menuju kampus, pusat perbelanjaan maupun tempat refreshing.
4. Responden Menurut Frekuensi Naik Bus
Frekuensi menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata beberapa kali dalam kurung waktu tertentu mengindikasikan adanya kepuasan yang telah diperoleh sebelumnya. Adapun tabulasi responden mengenai frekuensi naik bus disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Jumlah responden menurut frekuensi naik bus
Frekuensi Naik Bus Jumlah Responden Persentase
1 – 2 kali/ hari 39 38.61 %
> 2 kali/ hari 4 3.96 %
1 – 2 kali/ minggu 41 40.59 %
> 2 kali/ minggu 17 16.83 %
Jumlah 101 100 %
Sumber: diolah dari data responden penelitian, 2017
FINAL
Dari hasil penelitian yang telah digambarkan dalam tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian responden sudah menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata hingga 1–2 kali/ minggu yaitu sebanyak 41 orang atau 40.59%, diikuti oleh responden yang sudah mengunakannya 1–2 kali/ hari yaitu sebanyak 39 orang atau 38.61%. Hal ini menunjukkan bahwa responden penelitian adalah orang yang sudah beberapa kali menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata.
C. Kualitas Pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata
Kualitas pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata dalam penelitian ini diukur dengan berbagai indikator-indikator, meliputi: reliability, tangible, responsiveness, assurance dan emphaty.
1. Indeks tanggapan responden mengenai reliability (kehandalan)
Reliability (kehandalan) menunjukkan kemampuan Perum Damri untuk memberikan pelayanan yang segera, akurat, dan memuaskan.
Penelitian ini menggunakan 4 item pernyataan reliability untuk mengukur persepsi pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata mengenai kehandalan pelayanan yang diberikan oleh Perum Damri sebagai operator.
Hasil tanggapan terhadap reliability (kehandalan) dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Indeks tanggapan responden mengenai reliability (kehandalan) No
. Indikator Skor
Jml Ind
Eks Kriteria SS S RR TS STS
1. Petugas ramah dalam memberikan informasi pelayanan
30 68 1 2 101 84.9
5%
Sangat Berkual itas
FINAL
Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata.
2. Petugas memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata.
22 66 9 101 77.4
2%
Berkual itas
3. Petugas
mempermudah pengguna untuk menggunakan Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata.
32 63 6 101 85.1
4%
Sangat Berkual itas
4. Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata tepat waktu
mengenai kedatangan dan keberangkatannya.
6 36 40 11 8 101 64.1 5%
Berkual itas
Sumber: diolah dari data responden penelitian, 2017
Perhitungan indeks tanggapan responden mengenai reliability (kehandalan) adalah sebagai berikut:
1. Indikator 1
Nilai indeks % = 429/505 x 100 = 84.95 2. Indikator 2
Nilai indeks % = 391/505 x 100 = 77.42 3. Indikator 3
Nilai indeks % = 430/505 x 100 = 85.14 4. Indikator 4
Nilai indeks % = 324/505 x 100 = 64.15 5. Reliability (kehandalan) (X1)
Nilai Indeks = (84.95+77.42+85.14+64.14) / 4 = 77.91%
FINAL
Tanggapan responden sebagaimana pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan tanggapan setuju (S) terhadap aspek reliability (kehandalan) dari jasa pelayanan yang diberikan oleh Perum Damri sebagai operator Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata, dengan nilai indeks 77.91%. Artinya responden mendapatkan pelayanan transportasi Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata yang handal dari Perum Damri. Kondisi demikian didukung oleh keramahan para petugas, pelayanan sesuai dengan prosedur, petugas mempermudah para pengguna, dan ketepatan waktu dari moda transportasi umum yang baru beroperasi ini.
2. Indeks tanggapan responden mengenai tangible (bukti fisik)
Tangible (bukti fisik) menunjukkan bahwa fasilitas-fasilitas yang dimiliki Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata memiliki keunggulan lebih dibandingkan transportasi umum lainnya. Kondisi bus, jumlah bus, dan jumlah halte di setiap koridor merupakan bentuk bukti nyata dari tingginya kualitas pelayanan yang diberikan oleh Perum Damri dalam mengelola Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata. Penelitian ini menggunakan 3 item pernyataan tangible untuk mengukur persepsi pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Maminasata mengenai bukti fisik pelayanan yang diberikan oleh Perum Damri. Hasil tanggapan terhadap tangible (bukti fisik) dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: