• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN TINGKAT RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDARABAH DI BMT NURUL JANNAH GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN TINGKAT RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDARABAH DI BMT NURUL JANNAH GRESIK."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN TINGKAT

RASIO

NON PERFORMING FINANCING

(NPF) TERHADAP

PEMBIAYAAN

MUD}A>RABAH

DI BMT NURUL JANNAH GRESIK

SKRIPSI

OLEH :

ANISATUL MAHMUDAH

NIM : C04211010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN TINGKAT

RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP

PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH

DI BMT NURUL JANNAH GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Studi Strata Satu

Ilmu Ekonomi Islam

Oleh :

Anisatul Mahmudah

NIM : C04211010

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah Di BMT Nurul Jannah Gresik” ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan rasio Non Performing Financing (NPF) secara simultan serta secara parsial terhadap pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik pada tahun 2009 hingga 2013.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskrptif kuantitatif melalui survey lapangan (field research). Teknik pengumpulan data dengan survey lapangan, studi pusaka, dan wawancara. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan bulanan dengan periode pengamatan Januari 2009 hingga Desember 2013 (60 data pengamatan). Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t).

Dari hasil pengujian statistik untuk uji simultan yakni uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung 55,695 dan F tabel 3,16 sehingga F hitung> F tabel,

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (sign.< α) artinya variabel DPK dan NPF secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan mud}a>rabah. Berdasarkan uji koefisien determinasi berganda (R2) diperoleh nilai R square

sebesar 0,662, artinya sumbangan variabel DPK dan NPF terhadap pembiayaan mud}a>rabah sebesar 66,2%, sedangkan sisanya 33,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

Sedangkan hasil uji parsial yakni uji t menunjukkan nilai t hitung sebesar

10,419 dan t tabel sebesar 2,002 sehingga t hitung > t tabel (10,419 >2,002), dengan

signifikansi variabel DPK adalah 0,000 (sign.< α), dan koefisien beta sebesar +0,883, artinya variabel DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan mud}a>rabah. Pada variabel NPF nilai t hitung adalah 2,801

dan t tabel 2,002 (2,801>2,002) dengan signifikansi sebesar 0,007 (sign.< α), dan

koefisien beta sebesar -0,273, artinya variabel NPF secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan mud}a>rabah. Berdasarkan pada koefisisen beta variabel DPK merupakan variabel yang paling dominan yang mempengaruhi pembiayaan mud}a>rabah (karena nilai koefisien beta DPK > NPF).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Hasil Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori.. ... 12

1. Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT) ... 12

2. Pembiayaan Mud}a>rabah... 15

3. Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 23

(8)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 33

C. Kerangka Konseptual ... 41

D. Hipotesis ... .. ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel Penelitian. ... 46

D. Variabel Penelitian ... 47

E. Definisi Operasional ... 48

F. Data dan Sumber Data... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 51

1. Uji Asumsi Klasik ... 52

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 55

3. Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 56

4. Uji Hipotesis... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 59

1. Lokasi Penelitian ... 59

a. Sejarah BMT Nurul Jannah Gresik ... 59

b. Visi dan Misi BMT Nurul Jannah ... 61

c. Struktur Organisasi dan Struktur Kelembagaan ... 62

d. Program Kerja Divisi Ma>l dan Tamwil ... 66

e. Jenis Produk BMT Nurul Jannah ... 68

f. Jumlah Anggota atau Nasabah BMT Nurul Jannah ... 70

(9)

BMT Nurul Jannah Gresik ... 74

3. Gambaran Umum Dana Pihak Ketiga (DPK) BMT Nurul Jannah Gresik ... 76

4. Gambaran Umum Rasio NPF Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Gresik ... 78

B. Analisis Data ... 80

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 80

2. Pembuktian Hipotesis Pengaruh Variabel Bebas terhadapVariabel Terikat ... 84

a. Regresi Liner Berganda ... 84

b. Uji Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 85

c. Uji Simultan (Uji F) ... 87

d. Uji Parsial (Uji t) ... 88

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Simultan DPK dan NPF terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Gresik ... 91

B. Pengaruh Parsial DPK dan NPF terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Gresik ... 92

1. Pengaruh DPK terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah ... 92

2. Pengaruh NPF terhadap Pembiayaan Mud}a>rabah ... 95

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jumlah Anggota dan Perkembangan DPK BMT Nurul Jannah ... 6

2.1 Kategori NPF berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah ... 33

2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 39

3.1 Variabel Penelitian ... 48

4.1 Struktur Organisasi BMT Nurul Jannah ... 64

4.2 Struktur Kelembagaan BMT Nurul Jannah ... 65

4.3 Spesifikasi Jumlah Staff BMT Nurul Jannah ... 66

4.4 Jumlah Anggota BMT Nurul Jannah ... 70

4.5 Perkembangan Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Periode 2009-2013 ... 75

4.6\ Perkembangan DPK BMT Nurul Jannah Periode 2009-2013 ... 76

4.7 Perkembangan Rasio NPF Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Periode 2009-2013... 78

4.8 Hasil Uji Normalitas ... 80

4.9 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81

4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 82

4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 83

4.12 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 84

4.13 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Berganda (R2) ... 86

4.14 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 87

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Perkembangan Rasio NPF Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul

Jannah ... 8

2.1. Skema Pembiayaan Mud}a>rabah ... 23

2.3. Kerangka Konseptual ... 42

4.1. Program Penyaluran Dana ZIS BMT Nurul Jannah ... 67

4.2. Alur Pengajuan Pembiayaan BMT Nurul Jannah ... 74

4.3. Grafik Perkembangan Pembiayaan Mud}a>rabah BMT Nurul Jannah Periode Januari 2009- Desember 2013 ... 75

4.4. Grafik Perkembangan DPK BMT Nurul Jannah Periode Januari 2009- Desember 2013 ... 77

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia lembaga keuangan yang berbasis syariah mengalami

perkembangan yang cukup pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya

lembaga keuangan syariah baik lembaga perbankan syariah, maupun lembaga

keuangan syariah non bank. Sistem keuangan syariah di Indonesia lengkap dengan

adanya 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), 43

perusahaan asuransi syariah (takafful), dan lebih dari 5500 Baitul Ma>l wa Tamwil

(BMT).1 Keberhasilan keuangan syariah tidak terlepas dari peran serta dari

lembaga keuangan mikro syariah, salah satunya adalah Baitul Ma>l wa Tamwil

(BMT), karena BMT sangat penting menjangkau transaksi syariah yang tidak bisa

dilayani oleh fasilitas perbankan.2

Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT) adalah lembaga yang terdiri dari dua

fungsi, yaitu, baitul ma>l yang lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan

penyaluran dana yang non profit, seperti, zakat, infaq, shadaqah, dan baitul tamwil

sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung

kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam. Prinsip

1 Tim Muslim Daily, “Konsep BMT Indonesia adalah Solusi Pengentasan Kemiskinan”, dalam http://muslimdaily.net/berita/ekonomi/konsep-bmt-indonesia-adalah-solusi-pengentasan-kemiskinan-dunia.html, diakses pada 28 September 2014.

(13)

2

operasionalnya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli, ija>rah, dan titipan

(wadi>’ah). BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang

tidak terjangkau layanan perbankan serta pelaku usaha kecil yang mengalami

hambatan dengan perbankan.3

Kegiatan pokok BMT sebagai pelayan masyarakat, pada dasarnya sama

dengan perbankan yaitu berperan sebagai lembaga perantara (intermediary) antara

unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit yang lain

yang mengalami kekurangan dana. Melalui lembaga keuangan, kelebihan tersebut

dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat

kepada kedua belah pihak. BMT menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan, dan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan.4 Kualitas lembaga

keuangan syariah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan

manajemen lembaga untuk melaksanakan perannya.

Salah satu lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi yang selain

merupakan organisasi bisnis juga memiliki peran sosial adalah BMT Nurul Jannah

Gresik. BMT Nurul Jannah, sebagai lembaga keuangan mikro dengan badan

hukum No.489/BH/KWK.13/VII/98 tumbuh selama 16 tahun dan berupaya

memberdayakan masyarakat mikro untuk tetap mengembangkan usahanya

khususnya masyarakat yang berada di wilayah Gresik Kota dan Kabupaten.5

Sebagai organisasi bisnis, BMT dijalankan secara professional, sehingga mencapai

3 Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 363.

(14)

3

tingkat efisien yang mampu memberikan bagi hasil yang kompetitif kepada para

s}a>hibul ma>l serta mampu meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya.

Sedangkan aspek sosialnya BMT berorientasi pada menjangkau lapisan masyarkat

yang paling bawah dengan menciptakan distribusi kekayaan kepada segenap

lapisan masyarakat.6

BMT Nurul Jannah Gresik sebagai lembaga intermediary menghimpun

dana dari masyarakat melalui simpanan yang terdiri dari simpanan mud}a>rabah,

simpanan pendidikan, simpanan haji, dan simpanan qurban, sedangkan dana yang

yang telah dihimpun tersebut kemudian disalurkan pada sektor-sektor produktif

melalui produk pembiayaan (pembiayaan yang ada di BMT meliputi, pembiayaan

mud}a>rabah, pembiayaan mura>bah}ah, dan qard} al-hasan).7 Pembiayaan merupakan

aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh

pendapatan. Pembiayaan dibagi menjadi empat prinsip yaitu prinsip jual beli,

prinsip bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap.8

Salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh BMT Nurul Jannah

Gresik adalah pembiaayan dengan prinsip bagi hasil atau Lost and Profit Sharing

(PLS), yaitu pembiayaan mud}a>rabah. Menurut Syafii Antonio, pembiayaan

mud}a>rabah adalah akad kerjasama permodalan usaha di mana koperasi (BMT

Nurul Jannah) sebagai pemilik modal (s}a>hib al-ma>l) menyetorkan modalnya

6 Muhammad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT (Yogyakarta: Citra Media, 2006), 6.

7 Tim Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL), UIN Sunan Ampel Surabaya Prodi Ekonomi Syariah di BMT Nurul Jannah Gresik, (2014), 17.

(15)

4

kepada anggota, atau calon anggota, sebagai pengusaha (mud}arib) untuk

melakukan kegiatan usaha sesuai akad dengan ketentuan pembagian keuntungan

dibagi bersama sesuai kesepakatan (nisbah) dan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal sepanjang bukan merupakan kelalaian penerima pembiayaan.

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mud}a>rabah atau musha>rakah)

merupakan ciri pokok yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dengan

lembaga keuangan konvensional. Pembiayaan mud}a>rabah merupakan produk yang

berpotensi sangat besar dalam menciptakan keseimbangan sektor moneter, karena

produk ini melibatkan dua pihak yang sedang bergerak mengelola sektor usaha

yang memberikan nilai tambah pada perekonomian. Oleh karena itu, pembiayaan

mud}a>rabah sangat mendorong sektor rill (sektor manufaktur dan sektor jasa) untuk

berkembang.9 Peningkatan sektor rill akan berdampak pada peningkatan kondisi

ekonomi negara yang diikuti dengan peningkatan perekonomian masyarakat.

Selain itu mud}a>rabah pada hakikatnya adalah sebuah kerjasama yang saling

menguntungkan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki baik berupa

pekerjaan atau harta (modal). Kerjasama dengan prinsip mud}a>rabah mencerminkan

karakter dalam masyarakat ekonomi yang Islami karena Islam memandang

manusia mempunyai kedudukan yang sama, tidak kenal perbedaan kelas, manusia

saling membantu satu sama lain dan melakukan kerjasama ekonomi.10 Islam

9 Muhammad Akhyar Adnan, Dari Murabahah menuju Musyarakah, Upaya Mendorong Optimalisasi

Sektor Riel”, Jurnal Akutansi & Auditing Indonesia (JAAI), Volume 9:2 (Desember, 2005), 63. 10

(16)

5

menganjurkan umatnya untuk bekerjasama kepada siapa saja dengan tetap

memegang prinsip syariah, sesuai dengan sabda Rasulullah,

َ نَ َ خَتََي ْ َاَ م ِ ْ َ ْ ِلا َل َ ِ ُدَي

(

ى خ ا ه

)

Allah akan menolong dua orang yang berserikat selama mereka tidak saling berkhianat. (HR. Bukhari).11

Kemampuan BMT dalam memberikan pembiayaan sangat dipengaruhi

oleh kemampuan BMT dalam menyerap dana.12 Pertumbuhan setiap bank maupun

BMT sangat dipengaruhi oleh kemampuan menghimpun dana dari masyarakat.

Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan hal yang paling utama. Tanpa

dana yang cukup, bank atau BMT tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata

lain, BMT menjadi tidak berfungsi sama sekali. Dana itu sendiri adalah sejumlah

uang yang dimiliki dan dikuasai suatu BMT dalam kegiatan operasionalnya.

Dana-dana yang dimiliki oleh lembaga keuangan dapat diperoleh dari tiga sumber. Dana

tersebut berasal dari lembaga itu sendiri yaitu dana pihak kesatu, dana yang

bersumber dari lembaga atau pihak lain yaitu dana pihak kedua, dan dana yang

bersumber dari masyarakat yaitu dana pihak ketiga.13

Pada lembaga keuangan syariah, dana simpanan masyarakat atau biasa

disebut dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan jumlah dana terbesar yang

paling diandalkan oleh bank atau BMT.14 Dana yang dihimpun dari masyarakat

(17)

6

atau dana pihak ketiga, disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito baik

dengan prinsip wadi>’ah maupun prinsip mud}a>rabah.

Selain dana menjadi hal penting dalam kegiatan BMT, namun dana juga

dapat menjadi suatu permasalahan bagi BMT, karena apabila dana yang terhimpun

dari dana pihak ketiga (masyarakat) terus bertambah, maka akan banyak terdapat

dana idle (menganggur), apabila dana tersebut tidak disalurkan kembali kepada

masyarakat. Oleh karena itu salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank atau

BMT dalam penyaluran kredit atau pembiayaan, adalah sifat usaha bank atau

BMT sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan

sumber dana bank atau BMT berasal dari masyarakat sehingga secara moral harus

menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan.15

DPK yang berhasil dihimpun oleh BMT Nurul Jannah pada setiap tahun

mengalami peningkatan. Berikut ini adalah perkembangan DPK dan jumlah

anggota dari penghimpunan dana di BMT Nurul Jannah Gresik.

Tabel 1.1.

Jumlah Anggota, dan Perkembangan DPK BMT Nurul Jannah Gresik

Tahun Anggota

pendanaan Total DPK 2009 2278 6.678.433.000 2010 2585 8.842.571.000 2011 2876 12.057.140.000 2012 3871 17.080.168.000 2013 4231 24.006.397.000 Sumber : Data Primer diperoleh16

15 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005), 349.

(18)

7

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anggota pendanaan yang

terdiri dari, simpanan mud}a>rabah, simpanan pendidikan, simpanan haji, dan

simpanan qurban, mengalami kenaikan pada setiap tahunnya, dan dana pihak

ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun juga terus mengalami peningkatan.

Adapun pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik selama lima

tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2009 hingga 2013

pembiayaan mud}a>rabah yang disalurkan berturut-turut adalah 8.433.934.000,

10.763.950.000, 16.274.801.000, 20.325.696.00, 23.880.800.000 (lampiran 1).

Menurut Lukman Dendawijaya, mengemukakan bahwa dana-dana yang

dihimpun dari masyarakat (DPK) dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana

yang dikelola oleh bank, dan kegiatan perkreditan mencapai 70%-80%.17 Maka

berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan dana pihak ketiga (DPK) yang

dihimpun oleh BMT akan mepengaruhi penyaluran pembiayaan mud}a>rabah.

Semakin banyak dana yang dihimpun maka kemampuan BMT dalam

memberikan pembiayaan mud}a>rabah akan mengalami peningkatan pula.

Selain Dana Pihak ketiga (DPK) yang dapat mempengaruhi penyaluran

pembiayaan, terdapat faktor lain, yaitu adanya resiko kredit atau resiko

pembiayaan bermasalah. Suatu pembiayaan yang disalurkan akan berpotensi

mengalami pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah diartikan sebagai

pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar, diragukan

(19)

8

dan macet.18 Pembiayaan bermasalah dalam bank syariah disebut dengan NPF

(Non Performing Financing). Non Performing Financing (NPF) adalah rasio

yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank atau BMT

dalam mengendalikan risiko kegagalan pengembalian pembiayaan oleh

nasabah.19 Semakin tinggi NPF semakin tinggi pula resiko kredit yang

ditanggung bank atau BMT. Rasio Non Performing Financing untuk

pembiayaan mud}a>rabah dapat diperoleh dari presentase pembiayaan mud}a>rabah

bermasalah terhadap total pembiayaan mud}a>rabah yang disalurkan. Adapaun

tingkat rasio NPF untuk pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik

berfluktuatif dari setiap tahunnya.

Sumber: Laporan keuangan BMT Nurul Jannah (data diolah)

Gambar 1.1. Perkembangan Rasio NPF BMT Nurul Jannah Gresik

Meskipun pembiayaan mud}a>rabah yang disalurkan terus meningkat,

namun besarnya rasio NPF pembiayaan mud}a>rabah mengalami naik turun, dan

18 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), 66.

19 Teguh Pudjo Mulyono, Manajemen Perkreditan Edisi Tiga (Yogyakarta: BPFE, 2001), 56. 1.9

4.1 3.9 3.9

5.5

0 1 2 3 4 5 6

2009 2010 2011 2012 2013

(20)

9

cenderung meningkat pula. Besarnya pembiayaan bermasalah ini akan dijadikan

penilaian terhadap kondisi kesehatan operasional lembaga BMT. Dalam

perbankan kriteria NPF ditetapkan maksimal adalah ≤ 5%. Menurut Direktur

Inkopsyah (Induk Koperasi Syariah), Arisson Hendry, meskipun batas maksimal

NPF BMT adalah 12%, akan tetapi BMT dapat mengacu pada aturan perbankan

(NPF maksimal 5%), karena semakin rendah NPF hal tersebut semakin baik.20

Dengan demikian dapat diindikasikan ketika banyak pembiayaan bermasalah,

maka akan berakibat pada menurunnya penyaluran pembiayaan.

Melihat pembiayaan mud}a>rabah sangat menguntungkan bagi

perekonomian, BMT sebagai s}a>hib al-ma>l, maupun bagi mud}arib sebagai

pengelola, maka diperlukan suatu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga (DPK), dan rasio Non Performing

Financing (NPF) terhadap pembiayaan mud}a>rabah pada BMT Nurul Jannah

Gresik tahun 2009-2013. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik.

20Berita Republika,“Inkopsyah Proyeksikan NPF 2,7 persen akhir 2009”, dalam

(21)

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah:

1. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan rasio Non Performing Financing

(NPF) berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan mud}a>rabah di

BMT Nurul Jannah Gresik?

2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan tingkat rasio Non Performing

Financing (NPF) berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan

mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah

ditemukan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

tingkat rasio Non Performing Financing (NPF) secara simultan terhadap

pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

tingkat rasio Non Performing Financing (NPF), secara parsial terhadap

(22)

11

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Aspek teoritis (Keilmuan)

Yaitu menjadi salah satu skripsi yang dapat dijadikan referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang pengaruh Dana Pihak

Ketiga (DPK) dan rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap

pembiayaan mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik. Dan juga menambah

pengetahuan, wawasan, serta informasi mengenai analisis kesehatan BMT,

khususnya mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pembiayaan

mud}a>rabah.

2. Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan informasi dan bahan

evaluasi untuk meningkatkan kinerja BMT Nurul Jannah Gresik,

khususnya yang berkaitan dengan penyaluran pembiayaan mud}a>rabah.

b. Memberikan kontribusi pada lembaga keuangan syariah khususnya yang

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT)

a. Pengertian Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT)

Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan

mikro yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang

terdiri dari 2 fungsi utama yaitu:1

1) Baitul Ma>l (rumah harta) : menerima titipan dana zakat, infaq, dan

shadaqah, serta mengoptimalkan pendistribusiannya.

2) Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta): melakukan

pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam

meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil

dengan cara mendorong kegiatan menabung dan menunjang

pembiayaan kegiatan ekonomi.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan suatu pengertian

yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga

berperan sebagai organisasi sosial. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih

mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakin simpan

pinjam. Usaha ini sama seperti perbankan yaitu menghimpun dana dan

menyalurkannya pada sektor ekonomi yang halal dan menguntungkan.

(24)

13

Selain itu, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan bisnisnya

pada sektor riil maupun sektor keuangan lainnya. Pada dataran hukum

di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah

koperasi, baik koperasi serba usaha, maupun koperasi simpan pinjam.

b. Fungsi dan Tujuan BMT

Tujuan didirikannya BMT adalah meningkatkan kualitas usaha

ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat

pada umumnya. Sedangkan dalam rangka mencapa tujuannya, BMT

berfungsi:2

1) Memobilisasi, mengorganisir, mendorong, dan mengembangkan

potensi serta kemampuan ekonomi anggota.

2) Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih professional,

dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi

persaingan global.

3) Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota.

4) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara

agniya sebagai s}a>hib al-ma>l dengan dhu’afa sebagai mud}arib,

terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, shodaqoh,

wakaf, hibah, dll.

5) Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara

pemilik dana (s}a>hib al-ma>l), baik sebagai pemodal maupun

(25)

14

penyimpan dengan pengguna dana (mud}arib) untuk usaha

produktif.

c. Prinsip Operasional BMT

Dalam Menjalankan usahanya BMT menggunakan

prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Prinsip bagi hasil : prinsip ini merupakan suatu sistem yang

meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemodal dengan

pengelola dana. Pembagian hasil ini dilakukan antara BMT dengan

pengelola dana dan antara BMT dengan penyedia dana

(penabung).

2) Sistem jual beli: sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli

yang dalam pelaksanaannya BMT melakukan pembelian barang

yang sesuai dengan keinginan nasabah, dan kemudian bertindak

sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya

tersebut dengan ditambah margin. Keuntungan BMT nantinya

akan dibagi kepada penyedia dana.

3) Sistem non-profit: sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan

kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan

non-komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya

(26)

15

2. Pembiayaan Mud}a>rabah

a. Pengertian Pembiayaan

Yang dimaksud dengan pembiayaan, berdasarkan pasal 1 butir

25 UU No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah adalah

penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1) Transaksi bagi hasil berupa pembiayaan mud}a>rabah dan

pembiayaan musha>rakah.

2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ija>rah atau sewa beli

dalam bentuk Ija>rah Muntahiya bit Tamlik (IMBT)

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mura>bah}ah, salam dan

istishna’.

4) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ija>rah untuk transaksi

multijasa.

Dalam SOP KJKS-UJKS, pembiayaan adalah kegiatan

penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara

koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain, dan atau

anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaaan itu untuk

melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi

sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah bagi hasil dari

pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan

dana pembiayaan tersebut.3

3 “Standart Operasional Pelaksanaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan

(27)

16

Hertanto Widodo menjelaskan pembiayaan merupakan

penyaluran dana BMT kepada nasabah berdasarkan kesepakatan

pembiayaan antara BMT dengan nasabah dengan jangka waktu

tertentu dan nisbah bagi hasil yang disepakati.4

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembiayaan adalah fasilitas penyediaan dana untuk mendukung

kegiatan investasi yang telah direncanakan atau untuk memenuhi

kebutuhan pihak yang merupakan defisit unit.

Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank

berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh

bank atau lembaga keuangan yang berprinsip syariah adalah terletak

pada keuntungan yang diharapkan, bagi bank yang berdasarkan

prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui bunga. Sedangkan

bagi lembaga keuangan syariah berupa bagi hasil.5

Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi

dua hal yaitu:6

a) Pembiayaan produktif: yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi, dalam arti luas, yaitu untuk

peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun

investasi.

4 Hertanto Widodo, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) (Bandung: Mizan, 1999), 83.

5 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 72-73.

(28)

17

b) Pembiayaan konsumif: yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk

memenuhi kebutuhan.

b. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi 2 yaitu

tujuan untuk tingkat makro dan tujuan untuk tingkat mikro.7

1) Secara makro pembiayaan bertujuan untuk: peningkatan ekonomi

umat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan

produktivitas, membuka lapangan kerja baru, terjadi distribusi

pendapatan (artinya masyarakat usaha produktif mampu

melakukan aktivitas kerja berarti mereka akan memperoleh

pendapatan dari hasil usahanya).

2) Secara mikro tujuan pembiayaan adalah: upaya mengoptimalkan

laba, pendayagunaan sumber ekonomi (artinya sumber daya

ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara

sumber daya alam dengan sumber daya manusia dan sumber daya

modal. Jika sumber daya alam dan sumber manusianya ada dan

sumber daya modal tidak ada, maka diperlukan adanya

pembiayaan), penyaluran kelebihan dana dari pihak surplus kepada

yang defisit.

(29)

18

Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagai mana diatas,

pembiayaan secara umum memiliki fungsi:

1) Meningkatkan daya guna uang (dana yang mengendap di bank

tidaklah idle (diam) dan disalurkan utuk usaha-usaha yang

bermanfaat)

2) Meningkatkan peredaran uang (melalui pembiayaan, peredaran

uang akan lebih berkembang karena pembiayaan menciptakan

suatu kegairahan berwirausaha sehingga penggunaan uang akan

bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif).

3) Menimbulkan kegairahan berwirausaha

4) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional,

karena melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah.

c. Pengertian Pembiayaan Mud}a>rabah

Mud}a>rabah atau atau qirad} termasuk salah satu bentuk akad

syirkah (perkongsian). Istilah mud}a>rabah digunakan oleh orang Irak,

sedangkan orang Hijaz menyebutnya dengan istilah qirad}. Dengan

demikian, mud}a>rabah dan qirad} adalah dua istilah untuk maksud yang

sama. Menurut bahasa, qirad} ( ا ْ ) diambil dari kata ْ ْ yang

berarti ) ْ ْ ( potongan, sebab pemilik memberikan potongan dari

hartanya untuk diberikan kepada usaha pengusaha agar mengusahakan

harta tersebut, dan pengusaha akan memberikan potongan dari laba

(30)

19

( ا ق ْ ) kesamaan, sebab pemilik modal dan pengusaha memiliki hak

yang sama terhadap laba.8

Sedangkan pengertian dari pembiayaan mud}a>rabah adalah

sebagai berikut:

1) Menurut Latifa M. Algaoud dan Mervyn K. Lewis, mud}a>rabah

dapat didefinisikan sebagai sebuah perjanjian di antara paling

sedikit 2 pihak, dimana 1 pihak, pemilik modal (s}a>hib al-ma>l atau

rabb al-ma>l) mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain,

yaitu pengusaha (mud}arib) untuk menjalankan suatu aktivitas atau

usaha.9

2) Menurut Afzalur Rahman, sebagaimana dikutip oleh Gemala

Dewi, shirkah mud}a>rabah atau qirad}, yaitu berupa kemitraan

antara tenaga dan harta, dimana seseorang (pihak pertama/

supplier/ pemilik modal/ s}a>hibul ma>l) memberikan hartanya

kepada pihak lain (pihak kedua /pemakai /pengelola/ mud}arib),

yang digunakan untuk bisnis dengan ketentuan bahwa keuntungan

(laba) yang diperoleh akan dibagi oleh masing-masing pihak sesuai

dengan kesepakatan. Bila terjadi kerugian maka dibebankan pada

pemilik harta, tidak pada pengelola.10

8 Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), 223.

9 Latifa M. Algaoud dan Mervyn K.Lewis, Perbankan Syariah; Prinsip, Praktik, dan Prospek (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta, 2004), 66.

(31)

20

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan

mud}a>rabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih,

dimana pihak pertama (s}a>hibul ma>l) menyediakan seluruh modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mud}arib) yang

mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola usaha yang

produktif dan halal. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan

dalam kontrak, sedangkan bila rugi ditanggung oleh pemilik modal

selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola.

Pembiayaan mud}a>rabah merupakan wahana utama bagi

perbankan syariah termasuk BMT untuk memobilisasi dana

masyarakat yang terhimpun dalam jumlah besar dan untuk

menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi

para pengusaha.11

Secara umum, landasan dasar syariah, mud}a>rabah lebih

mencerminkan untuk melaksanakan usaha, hal ini tampak dalam

ayat-ayat dan hadits berikut ini,

Q.S Al-Muzzammil: 20

 





 





....

Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.12

11 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah (Yogyakarta: UII Pers, 2002), 32.

(32)

21

Q.S Al-Jumuah: 10

                        

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.13

Q.S Al-Baqarah: 198

                

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.14

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah

ْ َ

ِ ِا َ

ِ ْ

ٍ ْ َ ُ

ْ َ

ِ ْ ِ َ

َ َ

َ َ

ُ ْ ُ َ

ِ َ

َل َ

ُ

ِ ْ َ َ

َ َ َ

ٌ َ َ

َ ِ ْ ِ

ُ َ َ ََ ْا

ُ ْ ََ ْا

لاِ

ٍ َ َ

َقُماْ َ

ُ َ َ

ُ َ ْ َ َ

ِ َُ اْ

ِ ِ َلاِ

ِي َ ِا

َ

ِ ْ ََ ِا

Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan, melakukan qiradh (memberi modal dengan orang lain), dan yang mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk diperjualkan.” (HR. Ibnu Majah No.2280, Kitab At-Tijarah)15

13 Ibid., 554.

14 Ibid., 31.

(33)

22

Adapun rukun dan syarat sah mud}a>rabah adalah sebagai

berikut:16

1) Rukun mud}a>rabah ada 4 yaitu:

a) Al-aqidani (dua orang yang beraqad), yaitu s}a>hibul ma>l, dan

mud}arib

b) Objek mud}a>rabah, berupa modal dan kerja

c) Ija>b qabu>l atau serah terima

d) Nisbah keuntungan

2) Syarat- syarat mud}a>rabah sesuai dengan rukun yang dikemukakan

di atas adalah:

a) Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap

diangkat sebagai wakil

b) Mengenai modal disyaratkan: berbentuk uang, jelas

jumlahnya, tunai, dan diserahkan sepenuhnya kepada mud}arib

(pengelola). Oleh karenanya jika modal itu berbentuk barang.

Menurut ulama fiqh tidak dibolehkan, karena sulit menentukan

keuntungannya.

c) Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa

pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing

diambil keuntungan dagang itu.

(34)

23

Berikut ini adalah mekanisme pembiayaan mud}a>rabah di bank

[image:34.595.131.506.166.535.2]

syariah atau di BMT.

Gambar 2.1. Skema Pembiayaan Mud}a>rabah

3. Dana Pihak Ketiga

a. Manajemen Pendanaan

Manajemen dana merupakan upaya yang dilakukan oleh lembaga

keuangan syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang

diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan pada aktivitas

financing.17 Manajemen dana adalah ilmu, seni dan proses penarikan

dan pengumpulan dana yang optimal.18

Upaya penghimpunan dana harus dirancang dengan baik untuk

menarik minat masyarakat untuk menjadi anggota di BMT. Prinsip

utama dalam manajemen funding ini adalah kepercayaan. Artinya

17 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah Edisi Revisi (Jakarta: Graha Ilmu, 2013), 109. 18 Ismail Nawawi, Bank Syariah..., 461.

MODAL 100%

Bagian keuntungan Y Bagian

keuntungan X

s}a>hibul ma>l

Pengusaha/

mud}arib

Akad mud}a>rabah

Proyek / Usaha

Keuntungan

MODAL

(35)

24

kemauan masyarakat untuk menaruh dananya pada BMT sangat

dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT itu

sendiri.

Sumber dana BMT pada prinsipnya dikelompokkan menjadi 3

bagian, yakni dana pihak pertama (modal), dana pihak kedua

(pinjaman pihak luar), dan dana pihak ketiga (simpanan atau

tabungan).19

1) Dana pihak pertama (DP1)

Dana pihak pertama sangat diperlukan BMT terutama pada saat

pendirian. Tetapi dana ini dapat terus dikembangkan, seiring

dengan perkembangan BMT. Sumber dana pihak pertama meliputi,

a) Simpanan pokok khusus (modal penyertaan), yaitu simpanan

modal penyertaan, yang dapat dimiliki oleh individu maupun

lembaga dengan jumlah penyimpanan tidak harus sama.

Simpanan hanya dapat ditarik setelah jangka waktu 1 tahun

melalui musyawarah tahunan. Atas simpanan ini, penyimpan

akan mendapatkan porsi sisa hasil usaha atau laba pada tiap

akhir tahun secara proporsional dengan modalnya.

b) Simpanan pokok, merupakan simpanan yang harus dibayar saat

menjadi anggota BMT. Besarnya pokok harus sama. Simpanan

pokok tidak dapat ditarik, jika ditarik maka keanggotaan

dinyatakan berhenti.

(36)

25

c) Simpanan wajib, merupakan sumber modal yang mengalir terus

setiap waktu. Besar kecilnya tergantung pada kebutuhan

permodalan dan anggotanya.

2) Dana Pihak Kedua (DP II), yaitu dana yang bersumber dari

pinjaman pihak luar. Nilai dana ini tidak terbatas, tergantung pada

kemampuan BMT masing-masing dalam menanamkan kepercayaan

pada investor. Pihak luar yang dimaksud adalah bank syariah (BMI,

BRIS, BPRS, BNIS) maupun lembaga antar BMT, seperti

puskopsyah atau Inkopsyah.

3) Dana Pihak Ketiga (DP III). Dana ini merupakan simpanan

sukarela atau tabungan dari para anggota BMT. Jumlah dan sumber

dana ini sangat luas dan tidak terbatas. Dilihat dari cara

pengembaliannya sumber dana ini dapat dibagi menjadi dua yakni

simpanan lancar (tabungan), dan simpanan tidak lancar (deposito).

b. Pengertian Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat,

dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Dana

masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki, hal

ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan sebagai penghimpun dana

dari masyarakat.20 Dana pihak ketiga dalam perbankan syariah terbagi

atas giro, tabungan dan deposito. Sedangkan pada BMT dana pihak

ketiga dibagai menjadi 2 jenis, yaitu tabungan (simpanan lancar) dan

(37)

26

deposito (simpanan tidak lancar), yang dilkukan dengan menggunakan

prinsip wadi>’ah maupun mud}a>rabah.21

1) TabunganWadi>’ah,

Wadi’ah artinya adalah titipan. Jadi prinsip tabungan wadi’ah

merupakan akad penitipan uang pada BMT, dimana BMT harus

menjaga dan merawat dengan baik serta mengembalikannya saat

penitip (muwadi’) menghendakinya. Prinsip wadiah ada 2 yaitu

wadi>’ah yad d}omanah (BMT dapat memanfaatkan simpanan dari

penitip) dan wadi>’ah yad amanah (BMT tidak dapat

memanfaatkan simpanan dari penitip)

2) Tabungan Mud}a>rabah

Adalah tabungan yang penyetorannya dan penarikannya dapat

dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati

sebelumnya. Mud}a>rabah merupakan akad kerjasama modal dari

pemilik dana (s}a>hibul ma>l) degan pengelola dana (mud}arib) atas

dasar bagi hasil. Dalam hal ini BMT bertindak sebagai mud}arib

sedangkan anggota atau nasabah bertindak sebagai s}a>hibul ma>l.

Variasi jenis tabungan yang berakad mud}a>rabah dapat

dikembangkan ke dalam berbagai variasi tabungan, seperti:

a) Tabungan haji: tabungan khusus yang menampung keinginan

masyarakat yang akan menunaikan ibadah haji dalam jangka

panjang.

(38)

27

b) Tabungan qurban : tabungan untuk para s}a>hibul qurban, yaitu

produk yang disediakan untuk membantu masyarakat dalam

merencanakan ibadah qurbannya.

c) Tabungan pendidikan: tabungan yang disediakan untuk

membantu masyarakat dalam menyediakan kebutuhan dana

pendidikan di masa yang akan datang.

3) Deposito Mud}a>rabah

Adalah simpanan anggota yang pengambilannya hanya dapat

dilakukan pada saat jatuh tempo. Jangka waktu yang dimaksud

meliputi: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

Dana pihak ketiga yang disingkat DPK merupakan sumber

dana bank yang utama dan yang terbesar, karena hal ini sesuai dengan

fungsi bank atau BMT sebagai penghimpun dana dari pihak

masyarakat yang kelebihan dana. Menurut Lukman Dendawijawa,

mengemukakan bahwa dana yang dihimpun dari masyarakat dapat

mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank, dan

kegiatan perkreditan (dalam lembaga keuangan syariah, disebut

pembiayaan) mencapai 70%-80%. Apabila pertumbuhan DPK

menunjukkan kecendrungan yang menurun, maka akan memperlemah

kegiatan operasional bank. Sehingga semakin banyak DPK yang

berhasil dihimpun oleh bank, maka akan semakin banyak pula

(39)

28

Besar kecilnya dana yang berhasil dihimpun oleh suatu

lembaga keuangan merupakan ukuran dalam menilai tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap bank atau lembaga keuangan

tersebut. Dan tingkat kepercayaan masyarakat sangat dipengaruhi

oleh kinerja bank atau lembaga yang bersangkutan.22

4. Non Performing Financing (Pembiayaan Bermasalah)

a. Pengertian Non Performing Financing

Pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah dikenal

dengan istilah Non Performing Financing (NPF), sedangkan dalam

perbankan konvensional dikenal dengan istilah Non Performing Loan

(NPL), merupakan salah satu resiko yang dihadapi oleh bank atau

lembaga keuangan lainnya dalam penyaluran pembiayaan. NPF adalah

resiko tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering

disebut resiko pembiayaan. Resiko pembiayaan umumnya timbul dari

berbagai pembiayaan yang termasuk dalam kategori bermasalah atau

Non Performing Financing (NPF).23 Non Performing Financing (NPF)

adalah suatu rasio keuangan bank yang menggambarkan besarnya

tingkat pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang

disalurkan. Untuk NPF pembiayaan mud}a>rabah secara matematis

dapat dirumuskan berikut,

22 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi Pertama (Bogor: Ghalia Indonesia, 2000), 85.

(40)

29

Keterangan :

NPF m : rasio pembiayaan mud}a>rabah yang bermasalah

KL : pembiayaan mud}a>rabah dalam kategori kurang lancar

D : pembiayaan mud}a>rabah dalam kategori diragukan

M : pembiayaan mud}a>rabah dalam kategori macet

Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) KJKS-UJKS,

mendefinisikan pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi

pembiayaan dimana terdapat suatu penyimpangan dalam pembayaran

kembali pembiayaan yang berakibat terjadi kelambatan dalam

pengembalian, atau kemungkinan terjadinya kerugian bagi koperasi.24

NPF adalah rasio keuangan untuk mengukur kinerja lembaga

keuangan dari segi pembiayaan yang diberikannya pada nasabah.25

Jadi NPF menghitung berapa % (persen) pembiayaan yang bermasalah

(kurang lancar, diragukan, macet) dibandingkan dengan total

pembiayaan yang diberikan. Semakin besar NPF maka semakin buruk

kinerja lembaga keuangan, karena berarti banyak kredit atau

pembiayaan yang tidak dapat ditagih, yang pada akhirnya

mempengaruhi pendapatan. Ketentuan BI yang menyatakan bank /

KJKS berkinerja baik mencatat pembiayaan bermasalah maksimal

adalah 5% (mengacu pada angka yang dipersyaratkan BI pada NPF).

24“Standart Operasional Pelaksanaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan

Syariah Koperasi”…, 129.

(41)

30

Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada

dalam BMT sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah

faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan BMT

yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa

hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pemberian pembiayaan,

lemahnya pengawasan, dan permodalan yang tidak cukup. Sedangkan

faktor eksernal adalah faktor yang berada di luar kekuasaan

manajemen perusahaan seperti, bencana alam, peperangan, perubahan

dalam kondisi perekonomian, perubahan teknologi,dll.26

Penanganan terhadap pembiayaan bermasalah perlu dilakukan

dengan cara:27

1) Preventif (Pencegahan)

a) Pemahaman dan pelaksanaan proses pembiayaan yang benar,

menyangkut internal (koperasi) dan eksternal (mitra dan

lingkupnya).

b) Pemantauan dan pembinaan pembiayaan

c) Memahami faktor yang menjadi penyebab pembiayaan

bermasalah

26 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah…,73.

(42)

31

2) Kuratif (Penyelesaian): melakukan analisis-evaluasi ulang

mengenai aspek (manajemen, pemasaran, produksi, keuangan,

agunan).

b. Kategori Pembiayaan Bermasalah

Berdasarkan ketentuan pasal 9 PBI No.8/21/PBI/2006/ tentang

kualitas aktiva bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diubah dengan PBI

No.9/9/PBI/2007 dan PBI No. 10/24/PBI/2008, kualitas pembiayaan

dinilai berdasarkan aspek-aspek28: Prospek usaha, kinerja

(performance) nasabah, kemampuan membayar.

Atas dasar penilaian aspek-aspek tersebut kualitas pembiayaan

ditetapkan menjadi 5 golongan yaitu lancar (L) atau golongan I,

dalam perhatian khusus (DPK) atau golongan II, kurang lancar (KL)

atau golongan III, diragukan (D) atau golongan IV, macet (M) atau

golongan V.

Adapun kriteria komponen-komponen dari aspek penetapan

penggolongan kualitas pembiayaan diatur dalam lampiran I Surat

Edaran Bank Indonesia No.8/22/DPbS tanggal 18 Oktober 2006

tentang penilaian aktiva produktif bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diubah

(43)

32

dengan SEBI No. 10/36/DPbS tanggal 22 Oktober 2008 (SEBI No.

8/22/DPbS).29

Pada koperasi jasa keuangan syariah kriteria pembiayaan

bermasalah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan

UKM Republik Indonesia NO.35.3/PER/M.KUKM/X/2007 tentang

pedoman pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi jasa keuangan

syariah dan unit jasa keuangan syariah dan juga tercantum dalam

Standart Operasional UJKS dan KJKS, dimana didalamnya

menyebutkan bahwa kualitas pembiayaan pada koperasi terdiri atas,

pembiayaan lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.

1) Lancar: pembiayaan mud}a>rabah dikatakan lancar jika pembayaran

pokok tepat waktu.

2) Kurang lancar: pembiayaan mud}a>rabah dikatakan kurang lancar

jika terjadi tunggakan pembayaran pokok sampai dengan 3 bulan

atau 90 hari.

3) Diragukan: pembiayaan mud}a>rabah dikatakan diragukan jika

terjadi tunggakan pembayaran pokok antara 3 – 6 bulan.

4) Macet: pembiayaan mud}a>rabah dikatakan macet jika terdapat

tunggakan pembayaran pokok lebih dari 6 bulan.

(44)

33

Secara ringkas kategori NPF berdasarkan pada kemampuan

[image:44.595.112.516.202.523.2]

bayar nasabah terdapat pada tabel berikut.

Tabel 2.1.

Kategori NPF Berdasarkan Kemampuan Bayar Nasabah

Jenis pembiayaan

Kategori yang diperhitungkan dalam NPF Kurang lancar Diragukan Macet mud}a>rabah Tunggakan

angsuran pokok s.d. 90 hari / 3 bulan

Tunggakan angsuran pokok

pembiayaan > 90

s.d. 180 hari (3-6 bulan)

Tunggakan >

180 hari, atau 6 bulan

Sumber : SOP KJKS UJKS, 242.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian ini berjudul Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

Tingkat Rasio Non Performing Finacing (NPF) terhadap Pembiayaan

Mud}a>rabah di BMT Nurul Jannah Gresik. Penelitian ini tentu tidak lepas dari

berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga

referensi.

1. Penelitian oleh Aan Afrianti (2010),30 yang berjudul “Strategi KJKS

dalam Menekan Non Performing Financing (Studi Kasus Pada KJKS

Arrahmah Cinere)”, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perkembagan NPF pada KJKS Arrahmah, dan juga mengetahui strategi

apa yang dilakukan oleh KJKS untuk menekan Non Performing

Financing. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan analisis

data secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat NPF

tahun 2006 sebesar 3,3 %, tahun 2007 sebesar 3%, dan pada tahun 2008

(45)

34

sebesar 2,3%. Rasio NPF tersebut ≤ 5%, yang ditetapkan oleh BI. Adapun

strategi yang digunakan dalam menekan NPF yaitu selalu mematuhi SOP

pengajuan pembiayaan yang telah ditetapkan perusahaan, memberikan

hadiah bagi anggota yang pembiayaanya lancar, sering melakukan

kunjungan ke anggota, melakukan binaan terhadap usaha anggota, dan

sering bersilaturrahmi dengan anggota.

2. Penelitian oleh Mochammad Irfansyah (2007),31 yang berjudul “Pengaruh

Jumlah Pembiayaan Yang Disalurkan Terhadap Tingkat Rasio Non

Performing Financing (Studi Kasus pada PT Bank DKI Syariah)”,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh total pembiayaan

yang disalurkan (pembiayaan mud}a>rabah, musha>rakah, mura>bah}ah,

istis}na, salam, ija>rah, dan pinjaman qardu>l hasan) terhadap tingkat rasio

Non Performing Financing. Sumber data yang digunakan adalah data

primer yaitu wawancara dengan pihak bank, sedangkan data sekunder

adalah data berupa laporan keuangan selama 3 periode dari tahun

2005-2007. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi sederhana,

dan korelasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

nilai koefisien korelasi sebesar 0,84, dapat diketahui bahwa tingkat

hubungan antara pembiayaan yang disalurkan terhadap rasio NPF cukup

tinggi, sedangkan hasil dari uji regresi linier sederhana didapatkan hasil

persamaan regresi Y = -0,0039 + 0,0000067X. Dari persamaan tersebut

(46)

35

dapat disimpulkan bahwa jumlah pembiayaan yang disalurkan memiliki

keterkaitan atau hubungan yang positif terhadap rasio Non Performing

Financing, artinya setiap perubahan jumlah pembiayaan yang disalurkan

akan merubah tingkat rasio Non Performing Financing.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ustad Fatah Al-Hakim (2006),32 yang

berjudul “Pengaruh Tingkat Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Terhadap Pemberian Pembiayaan Tahun 2003-2004 Pada BMT Bangun

Amratani Salaman Magelang”. Sumber data yang digunakan berasal dari

data primer dan sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah

dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi linier. Uji hipotesis

dengan menggunakan uji t hitung dan uji F hitung. Hasil penelitian dengan

menggunakan analisis korelasi diketahui bahwa koefisien korelasi antara

Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan pembiayaan adalah 0,305 dengan

signifikansi sebesar 0,147. Nilai r hitung (0,305) < r tabel (0,404), hal ini

berarti hubungan antara DPK terhadap pembiayaan adalah lemah atau

rendah. Sedangkan berdasarkan pada analisis regresi linier diketahui nilai

koefisien korelasi sebesar 0,093. Hal ini berarti 9,3% pemberian

pembiayaan dipengaruhi oleh DPK sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain. Sedangkan hasil uji hipotesis dengan uji t hitung, diperoleh

nilai t hitung sebesar 1,504 < dari t tabel (1,717), ini berarti tidak signifikan.

Dengan demikian DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian

32Ustad Fatah Al Hakim, “Pengaruh Tingkat Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pemberian Pembiayaan Tahun 2003-2004 Pada BMT Bangun Amratani Salaman Magelang”

(47)

36

pembiayaan. Dari uji F hitung diperoleh nilai sebesar 2,262 dengan tingkat

signifikan 0,147. Oleh karena nilai F hitung (2,262) < F tabel (3,443) maka

dapat disimpulkan bahwa DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap

pembiayaan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Yani Figriyanti (2010),33 yang berjudul

“Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Kredit pada PT. BNI

(Persero) Tbk”. Berdasarkan analisis statistik diketahui korelasi antara

variabel X dan variabel Y yaitu sebesar 0,967 berarti terjadi korelasi

positif yang artinya apabila DPK naik akan menyebabkan penyaluran

kredit naik, juga sebaliknya. Nilai koefisien determinasi sebesar 93,51%

mengandung pengertian bahwa DPK mempengaruhi penyaluran kredit.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Andraeny (2011)34, yang berjudul

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Tingkat Bagi Hasil dan Non

Performing Financing terhadap Volume Pembiayaan yang Berbasis Bagi

Hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia. Dalam penelitian ini data

yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan

tahun 2006-2010 dengan periode bulanan pada Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah yang telah dipublikasikan pada website. Teknik

analisis data yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS) dengan

software SmartPLS 2.0. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa DPK

33 Yani Figriyanti, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada PT. BNI

(Persero) Tbk” Jurnal Ekonomi dan Bisnis—perpustakaan pusat UNIKOM, 2010.

(48)

37

berpengaruh positifdan signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi

hasil, hal ini dijelaskan dari hasil t hitung sebesar 48,665 > dari t tabel yaitu

1,67. Pada variabel bagi hasil diperoleh t hitung sebesar 5,919 yang lebih

besar dari t tabel yaitu 0,115, sehingga variabel bagi hasil berpengaruh

positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan

pada variabel NPF diperoleh nilai t hitung sebesar 0,073 lebih kecil dari t

tabel yaitu 1,67 sehingga dapat disimpulkan bahwa NPF tidak berpengaruh

signifikan terhadap pembiayaanberbasis bagi hasil.

6. Penelitian yang dilakaukan oleh Imam Mukhlish (2011),35 yang berjudul

“Penyaluran Kredit Bank ditinjau dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan

Tingkat Rasio Non Performing Loans”. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang jumlah

Dana Pihak Ketiga dan tingkat rasio Non Performing Loans terhadap

penyaluran kredit. Obyek penelitian dilakukan di Bank BRI, data

diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan dari

tahun 2000-2009. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan

menggunakan analisis regresi dinamis versi error correction model

(ECM). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK)

baik dari jangka pendek maupun jangka panjang tidak berpengaruh

terhadap kredit yang disalurkan. Sedangkan variabel NPL dalam jangka

pendek berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit,

35 Imam Mukhlish, “Penyaluran Kredit Bank ditinjau dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Tingkat

(49)

38

sedangkan dalam jangka panjang NPL tidak berpengaruh terhadap

penyaluran kredit.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Aqidah Asri Suwarsi (2008)36, yang

berudul Pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR) Rate Of Return On Loan

Ratio (RRLR) Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing

Financing (NPF) terhadap Penyaluran Pembiayaan. Penelitian ini

dilakukan di Bank Mandiri Syariah. Data yng digunakan adalah data

sekunder berupa data laporan keuangan periode Januari 2004 hingga

Desember 2006 yang telah dipublikasikan (36 data bulanan). Teknik

analisis data yang digunakan adalah dengan metode Regresi Linier

Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Loan to Asset

Rasio berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran

pembiayaan. Variabel Rate Of Return On Loan Ratio tidak berpengaruh

terhadap penyaluran pembiayaan. Vaiabel Capital Adequacy Ratio

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.

Sedangkan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif

signifikan terhadap penyaluran pembiayaan.

Persamaan penelitian saya dengan penelitian terdahulu adalah,

sama-sama menggunakan variabel dana pihak ketiga pada penelitian Fatah (2006),

dan Yani (2010). Sedangkan perbedaannya adalah, pada penelitian saya

terdapat 2 variabel bebas yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Non

(50)

39

Performing Financing (NPF) pada variabel terikat, penelitan saya fokus pada

pembiayaan mud}a>rabah. Perbedaan selanjutnya, jenis penelitian yang

digunakan, penelitian saya merupakan penelitian kuantitatif sedangkan

penelitian Aan (2007), adalah kualitatif. Pada penelitian yang sudah ada,

metode analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana,

sedangkan pada penelitian saya menggunakan analisis regresi linier berganda

dengan uji hipotesis menggunkan uji t dan uji F. Sedangkan obyek penelitian

pada penelitian saya bertempat di BMT Nurul Jannah Gresik, pada penelitian

sebelumnya dilakukan di bank konvensional. Lebih lengkapnya mengenai

perbedaan dan persamaan penelitian terdapat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Variabel

penelitian

Metode Analisis Data

Hasil

1. Aan Afrianti (2010) (Kualitat if) Strategi KJKS dalam Menekan Non Performing

Financing (Studi

Kasus Pada KJKS Arrahmah Cinere)

- Metode

deskriptif

Tingkat NPF tahun 2006-2008 sebesar 3,3 %, 3%, 2,3%. Rasio NPF tersebut ≤ 5%, yang ditetapkan oleh BI.

Strategi yang digunakan dalam menekan NPF yaitu selalu mematuhi SOP pengajuan

pembiayaan yang telah ditetapkan perusahaan,

[image:50.595.108.529.214.754.2]
(51)

40

terhadap usaha anggota, dan sering bersilatur rahmi dengan anggota. 2. Mocham

mad Irfansyah (2007) (Kuantita tif) Pengaruh Jumlah Pembiayaan Yang Disalurkan Terhadap Tingkat Rasio Non Performing Financing (Studi Kasus pada PT Bank DKI Syariah) X = Pembiayaa n Y = Tingkat Rasio Non Performing Financing Regresi linier sederhana jumlah pembiayaan yang disalurkan memiliki keterkaitan atau hubungan yang positif terhadap rasio Non Performing

Financing, artinya

setiap perubahan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan merubah tingkat rasio Non Performing Financing. 3. Ustad

Fatah Al-Hakim (2006) (Kuantita tif) Pengaruh Tingkat Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Pemberian Pembiayaan Tahun 2003-2004 Pada BMT Bangun Amratani Salaman Magelang X= DPK Y= Pembiayaa n Regresi linier sederhana DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan..

4. Yani Figriyant i (2010) (Kuantita tif) Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada PT. BNI (Persero) Tbk X= DPK Y= Kredit Korelasi sederhana korelasi antara variabel X dan variabel Y yaitu sebesar 0,967 berarti terjadi korelasi positif yang artinya apabila DPK naik akan menyebabkan penyaluran kredit naik, juga sebaliknya. Nilai koefisien determinasi sebesar 93,51% mengandung pengertian bahwa DPK mempengaruhi penyaluran kredit. 5 Dita

Andraen y (2011)

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Tingkat Bagi Hasil dan Non

Performing

X1 = DPK

X2 = Bagi

Hasil X3 = NPF

(52)

41

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko menjelaskan

secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang

bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel

penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam Financing terhadap Volume Pembiayaan yang Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan Syariah di Indonesia Y = Pembiayaa n Bagi Hasil SmartPLS 2.0. berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan berbasis bagi hasil. Sedangkan pada Variabel NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaanberbasis bagi hasil.

6 Imam Mukhlish (2011) (Kuantita tif)

Penyaluran Kredit Bank ditinjau dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Rasio Non Performing Loans di Bank BRI

X1 = DPK

X2 = NPF

Y = Kredit

analisis regresi dinamis versi error correction model (ECM)

Dalam jangka pendek maupun jangka panjang DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit. Variabel NPL berpengaruh negative dan signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan dalam jangka panjang NPL tidak

berpengaruh terhadap penyaluran kredit 7 Aqidah

Asri Suwarsi (2008)

Pengaruh Loan to Asset Rasio Rate Of Return On Loan Ratio Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Financing terhadap Penyaluran Pembiayaan

X1 = LAR

X2 =

RRLR X3 = CAR

X4 = NPF

Y= Pembiayaa n Regresi Linier Berganda

Variabel LAR dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan Variabel RRLR tidak berpengaruh

(53)

42

penelitian kuantitatif, kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan

kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban

ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang

variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis yang

berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang kebenarannya

dapat diuji secara empiris.37 Kerangka konseptual kausal menggunakan

kalimat: “jika sebabnya begini maka berakibat begini”.38 Untuk mengetahui

masalah yang akan dibahas, perlu adanya kerangka konseptual yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

Pengaruh secara parsial Pengaruh secara simultan

Gambar 2.3. Kerangka konseptual

37 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif) (Jakarta: Gaung Persada Perss, 2008), 55.

38 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D (Bandung: Alfabeta, 2009), 283.

X1: Dana Pihak Ketiga (DPK)

X2: Non Performing Financing (NPF)

Y: Pembiayaan

Gambar

Tabel Halaman
Grafik Perkembangan Pembiayaan Mud}a>rabah  BMT Nurul
Tabel 1.1.
Gambar 1.1. Perkembangan Rasio NPF BMT Nurul Jannah Gresik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji t dalam pengujian hipotesis pada tabel diatas, hasilnya adalah dari kelima variabel komponen fraud triangle yang dimoderasi dengan keahlian

Laporan laba rugi komprehensif (statement of compherensive income) PSAK 1 memperkenalkan laba rugi komprehensif yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas

kepada pembeli atau konsumen bisa ditawar sehingga akan tercapai keuntungan yang diterima oleh penjual dan disetujui oleh pembeli. 13 Sony Warsono dan Jufri,

[r]

Akrual untuk tenaga kerja dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode Akrual untuk tenaga kerja dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode  bagi

[r]

3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Diagnosis Gangguan kesehatan ditentukan dengan enam belas kriteria diantaranya berupa Tingkat banyaknya urat berwarna biru pada telapak

This Study of this research is to analyze and find out an influence of Third Party Funds (DPK), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), GROWTH, and