BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis
Maka dengan memastikan bagaimanaalat yang dipakaipada pengamatantersebutadalahperalatan ukur yang menjaminserta mampu dipercayai, adapun pengujian yang digunakan yaitu :
a. Uji Validitas
Uji Validasi yaitu uji yang digunakan pada program SPSSStatistics pada kriteria sebagai berikut:
Jika r
hitung > r
tabel, maka dinyatakan valid Jika r
hitung < r
tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid b. Uji realibilitas
Fungsi pengujian reliabilitasyaitu mampu dilihatbagaimana instrument pengamatan merupakan instrument meyakinkanserta diakui.Dalam menguji reliabilitas, peneliti menggunakan alat uji SPSS statistics dengan kriteria:
Apabila nilai koefisien reliabilitas> 0.6, maka instrument dapat diakui.
Jika nilai koefisien reliabilitas< 0.6, maka instrument tidak dapat dipakui
2. Uji Asumsi Klasik
Juliandi (2013:174) dalam bukunya ada beberapa metode uji persyaratan analisis sebelum melakukan uji regresi. Dalam melakukan analisis regresi liniar bergandasyarat yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memenuhi asumsi klasik, yaitu mendistribusikan secara normal, tidak menghasilkan multi kolinieritas dan tidak memiliki heteroskedasitas.menguji asumsi klasik akan diolah dengan aplikasi statistik SPSS.
a. Uji normalitas
Pengujian normalitas data yang pakai untuk melihat bagaimana dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal atau tidak. Jika data tersebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka bentuk regresi pemenuhan asumsi normalitas. bentuk regresi yang baikyaituapabila distribusi datanya normal
b. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas berfungsi guna mengetahuiberbagai hubungan linear apakah sempurna diantara variabel bebas pada model regresi. dengan mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas mampu dilihat dari besarnya nilai toleransifaktor varian inflasi melalui program SPSS jenis yang digunakan yaitu nilai toleransi> 0.1 atau nilai FVI< 10, maka tidak terjadi multikolineritas, dimana :
Faktor toleransi< 0.1 atau FVI> 10 = terjadi multikolineritas
Factor toleransi> 0.1 atau FVI< 10 = tidak adanya multikolinieritas
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada bentuk regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika varias residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homo kedastisitas, dan jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas. Bentuk regresi yang baik yaitu tidak terjadi heteroskedastisitas.Heteroskedastisitas diuji menggunakan pengambilan keputusan jika variabel tersendiri signifikan secara statistik dipengaruhi variabel dependen, maka terjadi indikasi theteroskedastisitas.Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.
4. Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengadakan prediksi nilai dari variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y) dengan memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yang terdiri dari mutasi (X1) dan promosi jabatan (X2) sehingga dapat diketahui pengaruh positif atau negatif, faktor-faktor tersebut terhadap pengembangan karir Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Pengamatan regresi linear berganda pada penelitian ini memakai bantuan program SPSS. Model persamaan yang digunakan yaitu:
Y = a + b
1X
1 + b
2X
2 + e Keterangan:
Y :Pengembangan karir X1 :Promosi Jabatan X2 :Mutasi
a :Konstanta b1,b
2:Koefisien Regresi Variabel X e :ketidak sesuaian
5. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengukur porsi atau presentase sumbangan variabel bebas yaitu mutasi (X1) dan promosi jabatan (X2) terhadap pengembangan karir (Y) secara bersama-sama dimana : 0 < R2 < 1.
Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat.
6. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji-F dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah ada pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y). Model hipotesis yang digunakan dalam uji-F statistik adalah: (Rustandi & Merdiana, 2019)
1) H
0 b
1 = b
2 = 0, berarti secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh positif serta signifikan antara promosi serta mutasi jabatan terhadap pengembangan karir karyawan
2) H
a : b
1 ≠ b
2 ≠ 0, berarti secara bersamaanmemiliki
pengaruh positif dan signifikan antara promosi dan mutasi jabatan terhadap pengembangan karir. Kriteria uji yang digunakan adalah:
a) H
o diterima bila F
hitung < F
tabel pada α = 5%
b) H
a diterima bila F
hitung > F
tabel pada α = 5%
b. Uji Signifikan Parsial (Uji-T)
Uji-T dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas, apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial. Bentuk pengujiannya adalah:
1) H
0 : b
1,b
2 = 0, artinya mutasi dan promosi jabatan secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan karir
2) H
a : b
1,b
2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh positif dan signifikan antara mutasi dan promosi jabatan terhadap pengembangan karir. Kriteria pengambilan keputusan:
a) H
o diterima bila t
hitung < t
tabel pada α = 5%
b) H
a diterima bila t
hitung > t
tabel pada α = 5%
40 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan
Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan atau biasa di sebut dengan nama Kantor Gubernur Sulawesi Selatan yang terletak di Jl. Urip Suhimarjo, Kelurahan Panaikang Kecamata Panakkukang Kota Makassar, awalnya tempat tersebut merupakan perkuburan Cina yang dimana sekarang telah dipindahkan di Bollangi membangun gedung yang strategis sebagai Kantor Pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebelum Proklamasi RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas sejumlah wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan didiami empat etnis yaitu; Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Ada tiga kerajaan besar yang berpengaruh luas yaitu Luwu, Gowa dan Bone, yang pada abad ke XVI dan XVII mencapai kejayaannya dan telah melakukan hubungan dagang serta persahabatan dengan bangsa Eropa, India, Cina, Melayu dan Arab.
Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950 dimana Sulawesi Selatan menjadi propinsi Administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960 menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan.
Menurut catatan sejarah Budaya Sulsel, ada tiga kerajaan besar yang pernah berpengaruh luas yakni Kerajaan Luwu, Gowa, dan Bone, disamping sejumlah kerajaan kecil yang beraliansi dengan kerajaan besar, namun tetap bertahan secara otonom.
Berbeda dengan pembentukan Provinsi lain di indonesia, Sulawesi Selatan terbentuk menjadi satu kesatuan wilayah aministratif tingkat provinsi, atas kemauan dan ikrar raja-raja serta masyarakat setempat sekaligus bergabung dalam negara kesatuan Republik Indonesia, sehingga Sulawesi Selatan menjadi salah satu Provinsi di Indonesia yang diatur dalam UU Nomor 21 tahun 1950 dan Makassar sebagai pusat pemerintahan.
Dengan undang-undang ini maka Wilayah Administratif Sulsel terbagi menjadi 21 daerah swantantra tingkat II dan 2 (dua) kotapraja yakni Makassar dan Parepare. Status Provinsi Administratif Sulawesi berakhir pada tahun 1960 yang ditetapkan dengan UU Nomor 47 Tahun 1960 dan secara otonom membagi Sulawesi menjadi Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara ber Ibu Kota Makassar dan Propinsi Sulawesi Utara-Tengah ber Ibu Kota Manado, Empat tahun kemudian pemisahan wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dalam II Nomor 13 Tahun 1964 dan Sulawesi Selatan resmi menjadi daerah otonom dan terus disempurnakan dengan ditetapkannya UU No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah yang menggabungkan wilayah administratif daerah-daerah otonom dalam satu penyebutan yaitu Daerah Tingkat II atau Kotamdya dan Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Selanjutnya Provinsi daerah Tingkat I Sulawesi Selatan terbagi dalam 23
Kabupaten/Kotamadya serta 2 (dua) Kota Administratif yakni Palopo di Kabupaten Luwu dan Watampone di Kabupaten Bone.
Sedangkan yang sangat berarti adalah perubahan nama Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan dari Makassar ke Ujung Pandang yang ditetapkan dalam PP Nomor 51 tahun 1971 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 65 tahun 1971.
2. Visi dan Misi Perusahaan 1) Visi
Adapun Visi Sulawesi Selatan sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan Tahun merupakan gambaran, sikap mental dan cara pandang jauh kedepan mengenai organisasi sehingga organisasi tersebut tetap eksis, antisipatif dan inovatif. Berdasarkan kondisi dan tantangan yang akan dihadapi Sulawesi Selatan, serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka Visi Pembangunan Sulawesi Selatan. "Sulawesi Selatan Sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional Dan Simpul Jejaring Kesejahteraan Masyarakat".
2) Misi
Pemerintah Provinsi melaksanakan Misi yang akan dijalankan pada 5 (lima) tahun kedepan, sebagai berikut :
a. Mendorong semakin berkembangnya masyarakat yang religius dan kerukunan intra dan antar ummat beragama.
b. Meningkatkan kualitas kemakmuran ekonomi, kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan.
c. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
d. Meningkatkan daya saing daerah dan sinergitas regional, nasional dan global;
e. Meningkatkan kualitas demokrasi dan hukum;
f. Meningkatkan kualitas ketertiban, keamanan, harmoni sosial dan kesatuan bangsa;
g. Meningkatkan perwujudan kepemerintahan yang baik dan bersih.
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Di Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan
4. Tanggung Jawab dan Wewenang 1) Gubernur
Gubernur berperan sebagai wakil pemerintah pusat untuk melaksanakan pem binaan dan pe ngawasan ter hadap
GUBERNUR
DPRD
SEKDA WAGUB
STAF AHLI GUBERNUR
SULAWESI SELATAN
BIRO SEKRETARIAT
STAF AHLI GUBERNUR
penyelenggaraan ursan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan tugas pem bantuan oleh daerah ka bu paten/kota. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota, maka tugas Gubernur diatur dalam Pasal 91 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2014 sebagai berikut, mengkoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas Pembantuan di Daerah Kabupaten/Kota.
Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang ada di wilayahnya, memberdayakan dan memfasilitasi Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya, melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD, APBD, peru bahan APBD, pertanggungjawaban pe laksanaan APBD, tata ruang daerah, pajak daerah, dan retribusi daerah, melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota dan melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tugas dan wewenang Gubernur:
Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan kebijakan yang di tetapkan bersama DPRD,
Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat,
Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Per da tentang RPJMD kepada DPRD untuk di bahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD,
Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang per ubah an APBD, dan rancangan Perda ten tang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama, mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
Mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah dan melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan per aturan per undang- undangan.
2) Wakil Gubernur
Wakil Gubernur berperan sebagai wakil pemerintah pusat untuk membantu Gubernur melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah Kabupaten/
Kota dan tugas pembantuan oleh daerah Kabupaten/ Kota. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota.
Peran yang diemban oleh Wakil Gubernur adalah menjalankan tugas seremonial dan menggantikan Gubernur pada kesempatan tertentu. Selain itu, Wakil Gubernur juga memiliki sejumlah tugas khusus sebagaimana mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Tugas Wakil Gubernur itu ada yang berkaitan dengan hal-hal khusus, seperti:
Memimpin tim anti narkotika di daerah, menindaklanjuti laporan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), serta mengawasi kinerja pemerintah.
Pengawasan menjadi salah satu tugas wakil gubernur yang perlu digarisbawahi. Dalam Pasal 66 UU Pemerintahan Daerah.
Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan perangkat daerah.
Memberi saran dan pertimbangan kepada gubernur terkait pelaksanaan pemerintahan daerah.
3) DPRD
Dewan perwakilan rakyat daerah merupakan lembaga perwakilan rakat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyeleggara pemerintahan daerah yang mempunyai peran dan yanggung jawab dalam mewujudkan efisiensi, efektifitas, produktifias dan akuntabilitas penyelenggara pemerintah daerah melalui pelaksana hak dan kewajiban.
Membentuk Perda bersama Bupati.
Membahas dan memberikan persetujuan raperda mengenai APBD yang diajukan oleh bupati.
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD.
Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Bupati dan/atau Wakil Bupati kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian.
Memilih Wakil Bupati dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Bupati.
Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah, Memberikan
persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) SEKDA
Membantu Gubernur dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah Provinsi Sumatera Utara.
Tugas dan Wewenang SEKDA
Menyusun kebijakan pemerintah daerah.
Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah.
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah.
Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah.
Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5) BIRO
Yaitu pembagian dari instansi yang menurusi suatu bagian yang memiliki beberapa sub-sub bagian didalamnya.
6) Staf Ahli Gubernur
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan menyelenggarakan fungsi :
Melakukan pengamatan terhadap administrasi hukum dan administrasi pemerintahan di daerah.
Melakukan analisis, pengkajian, observasi, dan telaahan di bidang penegakkan hukum, administrasi pemerintahan, otonomi daerah, kerjasama, pembinaan disiplin aparatur, kependudukan, perbatasan, dan lain-lain sesuai bidang tugas dan fungsinya.
Menyusun dan menyiapkan telaahan dan masukan/saran, pendapat serta rekomendasi kepada Gubernur sesuai bidang tugas dan fungsinya.
Melakukan koordinasi dengan Sekretaris Daerah.
Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan instansi terkait sesuai tugas dan fungsinya.
Melakukan rapat-rapat internal sesuai bidang tugas dan fungsinya.
Melakukan dan membina administrasi internal.
Melaksanakan tugas lain sesuai petunjuk Gubernur, berdasarkan bidang tugas dan fungsinya.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
7) Sekretariat Staf Ahli Gubernur
Mendampingi dan mengurus seluruh keperluan Staf Ahli Gubernur dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) SEKDA
Membantu Gubernur dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah Provinsi Sumatera Utara.
Tugas dan Wewenang SEKDA
Menyusun kebijakan pemerintah daerah.
Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah.
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah.
Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah.
Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
9) BIRO
Yaitu pembagian dari instansi yang menurusi suatu bagian yang memiliki beberapa sub-sub bagian didalamnya.
10) Staf Ahli Gubernur
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan menyelenggarakan fungsi :
Melakukan pengamatan terhadap administrasi hukum dan administrasi pemerintahan di daerah.
Melakukan analisis, pengkajian, observasi, dan telaahan di bidang penegakkan hukum, administrasi pemerintahan, otonomi daerah, kerjasama, pembinaan disiplin aparatur, kependudukan, perbatasan, dan lain-lain sesuai bidang tugas dan fungsinya.
Menyusun dan menyiapkan telaahan dan masukan/saran, pendapat serta rekomendasi kepada Gubernur sesuai bidang tugas dan fungsinya.
Melakukan koordinasi dengan Sekretaris Daerah.
Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan instansi terkait sesuai tugas dan fungsinya.
Melakukan rapat-rapat internal sesuai bidang tugas dan fungsinya.
Melakukan dan membina administrasi internal.
Melaksanakan tugas lain sesuai petunjuk Gubernur, berdasarkan bidang tugas dan fungsinya.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
11) Sekretariat Staf Ahli Gubernur
Mendampingi dan mengurus seluruh keperluan Staf Ahli Gubernur dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Biro Pemerintahan Dan Otonomi Daerah
Sub bagian dekonsenrasi dan tugas pembantuan
Sub kerjasama
Sub bagian tata usaha biro Sub bagian fasilitasi
penataan wilayah Sub bagian fasilitasi
penataan wilayah Sub bagian administrasi
pemerintahan Bagian pemerintahan
Bagian otonomi daerah
Bagian dekosentrasi, tugas pembantuan, dan kerjasama Biro Pemerintahan dan otonomi daerah
52 B. Data Karakteristik Responden
Pembahasan ini peneliti akan merujuk pada sistem penyajian data yang diperoleh dari hasil jawaban responden karyawan Sekertariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Biro Pemerintahdimana melalui metode pengumpulan data berupa quessioner dengan menyebarkan angket pertanyaan kepada para karyawan yang ada dilingkungan tersebut yang diambil berdasarkan sampel penelitian sebanyak 37 karyawan. Makadengan penyebaran tersebut dimana peneliti berhasil menghimpun data yang telah dikembalikan responden yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tabel4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persen %
Perempuan 22 59.46%
Laki-laki 15 40.54%
Total 37 100%
Sumber : Data diolah Peneliti
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden adalah laki – laki berjumlah 15 orang atau 40% dan sisanya adalah perempuan sebanyak 22 orang atau 59%. Karakteristik responden berdasarkan usia responden dapat dilihat pada tabel
Tabel4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Usia Jumlah (Orang) Persen %
< 20 Tahun 0 0.00 %
20 – 30 Tahun 9 24.32 %
31 – 40 Tahun 12 32.44 %
> 40 Tahun 16 43.24 %
Total 37 100 %
Sumber : Data diolah Peneliti
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berusia 20-30 tahun sebanyak 9 orang (24%), 31-40 tahun sebanyak 12 orang (32%) dan > 40 tahun sebanyak 16 orang (43%).
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) Persen %
SMA 5 13.51 %
D3 2 5.41 %
S1 18 48.65 %
S2 12 32.43 %
Total 100 100 %
Tabel 4 menunjukkan bahwasanya responden dengan pendidikan SMA sebanyak 5 orang (13%), Pendidikan D3 sebanyak 2 orang (5%), pendidikan S1 18 orang (48%), pendidikan S2 12 orang (32%)
C. Teknik Analisis Data 1) Uji Instrumen
Pengujian Validitas
Syarat minimum untuk memenuhi syarat apakah setiap pertanyaan valid atau tidak, dengan membandingkan dengan r-tabel.
Jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari r-tabel maka butir dalam dalam pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.
Sebaliknya jika r-hitung lebih besar dari r-tabel dinyatakan valid. Hasil analisis item dari SPSS ditunjukkan pada tabel
Tabel4.4 Uji Validitas Variabel Promosi
No butiran pertanyaan r-Hitung r-Tabel Keterangan
X1.1 0.585 0.324 Valid
x1.2 0.619 0.324 Valid
X1.3 0.706 0.324 Valid
X1.4 0.553 0.324 Valid
X1.5 0.44 0.324 Valid
X1.6 0.578 0.324 Valid
X1.7 0.798 0.324 Valid
X1.8 0.601 0.324 Valid
X1.9 0.445 0.324 Valid
X1.10 0.466 0.324 Valid
Dari tabel di atas diketahui, korelasi antara masing-masing skor pertanyaan dengan skor total dinyatakan valid, karena r-hitung lebih besar dari r-tabel. Berdasarkan nilai validitas diketahui seluruhnya dinyatakan valid.
Tabel 6
Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Mutasi
No butiran pertanyaan r-Hitung r-Tabel Keterangan
X2.1 0.532 0.324 Valid
X2.2 0.678 0.324 Valid
X2.3 0.524 0.324 Valid
X2.4 0.47 0.324 Valid
X2.5 0.403 0.324 Valid
X2.6 0.632 0.324 Valid
X2.7 0.815 0.324 Valid
X2.8 0.728 0.324 Valid
X2.9 0.467 0.324 Valid
X2.10 0.378 0.324 Valid
Dari tabel di atas diketahui, korelasi antara masing – masing skor pertanyaan dengan skor total dinyatakan valid, karena r-hitung lebih besar dari r-tabel.Berdasarkan nilai validitas diketahui seluruhnya dinyatakan valid.
Tabel4.6 Uji Validitas Variabel Pengembangan Karir No butiran pertanyaan r-Hitung r-Tabel Keterangan
Y1 0.498 0.324 Valid
Y2 0.652 0.324 Valid
Y3 0.598 0.324 Valid
Y4 0.51 0.324 Valid
Y5 0.365 0.324 Valid
Y6 0.591 0.324 Valid
Y7 0.822 0.324 Valid
Y8 0.695 0.324 Valid
Y9 0.414 0.324 Valid
Y10 0.411 0.324 Valid
Dari tabel di atas diketahui, korelasi antara masing – masing skor pertanyaan dengan skor total dinyatakan valid, karena r-hitung lebih besar dari r-tabel.Berdasarkan nilai validitas diketahui seluruhnya dinyatakan valid.
2) Uji Realibilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half). Yang dianalisis dengan menggunakan rumus koefisien alpha (a) dari Cronbach pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Uji Reabilitas
Instrumen Nilai Realibilitas Keterangan
Promosi 0.782 Reliabel
Mutasi 0.769 Reliabel
Pengembangan Karir 0.755 Reliabel
Standar uji reliabilitas adalah 0,60 dimana jika hasil nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,60 maka variabel dikatakan reliabel. Berdasarkan uji reliabilitas diketahui nilai Cronbach alpha variabel mutasi adalah sebesar 0,769 lebih besar dari 0,60 berarti data dikatakan reliabel. Nilai Cronbach alpha variabel promosi jabatan adalah sebesar 0,782 lebih besar dari 0,60 berarti data dikatakan reliabel. Nilai Cronbach alpha variabel pengembangan karir adalah sebesar 0,755 lebih besar dari 0,60 berarti data dikatakan reliabel. Kesimpulannya diketahui nilai koefisien alpha (a) dari Cronbach seluruhnya di atas 0,60 dan dianggap reliabel.Artinya kuesioner layak untuk dilakukan analisis selanjutnya.
D. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Model regresi yang baik adalah berdistribusi data normal atau mendekati normal.Untuk pengujian normalitas data dalam penelitian ini dideteksi melalui uji grafik dan kurva yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.2 Uji Normalitas
Berdasarkan gambar , dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan menunjukkan normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.Analisis dari grafik terlihat titik – titik menyebar di sekitar garis.diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data normal.
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas.Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Hasil pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel4.8 Hasil Uji Multikolineritas Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolera
nce
VIF
1 (Consta nt)
29.230 5.015 5.829 .000
PROMO SI
.156 .131 .265 1.194 .241 .520 1.925
MUTASI .098 .176 .124 .558 .581 .520 1.925
a. Dependent Variable: PENGEMBAGANGAN KARIR
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa variabel Mutasi memiliki angka Variance Inflation Factor (VIF) sebesar 1,925 kurang dari 10, sedangkan nilai Tolerance sebesar 0,520> 0,1 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat multikolinieritas.