• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis

Dalam dokumen UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR (Halaman 51-56)

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis

Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti diatas, maka didapatkan sampel sebanyak 22 perusahaan yang diperoleh dari hasil pengamatan. Jumlah periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini selama 2 tahun, sehingga jumlah data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 44 data penelitian.

37

deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. (Imam Ghozali, 2016)

2. Uji Asumsi Klasik

Pendugaan nilai koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square (OLS) bertujuan untuk mencapai kondisi yang baik. Untuk pada kondisi tersebut, maka persamaan regresi harus memenuhi asumsi klasik . sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu data di uji apakah terdapat kondisi normalitas, multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas dideteksi dengan diagram histogram dan uji statistik. Uji normalitas dengan diagram histogram dapat dilakukan dengan memperhatikan garis melengkung keatas seperti membentuk gunung, uji statistic dengan kolmogrov-smirnov dengan pendekatan monte carlo dilihat dari tingkat signifikansinya.

Berikut kriteria uji normalitas:

1) Jika garis tersebut membentuk gunung dan terlihat sempurna dengan kaki yang simetris, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi secara normal.

2) Jika nilai Kolmogorov-Smirnov dengan pendekatan monte carlo memiliki tingkat signifikan dibawah α < 0,05 berarti suatu variabel dikatakan tidak berdistribusi normal dan apabila tingkat signifikansi diatas α > 0,05, maka data tersebut berdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolonieritas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006). Hal ini dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai variance inflayion factor (VIF) dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika nilai tolerance > 0,01 atau nilai VIF < 10, berarti tidak terjadi multikolinearitas.

2) Jika nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10, berarti terjadi multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dapat dolakukan dengan uji Durbin- Watson (Ghozali, 2016), dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika nilai DW dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif

2) Jika nilai DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi 3) Jika nilai DW diatas +2, berarti ada autokorelasi negative.

d. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dapat diuji dengan metode statistik berupa uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika

39

variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terkena heteroskedastisitas.

3. Analisis regresi berganda

Analisis regresi berganda adalah model regresi atau prediksi yang melibatkan lebih dari satu variavel bebas atau prediktor. Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan linear antar dua variabel atau lebih. Dimana satu variabel sebagai variabel dependen (terikat) dan variabel lain sebagai variabel independen (bebas). Selain untuk mengukur hubungan anatara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dan variavel independen.

Berikut ini persamaan analisis regresi berganda pada penelitian ini sebagai berikut :

DA = α + β1BC + β2AC + e Keterangan :

DA = Discretionary Accrual

α = Konstanta

β1. Β2 = Koefisien Regresi Berganda

BC = Dewan Komisaris

AC = Komite Audit

e = error

4. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinan (𝑅2)

Koefisien determinan (𝑅2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol dan satu. Nilai 𝑅2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

Nilai 𝑅2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Tetapi karena 𝑅2 mengandung kelemahan mendasar, yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka penelitian ini menggunakan adjused 𝑅2 berkisar antara nol dan satu.

Jika nilai adjusted 𝑅2 semakin mendekati satu maka makin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen.

b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistic T)

Uji parsial yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test ini pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. H0 yang ingin diuji adalah apakah suatu parameter dalam model sama dengan nol.

α>0,05 : tidak mampu menolak H0, α<0,05 : menolak H0

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek yang telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Berikut perkembangan pasar modal di Indonesia.

2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia

Visi dari Bursa Efek Indonesia yaitu “menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia”. Dan misi dari Bursa Efek Indonesia yaitu “menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah, efesiensi biaya serta penerapan good governance, core values: teamwork, integrity, professionalism, service excellence dan core competencies: building trust, integrity, strive for excellence, customer focus”.

3. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Struktur organisasi ialah suatu sistem yang digunakan untuk mendefinisikan suatu hirarki dalam suatu organisasi untuk mengidentifikasi setiap pekerjaan, fungsinya dan kemana ia melapor kedalam organisasi.

Struktur ini dikembangkan untuk menetapkan bagaimana bisnis beroperasi dan membantu usaha dalam mencapai tujuannya untuk memungkinkan pertumbuhan dimasa depan. Struktur diilustrasikan menggunakan bagan organisasi. Struktur organisasi juga menentukan bagaimana informasi mengalir antar level dalam perusahaan.

4. Uraian Tugas Bursa Efek Indonesia

berdasarkan struktur organisasi diatas, maka diperlukan suatu sistem pembagian tugas dan wewenang (Job Description) yaitu sebagai berikut:

43

a. Rapat Umum Pemegang Saham

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) adalah orang yang mewakili kewenangan khusus yang tidak diberikan kepada dewan komisaris atau dewan direksi terkait penetapan keputusan- keputusan penting yang berhubungan dengan kebijakan bursa.

RUPST dilaksanakan sekali dalam setahun dan RUPSLB dilaksanakan sewaktu-waktu bila diperlukan.

b. Dewan Komisaris

Dewan komisaris bertanggaung jawab atas pengawasan dan pengarahan direksi dalam mengelola bursa sehari-hari. Dewan komisaris bertugas mengarahkan pengelolaan tersebut sesuai dengan visi dan misi bursa, serta kebijakan dan panduan tata kelola perusahaan yang berlaku, dalam rangka mengupayakan pertumbuhan nilai jangka panjang yang berkesinambungan bagi para segenap pemangku kepentingan.

c. Direktur Utama

Secara umum, tugas direktur utama atau sering juga disebut dewan direksi adalah memimpin sebuah perusahaan. Memimpin dalam hal ini memiliki banyak sekali arti. Seorang direktur utama harus membuat serta menerbitkan beragam kebijakan perusahaan sekaligus mengawasi jalannya kebijakan tersebut. Ia juga harus memeriksa anggara tahunan perusahaan sebelum dilaporkan kepada pemegang saham.

d. Direktur Penilaian Perusahaan

Direktur penilaian perusahaan bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan penilaian pendahuluan perusahaan, pencatatan perusahaan, penilaian keterbukaan perusahaan, penelaahan aksi korporasi perusahaan dan pembinaan emiten termasuk edukasi perusahaan. Direktur penilaian terdiri dari berbagai divisi yaitu divisi penilaian perusahaan – sector rill, divisi penilaian perusahaan – sector jasa dan divisi penilaian perusahaan – surat utang.

e. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa

Direktur perdagangan dan pengaturan anggota bursa bertanggung jawab atas kegiatan operasional perdagangan saham, perdagangan informasi pasar data feed, perdagangan surat utang.

Dan juga bertanggung jawab atas pengelolaan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan anggota bursa dan partisipan sebagai berikut yaitu pengkajian terhadap persyaratan keanggotaan, kewajiban pelaporan, pelatihan dan pendidikan dan pengawasan khusus terhadap anggota bursa.

f. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa Direktur pengawasan transaksi dan kepatuhan anggota bursa bertanggung jawab untuk memastikan dan mengkoordinasikan kegiatan pengawasan dan analisis terhadap aktivitas perdagangan efek di bursa untuk mewujudkan perdagangan efek yang teratur dan wajar, sehingga dapat menjada integritas dan kredibilitas bursa efek dan pasar modal.

45

g. Direktur Pengembangan

Direktur pengembangan bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan pengelolaan riset pasar modal dan ekonomi, pengembangan produk dan usaha, kegiatan pemasaran dan kegiatan edukasi dan sosialisasi. Direktur pengembangan terdiri dari divisi riset, divisi pengembangan usaha dan divisi pemasaran.

h. Direktur Teknologi dan Manajemen Risiko

Direktur teknologi informasi dan manajemen risiko bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan pengembangan solusi bisnis teknologi informasi, operasional teknologi informasi, manajemen risiko dan pengelolaan database management. Direktur teknologi informasi dan manajemen risiko terdiri dari berbagai divisi diantaranya, divisi operasional teknologi informasi, divisi pengembangan solusi bisnis teknologi informasi dan divisi manajemen risiko.

i. Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia

Direktur keuangan dan sumber daya manusia bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan pengelolaan keuangan perusahaan, pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia dan pengelolaan administrasi dan kegiatan umum lainnya.

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistic deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran secara statistik atas variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu karakteristik dewan komisaris dan komite audit sedangkan variabel dependen yaitu manajemen laba.

Informasi yang terdapat dalam statistic descriptive berupa nilai rata-rata (mean), nilai minimum, maksimum dan standar deviasi (standard deviation). Berikut adalah hasil uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS.

Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

manajemen_laba 44 -.08 .01 -.0117 .01586

dewan_komisaris 44 40.33 71.00 51.4677 9.64402

komite_audit 44 39.33 107.00 87.4252 22.04290

Valid N (listwise) 44

a. Deskriptif Data Karakteristik Dewan Komisaris (X1)

Analisis Statistik Deskriptif pada variabel Karakteristik Dewan Komisaris sebanyak 44 sampel penelitian menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar 40.33, nilai maksimum sebesar 71.00, mean sebesar 51.4677 dan nilai standar deviasi sebesar 9.64402.

b. Deskripsi Data Komite Audit (X2)

Analisis Statistik Deskriptif pada variabel Komite Audit sebanyak 44 sampel penelitian menunjukkan bahwa nilai minimum

47

sebesar 39.33, nilai maksimum sebesar 107.00, mean sebesar 87.4252 dan nilai standar deviasi sebesar 22.04290. Deskriptif Data c. Manajemen Laba (Y)

Analisis Statistik Deskriptif pada variabel Manajemen Laba sebanyak 44 sampel penelitian menunjukkan bahwa nilai minimum sebesar -0.08, nilai maksimum sebesar 0.01, nilai mean sebesar - 0.0117 dan nilai standar deviasi sebesar 0.01586.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dideteksi dengan diagram histogram dan uji statistik menggunakan kolmogrov-smirnov dengan pendekatan monte carlo untuk menguji apakah nilai residual berdistribusi dengan normal atau tidak. Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS:

Gambar 4.1 Grafik Histogram

1) Uji Normalitas dengan menggunakan diagram histogram menunjukkan hasil bahwa garis melengkung keatas membentuk seperti gunung dan terlihat sempurna dengan kaki yang simetris.

2) Uji statistik dengan menggunakan kolmogrov-smirnov dengan pendekatan monte carlo diatas menunjukkan nilai K-S sebesar 0.164 dengan signifikansi 0.169, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas karena tingkat signifikansinya diatas 0.05 (sig 0.169 > 0.05).

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflayion factor (VIF).

Jika terjadi hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel bebas dari semua model regresi maka dikatakan terjadi multikolonieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolonieritas. Berikut hasil uji multikolonieritas dengan menggunakan SPSS:

Tabel 4.2 Uji Multikolonieritas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.017 .016

dewan_komisaris .000 .000 -.183 .997 1.003

komite_audit .000 .000 .331 .997 1.003

a. Dependent Variable: manajemen_laba

49

Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan uji multikolonieritas menunjukkan nilai tolerance semua variabel lebih besar dari 0.01 serta nilai VIF semua variabel independen lebih kecil dari 10 maka, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Berikut hasil uji autokorelasi dengan menggunakan SPSS:

Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 .388a .150 .109 .01497 1.201

a. Predictors: (Constant), komite_audit, dewan_komisaris b. Dependent Variable: manajemen_laba

Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa uji autokorelasi didapatkan dari nilai Durbin-Watson sebesar 1.201. Karena nilai DW berada diantar -2 sampai +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian ini tidak mengandung autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji glejser. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan SPSS:

Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.017 .016 -1.077 .288

dewan_komisaris .000 .000 -.183 -1.272 .211

komite_audit .000 .000 .331 2.294 .027

a. Dependent Variable: manajemen_laba

Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser menunjukkan hasil bahwa tidak ada satupun variabel independen signifikan secra statistic mempengaruhi variabel independen. Hal ini terlihat bahwa nilai sig > dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

51

3. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan linear antar dua variabel atau lebih. Dimana satu sebagai variabel dependen (terikat) dan variabel lainnya sebagai variabel independen (bebas). Berikut hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS.

Tabel 4.5 Analisis Regresi Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.017 .016 -1.077 .288

dewan_komisaris .000 .000 -.183 -1.272 .211

komite_audit .000 .000 .331 2.294 .027

a. Dependent Variable: manajemen_laba

Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan persamaan yaitu: DA = 0.288 + 0.000 + 0.000 Adapun interpretasi dari persamaan regresi linear berganda tersebut adalah:

a. Konstanta (α)

Ini berarti bahwa jika variabel karakteristik dewan komisaris (X1) dan komite audit (X2) tidak mengalami perubahan, maka nilai manajemen laba (Y) sebesar -0.017..

b. Variabel Karakteristik Dewan Komisaris (X1) terhadap Manajemen Laba (Y)

Nilai koefisien leverage karakteristik dewan komisaris sebesar 0.000 bertanda positif. Artinya setiap penambahan dewan komisaris sebesar 1 point, maka manajemen laba (Y) mengalami peningkatan

sebesar 0.000. Dengan Asumsi tidak ada penambahan (Konstan) nilai komite audit.

c. Variabel Komite Audit (X2) terhadap Discretionary Accruals (Y)

Nilai leverage untuk komite audit sebesar 0.000 bertanda positif. Artinya setiap penambahan komite audit sebesar 1 point, maka manajemen laba (Y) mengalami peningkatan sebesar 0.000. Dengan asumsi bahwa tidak ada penambahan (konstan) nilai karakteristik dewan komisaris.

4. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinan (𝑅2)

Koefisien determinan digunakan (𝑅2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan modal dalam menerangkan variasi variabel dependen. Penelitian ini menggunakan adjused 𝑅2 berkisaran antara nol dan satu. Jika nilai adjused 𝑅2 semakin mendekati angka satu, maka semakin baik kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen. Berikut hasil analisis koefisien determinan dengan menggunakan SPSS:

Tabel 4.6 Koefisien Determinan (𝑹𝟐) Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .388a .150 .109 .01497

a. Predictors: (Constant), komite_audit, dewan_komisaris b. Dependent Variable: manajemen_laba

53

Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian yang telah dilakukan, Koefisien Determinan menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (𝑅2) sebesar 0.154, artinya pengaruh yang diberikan oleh kombinasi variabel karakteristik dewan komisaris (X1) dan Komite Audit (X2) sebesar 0.154 atau 15.4% dan sisanya 84.6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)

Uji parsial yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen tarhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi α < 0.05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen secara individual dan jika sebaliknya nilai signifikansi α > 0.05 maka tidak terjadi pengaruh yang signifikan dengan nilai t tabel = 1,684.

Berikut uji statistik t dengan menggunakan SPSS:

Tabel 4.7 Uji Statistik T Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.017 .016 -1.077 .288

dewan_komisaris .000 .000 -.183 -1.272 .211

komite_audit .000 .000 .331 2.294 .027

a. Dependent Variable: manajemen_laba

1) Signifikansi Karakteristik Dewan Komisaris (X1) Terhadap Manajemen Laba (Y)

Dewan komisaris menunjukkan koefisien beta sebesar 0.000 pada tingkat singnifikansi 0.211 sehingga tingkat signifikansinya yaitu 0.211 > 0.05 sedangkan nilai t hitung < t tabel atau -1.272 < 1,684. Hal ini menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh negatif namun tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba sehingga Hipotesis H1 ditolak.

2) Signifikansi Komite Audit (X2) Terhadap Manajemen Laba (Y) Komite audit menunjukkan koefisien beta sebesar 0.000 pada tingkat signifikansi 0.027 sehingga tingkat signifikansinya yaitu 0.027 < 0.05 sedangkan nilai t hitung > 1,684. Hal ini menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif dan signifikan. Dapat disimpulkan bahwa komite audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba sehingga Hipotesis H2 diterima.

C. Pembahasan

1. Hasil Temuan Hipotesis 1 (Karakteristik Dewan Komisaris Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Manajemen Laba)

Berdasarkan teori keagenan pada penelitian ini yang merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance dan manajemen laba terjadi konflik kepentingan antara pemilik dan agen dikarenakan agen tidak selalu dapat berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga dapat menimbulkan biaya keagenan. Penerapan

55

corporate governance yang baik dapat meminimalisir tindakan praktik manajemen laba dan dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance.

Setelah melakukan penelitian ini, didapatkan hasil bahwa karakteristik dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Artinya hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa karakteristik dewan komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba ditolak. Berdasarkan dari hasil pengujian penelitian ditemukan bahwa pengukuran karakteristik dewan komisaris dengan menggunakan jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris, jumlah dewan komisaris independen, jumlah rapat keseluruhan dewan komisaris dan keahlian yang dimiliki oleh dewan komisaris baik keahlian akuntansi maupun keahlian keuangan secara keseluruhan tidak memiliki pengaruh apapun terhadap manajemen laba, sehingga karakteristik dewan komisaris dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap manajemen laba hal ini dapat terjadi karena penerapan good corporate governance yang kurang baik seperti halnya kurangnya sikap keterbukaan antara manajer dan investor dan juga dikarenakan kurangnya sikap bertanggung jawab yang dimiliki oleh seorang manajer terhadap perusahaan sehingga bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Felicia dan Ghozali (2017), yang menyatakan bahwa rapat dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Nolita (2017), yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap earning management dan

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nuryana dan Sunjandari (2019).

2. Hasil Temuan Hipotesis 2 (Komite Audit Berpengaruh Positif Terhadap Manajemen Laba)

Berdasarkan teori keagenan dalam penelitian ini yang merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance dan manajemen laba. Dewan komisaris yang merupakan inti dari corporate governance yang dibantu oleh komite audit dalam menjalankan tugasnya yaitu membantu mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit yang memiliki peran pengawasan merupakan refleksi dari prinsip teori keagenan bahwa perusahaan membutuhkan suatu mekanisme pengawasan terhadap perilaku oportunistik manajer dapat mengurangi tindakan praktik manajemen laba.

Setelah melakukan penelitian ini, didapatkan hasil bahwa komite audit positif signifikan terhadap manajemen laba. Artinya hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba diterima. Berdasarkan dari hasil pengujian penelitian ditemukan bahwa pengukuran komite audit dengan menggunakan jumlah anggota komite audit, jumlah komite audit independen, jumlah rapat keseluruhan anggota komite audit dan keahlian yang dimiliki oleh anggota komite audit baik itu keahlian akuntansi maupun keahlian keuangan secara keseluruhan menunjukkan bahwa komite audit dalam penelitian ini tidak mampu untuk mengurangi tindakan manajemen laba. Hal ini disebabkan karena adanya kepentingan untuk diri sendiri yang dilakukan oleh manajemen dan juga oleh anggota komite

57

audit sesuai dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa setiap individu akan bertindak sesuai dengan kepentingan diri mereka sendiri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfiyahsahra dan Challen (2020), yang menyatakan bahwa komite audit independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.Nur dan M.

Cholid (2020), menyatakan bahwa keterampilan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Nolita (2017), menyatakan bahwa ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

Dalam dokumen UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR (Halaman 51-56)

Dokumen terkait