BAB III. METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis korelasi kuantitatif. Sehingga Teknik analisis yang tepat untuk digunakan yaitu analisis regresi linier berganda untuk pengujian variabel bebas lebih dari satu.
1. Uji Kualitas Data a. Uji Validasi
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan variabel yang hendak diteliti secara cepat. Validitas diuji dengan menggunakan besarnya korelasi antarvariabel.
b. Uji Reliabilitas
Uji realibitasi menggunakan koefisien alpha (α). Jika hasil uji nilai α diatas 0,6 dan dilaksanakan pengukuran berulang dan tetap menghasilkan α diatas 0,6 maka data tersebut dinyatakan reliabel (dapat dipercaya).
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data berfungsi untuk menentukan distribusi data.
Pengujian dilakukan dengan normal probability plot. Dikatakan variable normal jika titik-titk data searah mengikuti garis diagonal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaam varian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan scatter plot nilai prediksi (sumbu X) dengan nilai residualnya (sumbu Y). Jika titik yang dihasilkan membentuk suatu pola tertentu, maka terjadi heterokedasitas. Jika tidak ada pola yang teratur atau titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu &, maka tidak terjadi heterokedasitisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara Error pada periode t dengan Error t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dasar pengamatan pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson yaitu:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari 4dL maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4- dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
d. Uji Multikolinearitas
Menurut Nisfiannoor (2009:92) uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antarvariabel independen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan variance inflation factors (VIF). Dikatakan multikolinearitas jika nilai VIF < 10.
3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi digunakan untuk menguji kekuatan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas (Indriantoro dan Supomo, 2013). Model regersi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝛾 = 𝛼 + 𝛽𝑥1 + 𝛽𝑥2 + 𝛽𝑥3 + 𝛽𝑥4 + 𝛽𝑥5 + 𝜀
Keterangan:
Y = variabel terikat (kinerja pemakai sistem informasi akuntansi) 𝛼 = konstanta
𝛽 = koefisien regresi
𝑥1 = program pelatihan dan pendidikan 𝑥2 = keterlibatan pemakai
𝑥3 = kemampuan teknik personal 𝑥4 = failitas
𝑥5 = dukungan manajemen puncak 𝜖 = kesalahan residual
Analisis data secara keseluruhan akan menggunakan software SPSS 22 for windows. Hipotesis akan diuji dengan
menggunakan uji F dan uji t. Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak berarti H1 diterima. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara persial. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak berarti H1 diterima (Nisfiannoor, 2009:174).
Uji determinasi juga dilakukan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat uji determinasi menggunakan tabel model summary pada uji SPSS. Persentase dapat dilihat pada kolom R Square dikalikan 100%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan a. Sejarah Inspektorat Daerah
Instansi Inspektorat Daerah awalnya adalah badan pengawasan daerah (Bawasda) kabupaten, berdasarkan Peraturan Daerah No.38 Tahun 2000 kemudian diganti dengan Peraturan Daerah No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan organisasi, kedudukan, tugas dan fungsi perangkat daerah kabupaten langkat. Dengan munculnya peraturan Pasal 24 ayat (2) yang diantara lain mengatur perubahan nama instansi badan pengawas kabupaten menjadi Inspektorat langkat berubahnya menjadi Inspektorat Daerah Kabupaten langkat.
Beriringan dengan adanya peraturan pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah, maka muncul peraturan daerah No. 23 tahun 2007 tentang pembentukan organisasi perangkat daerah kabupaten langkat dan ditindak lanjuti dengan peraturan bupati langkat No. 49 tahun 2008 tentang rincian tugas dan fungsi inspektorat daerah kabupaten.
b. Visi dan Misi a) Visi
“ Sulawesi Selatan yang Inovatif, Produktif, Kompetitif, Inklusif dan Berkarakter”.
62
b) Misi
1. Pemeritahan yang berorientasi melayani, inovatif, dan berkarakter.
2. Peningkatan insfrastruktur yang berkualitas dan aksesibel 3. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru
yang produktif
4. Pembangunan manusia yang kompetitif dan inklusif 5. Penigkatan produktivitas dan daya saing produk sumber
daya alam yang berkelanjutan.
c. Struktur Organisasi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
B. Deskriptif Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada responden dan mendatangi langsung lokasi pengambilan sampel. Populasi dari penelitian ini yaitu karyawan yang terlibat langsung dengan sistem. Pertanyaan yang diajukan seputar faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengendalian intern terhadap kecurangan
laporan keuangan. Kemudian data yang diperoleh dari jawaban responden atas pernyataan yang diajukan, selanjutnya diolah menggunakan SPSS.
1. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini diperoleh sebanyak 18 responden dibagian auditor muda, 13 responden dibagian auditor madya, 3 responden dibagian auditor pertama dan 1 responden pada auditor utama dengan total 35 responden di Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Data yang diperoleh, selanjutnya diolah menggunakan SPSS 22.
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presntase (%)
Laki- laki 21 58%
Perempuan 14 42%
Jumlah 35 100%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang paling banyak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (57%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (43%).
b. Usia Responden
Tabel 4.2 Usia Responden
Usia Jumlah Persentase (%)
48 3 10%
42-40 18 48%
38- 35 14 42%
Jumlah 35 100%
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2020
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa responden yang berusia paling banyak di umur 42-40 tahun sebanyak 15 orang (48%), kemudian umur 38-35 tahun sebanyak 9 orang (42%), dan paling sedikit diusia 48 tahun sebanyak 3 orang (10%).
2. Deskripsi Variabel Penelitian a. Lingkungan Pengendalian
Adapun indikator yang terkait auditor memilik standar perilaku yang memadai (X.1.1), apakah kepala auditor selalu memberikan arahan(X.1.2). prosedur yang terintergrasi dari aktivitas pekerja SPI (X.1.3), struktur SPI sdh mencakup kerangka kerja dalam mancapai tujuan (X.1.4).
Tabel 4.3
Lingkungan Pengendalian
Sumber: Kuesioner Penelitian. 2020.
Berdasarkan tabel 4.3 penelitian diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden memilihi jawaban setuju yaitu 26 orang responden. Adanya data ini menunjukkan sebagian besar responden
Item SS S N TS STS
F % F % F % F % F %
X1.1 5 16,1 30 85,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 X1.2 0 0,0 35 100 0 0,0 0 0,0 0 0,0 X1.3 7 20,0 25 71,4 2 6,5 1 3,2 0 0,0 X.1.4 7 20,0 25 71,4 3 9,7 0 0,0 0 0,0
Jumlah 19 115 5 1 0
setuju terkait dengan tingkat pengaruh responden dalam lingkungan pengendalian.
b. Penilaian Risiko
Adapun indikator yang terkait SPI sudah memiiki prosedur penilaian resiko yang berfungsi memengaruhi tujuan SPI (X.2.1), penerapan pengendalian memberikan dampak positif pada hasil laporan keuangan instansi (X.2.2).
Tabel 4.4 Penilaian Risiko
Item SS S K
S
TS ST
S
F % F % F % F % F %
X2.1 0 0,0 31 88,6 0 0,0 4 11,4 0 0,00 X2.2 5 16,1 25 71,4 5 16,1 0 0,0 0 0,00
Jumlah 5 21 5 4 0
Sumber ; Kuesioner Penelitian, 2020.
Berdasarkan tabel 4.4 penelitian diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden memilihi jawaban setuju yaitu 18 orang responden. Adanya data ini menunjukkan sebagian besar responden setuju terkait penilaian risiko berpengaruh terhadap laporan keuangan instansi.
c. Aktivitas Pengendalian
Adapun indikator yang terkait aktivitas pengendalian yang dilakukan telah mendukung struktur pengedalian dalam mendukung tujuan auditor (X.3.1) , SPI sudah mempunyai kebijakan dan prosedur yang dapat membantu menyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilakukan dalam
menghadapi risiko yang akan mempengaruhi pencampaian misinya(X.3.2).
Tabel 4.5 Aktivitas Pengendalian
Item SS S K
S
TS ST
S
F % F % F % F % F %
X3.1 0 0,0 35 100 0 0,0 0 0,0 0 0,00 X3.2 5 16,1 25 71,4 3 8,6 2 5,7 0 0,00
Jumlah 5 60 3 2 0
Sumber ; Kuesioner Penelitian, 2020
Berdasarkan tabel 4.5 penelitian diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden memilihi jawaban setuju yaitu 18 orang responden. Adanya data ini menunjukkan sebagian besar responden setuju terkait dengan tingkat pengaruh responden dalam aktivitas pengendalian.
d. Informasi dan Komunikasi
Adapun indikator yang terkait auditor mendapatkan informasi yang relevan serta berkualitas untuk mendukung pengendalian intern (X.4..1), auditor mengkomunikasikan secara internal untuk mendukung komponen lainnya (X.4.2).
Tabel 4.6
Informasi dan Komunikasi
Item SS S KS TS STS
F % F % F % F % F %
X4.1 0 0,0 35 100 0 0,0 0 0,0 0 0,00 X4.2 5 16,1 25 71,4 3 8,6 2 5,7 0 0,00
Jumlah 5 60 3 2 0
Sumber ; Kuesioner Penelitian, 2020
Berdasarkan tabel 4.6 penelitian diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden memilihi jawaban setuju yaitu 20 orang
responden. Adanya data ini menunjukkan sebagian besar responden setuju terkait dengan tingkat pengaruh responden dalam informasi dan komunikasi.
e. Pemantauan
Adapun indikator yang terkait sudah tersedia prosedur kegiatan pemantauan yang efektif atas pelaksanaan pengendalian intern, baik yang bersifat rutin maupun yang bersifat khusus(X.5.1), sudah tersedia sistem dokumentasi yang berbentuk formal atas prosedur pemantauan (X.5.2), dalam waktu yang tidak ditentukan pimpinan melakukan pemeriksaan mendadak terhadap catatan akuntansi/
laporan keuangan instansi daerah (X.5.3).
Tabel 4.7 Pemantauan
Item SS S K
S
TS STS
F % F % F % F % F %
X5.1 3 8,6 32 91,4 0 0,0 0 0,0 0 0,00 X5.2 0 0,0 23 65,7 2 5,7 7 20,0 0 0,00
X5.3 4 11,4 26 74,3 0 0,0 2 5,7 3 8,6
Jumlah 7 81 2 9 3
Sumber; Kuesioner Penelitian 2020.
Berdasarkan tabel 4.7 penelitian diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden memilih jawaban setuju yaitu 14 orang responden. Adanya data ini menunjukkan sebagian besar responden setuju terkait dengan tingkat pengaruh responden dalam pemantauan laporan keuangan pemerintah daerah.
C. Penguji Hipotesis 1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas Data
Tabel 4.8 Uji Validitas Data
Variabel Pernyataan
Ke- r-Hitung r-Tabel Keterang an
Lingkungan X1.1 0,456 0,3246 VALID
Pengendalian X1.2 0,689 0,3246 VALID
X1.3 0,396 0,3246 VALID
X1.4 0,719 0,3246 VALID
Penilaian Risiko X2.1 0,873 0,3246 VALID
X2.2 0,817 0,3246 VALID
Aktivitas Pengendalian
X3.1 0,415 0,3246 VALID
X3.2 0,910 0,3246 VALID
Informasi &
Komunikasi
X4.1 0,888 0,3246 VALID
X4.2 0,911 0,3246 VALID
X5.1 0,439 0,3246 VALID
Pemantauan X5.2 0,439 0,3246 VALID
X5.3 0,822 0,3246 VALID
Y1 0,723 0,3246 VALID
Y2 0,723 0,3246 VALID
Y3 0,410 0,3246 VALID
Y4 0,723 0,3246 VALID
Y5 0,895 0,3246 VALID
Lap. Keuangan Y6 0,347 0,3246 VALID
Pemda Y7 0,347 0,3246 VALID
Y8 0,446 0,3246 VALID
Y9 0,895 0,3246 VALID
Y10 0,895 0,3246 VALID
Y11 0,347 0,3246 VALID
Y12 0,895 0,3246 VALID
Sumber :Kuesioner Penelitian 2021.
Uji validitas data dilakukan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan. Melakukan pengujian korelasi pada taraf signifikan 0,05 atau 5% (ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian), artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Penelitian ini menggunakan item pernyataan dalam kuesioner dengan jumlah responden 35. Sesuai dengan rumus yang digunakan (df= n-2) maka akan menjadi df=31-2 yaitu 29 (df=29). Berdasarkan kriteria dengan ketentuan df atau degree of freedom yang didapat (df=29, dengan sig 5%
atau 0,05) maka nilai r-Tabel sebesar 0,3246. Merujuk pada hasil uji validitas dihasilkan bahwa semua instrumen dimulai dari X1,X2,X3 hingga X5 pada variabel X semuanya menghasilkan nilai rHitung>rTabel. Selain itu pada variabel Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) yang terdiri dari Y1,Y2,Y3 sampai Y13 semuanya mengahsilkan nilai r- Hitung>r-Tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua instrumen pada penelitian ini dikatakan valid.
b. Uji Realibitas
Tabel 4.9
Uji Reliabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
.914 13
Sumber : Hasil output SPSS 22, 2021
Pada pengujian ini dapat dilihat bahwa pada laporan keuangan pemrintah daerah memiliki item pernyataan sebanyak 13 dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,914. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa semua item pernyataan di Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dikatakan reiliable karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,6.
Tabel 4.10
Uji Reliabilitas Sistem Pengendalian Intern Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.727 13
Sumber : Hasil output SPPS 22, 2021
Hasil pengujian ini dapat dilihat bahwa pada sistem pengendalian intern memiliki item pernyataan sebanyak 13 dengan nilai Cronbach’s Alpha 0,727. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa semua item pernyataan di sistem pengendalian intern dikatakan reliable karena nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,6.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Sumber : Hasil output SPSS 22, 2021
Gambar 4.2 Normal Probability Plot
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Menurut Riadi (125:2016) Dikatakan berdistribusi normal jika koordinat pada sumbu absis observed cumb prob dan sumbu ordinat expected cum prob mengumul pada garis diagonal.
Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa koordinat data pada sumbu absis observerd cum prob dan sumbu ordinat expected cum prob mengumupul pada garis diagonal. Hal ini berarti bahwa data penelitian ini
berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil output SPSS 22, 2021
Gambar 4.3 Scatter Plot
Uji heteroskedastisitas merupakan bagian dari uji asumsi klasik model regresi. Dimana salah satu persyaratan yang harus terpenuhi dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Sementara itu, terjadinya heteroskedastisitas maka menimbulkan keraguan atau ketidakakuratan suatu hasil analisis yang digunakan. Ciri-ciri tidak terjadi gejala heteroskedastisitas:
1) Titik-titik data penyebar diatas dan dibawa atau disekitar angka 0.
2) Titik-titik tidak mengumpal hanya diatas atau dibawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak berpola
Maka hasill pengematan dihasilkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Tabel 4.11 Uji Dubrin-Watson
Sumber : Hasil output SPSS 22, 2021
Pengujian Durbin-Watson dengan membandingkan dua nilai yaitu Durbin Upper (DU) dan Durbin Lower (DL). Dikatakan tidak terdapat autokorelasi jika nilai DW > DU dan. Hasil pengujian yang dilakukan diketahui nilai DW sebesar 1,962 dan melihat dari tabel Durbin-Watson nilai DU sebesar 1,8252 maka nilai DW 2,301 > nilai DU 1,8029. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 .640a .410 .308 7.401 2.301
a. Predictors: (Constant), P, PR, IK, LP, AP b. Dependent Variable: LK PEMDA
d. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.12 Uji VIF
Sumber : Hasil output SPSS 22,2021
Dasar pengambilan uji multikolinearitas menggunakan yaitu:
a. Melihat nilai tolerance: jika nilai tolerance lebih besar dari > 0,10 maka artinya tidak terjadi multikolinearitas
b. Melihat nila VIF; jika nilai VIF lebih kecil dari <10,00 maka artinya tidak terjadi multikolinearitas
Melihat dari tabel diatas bahwa nilai tolerance pada lingkungan pengendalian sebesar 0,577, penilaian risiko sebesar 0,482, aktivitas pengendalian sebesar 0,352, informasi dan komunikasi sebesar 0,691 dan pemantauan 0,460 yang berarti semua nilai tolerance pada variabel X >0,10. Dan melihat dari nilai VIF, semua variabel X menunjukkan nilai VIF<10,00. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Tolera
nce VIF
1 (Const
ant) 25.228 18.723 1.347
LP -.232 1.117 -.039 -.208 .577 1.735
PR 1.027 1.759 .120 .584 .482 2.073
AP -4.544 3.664 -.298 -1.240 .352 2.843
IK -1.488 1.217 -.210 -1.223 .691 1.448
P 5.182 1.395 .781 3.714 .460 2.172
3. Uji Regrasi Linear Berganda
Analisis regresi adalah analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linear berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan arah pengaruh variabel- variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian yaitu beberapa unsur yang terdiri dari Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, Pemantauan. Sedangkan variabel dependennya adalah Laporan Keungan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan tabel pada lampiran 5 uji regression, dapat diperoleh rumus regresi sebagai berikut:
y = 25,228 -0,232 + 1,027 – 4,544 – 1,488 + 5.182 + ɛ a. Uji F
Tabel 4.13 Uji F ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regressi
on 1104.173 5 220.835 4.032 .007b
Residual 1588.513 29 54.776 Total 2692.686 34
a. Dependent Variable: LK PEMDA
b. Predictors: (Constant), P, PR, IK, LP, AP
Sumber : Hasil output SPPS 22, 2021
Uji F bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh simultan (Bersama-sama) yang diberikan variable bebas (X) terhadap variable terikat (Y). Nilai Ftabel dapat dicari dengan rumus:
Ftabel = F (k;n-k)=F(5;35-5)=(5;30)=2,59
diketahui nilai Ftabel sebesar 2,59 dan nilai Fhitung sebesar 4,032 dan nilai probabilitas 0,007. Nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.005, maka Hipotesis diterima. Variabel Y.
b. Uji t
Tabel 4.14
Sumber: Hasil output SPPS 22, 2021
Uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh persial (sendiri) yang diberikan variable bebas (X) terhadap variable terikat (Y). Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak berarti H1 diterima.
ttabel = T(α/2;r-k-1) =t(0,05/2;35-5-1) =t(0,025;25)= 2,059 1) Lingkungan Pengedalian
Pada tabel koefisien kolom model1 terdapat nilai signifikan 0,837.
Nilai signifikansi yang ditunjukan tersebut lebih besar dari nilai Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardiz ed Coefficient
s
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toleran
ce VIF 1 (Consta
nt) 25.228 18.723 1.347 .188
LP -.232 1.117 -.039 -.208 .837 .577 1.735
PR 1.027 1.759 .120 .584 .564 .482 2.073
AP -4.544 3.664 -.298 -1.240 .225 .352 2.843
IK -1.488 1.217 -.210 -1.223 .231 .691 1.448
P 5.182 1.395 .781 3.714 .001 .460 2.172
Dependent Variable: LK PEMDA
0,005, yang berarti H1 ditolak. Nilai t negative menunjukan bahwa variable X1 tidak memiliki hubungan yang searah dengan Y.
lingkungan pengendalian tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah.
2) Penilaian Risiko
Pada tabel koefisien kolom model 1 dilihat bahwa nilai signifikansinya 0,564. Nilai signifikansi yang ditunjukan tersebut lebih besar dari nilai 0,005, yang berarti H2 ditolak. Nilai t sebesar 0,584 menunjukkan bahwa variabel X2 tidak memiliki hubungan yang searah dengan Y. Penilaian risiko tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah.
3) Aktivitas Pengendalian
Pada tabel koefisien kolom model 1 dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,225. Nilai signifikansi yang ditunjukan tersebut lebih besar dari nilai 0,005, yang berarti H3 ditolak. Nilai t sebesar -1,240, menunjukkan bahwa variabel X3 tidak memiliki hubungan yang searah dengan Y. Aktivitas Pengendalian tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah.
4) Informasi dan Komunikasi
Pada tabel koefisien kolom model 1 dilihat nilai signifikansi sebesar 0,231. Nilai signifikansi yang ditunjukan tersebut lebih besar dari nilai 0,005, yang berarti H4 ditolak. Nilai thitung sebesar -1,223 dan nilai ttabel 2,059 sehingga thitung < ttabel, maka X4 tidak memiliki
hubungan yang searah dengan Y. Informasi dan komunikasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah.
5) Pemantauan
Pada tabel koefisien kolom model 1 dilihat nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi yang ditunjukan tersebut lebih kecil dari nilai 0,005, yang berarti H5 diterima. Nilai t positif sebesar 3.714 menunjukkan bahwa variabel X5 memiliki hubungan yang searah dengan Y. Pemantauan memiliki pengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah.
D. Pembahasan
1. Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil pengujian yang dilakukan bahwa hipotesis pertama ditolak.
Hipotesis pertama menunjukkan variabel lingkungan pengendalian terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah dimana nilai signifikannya sebesar 0,837>0,005. Berdasarkan beberapa faktor yang membentuk lingkungan pengendalian seperti nilai integritas, komitmen terhadap kompetensi, gaya operasi manjemen, struktur organisasi, pembagian wewenang, kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendalian tidak memiliki pengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah.
Hasil pengujian H1 menunjukan bahwa lingkungan pengendalian memiliki pengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan yang
berarti bahwa lingkungan pengendalian dalam pemeritah daerah provinsi Sulawesi Selatan yang kondusif dan bekualitas akan menyebabkan tingkat kecurangan berkurang atau menurun.
2. Pengaruh Penilaian Risiko terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil pengujian yang dilakukan bahwa hipotesis kedua (H2) ditolak.
Hipotesis pertama menunjukkan variabel penilian risiko terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah dimana nilai signifikannya sebesar 0,564>0,05. Penilaian risiko terhadap kecurangan pelaporan keuangan dikatakan tidak berpengaruh karena pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Selatan mengendentifikasi secara efisien dan efektif risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan pemerintah daerah, serta menganalisis dampak dari risiko yang telah terindetifikasi terhadap pencapaian tujuan pemerintah daerah. Sehingga hasil pengujian H2 menunjukan hasil bahwa secara signifikan penilaian resiko memiliki pengaruh negative terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan kata lain apabila penilaian resiko telah dilakukan dengan baik maka akan menurunkan tingkat kecurangan pada laporan keuangan.
3. Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini bahwa hipotesis ketiga ditolak (H3). Hipotesis ketiga menunjukkan variabel aktivitas pengendalian memiliki pengaruh negative terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daearah dimana nilai signifikannya sebesar 0,225>0,05. Laporan keuangan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan berprosedur dan
kebijakannya dibangun oleh manajemen untuk mencapai tujuan yang objektif telah mencakup otoritas yang memadai , perancangan dan penggunaan dokumen catatan yang memadai, pengecekan secara independen, pengendalian fisik atas kekayaan pemerintah daearah daerah, dan peninjauan atas kinerja pemerintah daerah. Sehingga hasil pengujian H3 berpengaruh negatif terhadap laporan keuangan berarti bahwa semakin berkualitasnya kegiatan pengendalian pada sebuah instansi maka tingkat kecurangan pada laporan keuangan pemerintah daerah semakin berkurang.
4. Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini bahwa hipotesis keempat ditolak (H4). Hipotesis keempat informasi dan komunikasi terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daearah dimana nilai signifikannya sebesar 0,231>0,05. Laporan keuangan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan memiliki informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik informasi keuangan maupun non keuangan dan memanfaatkan berbagai bentuk sarana komunikasi serta mengelola, mengembangkan dan mamperbaharui informasi secara terus menerus.
Informasi dan komunikasi memiliki pengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan memiliki arti bahwa semakin baik informasi dan komunikasi yang terjalin dalam sebuah instansi maka dapat dipastikan akan menyebabkan penurunan pada tindakan kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah.
5. Pengaruh Pemantauan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini bahwa hipotesis kelima diterima (H5). Hipotesis kelima menunjukkan variabel pemantauan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daearah dimana nilai signifikannya sebesar 0,000<0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemantauan berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan masih kurangnya pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindakan lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya yang ditetapkan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Dari hasi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Lingkungan pengandalian berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan sehingga lingkungan pengendalian dalam sebuah instansi yang kondusif dan bekualitas akan menyebabkan tingkat kecurangan berkurang atau menurun.
2. Pengendalian risiko tidak berpengaruh bahwa secara signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan, penilaian resiko telah dilakukan dengan baik maka akan menurunkan tingkat kecurangan pada laporan keuangan.
3. Aktivitas pengendalian berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan berarti bahwa semakin berkualitasnya kegiatan pengendalian pada sebuah instansi maka tingkat kecurangan pada laporan keuangan pemerintah daerah.
4. Informasi dan komunikasi berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan memiliki arti bahwa semakin baik informasi dan komunikasi yang terjalin dalam sebuah instansi maka dapat dipastikan akan menyebabkan penurunan pada tindakan kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah.
5. Pemantauan berpengaruh positif signifikan terhadap laporan kecurangan keuangan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan sehingga bisa terjadi kecurangan terhadap laporan keuangan
83
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini 1. Untuk peneliti selanjutnya, agar menambah beberapa varibel
lain yang menjelaskan 29,1% yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
2. Bagi penelitian selanjutnya, agar memperluas lingkup wilayah penelitian dibeberapa instansi untuk dapat menambah responden.
3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode pengumpulan data wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan juga responden dapat memahami pernyataan yang diajukan/diberikan.
4. Diharapkan bagi instansi untuk tetap meningkatkan agar dapat meningkatkan unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah daerah.
5. Diharapkan bagi pihak auditor agar lebih sering melakukan evaluasi kinerja laporan keuangan pemerintah daerah secara rutin. Evaluasi yang dilakukan oleh pihak auditor akan meningkatkan kurangnya kecurangan yang terjadi di instansi pemerintah daerah.