• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen yang ada selanjutnya diolah dengan menggunakan dua macam analisis statistik, yaitu analisis statistik

deskriptif dan teknik statistik inferensial dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Program For Social Science).

1. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2016: 207) menyatakan bahwa “statistika deskriptif adalah statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi”.

Analisis statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran umum data yang diperoleh yaitu nilai hasil belajar matematika siswa, aktivitas siswa selama pembelajaran, keterlaksanaan pembelajaran, serta respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Pengelolaan datanya dengan cara membuat tabel distribusi, frekuensi, mencari nilai rata-rata, median, variansi, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian.

a. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemhaman materi matematika setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Data mengenai hasil belajar matematika siswa digambarkan mengenai nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi. Untuk keperluan analisis deskriptif pengkategorian hasil belajar

matematika mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu:

Tabel 3.2 Kategori Standar yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional

Skor Kategori

0 – 54 Sangat rendah

55 – 69 Rendah

70 – 79 Sedang

80 – 89 Tinggi

90 – 100 Sangat tinggi

Sumber :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jusmawati, 2015 : 53) Disamping itu hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil belajar secara individual. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yakni 70,00.

Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila ≥ 75% siswa di kelas tersebut telah mencapai minimal 75,00.

Table 3.3 Kategori Standar Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 26 Makassar

Skor Kategori Ketuntasan Belajar

0 ≤ × < 70 70 ≤ × ≤ 100

Tidak tuntas Tuntas

Sumber : Pusat Data Akademik SMP Negeri 26 Makassar

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gain (peningkatan) hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen. Gain diperoleh dengan cara membandingkan hasil Pretest dengan hasil Posttest. Gain yang digunakan untuk

Ketuntasan belajar klasikal = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≥7

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%

menghitung peningkatan hasil belajar matematika siswa adalah gain ternormalisasi (normalisasi gain). Adapun rumus dari gain ternormalisasi, yaitu:

Dengan :

: Rata-rata skor tes akhir

: Rata-rata skor tes awal

: Skor maksimum yang mungkin dicapai

Untuk klasifikasi gain ternormalisasi terlihat pada tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Koefisien Normalisasi Guru Klasifikasi

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g 0,70 Sedang

g 0,30 Rendah

Sumber : Jusmawati (2015:105) b. Analisis Data Aktivitas Siswa

Analisis dan aktivitas siswa dilakukan dengan menentukan frekuensi dan persentase frekuensi yang dipergunakan oleh siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

Indikator keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini ditunjukkan sekurang-kurangnya 75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

x 100%

c. Analisis Data Respons Siswa

Data tentang respons siswa diperoleh dari angket respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dianalisis dengan mencari presentase jawaban siswa untuk tiap-tiap pertanyaan dalam angket.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data respons siswa adalah sebagai berikut :

1. Menghitung persentase banyak siswa yang memberikan respons positif dengan cara membagi jumlah siswa yang memberikan respons positif dengan jumlah siswa yang memberikan respons kemudian dikalikan 100%.

2. Menghitung persentase banyaknya siswa yang memberikan respons negatif dengan cara membagi jumlah siswa yang memberikan respons negatif dengan jumlah siswa yang memberikan respons kemudian dikalikan 100%.

Data mengenai respons siswa terhadap dianalisis dengan menghitung persentase pilihan dengan mneggunakan rumus :

P = Sumber : Sudijono (2015:43) Keterangan :

P : Persentase respons siswa yang menjawab senang, menarik, dan ya.

f : Banyaknya siswa yang menjawab senang, menarik, dan ya.

N : Banyaknya siswa yang mengisi angket.

Respons siswa dikatakan positif jika persentase respons siswa dalam menjawab senang, menarik, dan ya untuk aspek ≥ 75%. Jika salah satu aspek menjawab senang, menarik, dan ya tidak lebih dari 75%, maka respons siswa dikatakan negatif.

d. Keterlaksanaan Pembelajaran

Teknik analisis data terhadap keterlaksanaan pembelajaran digunakan analisis rata-rata. Artinya tingkat keterlaksanaan pembelajaran dihitung dengan banyak aspek yang dinilai. Adapun pengkategorian keterlaksanaan pembelajaran digunakan kategori pada tabel berikut :

Table 3.5 Kategori Aspek Keterlaksanaan Pembelajaran

No. Nilai Kategori

1. 3,00 < ̅ ≤ 4,00 Sangat terlaksana 2. 2,00 ̅ ≤ 3,00 Terlaksana

3. 1,00 ̅ ≤ 2,00 Kurang terlaksana 4. ̅ ≤ 1,00 Tidak terlaksana

Sumber : Jusmawati (2015 : 35) Keterangan :

̅ = rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran

Kriteria keterlaksanaan pembelajaran dikatakan penerapannya baik apabila konversi nilai rata-rata setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada setiap pertemuan berada pada kategori terlaksana atau sangat terlaksana.

2. Analisis Statistika Inferensial

Sugiyono (2016 : 148) menyatakan bahwa “statistika inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan

untuk populasi”. Teknik ini dimaksudkan untuk pemgujian hipotesis penelitian.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-smirnov dengan menggunakan taraf signifikasi 5% atau 0,05 dengan syarat:

Jika PValue ≥ 0,05 maka distribusinya normal.

Jika PValue < 0,05 maka distribusinya tidak normal.

b. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu dengan menerapkan teknik uji-t dan uji-z. Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara yang telah dipaparkan hipotesis minor pada bab II

1. Pengujian hipotesis minor berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu dengan menerapkan teknik uji-t satu sampel (One Sampel t-test). Secara statistik, maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut :

melawan : rata-rata skor hasil belajar matematika siswa.

Kriteria pengambilan keputusan adalah :

H0 ditolak jika t > t(1-α) dan H0 diterima jika t ≤ t(1-α) dimana α = 5%. Jika t > t(1-α) berarti hasil belajar matematika siswa lebih dari 69,9 (KKM = 70).

2. Pengujian hipotesis minor berdasarkan gain (peningkatan) menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu dengan menerapkan teknik uji-t satu sampel (One Sampel t-test). Secara statistik, maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut :

lawan

: Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi Kriteria pengambilan keputusan adalah :

H0 ditolak jika t > t(1-α) dan H0 diterima jika t ≤ t(1-α) dimana α = 5%. Jika t > t(1-α)

berarti peningkatan hasil belajar matematika siswa lebih dari 0,29 (gain = 0,30 berada dalam kategori sedang).

3. Pengujian hipotesis minor berdasarkan Ketuntasan Klasikal menggunakan uji proporsi. Secara statistik, maka dirumuskan hipotesis kerja sebagai berikut :

H0 : ≤ 74,9 lawan H1 : > 74,9 : Parameter ketuntasan belajar klasikal.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

H0 ditolak jika z z(0,5- α) dan H0 diterima jika z ≤ z(0,5- α) dimana α = 5%. Jika z z(0,5- α) berarti hasil belajar matematika siswa bisa mencapai 75%.

Kriteria keefektifan proses pembelajaran melalui model Problem Based Learning (PBL), sebagai berikut :

a) Secara Deskriptif

Proses pembelajaran matematika melalui model Problem Based Learning (PBL) dikatakan efektif apabila : (1) Skor hasil belajar siswa minimal 70 dan ketuntasan klasikal yang dicapai minimal 75%, (2) Siswa yang terlibat aktif minimal 75%, (3) Keterlaksanaan pembelajaran berada pada kategori baik, (4) Respons siswa minimal 75%.

b) Secara Inferensial

Proses pembelajaran matematika melalui model Problem Based Learning (PBL) dikatakan efektif apabila : (1) Uji Normalitas berdistribusi normal ketika Pvalue

≥ taraf signifikan (α = 0,05), (2) Uji Gain Ternormalisasi berada pada kategori sedang (0,3 ≤ ƍ < 0,7 ), (3) Pengujian Hipotesis penelitian diterima dengan rata – rata hasil belajar siswa minimal 70, ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85%, persentase respon positif siswa minimal 70%.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait