BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
regresi linier berganda merupakan teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu yang dapat memeriksa kekuatan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas dengan lebih dari satu variabel (Ghozali, 2013). Uji regresi linier berganda dapat dilakukan apabila penelitian ini telah memenuhi syarat, yaitu data yang dapat terdistribusikan dengan normal, tidak memiliki heteroskedastisitas dan multikolinearitas, adapun menurut Ghozali (2018) uji asumsi klasik terdiri dari:
b. Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji ini untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Untuk menentukan normalitas maka dilakukan uji K-S yakni bila signifikan > dari 0,05, maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika signifikan < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal. (Hikmawati, 2020).
c. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara variabel bebas
(Ghozali, 2016: 103). Selain itu, hasil pengujian multikolinieritas jua dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF dengan nilai korelasi di bawah 95% atau dengan kata sederhana nilai tolerance dan VIf ≤ 10/ 0.10.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan variance terhadap pengamatan satu dengan yang lainnya agar terjadi homoskedastisitas (Tri, 2016). Adapun dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengetahui uji heteroskedastisitas yaitu dilihat dari gambar scatterplot dan uji glejser dengan melihat nilai sig yang harus lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan sebelum penarikan kesimpulan suatu hipotesis, yakni ditolak atau diterima. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda yaitu untuk menganalisis lebih dari satu variabel independen (Tri, 2016).
a. Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini merupakan uji dengan tujuan untuk melihat seberapa besar sungbangsih variabel independen terhadap variabel dependen. Secara sederhana uji ini memiliki tujuan untuk melihat tingkat persentase variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji ini merupakan pengujian yang bertujuan untuk menguji variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat atau variabel dependen (Tri, 2016). Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam uji ini yaitu:
1) apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel , dan probabilitas signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2) Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel , dan probabilitas signifikansi lebih kecil dai 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t merupakan pengujian yang bertujuan untuk menguji pengaruih variabel independen secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap variabel terikat atau variabel dependen.: (Tri, 2016).
1) Apabila thitung lebih kecil dari ttabel , dan probabilitas signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2) Apabila thitung lebih besar dari ttabel, dan probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
34 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1) Deskripsi Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini ialah pada bank syariah di Indonesia dengan rentang tahun beroperasi pada 2016-2020 dengan jumlah populasi sebanyak 15 bank syariah yang divalidasi dan terdaftar pada Bank Indonesia juga OJK. Kemudian yang masuk dalam kategori sampel sebanyak 7 bank syariah dengan menggunakan purposive sampling dalam penetapan sampel, yakni pemberian beberapa syarat atau kriteria tertentu yang sejalan dengan penelitian ini. Adapun pemberian kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. BUS di Indonesia yang terdaftar di OJK dan Bank Indonesia.
b. Bank Umum Syariah yang telah menerbitkan annual report serta menerbitkan jumlah bagi hasil, DPK dan NPF.
c. Bank yang bukan merupakan bank khusus dalam daerah tertentu.
d. BUS dengan menggunakan Dual Banking System.
2) Deskripsi Sampel Penelitian
Tingkat Bagi Hasil yang diperoleh dari laporan keuangan, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diperoleh dari laporan keuangan, Non Performing Financing (NPF) serta volume pembiayaan juga diambil dari laporan tahunan bank. Berikut ini merupakan nama-nama BUS yang terdaftar pada OJK yang juga masuk dalam kriteria sampel :
Tabel 4. 1
Data Bank Berdasarkan Kriteria
No. Nama Bank Kode Bank
1 Bank Negara Indonesia Syariah BNIS 2 Bank Rakyat Indonesia BRIS
3 Bank Syariah Mandiri BSM
4 BCA Syariah BCAS
5 Bank Bukopin Syariah BKBBS
6 Bank Panin Dubai Syariah PNBS 7 Bank Victoria Syariah BVIS 1. BNI Syariah
BNI Syariah Memulai perjalanan dari dibentuknya Unit Usaha Syariah (UUS) oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya juga disebut BNI Induk) pada 29 April 2000 dengan berlandaskan pada Undang-Undang No.
10 Tahun 1998. Berawal dari lima kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin, selanjutnya UUS BNI berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 menetapkan bahwa status UUS hanya bersifat temporer dan oleh karena itu akan dilakukan spin off pada 2009. Rencana spin off terlaksana pada 19 Juni 2010 dengan didirikannya PT Bank BNI Syariah (“BNI Syariah atau Bank”) sebagai Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010. Terwujudnya pendirian ini juga didukung oleh faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Visi BNI Syariah adalah mejadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja. Sebagaimana dalam Anggaran Dasar Perusahaan No. 160 tanggal 22 Maret 2010 menyatakan bahwa maksud dan tujuan BNI Syariah adalah menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. BRI Syariah
Sejarah pendirian PT Bank BRISyariah (selanjutnya disebut BRISyariah atau Bank) tidak lepas dari akuisi yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 Pada 19 Desember 2008, Unit Usaha Syariah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk melebur ke dalam PT Bank BRISyariah. Proses spin off tersebut berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009 dengan penandatanganan yang dilakukan oleh Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT Bank BRISyariah. BRISyariah melihat potensi besar pada segmen perbankan syariah.
BRI Syariah fokus membidik berbagai segmen di masyarakat. Basis nasabah yang terbentuk secara luas di seluruh penjuru Indonesia menunjukkan bahwa BRISyariah memiliki kapabilitas tinggi sebagai bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah. Untuk semakin memperkuat citranya di mata seluruh pemangku kepentingan, pada tahun 2016 BRISyariah kembali mencatatkan sejarah penting dalam perjalanan bisnisnya.
Pengembangan demi pengembangan terus dilakukan. Di balik pengembanganpengembangan tersebut, BRISyariah juga senantiasa memastikan terpenuhinya prinsip-prinsip syariah serta Undang-Undang yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, BRI Syariah dapat terus melaju menjadi Bank Syariah terdepan dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan yang terakhir, yang tertuang dalam AKTA No.52 tanggal 31 Agustus 2016 yang dibuat dihadapat Fathiah Helmi, SH, notaris di Jakarta, pasal 3 ayat 1, Maksud dan tujuan Perseroan ialah Menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah.BRISyariah dalam melaksanakan kegiatan.
Visi BRI Syariah ialah “menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesaui kebutuhan nasabah dengan jaangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Kemudian yang menjadi misi BRI Syariah yaitu:
a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasbah.
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedankan etika sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimnapun.
d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup menghadirkan ketentraman pikiran.
3. Mandiri Syariah
PT Bank Syariah Mandiri (selanjutnya disebut “Mandiri Syariah” atau
“Bank) didirikan 25 Oktober 1999 telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menteri Kehakiman Republik Indonesia) berdasarkan Surat Keputusan No. J.A.5/69/23 tanggal 16 Juli 1955.
Visi Bank Syariah Mandiri ialah “Bank Syariah terdepan dan modern serta Adil, Seimbang dan Masalat”, kamudian yang menjadi misinya ialah:
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan.
b. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang melampaui harapan nasabah.
c. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluranpembiayaan pada segmen ritel.
d. Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
e. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerjayang sehat f. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan 4. BCA Syariah
PT. bank syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip-prinsip syariah setelah mendapatkan izin operasi syariah dari Bank Indonesia berdasarkan keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada hari Senin tanggal 5 April 2010. Komposisi kepemilikan saham PT Bank BCA Syariah adalah sebagai berikut : PT Bank Central Asia Tbk.: 99.9999% PT BCA Finance : 0.0001% BCA Syariah mencanangkan untuk menjadi pelopor dalam industri perbankan syariah Indonesia sebagai bank yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran, penghimpun dana dan pembiayaan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.
Masyarakat yang menginginkan produk dan jasa perbankan yang berkualitas serta ditunjang oleh kemudahan akses dan kecepatan transaksi merupakan target dari BCA Syariah. Komitmen penuh BCA sebagai perusahaan induk dan pemegang saham mayoritas terwujud dari berbagai layanan yang bisa dimanfaatkan oleh nasabah BCA Syariah pada jaringan cabang BCA yaitu setoran (pengiriman uang) hingga tarik tunai dan debit di seluruh ATM dan mesin EDC (Electronic Data Capture) milik BCA, semua tanpa dikenakan biaya.
Selanjutnya, untuk mendapatkan informasi maupun menyampaikan pengaduan dan keluhan, masyarakat dan nasabah khususnya dapat menghubungi HALO BCA di 1500888. BCA Syariah hingga saat ini memiliki 66 jaringan cabang yang terdiri dari 13 Kantor Cabang (KC), 13 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 1 Kantor Fungsional (KF) dan 39 Unit Layanan Syariah (ULS) yang
tersebar di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Surabaya, Semarang, Bandung, Solo, Yogyakarta, Medan, Palembang, Malang, Lampung, Banda Aceh dan Kediri (data per Juni 2019).
Harapan dari BCAS sesuai dengan visi yaitu “Menjadi Bank Syariah Andalan” dapat terwujud dengan di dukung oleh kegiatan usaha BCAS yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasabah adalah sebagai berikut:
a. Menghimpun dana berdasarkan prinsip wadiah (titipan) dan mudharabah (bagi hasil) berupa tabungan, giro dan deposito.
b. Penyaluran dana degan prinsip murabahah, mudharabah/musyarakah dan ijarah.
c. Menyediakan jasa dan layanan perbankan sesuai dengan prinsip islam.
5. Bukopin Syariah
PT BANK KB BUKOPIN SYARIAH (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan dari (BI). Dalam perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008 dan Pada tanggal 30 Juni 2021 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa menyetujui untuk melakukan perubahan nama Perseroan menjadi PT Bank KB Bukopin Syariah (KBBS).
Visi Bank KB Bukopin Syariah ialah “Menjadi Bank Syariah Pilihan yang Terus Tumbuh dan Kuat” dan misinya ialah
a. Menyediakan Produk dan Layanan terbaik sesuai dengan Prinsip Syariah
b. Meningkatkan Nilai Tambah kepada Stakeholder
c. Menghasilkan Sumber Daya Insani yang Memiliki Value yang Amanah dan Profesional
6. Panin Dubai Syariah
PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (“Panin Dubai Syariah Bank”), berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life Center, Jl.
Letgen S. Paman Kav. 91, Jakaerta Barat.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Panin Dubai Syariah Bank, ruang limngkup kegiatan Panin Dubai Syariah Bank adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat islam. Panin Dubau Syariah Bank mendapat izin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan surat
keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 oktober 2009 sebagai Bank Umum brdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.
Adapun yang menjadi Visi dari bank ini ialah “menjadi bank syariah progresif di Indonesia yang menwarkan produk dan layanan keuangan komprehensif dan inovatif”. Kemudian misi pada bank ini ialah sebagaio berikut:
a. Peran aktif perseroan dalam bekerjasama dengan regulator: Secara profesional mewujudkan Perseroan sebagai bank Syariah yang lebih sehat dengan tata kelola yang baik serta pertumbuhan berkelanjutan.
b. Perspektif nasabah: Mewujudkan Perseroan sebagai bank pilihan dalam pengembangan usaha melalui poduk-produk dan layanan unggulan yang dapat berkompetisi dengan produk-produk bank Syariah maupun konvensional lain.
c. Perspektif SDM/Staff: Mewujudkan Perseroan sebagai bank pilihan bagi para profesional, yang memberikan kesempatan pengembangan karier dalam industri perbankan Syariah melalui semangat kebersamaan dan kesinambungan lingkungan sosial.
d. Perspektif Pemegang Saham: Mewujudkan Perseroan sebagai bank Syariah yang dapat memberikan nilai tambah bagi Pemegang Saham melalui kinerja profitabilitas yang baik di tandai dengan ROA dan ROE terukur.
e. IT Support: Mewujudkan Perseroan sebagai perseroan yang unggul dalam pelayanan Syariah berbasis Teknologi Informasi yang memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas bagi para nasabah 7. Victoria Syariah
PT. Bank Victoria Syariah didirikan untuk pertaman kalinya dengan nama PT Bank Swaguna berdasarkan Akta Nomor 9 tanggal 15 April 1966. Akta tersebut kemudian diubah dengan Akta Perubahan Angggaran Dasar Nomor 4 tanggal 5 September 1967 yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (d/h Menteri Kehakiman) berdasarkan Surat Keputusan Nomor: JA.5/79/5 tanggal 7 November 1967 dan telah didaftarkan pada Daftar Perusahaan di Kantor Panitera Pengadilan Negeri I di Cirebon masing-masing di bawah Nomor 1/1968 dan Nomor 2/1968 pada tanggal 10 Januari 1968, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 42 tanggal 24 Mei 1968. Tambahan Nomor 62.
Selanjutnya, PT Bank Swaguna diubah namanya menjadi PT Bank Victoria Syariah sesuai dengan Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham Nomor 5 tanggal 6 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan Erni Rohainin SH, MBA, Notaris Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berkedudukan di Jakarta Selatan.
Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan Nomor : AHU-02731.AH.01.02 tahun 2010 tanggal 19 Januari 2010, Serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 83 tanggal 15 Oktober 2010. Tambahan Nomor 31425.
Terakhir, Anggaran Dasar PT Bank Victoria Syariah diubah degan Akta Nomor 45 tanggal 30 Maret 2010 yang dibuat dihadapan Sugih Haryati, SH, MKn sebagai pengganti dari Notaris Erni Rohaini, SH, MBA, Notaris Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Perubahan Anggaran Dasar tersebut ditujukan untuk merubah pasal 10 ayat
Perubahan tersebut telah diterima dan di catat dalam database Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Nomor: AHU-AH.01.10-16130 tanggal 29 Juni 2010.
Perubahan kegiatan usaha Bank Victoria Syariah dari Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia berdasarkan Keutusan Gubernur Bank Indonesia Nomor : 12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tertanggal 10 Februari 2010. Bank Victoria Syariah mulai beroperasi dengan prinsip syariah sejak tanggal 1 April 2010. Adapun kepemilikan saham Bank Victoria pada Bank Victoria Syariah adalah sebesar 99.99%.
Dukungan penuh dari perusahaan induk PT Bank Victoria International Tbk telah membantu tumbuh kembang Bank Victoria Syariah yang selalu terus berkomitmen untuk membangun kepercayaan nasabah dan masyarakat melalui pelayanan dan penawaran produk yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah serta memenuhi kebutuhan nasabah.
B. Analisis Hasil penelitian 1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan mengetahui nilai dari Mean, Deviasi juga nilai minimum dan maksimum pada data penelitian. Data yang terkumpul akan dianalisis yang kemudian akan ditarik kesimpulan yang berlaku secara general atau secara umum.(sugiyono, 2017)
Tabel 4. 2
Hasil Analisis Deskriptif
Keterangan N Min Max Mean
T. Bagi Hasil 35 24,96 28,21 26.6870
DPK 35 27,82 32,18 30.0617
NPF 35 0.01 4,95 2,0949
Volume Pembiayaan 35 27,55 30,98 29,2006
N 35
Sumber: Data diolah Peneliti, 2022
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai rata-rata dari volume pembiayaan sebesar 29,2006, nilai minimum volume pembiayaan sebesar 27,55 yang terdapat pada bank Victoria syariah pada tahun 2017 dan nilai maksimum sebesar 30,98 yang dimiliki oleh Bank Mandiri Syariah pada tahun 2020.
Nilai rata-rata tingkat bagi hasil selama lima tahun berturut-turut sebesar 26,6870, adapun jumlah tingkat bagi hasil terkecil ialah 24,96 yang terdapat pada bank Victoria Syariah tahun 2016 dan jumlah tertinggi pada tingkat bagi hasil sebesar 28,21 yang ada pada bank Mandiri Syariah di tahun 2020.
Nilai rata-rata DPK selama lima tahun berturut-turut sebesar 30,0617, adapun jumlah DPK terkecil ialah 27,82 yang terdapat pada bank Victoria Syariah tahun 2016 dan jumlah tertinggi pada DPK sebesar 32,18 yang ada pada bank Mandiri Syariah di tahun 2020.
Nilai rata-rata NPF selama lima tahun berturut-turut sebesar 2,0949, adapun jumlah NPF terkecil ialah 0,01 yang terdapat pada BCA Syariah pada tahun 2020 dan jumlah NPF tertinggi sebesar 4,95 yang ada pada bank Bukopin Syariah di tahun 2020.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dalam menguji variabel dependen dan variabel independen dalam model regresi juga mengetahui nilai tersebut terdistribusi dengan normal atau tidak normal. Menurut Ghozali (2011:161). Apabila sebaran titik-titik mengikuti garis diagonal pada gambar p-plot juga jika nilai sig lebih besar dari 0.05 pada hasil uji one sample Kolmogorov smirnov maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal.
Adapun pada hasil uji di bawah ini yakni gambar 4.1 sebaran titik-titik mengikuti garis diagonal sehingga asumsi bahwa data tersebut normal benar
adanya. Selain itu juga pada hasil uji one sample KS di bawah ini memiliki nilai sig yang lebih besar dari 0.05 jadi dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Di bawah ini merupakan hasil uji Grafik P-Plot serta hasil uji One Sample KS:
Gambar.4 1 Grafik P-P Plot
Sumber: Data diolah peneliti, 2022
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data diolah Peneliti, 2022
Jika nilai Asymp. Sig. lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa residual menyebar normal dan begitupun sebaliknya. Adapun nilai test statistic diatas sebesar 0.126 dan nilai sig sebesar 0.176 artinya nilai tersebut lebih besar dari 0.05 jadi disimpulkan bahwa data tersebut lolos uji normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Untuk menguji multikolinieritas dengan melihat nilai VIf dan Tolerance, apabila nilai dari tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka disimpulkan bahwa
Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
0,126 0,176
data tersebut terhindar dari multikolinieritas (Ghozali, 2011: 107 - 108). Berikut ini merupakan hasil uji multikolinieritas:
Tabel 4. 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Model Tolerence VIF
Konstan
Tingkat Bagi hasil 0,129 7,748 Dana Pihak Ketiga 0,116 8,590
NPF 0,705 1,421
Sumber: Data diolah peneliti, 2022
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel yaitu Bagi Hasil sebesar 7,748, Dana Pihak Ketiga (DPK) 8,590 dan NPF sebesar 1,421, sedangkan nilai tolerance adalah 0.12 untuk NPF, dan 0.11 untuk nilai tolerance DPK dan 0.75 untuk nilai Bagi Hasil. Ini menunjukkan bahwa nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan variance terhadap pengamatan satu dengan yang lainnya agar terjadi homoskedastisitas (Tri, 2016: 60). Menurut (Ghozali, 2018) dasar analisis pada uji ini ialah. Apabila sebaran titik-titik menyebar di bawah dan di atas pada sumbu Y angka 0 maka disimpulkan tidak ada Heteroskedastisitas.
Gambar.4 2 Uji Heteroskedastisitas
Hasil dari uji heteroskedastisitas grafik scatterplot memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah pada angka 0 dan sumbu Y. Artinya bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi ini layak untuk dipakai.
Tabel 4. 5
Hasil Uji Asumsi Klasik
Asumsi Statistik Kesimpula m n Keterangan Normalitas p-value
=0,176
>0,05
Error terdistribusi Normal
Terpenuhi Non-
Multikolinieritas
VIF<10 Tidak terdapat Multikolinieritas
Terpenuhi Homoskedastisit
as
P-Value Tidak terdapat Heteroskedastisitas
Terpenuhi
Sumber: Data diolah peneliti, 2022
Tabel diatas di jelaskan bahwa hasil uji asumsi klasik terpenuhi sehingga penelitian ini dapat diuji secara regresi linier berganda.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi R2
Pengujian ini dilakukan bertujuan mengetahui seberapa besar variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas.