• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengabsahan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

F. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik uraian rinci. Teknik ini sesuai dengan prinsip penelitian kualitatif yang harus melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan tempat dan konteks penelitian yang diselenggarakan.

G. Metode dan Teknik Penganalisisan Data

Metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai data-data. Data penelitian ini dianalisis dengan cara berikut ini:

(1) menstranskripsi, data yang berupa rekaman pantun bajawek ditranskripsikan ke dalam bahasa tulis. (2) menterjemahkan, hasil transkripsi data pantun bajawek yang berbahasa Minang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berdasarkan tuturan pantun bajawek yang disampaikan informan. (3) menelaah, setelah seluruh data pantun bajawek diterjemahkan, peneliti menelaah data pantun bajawek berdasarkan struktur atau susunan pantun bajawek dan nilai-nilai pendidikannya.

(4) mengklasifikasikan data, data yang telah dikumpulkan diklasifikasikan berdasarkan struktur dan nilai-nilai pendidikannya. (5) setelah diklasifikasikan lalu membuat kesimpulan. (6) dari kesimpulan peneliti membuat laporan penelitan.

28 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

1. Struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando

Pada bagian ini akan dideskripsikan data penelitian tentang struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando di Binjai Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Pantun bajawek adalah pantun yang dilaksanakan secara langsung dan bersifat dua arah (berbalasan) antara pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dengan pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). Data diperoleh dengan cara merekam penuturan pantun bajawek dalam acara mananti tando yang sedang berlangsung. Data dikumpulkan pada hari Minggu, 15 April 2012 di Binjai. Dari hasil rekaman tersebut diperoleh data pantun bajawek sebanyak 81 buah pantun, yang terdiri atas 71 buah pantun empat baris seuntai, 8 buah pantun enam baris seuntai, 1 buah pantun delapan baris seuntai, dan 1 buah pantun sepuluh baris seuntai (data lengkap terlampir).

Pada umumnya pantun bajawek dalam acara mananti tando bersajak ab ab baris pertama (1) mempunyai persamaan bunyi dengan baris ketiga (3), sedang baris kedua (2) mempunyai persamaan bunyi dengan baris keempat (4).

Selanjutnya juga terdapat pantun yang terdiri atas enam baris atau lebih dikenal dengan talibun. Pantun tersebut bersajak abc abc, persamaan bunyi terdapat pada baris pertama (1) dengan baris keempat (4), baris kedua (2) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kelima (5), dan baris ketiga (3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris keenam (6). Seterusnya pantun yang berjumlah

delapan baris, empat baris bagian awal sampiran dan empat baris seterusnya bagian isi, persajakannya abcd abcd baris pertama (1) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kelima (5), baris kedua (2) dengan baris keenam (6), baris ketiga (3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris ketujuh (7), sedangkan baris keempat (4) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kedelapan (8). Dan ada juga pantun yang berjumlah sepuluh baris, pada pantun yang seperti ini lima baris pertama disebut dengan sampiran dan lima baris berikutnya disebut dengan bagian isi pantun. Persajakan pantun sepuluh baris seuntai ialah abcde abcde baris pertama (1) dengan baris keenam (6), baris kedua (2) dengan baris ketujuh (7), baris ketiga (3) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kedelapan (8), baris keempat (4) dengan baris kesembilan (9), sedangkan baris kelima (5) mempunyai persamaan bunyi dengan baris kesepuluh (10).

Dilihat dari bentuk dan urutannya, pantun bajawek tidak selalu pantun 1 jawab 1 dari awal acara sampai akhir acara mananti tando. Tetapi, memang pantun di dalam acara mananti tando di Binjai disebut pantun bajawek karena pantunnya dari awal sampai acara akhir ada pantun berbalasnya walaupun tidak selalu balasannya pantun 1 jawab 1. Seperti pantun yang terdapat di dalam pasambahan yang terdiri dari beberapa pantun dan ini hanya disampaikan oleh salah satu pihak saja dan jika sudah selesai maka baru dibalas oleh pihak yang lain.

Struktur pantun bajawek dalam acara mananti tando tidak selalu dimulai oleh pihak tuan rumah atau pihak wanita tapi juga ada pantun bajawek yang dimulai oleh pihak laki-laki atau pihak tamu. Beberapa pantun bajawek yang

30

dimulai oleh pihak tuan rumah atau pihak wanita yaitu pantun bajawek ketika pihak laki-laki ingin menaiki rumah pihak wanita, dan pantun bajawek di dalam dan di luar pasambahan menjelang minum. Sedangkan pantun bajawek yang dimulai oleh pihak tamu atau pihak laki-laki yaitu pantun di dalam dan di luar pasambahan meminjam dan mengembalikan carano, pantun di dalam pasambahan memakan sirih, pantun bajawek di dalam dan di luar pasambahan memberikan tando, dan pantun bajawek ketika pihak laki-laki ingin pulang ke rumah dan menerima kiriman dari pihak wanita.

Mananti tando merupakan suatu acara yang diawali dengan kedatangan pihak calon mempelai laki-laki ke rumah pihak calon mempelai wanita secara adat dengan persyaratan yang telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak, yaitu pihak laki-laki sebagai tamu (si alek) dan pihak wanita sebagai tuan rumah (si pangka). Orang yang akan mengadakan acara mananti tando, mengundang kaum kerabat dan orang nagari yang patut tahu dan hadir. Di waktu hari mananti tando pihak wanita (si pangka) bersama kaum kerabat dan orang nagari tersebut bersiap-siap untuk menanti kedatangan dari pihak laki-laki (si alek) sebagai rombongan yang maanta tando. Di rumah pihak wanita banyak kaum perempuan yang menanti, selain itu juga mempersiapkan makanan dan minuman yang akan dihidangkan kepada pihak laki-laki nantinya. Acara mananti tando dilakukan pada siang hari, yaitu pihak laki-laki (si alek) datang ke rumah pihak wanita (si pangka) setelah waktu zuhur.

Dalam acara mananti tando pihak laki-laki (si alek) yang datang, membawa beberapa peralatan yang telah diadatkan antara lain: kampia siriah,

kampia siriah yaitu sebuah kantong yang terbuat dari anyaman pandan berbentuk empat persegi panjang, diberi motif dengan sistem anyaman. Kampia siriah berisikan sirih selengkapnya yaitu sirih, gambir, pinang, kapur sirih dan tembakau. Kampia siriah dan carano walaupun sama-sama wadah sirih pinang, tetapi fungsi penyajiannya berbeda. Kampia siriah difungsikan sebagai alat maanta tando kepada pihak wanita, sedangkan carano disajikan waktu memulai pembicaraan atau pembuka kata. Pada saat meminang baik kampia siriah maupun carano diletakkan ditengah lingkar peserta duduk. Untuk kampia siriah yang akan dibahas adalah maksud dan tujuan membawa kampia siriah itu. Selain itu pihak laki-laki juga membawa cincin yaitu cincin emas dan cincin perak, biasanya berat cincin satu emas, dua emas atau tiga emas. Jika ingin mengadakan pesta perkawinan maka cincin yang diambil oleh pihak perempuan ialah cincin emas tapi jika hanya ingin berdoa kecil saja maka cincin yang diambilnya cincin perak.

Kain yang digunakan untuk membungkus cincin ialah kain yang berwarna kuning dan di dalamnya juga dilengkapi dengan benih-benih seperti ketimun, labu, padi dan lain-lain.

Dalam acara mananti tando, pantun bajawek dimulai saat pihak laki-laki ingin menaiki rumah pihak wanita. Di depan pintu rumah pantun bajawek di mulai oleh pihak wanita (si pangka) terlebih dahulu dan dibalas oleh pihak laki- laki (si alek). Setelah semua rombongan pihak laki-laki naik ke rumah dan duduk, maka pihak wanita menghidangkan minuman dan kue-kue yang telah disediakan sebelumnya. Saat akan meminum minuman dan memakan kue-kue yang telah dihidangkan maka pihak wanita memulai dengan pasambahan yang disertai

32

pantun bajawek. Setelah acara makan kue dan minum selesai maka akan dilanjutkan dengan acara meminjam carano. Kegiatan meminjam carano dan meminta memakan sirih dimulai oleh pihak laki-laki (si alek) dengan menyampaikan pasambahan yang di dalamnya terdapat pantun bajawek kemudian dari pihak wanita juga membalas dengan pasambahan yang disertai dengan pantun bajawek di dalamnya. Setelah selesai pasambahan meminjam carano maka dilanjutkan dengan pasambahan dan pantun bajawek memberikan tando.

Pemberian tando ini diberikan oleh seseorang yang mewakili dari pihak laki-laki dan seseorang dari pihak wanita untuk menerima. Orang yang mewakili ialah orang yang pandai menyampaikan pasambahan dan pantun bajawek tersebut.

Setelah acara inti selesai yaitu memberikan tando dari pihak laki-laki kepada pihak wanita maka akan dilanjutkan dengan acara makan, setelah selesai acara makan dan semua hidangan telah dikemaskan oleh pihak wanita maka dari pihak wanita membawa beberapa tempat makanan yang disebut juga dengan rantang yang berisi makanan yang akan dikirim ke rumah pihak laki-laki. Seusai makan dari pihak laki-laki akan menyampaikan pantun bajawek yang isinya tentang pengembalian carano yang dipinjam dan pemberitahuan bahwa rombongannya akan pulang ke rumahnya masing-masing dan pantun bajawek menerima kiriman dari pihak wanita yang akan dikirimkan ke rumah pihak laki-laki.

Struktur dalam pantun adalah proses berlangsungnya pantun mulai dari awal berpantun sampai berakhirnya pantun bajawek tersebut. Secara garis besar urutan acara pantun bajawek dalam acara mananti tando ialah (1) pantun bajawek ketika pihak laki-laki ingin menaiki rumah pihak wanita, (2) pantun bajawek di

dalam dan di luar pasambahan menjelang minum, (3) pantun bajawek di dalam dan di luar pasambahan meminjam carano, (4) pantun di dalam pasambahan memakan sirih, (5) pantun bajawek di dalam dan di luar pasambahan memberikan tando,(6) pantun bajawek mengembalikan carano dan, (7) sedikit pantun bajawek ketika pihak laki-laki ingin pulang ke rumah dan menerima kiriman dari pihak wanita.

Selain struktur dalam pantun adalah proses berlangsungnya pantun mulai dari awal berpantun sampai berakhirnya pantun bajawek tersebut, pantun juga dibangun oleh dua struktur yaitu struktur fisik yang terdiri dari: diksi (diction), imaji (imagery), kata konkret (the concrete words), bahasa figuratif (figurative language), rima dan ritma (rhyme and rhytm). Struktur batin pantun terdiri dari:

tema (thema), perasaan (feelling), nada (tone), dan amanat (intention). Berikut ini uraian dari struktur pantun tersebut.

a. Sruktur Fisik 1) Diksi

Diksi adalah penggunaan atau penempatan kata-kata tertentu dalam pantun bajawek yang dilakukan penutur agar tujuan pantun dapat disampaikan dengan sempurna. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek berikut ini.

Anak bebek dalam jilatang „Anak kambing dalam jilatang Mamuleh pucuak dalu-dalu Memakan pucuk dalu-dalu Sabab talambek kami datang Sebab terlambat kami datang Jalan bakelok bakeh lalu (4) Jalan berkelok tempat lalu‟

34

2) Imaji

Kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan di dalam pantun bajawek.

Kambang sabatang bungo pandan „Kembang sebatang bunga pandan Camiah sulasiah mangguruik i Hampir selasih mengguguri Kini lah datang sisinyo badan Kini lah datang sisinya badan Camiah lah kami manuruik i (1) Hampir lah kami menuruti‟

3) Kata konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang khusus ditempatkan dalam pantun untuk menjelmakan imaji dengan mudah, melalui kata konkret pendengar dapat merasakan atau membayangkan segala sesuatu yang dialami penutur. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek berikut.

Mamukek urang di Tiagan „Memukat orang di Tiagan Rami dek anak Simpang Tigo Ramai oleh anak Simpang Tiga Ambiak kain singkok lah kaban Ambil kain buka lah kaban Tando talatak di dalamnyo (63) Tanda terletak di dalamnya‟

4) Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif (majas) adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek berikut ini.

Gambia dadiah ulu silayang „Gambir dadih hulu silayang Sapiah sampai ka pucuak e Serpih sampai ke pucuknya Batamu kasiah nan jo sayang Bertemu kasih dengan sayang Bakuncang alam dimabuak e (28) Bergoncang alam dimabuknya‟

5) Rima dan Ritma

Rima adalah pengulangan bunyi dalam pantun untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga

berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Hal berikut dapat dilihat pada pantun bajawek berikut ini.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman Dijuluak jo ampu kaki Dijolok dengan ibu jari

Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman Iko cibuak basuah lah kaki (5) Ini cibuk cuci lah kaki‟

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman Dipatiak anak si Fatimah Dipetik anak si Fatimah Sabab kami tagak di halaman Sebab kami berdiri di halaman Disangko aciak indak di rumah (6) Disangka kakak tidak di rumah‟

b. Struktur Batin 1) Tema

Tema adalah gagasan pokok (sentral) yang menjadi dasar terbentuknya suatu karya. Gagasan sentral ini mengandung pokok pikiran atau pokok persoalan yang begitu kuat dalam jiwa penutur, sehingga menjadi landasan utama pantunnya. Penentuan tema pantun bajawek berpatokan pada anggapan pokok yang dikemukakan penutur. Pantun bajawek dapat ditentukan temanya, yaitu (1)cinta kasih antara pria dan wanita, (2) basa-basi dalam hidup bermasyarakat, (3) permintaan dan harapan, (4) kehidupan beradat, (5) adat kebiasaan, (6) merendahkan diri, (7) hiburan teka-teki.

2) Perasaan

Perasaan adalah suasana perasaan penutur atau pemuda yang meminang yang ikut diekspresikan dalam pantun bajawek. Hal berikut dapat dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek berikut ini.

Kundua nan indak takunduan „Labu yang tidak terlabukan Daun lantimun nampak mudo Daun ketimun terlihat muda Tidua nan indak tatiduan Tidur yang tidak tertidurkan Dalam kalumun nampak juo (58) Dalam kelumun terlihat juga „

36

3) Nada dan Suasana

Nada adalah sikap penutur terhadap pendengar pantun bajawek.

Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pendengar setelah mendengar pantun bajawek. Hal tersebut dapat dilihat pada salah satu contoh pantun bajawek berikut ini.

Manyasa pandan babungo „Menyesal pandan berbunga Dek alang indak salayangan Oleh elang tidak selayangan Dek balam indak talayok an Oleh balam tidak terlayangkan Dek jauah rantau di Palembang Karena jauh rantau di Palembang Di baliak rantau Indopuro Di balik rantau Indopuro

Manyasa badan basuo Menyesal badan bersua

Siang nan indak tasanangan Siang yang tidak tersenangkan Malam indak talalok an Malam tidak terlelapkan Hati pacah pikiran bimbang Hati pecah pikiran bimbang Niaik baraso sampai juo (59) Niat berasa sampai juga‟

4) Amanat

Amanat adalah sesuatu maksud yang terkandung di dalam pantun. Pantun bajawek dapat ditentukan amanatnya, yaitu (1) adanya kata sopan seperti basa- basi antara tuan rumah dengan tamu ketika menaiki rumah, (2) segala sesuatu itu memang dimulai dari awal seperti berbilang dari satu dan membaca Alquran dari alif, (3) segala sesuatu terjadi menurut adat kebiasaan, (4) kehidupan dalam beradat saat akan mengadakan sesuatu acara atau upacara perlunya memberitahu dan mamanggia masyarakat, (5) adanya basa-basi ketika menikmati hidangan antara tuan rumah dan tamu, (6) hidup bermasyarakat perlunya saling tolong- menolong seperti pinjam-meminjamkan, (7) hidup beradat mengetengahkan sirih dalam carano ketika ingin memulai kata, (8) Jika seseorang sedang dimabuk cinta maka berbagai rasa yang dirasakan seperti rasa rindu, sayang, kecewa, menyesal, sedih, terluka, berharap dan lain-lain sebagainya, dan (9) untuk mengikat janji dalam pertunangan adanya pemberian tando.

2. Nilai-Nilai Pendidikan di dalam Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando

Pantun bajawek dalam acara mananti tando juga tidakterlepas dari nilai- nilai pendidikan yang sangat berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya.

Berikut nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando.

a. Nilai-nilai Pendidikan Adat

Pantun bajawek dalam acara mananti tando merupakan suatu acara yang telah mencapai separuh dari perkawinan, mengapa dikatakan demikian karena dalam kegiatan ini telah mengikuti aturan adat, seperti memberitahu atau mamanggia orang banyak dan sepengetahuan ninik dan mamak. Kegiatan memberikan tando dalam acara mananti dan maanta tando merupakan suatu acara adat maka dengan sendirinya akan terdapat nilai-nilai pendidikan adat yang mengatur jalannya acara. Ini juga terlihat dari pantun bajawek ini digunakan sebagai alat berkomunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam acara adat Minangkabau itu sendiri yaitu acara mananti tando. Berikut salah satu contoh pantun bajawek yang terdapat nilai pendidikan adat.

Galang dititik nak rang Buro „Gelang dititik anak orang Buro Baukia batampuak manggih Berukir bertampuk manggis Mulo babilang dari aso Mula berbilang dari asa Mangaji iyo dari alih (11) Mengaji iya dari alif‟

b. Nilai-nilai Pendidikan Moral

Menjalankan acara adat dengan baik dengan sendirinya juga akan terjalankan suatu kegiatan yang bermoral atau suatu kegiatan yang memiliki nilai pendidikan moral, karena nilai pendidikan moral itu sendiri ialah suatu hal yang

38

membimbing seseorang untuk berprilaku sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Seperti adanya kegiatan sopan-santun ketika berbasa-basi menjelang naik ke rumah dan menjelang minum pada acara mananti tando. Berikut salah satu contoh pantun bajawek yang terdapat nilai pendidikan moral.

Babuah lantimun dandang „Berbuah ketimun dandang Babuah buliah diputiak i Berbuah boleh diputik i Batanyo kami sakian janjang Bertanya kami sekian jenjang Tanggo buliah dinaiak i (9) Tangga boleh dinaiki‟

c. Nilai-nilai Pendidikan Agama

Diadakan pantun bajawek dalam acara mananti tando yang mengandung nilai-nilai pendidikan, selain untuk mengikat suatu perjanjian dan untuk tidak saling mengingkari juga bertujuan untuk mencapai atau membina keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah nantinya. Agar tidak terjadi hal-hal yang melanggar agama antara seorang lelaki dengan seorang wanita maka orang tua dan ninik mamaknya akan mempertunangkan anak cucu kemenakannya, karena hal demikian di dalam adat suatu langkah pertama yang lebih baik menjelang upacara pernikahan dilaksanakan. Namun, tujuan akhir dari sebuah pertunangan ialah menyatukan hubungan antara seorang lelaki dengan perempuan dengan akad nikah yang menjadikan hubungannya diridhoi Allah dunia dan akhirat, maka dari tujuan inilah terlihat nilai pendidikan agamanya. Berikut salah satu contoh pantun bajawek yang terdapat nilai pendidikan agama.

Cubadak tangahi halaman „Cempedak di tengah halaman Diambiak ka junjuang siriah Diambil untuk junjung sirih Jatuah malayang sularonyo Jatuh melayang selaranya Usah lamo tagak di halaman Usah lama berdiri di halaman Naiak ka rumah makan siriah Naik ke rumah makan sirih Siriah mananti di carano (7) Sirih menanti di cerana‟

Secara umum nilai pendidikan yang terdapat di dalam pantun bajawek dalam acara mananti tando dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal yaitu nilai pendidikan adat, nilai pendidikan moral dan, nilai pendidikan agama.

B. Pembahasan

1. Struktur Pantun Bajawek dalam Acara Mananti Tando

Pada umumnya pantun bajawek yang terdapat dalam acara mananti tando bentuk dan struktur pantun yang sama dengan pantun biasa, mempunyai sampiran dan isi dan terdiri dari empat baris seuntai, enam baris seuntai, delapan baris seuntai dan sepuluh baris seuntai. Berikut uraian pantun-pantun tersebut:

a. Pantun Empat Baris Seuntai

Pada pantun empat baris seuntai, baris pertama dan kedua disebut dengan bagian sampiran, dan baris ketiga dan keempat disebut dengan bagian isi pantun.

Jenis pantun empat baris seuntai ini sering juga disebut dengan pantun biasa.

Berikut contoh pantun empat baris seuntai.

Hari patang matohari pantai „Hari petang matahari pantai Kok dusun jauah ka dijalang Jika dusun jauh mau dijelang Kok lapeh kumbang nan barantai Jika lepas kumbang yang berantai Kalayua bungo nan jolong kambang (57) Akan layu bunga yang baru kembang‟

b. Pantun Enam Baris Seuntai

Pantun enam baris seuntai disebut dengan talibun. Pada pantun enam baris seuntai, baris pertama sampai baris ketiga (tiga baris pertama) disebut dengan sampiran dan tiga baris berikutnya disebut dengan bagian isi pantun. Berikut contoh pantun enam baris seuntai.

40

Bagalah barantang perak „Bagalah barantang perak Limau manih di pandakian Jeruk manis di pendakian Jelo urek selo-baselo Jelo akar sila-bersila

Kalah indak manang pun indak Kalah tidak menang pun tidak Sadang manih kito antian Sedang manis kita hentikan Dima alek awak ulang pulo (24) Dimana pesta kita ulang pula‟

c. Pantun Delapan Baris Seuntai

Pantun delapan baris seuntai disebut juga dengan talibun. Pada pantun yang seperti ini empat baris pertama disebut dengan sampiran pantun dan empat baris berikutnya disebut dengan bagian isi pantun. Berikut contoh pantun delapan baris seuntai.

Usak pandan sabab dek api Api nan indak tapadaman

Kinco-bakinco jo daun ginggiang Daun kaladi tampak mudo

Usak badan sabab dek hati Hati nan indak tatahanan Mato jo a lah ka di dindiang

Awak salabuah satapian pulang pai mandi tampak juo (55)

„Rusak pandan karena api Api yang tidak terpadamkan

Campur-bercampur dengan daun geringging Daun keladi terlihat muda

Rusak badan karena hati Hati yang tidak tertahankan

Mata dengan apa lah mau di dinding

Kita sejalan setepian pulang pergi mandi terlihat juga‟

d. Pantun Sepuluh Baris Seuntai

Pada pantun yang seperti ini, lima baris pertama disebut dengan sampiran dan lima baris berikutnya disebut dengan bagian isi pantun, pantun ini juga disebut talibun. Berikut contoh pantun sepuluh baris seuntai.

Manyasa pandan babungo „Menyesal pandan berbunga Dek alang indak salayangan Oleh elang tidak selayangan Dek balam indak talayok an Oleh balam tidak terlayangkan

Dokumen terkait