• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMING FINANCING TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

TAHUN 2016-2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perbankan Syariah (S.E) Jurusan Perbankan Syariah

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar

Oleh :

AKHMAD WAHYUDI 90500117015

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Akhmad Wahyudi

Nim : 90500117015

Tempat/Tanggal lahir : Darubiah, 24 April 1999 Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S1)

Program Studi : Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Alamat : Desa Darubiah, Bulukumba

Judul : Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Gowa, 10 Agustus 2022 Yang Menyatakan,

Akhmad Wahyudi 90500117015

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

(4)

iv

KATA PENGANTAR

ِميِحهرلٱ ِن َٰ م ۡحهرلٱ ِ هللَّٱ ِم ۡسِب

Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi hasil Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2016- 2020”. Salam dan salawat semoga senantiasa tercurah atas junjungan Rasulullah Muhammad SAW., sebagai uswatun hasanah yang telah memberi cahaya kesucian dan kebenaran hakiki kepada seluruh umatnya dan semoga keselamatan dilimpahkan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Tidak ada manusia yang terlahir dalam wujud yang sempurna. Begitupun dengan penulis yang terlahir dengan penuh keterbatasan, sehingga bantuan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak, yang penuh keikhlasan memberi bantuan dan dukungannya.

Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan untuk ayahanda Burman dan ibunda tercinta Ratna Dewi, saudara/i ku Muhammad Awaluddin dan Aliyah Mustika, serta semua keluarga besarku, atas sumbangsi moril dan materil yang tak pernah putus tercurah sejak penulis berada dalam kandungan hingga detik ini. Berkat semua itu penulis mampu mengarungi kehidupan di dunia, dan melangkah pasti dengan penuh harapan menghadapi kenyataan. Semoga Allah SWT., senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.

(5)

v

Selain itu penghargaan dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hamdan Juhannis, MA, Ph.d selaku rektor UIN Alauddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam serta para wakil dekan.

3. Ibu Ismawati, S.E., M.Si. selaku ketua jurusan dan Bapak Dr., Sudirman, S.E, M.Si selaku sekretaris jurusan Perbanan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

4. Bapak Dr., Kamaruddin, S.E, M.E.I. selaku dosen pembimbing I dan bapak Trimulato, S.E.I, M.E.I selaku dosen pembimbing II, yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan serta nasehat yang baik dalam proses penyusunan skripsi hingga pada tahap penyelesaian.

5. Bapak Dr. Sudirman, SE., M.Si. selaku penguji I dan bapak Samsul, S.AB., MA. selaku dosen penguji II, terima kasih atas kritik dan saran yang membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada penulis.

7. Segenap staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar atas pelayanan yang sangat baik selama penulis melakukan studi dan penyelesaian skripsi.

8. Kawan-kawan Homebase yang telah memberikan semangat dan dukungannya selama ini.

(6)

vi

9. Teman-teman jurusan Perbankan Syariah Angkatan 2017 yang telah memotivasi, menemani serta menjadi media informasi dan diskusi dalam berbagai hal.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dengan ikhlas dalam banyak hal yang berhubungan dengan penyelesaian study penulis.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini mampu memberi manfaat bagi penulis pada khususnya dan rekan-rekan mahasiswa serta pembaca pada umumnya. Semoga Allah swt senantiasa memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua, kiranya dengan semakin bertambah wawasan dan pengetahuan kita semua menyadari bahwa Allah merupakan sumber segala ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah swt. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gowa, 10 Agustus 2022

Akhmad Wahyudi 90500117015

(7)

vii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Hipotesis ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

F. Penelitian Terdahulu ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 16

A. Signaling Theory... 16

B. Bank Syariah... 17

C. Bagi Hasil ... 22

D. Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 23

E. Non Performing Financing (NPF) ... 25

F. Volume Pembiayaan ... 26

G. Kerangka Berpikir ... 27

(8)

viii

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Pendekatan Penelitian ... 28

C. Jenis dan Sumber Data ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 34

B. Analisis Hasil penelitian ... 43

BAB V PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Keterbatasan Penelitian ... 57

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 63

RIWAYAT PENULIS ... 72

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Bank Syariah ... 2

Tabel 1. 2 Pembiayaan mudharabah dan musyarakah ... 3

Tabel 1. 3 Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Umum Syariah ... 4

Tabel 1. 4 Jumlah Non Performing Financing (NPF) Pada Bank Umum Syariah ... 5

Tabel 1. 5 Penelitian Terdahulu ... 10

Tabel.3 1 Daftar Bank Umum Syariah ... 30

Tabel 4. 1 Data Bank Berdasarkan Kriteria ... 35

Tabel 4. 2 Hasil Analisis Deskriptif ... 43

Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas ... 45

Tabel 4. 4 Hasil Uji Multikolinearitas... 46

Tabel 4. 5 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 47

Tabel 4. 6 Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ... 48

Tabel 4. 7 Hasil Uji Statistik F ... 48

Tabel 4. 8 Hasil Uji Statistik t ... 49

Tabel 4. 9 Hasil Penelitian ... 51

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Produk dan Jasa bank Syariah ... 21

Gambar 2. 2 Kerangka Berfikir ... 27

Gambar.4 1 Grafik P-P Plot ... 45

Gambar.4 2 Uji Heteroskedastisitas ... 47

(11)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

(12)

xii ABSTRAK Nama : Akhmad Wahyudi

Nim : 90500117015

Jurusan : Perbankan Syariah

Judul : Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Syariah di Indonesia Tahun 2016-2020.

perkembangan bank syariah masih dibawah perkembangan bank konvensional, ini dapat disebabkan karna kuranganya minat masyarakat untuk menabung di bank syariah. Dalam pengembangan bank syariah Volume Pembiayaan dianggap mampu menjadi salah satu pemantik bagi masyarakat untuk menananmkan modalnya atau menabung di bank syariah.

Tujuan pada penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Bank Syariah di Indonesia Tahun 2016-2020. Jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu laporan keuangan yang diterbitkan oleh setiap situs bank syariah. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bank umum syariah di Indonesia yang tercatat dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan menerbitkan rasio keuangan yang dibutuhkan pada penelitian ini. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling. Dengan mengambil sampel sebanyak 7 bank, yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BCA Syariah, Bukopin Syariah, Panin Dubai Syariah dan Victoria Syariah. Teknik analis data dalam penelitian ini ialah menggunakan Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat bagi hasil dan dana pihak ketiga masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil dan non performing financing tidak memiliki pengaruh terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil. Kemudian tingkat bagi hasil,dana pihak ketiga dan non performing financing berpengaruh secara simultan terhadap volume pembiayaan berbasis bagi hasil.

Kata Kunci: Tingkat Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing dan Volume Pembiayaan

(13)

xiii ABSTRACT

The development of Islamic banks is still below the development of conventional banks, this can be due to the lack of public interest in saving in Islamic banks. In the development of Islamic banks, the Financing Volume is considered capable of being one of the triggers for the community to invest or save in Islamic banks.

The purpose of this study is to find out how the influence of Profit Sharing, Third Party Funds and Non-Performing Financing on Profit Sharing- Based Financing Volume at Islamic Banks in Indonesia in 2016-2020. This type of research uses quantitative research. Sources of data used in this study using secondary data, namely financial statements published by each Islamic bank site.

The population in this study were all Islamic commercial banks in Indonesia which were registered with the Financial Services Authority (OJK) and published the financial ratios required in this study. The sampling technique used was purposive sampling. By taking a sample of 7 banks, namely BNI Syariah, BRI Syariah, Mandiri Syariah Bank, BCA Syariah, Bukopin Syariah, Panin Dubai Syariah and Victoria Syariah. The data analysis technique in this study is using the Classical Assumption Test and Hypothesis Testing.

The results of this study indicate that the level of profit sharing and third party funds have a positive and significant effect on the volume of profit-sharing- based financing and non-performing financing has no effect on the volume of profit-sharing-based financing, respectively. Then the level of profit sharing, third party funds and non-performing financing simultaneously affect the volume of profit sharing based financing.

Keywords: Profit Sharing Rate, Third Party Funds, Non Performing Financing and Financing Volume

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemajuan bank syariah di berbagai negara berdampak juga pada perubahan bagi kemajuan perbankan syariah di Indonesia. Secara garis besar, kemajuan perbankan syariah di Indonesia sangat erat kaitannya dengan peekembangan dan kemajuan bank syariah secara global (Triyuwono, 2013).

Perkembangan bank syariah di Indonesia setelah beberapa waktu terus berkembang. Saat ini perbankan syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan serta perkembangan yang sangat cepat. Jelas hal ini akan memengaruhi keinginan masyarakat di Indonesia untuk menggunakan jasa yang ada pada perbankan syariah dan juga akan meningkatkan tugas bank syariah dalam mengimplementasikan sistem keuangan dan stabilitas ekonomi secara nasional.

(Safitri, 2019).

َنيِرِفََٰكْلِل اَنْدَتْعَأَو ۚ ِلِطََٰبْلٱِب ِساَّنلٱ َلََٰوْمَأ ْمِهِلْكَأَو ُهْنَع ۚ اوُهُ ن ْدَقَو ۚ اَٰوَ بِّرلٱ ُمِهِذْخَأَو اًميِلَأ اًباَذَع ْمُهْ نِم

“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih” (QS. An-Nisa:161).

Berdasarkan ayat diatas dijelaskan dalam tafsir jalalain bahwa “(dan karena memakan riba padahal telah dilarang daripadanya) dalam taurat (dan memakan harta orang dengan jalan batil) dengan memberi suap dalam pengadilan (dan telah kami sediakan untuk orang-orang kafir itu siksa yang pedih) atau menyakitkan”.

(15)

Berikut merupakan pertumbuhan bank syariah di Indonesia berdasarkan statistik perbankan syariah:

Tabel 1. 1

Pertumbuhan Bank Syariah Lembaga Keuangan

Syariah

Pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah Per Tahun

2016 2017 2018 2019 2020

Bank Umum Syariah 12 13 14 14 14

Sumber:OJK statistik perbankan syariah (data diolah), desember 2020

Berdasarkan data faktual perbankan syariah dapat dilihat bahwa di tahun 2016 jumlah bank umum syariah adalah 12. Kemudian, pada saat itu, kemudian mengalami peningkatan di tahun 2017-2020 menjadi 14 bank. Walaupun bank syariah mengalami perkembangan, perbankan syariah saat ini masih dalam proses perbaikan sementara yaitu, harus meningkatkan kualitas layanan dan produknya untuk mengatasi masalah dan kepentingan masyarakat. Pembiayaan merupakan salah satu cara untuk mengatasinya.

Adapun yang menjadi karakteristik pada bank syariah ialah mekanisme profit sharing yang dimana keuntungannya di awal perjanjian, namun berbeda dengan bunga, yang dimana persentase keuntungannya tidak menentu di setiap bulannya (Anshori, 2006).

Mengingat penjelasan Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor: 15/DSN- MUI/IX/2000 tentang Aturan hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah bahwa distribusi hasil kerja usaha di antara pihak (mitra) dalam suatu jenis bisnis dapat berlandaskan pada dua prinsip, yang pertama ialah sistem bagi untung (Profit Sharing) yakni pembagian keuntungan yang dihitung setelah dikurangi dari biaya pengelolaan dana, kemudian prinsip yang kedua ialah bagi hasil (Revenue Sharing) yakni bagi hasil yang dihitung dari pendapatan pengelolaan dana.

Perbankan syariah dalam menyalurkan pembiayaan yang berlandaskan prinsip bagi hasil dapat disalurkan menjadi dua macam, yakni pembiayaan

(16)

musyarakah dan mudharabah. Dijelaskan dalam PSAK no.105 paragraf 4 yaitu mudharabah ialah akad kerja sama antara dua pihak, yaitu pihak pertama ialah pemilik modal dan pihak kedua sebagai pengelola dana, kemudian dalam pembagian keuntungannya ditentukan di awal perjanjian dan apabila mengalami kerugian, maka pemilik modal yang menanggung kerugian tersebut selagi kerugian tersebut bukan karena kelalaian pengelola modal, sedangkan pengelola modal mengalami kerugian waktu dan tenaga (PSAK 2007). Kemudian musyarakah ialah kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha tertentu. Dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi modal. Kerugian dan keuntungan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan atau persentase modal masing-masing.

Perbankan syariah dalam menyalurkan pembiayaan dibagi menjadi tiga, yaitu yang pertama, pembiayaan yang berlandaskan prinsip bagi hasil yaitu akad musyarakah dan mudharabah. Kedua, pendanaan tergantung pada pedoman perdagangan berdasarkan akad murabahah, salam dan istishna'. Ketiga, pendanaan berdasarkan prinsip sewa dengan akad ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik.

Produk pembiayaan yang penulis gunakan pada penelitian kali ini adalah pembiayaan yang berbasis bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah.

Tabel 1. 2

Pembiayaan mudharabah dan musyarakah (dalam miliyar rupiah)

Akad 2016 2017 2018 2019 2020

Mudharabah 7.577 6.584 5.477 5.056 4.474

Musyarakah 54.052 60.465 68.644 81.7111 96.376

Sumber: OJK Statistik Perbankan Syariah (data diolah), Desember 2020

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pembiayaan pada bank syariah khususnya pada pembiayaan musyarakah meningkat di setiap tahunnya, berbanding terbalik dengan pembiayaan mudharabah yang mengalami penurunan

(17)

di setiap tahunnya, maka dari itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhii volume pembiayaan pada bank umum syariah di Indonesia.

Bank syariah dalam menjalankan tugas sebagai lembaga intermediasi memiliki fungsi yaitu menghimpun berupa dana dari masyarakat berbentuk simpanan (DPK) kemudian pihak bank menyalurkan kembali dana tersebut pada masyarakat yang biasa dikenal dengan istilah pembiayaan, juga bank syariah sebagai penyedia jasa keuangan lainnya (Karim , 2008).

Menurut UU No. 21 Tahun 2008 mengenai perbankan syariah (pasal 1) disebutkan bahwa “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada bank syariah dan/atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”.

Aset pihak luar juga mempengaruhii penyebaran aset keuangan syariah.

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber utama aset keuangan syariah, semakin diperhatikan seberapa besar DPK perbankan syariah yang terkumpul dari masyarakat umum, semakin besar pula peluang pembiayaan yang akan diberikan perbankan syariah kepada masyarakat sehingga DPK merupakan komponen yang dominan dalam bank syariah (Qolby, 2013).

Tabel 1. 3

Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Umum Syariah (dalam mliar rupiah)

Tahun Jumlah DPK

2016 206.407

2017 238.393

2018 257.606

2019 288.978

2020 322.853

Sumber: OJK statistik perbankan syariah (data diolah), desember 2020

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah DPK pada tahun 2016 sampai dengan 2020 mengalami peningkatan yang signifikan. pada tahun 2016 DPK bank umum syariah sebesar 206.407 miliar, 238.397 miliar pada tahun

(18)

2017, pada tahun 2018 sebesar 257.606 miliar, kemudian di tahun 2019 sebesar 288.978 miliar sedangkan di tahun 2020 sebesar 322.853 miliar. Sehingga hal tersebut menjadi peluang bagi perbankan syariah untuk memaksimalkan jumlah simpanan DPK kemudian menyalurkan dalam bentuk pembiayaan.

Adapun yang harus diperhatikan ketika ingin menyalurkan pembiayaan kepada nasabah ialah risiko likuiditas, khususnya NPF yang terjadi ketika ada peminjam yang mengalami masalah dalam penggantian karena komponen tujuan dan juga dapat disebabkan oleh hal-hal di luar kendali peminjam yang tidak dapat ditangani oleh peminjam. Menurut Bank Indonesia, bank yang sehat merupakan bank dengan NPF di bawah 5%. Besarnya NPF dapat dipikirkan oleh bank syariah untuk menyalurkan dan memberikan dukungan kepada masyarakat pada umumnya, semakin besar dana bermasalah maka bank syariah akan semakin berhati-hati dalam mengedarkan dana, karena dalam hal ini NPF yang cukup tinggi pada bank syariah akan mengurangi likuiditas aset yang akan dibagikan kepada masyarakat umum. Yang pada akhirnya akan mengurangi pendapatan yang akan diperoleh bank. (Muklis dan Wahdaniyah, 2016).

Tabel 1. 4

Jumlah Non Performing Financing (NPF) Pada Bank Umum Syariah (dalam miliar rupiah)

Sumber: OJK statistik perbankan syariah (data diolah), desember 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 tingkat NPF bank syariah sebesar 3.860 miliar, selanjutnya di tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 4.880 miliar, kemudian pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 3.938 miliar, dan NPF bank umum syariah mengalami peningkatan menjadi 4.241 miliar di tahun 2018 dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2020 yaitu

Tahun Jumlah NPF

2016 3.860

2017 4.880

2018 3.938

2019 4.241

2020 3.877

(19)

sebesar 3.877 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa ada fluktuasi tingkat pembiayaan yang bermasalah pada bank syariah.

Berdasarkan dari hasil penelitian oleh Sendi Gusnandar Arnan dan Imas Kurniasih (2014) menunjukkan bahwa Non Performing (NPF) terbukti tidak berpengaruh terhadap pembiayaan mudharabah dan menurut Puspitosari (2017) juga menunjukkan bahwa NPF, FDR, ROA dan CAR tidak berpengaruh terhadap pembiayaan. Sedangkan menurut penelitian dari Lintang Nurul Annisa dan Rizal Yaya (2015), menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap volume variabel tingkat bagi hasil penyaluran yang berpengaruh signifikan terhadap porsi pembiayaan berbasis bagi hasil dan menurut penelitian dari Sandra Yusnita Devi menunjukkan bahwa DPK, tingkat bagi hasil dan NPF berpengaruh signifikan secara simultan dan variabel yang paling dominan mempengaruhi volume pembiayaan berbasis bagi hasil yaitu NPF.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini akan menganalisis unsur- unsur yang mempengaruhii volume pembiayaan berbasis bagi hasil yang disalurkan oleh bank syariah kepada nasabah yang meliputi, Tingkat Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing (NPF) pada bank umum syariah di Indonesia periode 2016-2020.

B. Rumusan Masalah

Adapun latar belakang pada penelitian kali ini ialah:

1. Apakah bagi hasil berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada bank umum syariah di Indonesia?

2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada bank umum syariah di Indonesia?

3. Apakah Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada bank umum syariah di indonesia?

(20)

4. Apakah Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non performing Financing (NPF) secara Bersama-sama berpengaruh terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada bank umum syariah di Indonesia?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian:

a. Untuk mengetahui pengaruh bagi hasil terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada bank umum syariah di Indonesia.

b. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada bank umum syariah di Indonesia.

c. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada bank umum syariah di Indonesia.

d. Untuk mengetahui pengaruh Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non performing Financing (NPF) secara bersama-sama terhadap volume pembiayaan bagi hasil pada bank umum syariah di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

1) Mampu memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ekonomi dan bisnis Islam, terkhusus pada bidang ilmu Perbankan Syariah.

2) Dapat dijadikan bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF).

(21)

3) Bagi peneliti, aga r dapat meningkatkan pengetahuan serta wawasan mengenai perbankan syariah, khususnya tentang bagi hasil, DPK, (NPF) dan volume pembiayaan.

b. Manfaat Praktis

Bagi bank syariah, dapat digunakan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan dalam pelaksanaan manajemen bank syariah, dengan meningkatkan kualitas pembiayaan pada bank syariah

c. Manfaat Publik

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam memilih keputusan untuk melakukan permintaan pembiayaan pada bank syariah.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan diperlukan sebuah pembuktian (Sudaryono. 2019). Penelitian ini membutuhkan hipotesis dengan tujuan agar penelitian ini nantinya lebih terpusat. Mengingat isu-isu mendasar yang telah digambarkan, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1: Diduga bagi hasil berpengaruh terhadap volume pembiayaan pada bank umum syariah di Indonesia.

H2: Diduga Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap volume pembiayaan pada bank umum syariah di Indonesia.

H3: Diduga Non Performing Financing (NPF) berpengaruh terhadap volume pembiayaan pada bank umum syariah di Indonesia.

H4: Diduga Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non performing Financing (NPF) secara Bersama-sama berpengaruh terhadap volume pembiayaan pada bank umum syariah di Indonesia.

(22)

E. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan batasan penelitian berupa variabel-variabel yang ada atau segala hal yang telah ditetapkan oleh peneliti yang terkait dengan informasi data penelitian (Sugiyono, 2016: 38). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk menelusuri hubungan antara variabel independen dan dependen.

1) Variabel Dependen: Volume Pembiayaan bagi hasil (Y).

Variabel dependen dalam banyak kasus disebut variabel hasil atau model.

Variabel ini dikenal dengan variabel terikat, yang dimana ialah variabel yang kemudian menjadi hasil atau yang dipengaruhi sebab adanya faktor bebas (Sugiyono, 2017). Dalam tinjauan ini, variabel terikatnya ialah Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil. Volume Pembiayaan Bagi Hasil harus dilihat dari besaran dana mudharabah dan musyarakah yang disalurkan oleh bank.

x100%

2) Variabel Independen: Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF).

Variabel independen dalam banyak kasus disebut faktor pendorong atau indikator. Dalam bahasa Indonesia sering disinggung sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhii atau menjadi penyebab terjadinya perubahan dari variabel terikat (dependen). (Sugiyono, 2017). Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Tingkat Bagi Hasil

Tingkat bagi hasil merupakan pendapatan atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah bagi bank syariah. Untuk mengetahui jumlah tingkat bagi hasil dapat dilihat dari laporan keuangan. Data mengenai jumlah tingkat bagi hasil

(23)

diperoleh dari data laporan keuangan (laba/rugi). (Furqani dan Yaya, 2016).

rumus untuk menghitung tingkat bagi hasil sebagai berikut:

b. Dana Pihak Ketiga (DPK) (X2).

Dana Pihak Ketiga adalah simpanan nasabah sebagai bentuk, simpanan tabungan, giro dan deposito yang dikumpulkan oleh bank syariah pada waktu tertentu yang merupakan dari perbandingan peningkatan aset pihak luar dengan periode yang lalu. Informasi mengenai seberapa besar DPK yang diperoleh dapat dilihat pada neraca keuangan suatu bank, yaitu dengan menjumlahkan dana simpanan wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. (Annisa dan Yaya, 2015), rumus dalam menghitung DPK adalah sebagai berikut:

c. Non Performing Financing (NPF) (X3).

Non Performing Financing (NPF) merupakan perbandingan dari jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah dengan jumlah pembiayaan yang bermasalah. (Nasution dan Ulum, 2015), rumus untuk menghitung non performing financing adalah sebagai berikut:

x 100%

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 1. 5 Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti/

tahun

Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

1. Sendi Gusnand

Pengaruh Jumlah Dana

Analisis regresi linier

Jumlah dana pihak ketiga dan non DPK= Giro + Tabungan + Deposito

(24)

ar Arnan dan Imas Kurniaw asih (2014).

Pihak Ketiga Non

Performing Financing Terhadap Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

berganda perfoming Financing berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan mudharabah. Secara persial, jumlah dana

pihak ketiga

berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan mudharabah, sedangkan Non Perfoming Financing terbukti tidak berpengaruh terhadap pembiayaan

mudharabah.

2. Sandra Karlina (2017)

Pengaruh simpanan (DPK), Tingkat Bagi Hasil dan non

performing Financing Terhadap Pembiayaan Pada

Perbankan Syariah

Regresi linier berganda Analisis

Variabel simpanan (DPK), persentase bagi hasil dan margin, dan NPF secara simultan berpengaruh terhadap pembiayaan

3 Mirasant i

Wahyun i (2016)

Pengaruh Volume Pembiayaan Bagi Hasil dan

Pembiayaan Murabahah Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan NPF sebagai Variabel Moderasi

Regresi linier berganda

NPF memoderasi

pengaruh volume pembiayan berbasis bagi hasil terhadap kinerja bank umum syariah yang di proksikan dengan ROA. Kedua

NPF mempunyai

pengaruh yang

signiifikan dalam memoderasipengaruh volume pembiayaan murabahah terhadap kinerja bank umum syraiah.

4 Andi Abdul Haris

Pengaruh DPK PDRB Terhadap

Analisis Regresi Linear

DPK dan PDRB

memiliki pengaruh yang signifikan dan positif

(25)

(2018) Volume Pembiayaan Pada Unit Usaha

Syariah Bank Sulselbar di Provinsi Sulawesi Selatan

Berganda terhadap volume pembiayaan pada unit usaha syariah Bank Sulselbar.

5 Fika Azmi (2016)

Analisis Pengaruh Volume Pembiayaan Terhadap Profitabilias Dengan BOPO Sebagai Variable Moderasi Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia

Analisis Regresi linier berganda

BOPO memoderasi pengaruh volume pembiayaan berbasis bagi hasil terhadap profitabilitas.

6 Yussri Linnah dan syurmita (2019)

Faktor-

Faktor Yang Memengaruh i Volume Pembiayaan Bagi Hasil Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

Analisis regresi linear berganda

Dana pihak ketiga, tingkat bagi hasil, NPF, FDR, CAR, ICG, berpengaruh secara simultan terhadap volume pembiayaan bagi hasil

7 Rina Destiana (2016)

Analisis Dana Pihak Ketiga Dan Risiko

Terhadap Pembiayaan Mudharabah Dan

Musyarakah Pada Bank Syariah di Indonesia

Analisis Regresi Linear Berganda

DPK maupun risiko, kedua-duanya

berpengaruh positif terhadap pembiayaan

mudharabah dan

musyarakah pada bank syariah di Indonesia

(26)

8 Dila Angraini (2018)

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Perfoming Financing, Tingkat Bagi Hasil Dan Modal

Sendiri Terhadap Profitabilitas Dengan Pembiayaan Bagi Hasil Sebagai Variabel Intervening Pada Perbankan Syariah

Analisis linier berganda

DPK memiliki pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas dan pembiyaan bagi hasil memilikim pengaruh signifikan negative terhadap profitabilitas.

9 Lintang Nurul Annisa dan Rizal Yaya (2015).

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil Dan Non

Perfoming Financing Terhadap Volume Dan Porsi

Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada

Perbankan Syariah di Indonesia

Analisi regresi linier berganda

Aspek volume, variable DPK,tingkat bagi hasil dan NPF berpengaruh signifikan terhadap volume variable tingkat bagi hasil penyaluran yang berpengaruh signifikan terhadap porsi pembiayaan berbasis bagi hasil.

10 Masuda h (2017)

Determinan Volume Pembiayaan Bank Umum Syariah Indonesia

Regresi data panel

DPK, nilai tukar, BOPO, dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap volume pembiayaan di bank syariah.

11 Ping Analisis Uji Regresi Secara parsial hanya

(27)

Ping Puspitos ari (2017)

Factor-Faktor Yang

Mempengaru hi Volume Pembiayaan Bebasis Bagi Hasil Pda Bank Umum Syariah di Indonesia Priode 2011- 2015

linear berganda

DPK yang berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan, sedangkan NPF, FDR, ROA dan CAR tidak berpengaruh terhadap pembiayaan.

12 Slamet Riyadi dan Agung Yulianto (2014)

Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli,

FDR Dan

NPF Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia

Regresi linier berganda

Pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, pembiayaan jual beli

dan NPF tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas dan FDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

13 Sandra Yusnita Devi (2020)

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil Dan Non

Peforming Financing Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada

Perbankan Syariah Di Indonesia Priode 2014- 2018

Analisis regresi linear berganda

DPK, tingkat bagi hasil dan NPF berpengaruh signifikan secara simultan dan variable yang paling dominan mempengaruh volume pembiayaan berbasis bagi hasil yaitu NPF.

(28)

Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian kali ini terletak pada rentan waktu yang diteliti, yaitu pada penelitian kali ini menggunakan tahun 2016-2020 dan juga penggunaan sampel yaitu pada penelitian kali ini menggunakan 7 bank sebagai sampel diantaranya BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BCA Syariah, Bukopin Syariah, Panin Dubai Syariah dan Victoria Syariah.

(29)

16 BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Signaling Theory

Signaling Theory merupaka salah satu poin pendukung dalam memahami manajemen keuangan dalam organisasi, khususnya dalam penelitian ini ialah pada bank syariah. Tanda ini sebagai data yang menggambarkan bagaimana para eksekutif memahami keinginan pemilik dan nasabah. Data yang diberikan oleh bank syariah sangat begitu penting, karena akan mempengaruhi pilihan masyarakat dalam mempertimbangkan dan memanfaatkan barang ataupun jasa yang kemudian ditawarkan oleh bank syariah.

Dari penelitian Juma'an dan Suryani (2015) menjelaskan terkait dengan Signalling Theory tentang bagaimana sebuah organisasi seharusnya memberikan tanda-tanda kepada pihak luar. Tanda yang dimaksud aialah informasi baik tentang laporan keuangan maupun non laporan keuangan terkait dengan apa yang kemudian telah dilakukan oleh organisasi untuk mengimplementasikan keinginan pemilik dan juga sejalan dengan fungsi dan tujuan organisasi.

Kinerja yang baik dapat diliahat pada laporan keuangan, ini merupakan sinyal atau tanda bahwa bank syariah tersebut telah bekerja dengan baik. Tanda yang baik tersebut juga akan disambut dengan baik juga oleh pihak luar, karena reaksi pasar sangat bergantung pada tanda-tanda yang diberikan oleh bank syariah. Oleh karena itu, bank syariah harus terus memberikan tanda-tanda positif kepada nasabah dan masyarakat umum, dengan tujuan agar nasabah mendapatkan kepastian dan jaminan keamanan sepenuhnya dalam hal peredaran dana kepada

(30)

yang bersangkutan dan pemanfaatan setiap produk yang tersedia di perbankan syariah. Olehnya itu, perbankan syariah juga harus memberikan kerja yang sungguh-sungguh untuk menunjukkan bahwa bank syariah lebih baik dari para saingannya.

B. Bank Syariah

1) Pengertian Bank Syariah.

Seperti yang ditunjukkan dalam UU no. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) bahwa Bank Syariah adalah semua yang berhubungan dengan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, termasuk organisasi, kegiatan bisnis, serta teknik dan siklus dalam melakukan kegiatan bisnisnya. Dalam Pasal 1 ayat (7) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah, disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya menurut standar syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Dalam Pasal 1 ayat (12), dinyatakan bahwa Prinsip Syariah akan menjadi standar pengaturan Islam dalam kegiatan perbankan mengingat fatwa yang diberikan oleh organisasi yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan fatwa di bidang syariah.

Perbankan syariah adalah bank yang bekerja sesuai standar yang terkandung dalam ajaran Islam, kemampuan sebagai elemen bisnis yang mengedarkan aset dari dan kembali ke masyarakat pada umumnya, atau sebagai mediator keuangan (Rivai dan Permata 2008).

Sebagai aturan umum, yang dimaksud dengan bank syariah adalah suatu yayasan keuangan yang bisnis dasarnya adalah memberikan layanan pembiayaan dan administrasi dalam lalu lintas angsuran dan penyebaran uang tunai yang bekerja sesuai standar syariah. (Sudarsono 2008).

(31)

Dalam penilaian lain disampaikan oleh sigit dan totok “Bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan kegiatannya baik dalam mendatangkan dana maupun dalam hal menyebarluaskan dana berdasarkan standar syariah, khususnya jual beli dan bagi hasil” (Sigit dan totok 2006). Bank adalah yayasan keuangan yang kemampuan dasarnya adalah untuk menyimpan aset dari masyarakat umum dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat pada umumnya melalui akad pembiayaan, serta Bank syariah adalah lembaga keuangan yang mampu bekerja dengan sistem keuangan di sektor riil (investasi, perdagangan/jual beli dan kegiatan lainnya) berdasarkan standar syariah." (Ascarya 2007).

Tidak sedikit orang yang membayangkan bahwa bagi hasil sama dengan memberi/menerima pendapatan sehingga mereka percaya bahwa bank syariah dan bank konvensional adalah sesuatu yang serupa, perbedaan utamanya adalah hanya terletak pada istilahnya. Berikut ini hal-hal yang perlu dipahami yang erat kaitannya dengan bagi hasil yaitu: (Ismawati 2019)

a. Setiap transaksi atau investasi tentunya memiliki orientasi profit oleh pemilik modal berupa materi untuk memperoleh keuntungan. Hal ini sejalan dengan prinsip atau kaidah dari fiqh yaitu setiap pembayaran terbalaskan oleh ganjaran, oleh karena itu islam sangat menganjurkan untuk bermuamalah atau dagang.

b. Islam mewajibkan kepada setiap masyarakat untuk membayar zakat sebesar 2,5% per tahun sesuai dengan nisab, juga mengajarkan bahwa tidak ada pertambahan uang yang diamanahkan atau yang disimpan serta melarang konsep ribawi, yaitu bunga yang didapatkan ketika nasabah menyimpan dananya di bank.

c. Dalam syariat islam menyatakan bahwa setiap hutang yang menghasilkan keuntungan maka akan termasuk kegiatan riba (Bunga).

(32)

d. Alasan diharamkannya riba dikarenakan riba hanya mementingkan kepentingan suatu individu tanpa memerhatidakan kepentingan masyarakat luas yang jelas bahwa ini bertolak belakang dengan ajaran islam yang mengutamakan kepentingan masyarakat luas daripada kepentingan individu.

2) Fungsi utama bank syariah

Adapun Fungsi utama bank syariah menurut subaidi (2018) yaitu sebagai berikut :

a. Penghimpun dana masyarakat

Fungsi bank syariah yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana berupa titipan dengan skema al-wadiah maupun al-mudharabah.

b. Penyalur dana kepada masyarakat

Selain sebagai penghimpun dana dari masyarakat bank syariah juga berfungsi sebagai penyalur dana yang kemudian nasabah akan memperoleh pembiayaan dari pihak bank sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan kedua belah pihak. Penyaluran dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank syariah akan memperoleh keuntungan atas dana yang disalurkan. Pendapatan yang diperoleh bank syariah atas penyaluran dana ini tergantung pada akadnya (Asra, 2018)

c. Pelayanan jasa bank

Selain dari beberapa fungsi bank syariah diatas, fungsi lainnya adalah sebagai penyedia jasa lain misalnya berupa sarana pengiriman uang, pelayanan produk lain, pemindahbukuan, dan lain sebagainya.

(33)

Menurut Wangsawidjaja, fungsi bank syariah dan bank konvensional umumnya sama, yakni sebagai organisasi delegasi yang mengumpulkan dan menyalurkan dana masyarakat serta bertindak sebagai pemberi pinjaman/pembiayaan. Sementara itu, tujuan perbankan konvensional dan perbankan syariah pada dasarnya hampir sama, khususnya untuk membantu pelaksanaan kegiatan masyarakat dan meningkatkan pemerataan kesejahteraan bangsa. (Wangsawidjaja, 2012).

3) Prinsip operasional

Di dalam mengoperasikan perbankan syariah dikenal beberapa prinsip- prinsip dasar pada garis besarnya disebutkan sebagai berikut: (supriadi &

ismawati, 2020)

a. Bebas Maghrib, sebuah transaksi pada perbankan syariah harus terbebas dari praktek yang diharamkan seperti; Maisir (spekulasi), Gharar (transaksi yang melibatkan unsur ketidakjelasan) Haram, Riba (penambahan pendapatan secara batil), Batil (tidak sah).

b. Prinsip kepercayaan dan kehati-hatian dalam pengelolaan kegiatan perbankan syariah. Dalam upaya menjaga stabilitas perbankan syariah maka perlu memperhatikan unsur kepercayaan nasabah tentang perbankan syariah melalui terjaminnya kepastian hukum pengawasan maupun pengaturan dari pihak bank itu sendiri. Prinsip kehati-hatian ialah konsekuensi hukum dimana perbankan syariah menghimpun dana masyarakat, berperan sebagai lembaga keuangan serta lembaga yang menyalurkan pembiayaan yang diharapkan dalam setiap implementasi usaha atau operasional sesuai dengan prinsip kehati- hatian. Hal ini dapat tercapai melalui studi kelayakan dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

(34)

c. Prinsip akad, semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah yang merupakan perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan Qabul (penerimaan) antara bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masing-masing berdasarkan syariat islam. Akad dinyatakan sah apabila terpenuhi rukunnya. Rukun akad ada 3 yakni, dua pihak atau lebih melakukan akad, objek akad dan lafaz akad. Akad pada perbankan syariah tentunya mengacu pada konsep bagi hasil yang menghendaki keuntungan bersama baik pada pihak pengelola yang dalam hal ini perbankan dan pihak nasabah.

4) Produk dan jasa bank syariah

Gambar 2. 1

Produk dan Jasa bank Syariah

Produk-produk bank syariah

Penghimpunan penyaluran Jasa keuangan

Prinsip wadiah

Giro

Tabungan

Prinsip mudharabah

Deposito

Tabungan

Prinsip jual beli

Murabahah

Istishna

salam

Prinsip Ujroh

ijarah

Ijarah

muntahiyah bittamlik

Prinsip bagi hasil

Mudharabah

Musyarakah

Wakalah

Kafalah

Hiwalah

Rahn

Qardh

Sharf

(35)

C. Bagi Hasil

1) Pengertian Bagi hasil

Bagi hasil adalah profit sharing atau pembagian laba dimana dilakukannya sebuah transaksi dengan janji sebelum dilakukannya kegiatan transaksi.bagi hasil dalam perbankan syariah itu sendiri merupakan sebuah ciri khusus yang dikenal oleh masyarakat luas. Skema ini dikenal dengan penentuan bagi hasil harus ditentukan dan disepakati di awal sebelum jatuhnya kontrak dengan porsi atau persentase tertentu sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak secara sukarela.

(Muhammad, 2001: 118).

Menurut Maryanah menyatakan bahwa “pembiayaan bagi hasil adalah suatu jenis pembiayaan (produk penyaluran dana) yang diberikan bank syariah kepada nasabahnya, dimana pendapatan bank atas penyaluran dana diperoleh dan dihitung dari usaha nasabah” (Maryanah, 2008). Menurut Saeed menyatakan bahwa “Pembiayaan bagi hasil adalah sumber pembiayaan yang luas kepada peminjam (debitur) berdasarkan atas bagi risiko (baik menyangkut keuntungan maupun kerugian) dengan transaksi musyarakah dan mudharabah” (saeed, 2004).

2) Rukun dalam akad bagi hasil (Karim, 2016: 205) adalah a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) b. Objek bagi hasil (modal dan kerja)

c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul) d. Nisbah keuntungan

3) Rumus menghitung bagi hasil

x 100%

(36)

D. Dana Pihak Ketiga (DPK)

1) Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada bank syariah dan/atau unit usaha syariah (UUS) berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”.

2) Sumber Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan dalam perbankan merupakan simpanan yang disimpan nasabah kepada bank, yaitu sebagai simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito. (ismail, 2011).

3) Simpanan Giro (demand deposit)

Simpanan giro adalah simpanan dari masyarakat atau orang luar yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau cara lain untuk pemesanan angsuran atau pemindahbukuan.

masyarakat sangat membutuhkan simpanan giro karena simpanan giro adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk keperluan cicilan, melibatkan kantor penarikan seperti cek, dan kantor pembukuan sebagai bilyet giro. Pikiran utama bagi bank nasabah untuk memiliki rekening giro adalah kenyamanan yang dibutuhkan nasabah karena sifat rekening giro yang kemudian dapat diambil kapan saja.

a. Tabungan (saving)

Tabungan adalah semacam simpanan yang dibuat oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan dengan keadaan tertentu sesuai kesepakatan antara bank dan nasabah (Ismail, 2011).

(37)

Penarikan tabungan melalui bank tempat kerja diberikan pada jam kerja.

Mengenai penarikan melalui ATM tidak ada batasan, dalam perkembangannya ada beberapa bank yang menyediakan kantor ATM bersama, sehingga nasabah dapat menarik tabungannya melalui bank yang berbeda, selama bank tersebut memiliki partisipasi. Berbagai jenis tabungan disajikan oleh bank, menggabungkan tabungan dengan perlindungan, menggabungkan catatan saat ini dengan dana investasi, dan dana tabungan dengan hadiah, sehingga nasabah akan memiliki banyak pilihan dalam menabung di bank.

Tabungan yang dimaksud dalam perbankan syariah adalah dana investasi yang dijalankan menurut standar syariah. Untuk situasi ini, Dewan Syariah Nasional telah memberikan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang diberikan adalah dana investasi yang benar-benar sesuai dengan standar wadiah dan mudharabah.

b. Deposito (Time Deposit)

Deposito adalah suatu jenis simpanan yang dimana penarikannya dapat dilakukan dengan jangka waktu yang telah ditentukan pada awal perjanjian antara bank dengan nasabah. Deposito terdiri dari tiga yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposito on call.

Bank dalam memberikan pembiayaan pada hakikatnya merupakan suatu siklus yang terkoordinasi antara sumber-sumber dana bank. Sehingga jika dpk meningkat, maka bank memiliki peluang yang luar biasa untuk meningkatkan jumlah pembiayaan yang akan disalurkan kepada masyarakat, baik itu dalam bentuk mudharabah, murabahah, maupun ijarah, sehingga keuntungan yang didapat bisa meningkat. Kemudian lagi, jika DPK berkurang, maka bank akan mengurangi jumlah pembiayaannya untuk masyarakat umum (Kasmir 2009). Hal ini dilakukan untuk menjaga tingkat likuiditas bank.

(38)

Dalam penelitian ini, simpanan DPK dapat dirumuskan sebagai berikut:

E. Non Performing Financing (NPF)

1) Pengertian Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) mirip dengan Non Performing Loan (NPL) yang ada pada bank konvensional. Dalam perbankan syariah, ketidakmampuan untuk membayar kewajiban biasa disebut NPF (Non Performing Financing) yang penting dan digunakan untuk mengukur terjadinya risiko kerugian yang berkenaan atas kemungkinan terjadinya ketidak mampuan peminjam dalam memenuhi kewajibannya terhadap bank (Husain, 2017).

Seperti yang dijelaskan oleh Riyadi dan Yulianto, NPF merupakan pembiayaan bermasalah yang dialami oleh bank yang kemudian jelas akan mempengaruhii performa bank sebagai lembaga keuangan dan akan mempengaruhii keuntungan yang akan diperoleh bank (Riyadi dan Yulianto 2014).

Menurut penilaian Dendawijaya (2009), risiko pendanaan (non-performing support) dapat disebabkan oleh keterusterangan bank dalam memberikan pendanaan atau spekulasi karena mereka terlalu terdorong untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas yang diklaim oleh bank. Non Performing Financing (NPF) merupakan penunjang yang diurutkan menjadi kolektibilitas yang kurang memadai, mencurigakan, dan macet (Muhamad, 2016).

2) Rumus menghitung NPF

x 100%

DPK= Giro + Tabungan + Deposito

(39)

F. Volume Pembiayaan 1) Pengertian pembiayaan

Pembiayaan adalah suatu jenis kegiatan lembaga keuangan dengan cara memberikan atau menyalurkan dana dari pihak bank kepada nasabahyang dimana bank mewajibkan kepada pihak nasabah untuk mengembalikan dana atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan mekanisme bagi hasil.

2) Volume pembiayaan bagi hasil

Pembiayaan bagi hasil terdiri dari pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan berbasis bagi hasil ditujukan untuk mendukung pembelian barang maupun jasa serta sebagaimodal tambahan untuk nasabah dalam membangun usaha yang produktif. Musyarakah ialah pembiayaan investasi atau modal usaha dimana bank syariah menyediakan sebagian modal usaha dan dalam proses manajemen, pihak bank syariah dapat dilibatkan secara langsung sehingga keduanya berserikat dalam usaha (Mu’alim, 2015).

Menurut Mu’alim (2015) mudharabah adalah kerjasama antara bank dan nasabah, dimana bank bertindak sebagai pemilik modal dan nasabah sebagai pengelolah.. Bank syariah sebagai shahibul mal (pemilik modal) memberikan pembiayaan modal usaha pada nasabah (mudharib) untuk dikelola secara baik.

Menurut Muhamad bagi hasil merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian bagi hasil usaha antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank dan penerima dana. Bentuk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan (Muhamad, 2014).

3) Rumus volume pembiayaan Berbasis Bagi Hasil

Pembiayaan mudharabah + pembiayaan musyarakah

(40)

G. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting (Sugiyono, 2018).

Gambar 2. 2 Kerangka Berfikir

Model penelitian diatas menjelaskan bahwa variabel independen terdiri dari Bagi Hasil, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing, variabel dependen yaitu Volume Pembiayaan Bagi Hasil. Bagi Hasil (X1), Dana Pihak Ketiga (X2) dan Non Performing Financing (X3) berpengaruh terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil (Y).

(41)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Jenis ini merupakan teknik pemeriksaan dalam pandangan cara berpikir positivisme, digunakan untuk melihat populasi atau tes tertentu, bermacam-macam informasi dengan menggunakan instrumen penelitian, pemeriksaan informasi bersifat kuantitatif/terukur, sepenuhnya bertujuan untuk menguji hipotesis yang disusun (Sugiyono, 2018).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi opsional, sehingga tidak ada daerah eksplorasi. Objek eksplorasi ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Informasi yang diambil dalam penelitian ini adalah informasi yang dikeluarkan dari situs masing-masing Bank Umum Syariah yang kemudian dijadikan sampel dalam penelitian ini.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dapat berupa eksplorasi korelasional (Penelitian Korelasi) sebagai penelitian yang memutuskan sejauh mana faktor-faktor tersebut dihubungkan dengan suatu unsur yang berhubungan terhadap variabel-variabel yang berbeda dilihat dari koefisien hubungannya. Penelitian ini dapat berupa pertanyaan mengenai atribut-atribut masalah yang terkait dengan premis dan status saat ini dari subjek yang dibicarakan, serta kerjasamanya dengan lingkungan. Subjek kajian adalah laporan keuangan organisasi bank syariah yang didistribusikan oleh Otoritas Jasa Keuangan melalui situs resmi pada tahun 2016 - 2020.

(42)

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan ialah data sekunder.

Data sekunder merupakan informasi yang didapatkan dari berbagai pihak, yaitu informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti (Kuncoro, 2009: 145). data ini telah dikumpulkan dan diberikan dengan sengaja oleh pihak khusus atau secara tidak langsung dari sumber utama (bank).

Laporan keuangan tahunan digunakan sebagai sumber data pada penelitian kali ini yakni untuk mendapatkan proporsi keuangan dari bank umum syariah yang menjadi sampel penelitian dengan jangka waktu lima tahun, dimulai dari tahun 2016-2020. Informasi tersebut berupa laporan keuangan, jurnal, buku dan berbagai informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat diperoleh dari www.ojk.co.id atau dari setiap situs bank syariah.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memiliki kualitas tertentu yang dipilih dan ditetapkan oleh peneliti yang kemudian disimpulkan. (sugiyono, 2018). Adapun yang menjadi populasi adalah Bank umum syariah di Indonesia juga terdaftar pada OJk dan BI serta mempublikasikan laporan keuangan bank..

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 14 Bank Umum Syariah:

(43)

Tabel.3 1

Daftar Bank Umum Syariah Bank Umum Syariah 1 PT. Bank Aceh Syariah

2 PT BPD Nusa Tenggara Barat Syariah 3 PT. Bank Muamalat Indonesia

4 PT. Bank Victoria Syariah 5 PT. Bank BRISyariah

6 PT. Bank Jabar Banten Syariah 7 PT. Bank BNI Syariah

8 PT. Bank Syariah Mandiri 9 PT. Bank Mega Syariah 10 PT. Bank Panin Dubai Syariah 11 PT. Bank Syariah Bukopin 12 PT. BCA Syariah

13 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 14 PT. Maybank Syariah Indonesia

Sumber: SPSS Perbankan Syariah OJK 2020

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populsi dengan cara memberikan syarat atau kriteria tertentu terkait topik penelitian tertentu yang disebut purposive sampling (Sugiyono 2018). Kriteria sampel pada penelitian ini ialah Bank Umum Syariah di Indonesia yang memenuhi syarat sebagai BUS yang terdaftar di OJK dan Bank Indonesia, yang telah menerbitkan annual report, serta menerbitkan jumlah bagi hasil, DPK dan NPF pada laporan keuangan, bukan merupakan bank khusus pada daerah tertentu, serta merupakan bank dengan menggunakan Dual Banking System.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diambil sampel dengan 7 bank yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti, yaitu: PT. BNI Syariah, PT BRI Syariah, PT Bank Mandiri Syariah, PT. Bank Panin Dubai Syariah, PT.

BCA syariah, PT. Bank Syariah Bukopin dan PT. Bank Victoria Syariah dengan masing-masing priode 2016-2020.

(44)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dianalisis atau diolah untuk menghasilkan kesimpulan (Bawono, 2006). Dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data, yaitu dengan mengumpulkan atau menggunakan beberapa referensi yang dapat menunjang penelitian ini, seperti laporan keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2016-2020 yang telah diterbitkan dari internet, jurnal-jurnal, dan beberapa buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik

regresi linier berganda merupakan teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu yang dapat memeriksa kekuatan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas dengan lebih dari satu variabel (Ghozali, 2013). Uji regresi linier berganda dapat dilakukan apabila penelitian ini telah memenuhi syarat, yaitu data yang dapat terdistribusikan dengan normal, tidak memiliki heteroskedastisitas dan multikolinearitas, adapun menurut Ghozali (2018) uji asumsi klasik terdiri dari:

b. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji ini untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Untuk menentukan normalitas maka dilakukan uji K-S yakni bila signifikan > dari 0,05, maka data terdistribusi normal, sebaliknya jika signifikan < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal. (Hikmawati, 2020).

c. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara variabel bebas

(45)

(Ghozali, 2016: 103). Selain itu, hasil pengujian multikolinieritas jua dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF dengan nilai korelasi di bawah 95% atau dengan kata sederhana nilai tolerance dan VIf ≤ 10/ 0.10.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan variance terhadap pengamatan satu dengan yang lainnya agar terjadi homoskedastisitas (Tri, 2016). Adapun dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengetahui uji heteroskedastisitas yaitu dilihat dari gambar scatterplot dan uji glejser dengan melihat nilai sig yang harus lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan sebelum penarikan kesimpulan suatu hipotesis, yakni ditolak atau diterima. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda yaitu untuk menganalisis lebih dari satu variabel independen (Tri, 2016).

a. Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini merupakan uji dengan tujuan untuk melihat seberapa besar sungbangsih variabel independen terhadap variabel dependen. Secara sederhana uji ini memiliki tujuan untuk melihat tingkat persentase variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji ini merupakan pengujian yang bertujuan untuk menguji variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat atau variabel dependen (Tri, 2016). Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam uji ini yaitu:

(46)

1) apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel , dan probabilitas signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

2) Apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel , dan probabilitas signifikansi lebih kecil dai 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t merupakan pengujian yang bertujuan untuk menguji pengaruih variabel independen secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap variabel terikat atau variabel dependen.: (Tri, 2016).

1) Apabila thitung lebih kecil dari ttabel , dan probabilitas signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

2) Apabila thitung lebih besar dari ttabel, dan probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

(47)

34 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1) Deskripsi Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini ialah pada bank syariah di Indonesia dengan rentang tahun beroperasi pada 2016-2020 dengan jumlah populasi sebanyak 15 bank syariah yang divalidasi dan terdaftar pada Bank Indonesia juga OJK. Kemudian yang masuk dalam kategori sampel sebanyak 7 bank syariah dengan menggunakan purposive sampling dalam penetapan sampel, yakni pemberian beberapa syarat atau kriteria tertentu yang sejalan dengan penelitian ini. Adapun pemberian kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. BUS di Indonesia yang terdaftar di OJK dan Bank Indonesia.

b. Bank Umum Syariah yang telah menerbitkan annual report serta menerbitkan jumlah bagi hasil, DPK dan NPF.

c. Bank yang bukan merupakan bank khusus dalam daerah tertentu.

d. BUS dengan menggunakan Dual Banking System.

2) Deskripsi Sampel Penelitian

Tingkat Bagi Hasil yang diperoleh dari laporan keuangan, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diperoleh dari laporan keuangan, Non Performing Financing (NPF) serta volume pembiayaan juga diambil dari laporan tahunan bank. Berikut ini merupakan nama-nama BUS yang terdaftar pada OJK yang juga masuk dalam kriteria sampel :

(48)

Tabel 4. 1

Data Bank Berdasarkan Kriteria

No. Nama Bank Kode Bank

1 Bank Negara Indonesia Syariah BNIS 2 Bank Rakyat Indonesia BRIS

3 Bank Syariah Mandiri BSM

4 BCA Syariah BCAS

5 Bank Bukopin Syariah BKBBS

6 Bank Panin Dubai Syariah PNBS 7 Bank Victoria Syariah BVIS 1. BNI Syariah

BNI Syariah Memulai perjalanan dari dibentuknya Unit Usaha Syariah (UUS) oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya juga disebut BNI Induk) pada 29 April 2000 dengan berlandaskan pada Undang-Undang No.

10 Tahun 1998. Berawal dari lima kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin, selanjutnya UUS BNI berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 menetapkan bahwa status UUS hanya bersifat temporer dan oleh karena itu akan dilakukan spin off pada 2009. Rencana spin off terlaksana pada 19 Juni 2010 dengan didirikannya PT Bank BNI Syariah (“BNI Syariah atau Bank”) sebagai Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010. Terwujudnya pendirian ini juga didukung oleh faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Visi BNI Syariah adalah mejadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja. Sebagaimana dalam Anggaran Dasar Perusahaan No. 160 tanggal 22 Maret 2010 menyatakan bahwa maksud dan tujuan BNI Syariah adalah menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(49)

2. BRI Syariah

Sejarah pendirian PT Bank BRISyariah (selanjutnya disebut BRISyariah atau Bank) tidak lepas dari akuisi yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 Pada 19 Desember 2008, Unit Usaha Syariah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk melebur ke dalam PT Bank BRISyariah. Proses spin off tersebut berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009 dengan penandatanganan yang dilakukan oleh Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT Bank BRISyariah. BRISyariah melihat potensi besar pada segmen perbankan syariah.

BRI Syariah fokus membidik berbagai segmen di masyarakat. Basis nasabah yang terbentuk secara luas di seluruh penjuru Indonesia menunjukkan bahwa BRISyariah memiliki kapabilitas tinggi sebagai bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah. Untuk semakin memperkuat citranya di mata seluruh pemangku kepentingan, pada tahun 2016 BRISyariah kembali mencatatkan sejarah penting dalam perjalanan bisnisnya.

Pengembangan demi pengembangan terus dilakukan. Di balik pengembanganpengembangan tersebut, BRISyariah juga senantiasa memastikan terpenuhinya prinsip-prinsip syariah serta Undang-Undang yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, BRI Syariah dapat terus melaju menjadi Bank Syariah terdepan dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

Sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan yang terakhir, yang tertuang dalam AKTA No.52 tanggal 31 Agustus 2016 yang dibuat dihadapat Fathiah Helmi, SH, notaris di Jakarta, pasal 3 ayat 1, Maksud dan tujuan Perseroan ialah Menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah.BRISyariah dalam melaksanakan kegiatan.

Gambar

Tabel 1. 5   Penelitian Terdahulu  No.  Nama
Gambar 2. 2  Kerangka Berfikir
Tabel  diatas  menjelaskan  bahwa  nilai  rata-rata  dari  volume  pembiayaan  sebesar 29,2006, nilai minimum volume pembiayaan sebesar 27,55 yang terdapat  pada  bank  Victoria  syariah  pada  tahun  2017  dan  nilai  maksimum  sebesar  30,98  yang dimili
Tabel 4. 3  Hasil Uji Normalitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

“ Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing dan Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Volume Pembiayaan Mudharabah pada Perbankan Syariah di Indonesia

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan Mud}a&gt;rabah Di BMT Nurul Jannah Gresik ”

Analisis regresi linear berganda untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara dana pihak ketiga dan non performing financing terhadap pembiayaan pada bank Umum

Dana pihak Ketiga memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Hal ini berarti Pembiayaan Bagi Hasil atas laporan keuangan bermanfaat memberikan penjelasan peningkatan

Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan mudharabah pada Bank Umum

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing, dan Financing To Deposit Ratio berpengaruh secara

Semakin besar dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh bank syariah maka semakin besar pula jumlah pembiayaan yang dapat disalurkan kepada para nasabah yang membutuhkan,

Hal ini mendukung penelitian dari Aal, Ethika dan Yeasy (2013) bahwa dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil pada bank syariah yang