• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan

28

dengan cara mencari referensi yang berupa buku, majalah, artikel-artikel, data-data dari badan pusat statistik yang berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif, Untuk mengetahui besarnya kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan Asli Daerah Kota Makassar, maka digunakan rumus sebagai berikut:

Kontribusi Retribusi Daerah =

x 100

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Keadaan Geografis Kota Makassar

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Makassar

Sumber: BPS Kota Makassar,2021

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang pembentukan daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822. Kota Makassar menjadi ibu kota provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun

29

30

1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat ll Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat ll Kota Madya Makassar.

Kota Makassar pada tanggal 1 September 1971 berubah namanya menjadi Kota Ujung Pandang setelah diadakan perluasan kota dari 21 km2 menjadi 175,77 km2 dengan mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu, Gowa, Maros, dan Pankajene Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang batas-batas daerah Kotamadya Makassar, Kabupaten Gowa dan Pangkajene Kepulauan, lingkup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang perubahan nama Kota Madya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD TK.

ll Ujung Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman dan sejarawan, pemerhati hukum dan pelaku bisnis. Hingga tahun 3013 Kota Makassar telah berusia 406 tahun sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota Makassar tanggal 9 November 1607, terus berbenah diri menjadi sebuah Kota Dunia yang berperan tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan jasa tetapi juga sebagai pusat industry, pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan edu- entertaiment, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara.

Secara atronomis, Kota Makassar terletak antara 119o24’17’38” Bujur Timur dan 5o8’6’19” Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Makassar tercatat

175,77 km persegi yang meliputi 15 kecamatan dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

 Batas Utara : Kabupaten Maros

 Batas Selatan : Kabupaten Gowa

 Batas Barat : Selat Makassar

 Batas Timur : Kabupaten Maros

Secara administratif Kota Makassar terdiri dari 15 Kecamatan, yaitu kecamatan Mariso, Mamajang, Tamalate, Rapocini, Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala, Ujung Tanah, Kep. Sangkarrang, Tallo, Panakukkang, Manggala, Biringkanaya dan Tamalanrea. Pada tahun 2020 jumlah kelurahan di Kota Makassar tercatat memiliki 153 kelurahan.

Secara Administratif, 15 Kecamatan dari 153 Kelurahan di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar

Kode

Wil Kecamatan Luas Area

(km)

Persentase Terhadap Luas Wilayah Kota

Makassar

010 Mariso 1,82km 1,04

020 Mamajang 2,25km 1,28

030 Tamalate 20,21km 11,50

031 Rapocini 9,23km 5,25

040 Makassar 2,52km 1,43

050 Ujung Pandang 2,63km 1,50

060 Wajo 1,99km 1,13

070 Bontoala 2,10km 1,19

32

080 Ujung Tanah 4,40km 2,50

090 Tallo 5,83km 3,32

100 Panakkukang 17,05km 9,70

101 Manggala 24,14km 13,73

110 Biringkanaya 48,22km 27,43

111 Tamalanrea 31,84km 18,11

081 Kep. Sangkarrang 1,54km 0,88

Kota Makassar 175,77 100,0

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar

Dari tabel 4.1 tersebut dapat dilihat jumlah kecamatan dan lias setiap wilayah kecamatan di kota Makassar. Kota Makassar terdiri dari 15 kecamatan dimana kecamatan dengan wilayah terluas adalah kecamatan Biringkanaya dengan luas 48,22 km. Kemudian daerah dengan luas daerah terkecil yaitu kecamatan Kepulauan Sangkarrang dengan luas 1,54 km.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Makassar

Kecamatan Jumlah Penduduk ( jiwa)

Kepadatan Penduduk per km2

Mariso 57.426 31.552

Mamajang 56.049 24.910

Tamalate 180.824 8.947

Rapocini 144.587 15.664

Makassar 82.067 32.556

Ujung Pandang 24.526 9.325

Wajo 29.972 15.061

Bontoala 54.996 26.188

Ujung Tanah 35.789 8.133

Tallo 14.125 9.172

Panakkukang 144.977 24.867

Manggala 139.590 8.187

Biringkanaya 146.724 6.078

Tamalanrea 209.048 4.335

Kep. Sangkarrang 10.377 3.240

Kota Makassar 1423877 228.231

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, 2021

Berdasar tabel 4.2 tersebut dapat dilihat jumlah penduduk dan kepadatan penduduk setiap daerah yang ada dikota Makassar. Dimulai dari kecamatan Tamalanrea dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu 209.048 jiwa dan Kepulauan Sangkarrang dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu 10.377 jiwa. Kemudian untuk wilyah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Makassar dengan 32.556 jiwa penduduk setiap per km2 dan Kepulauan Sakarrang dengan kepadatan penduduk hanya 3.240 jiwa per km2.

2. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar a. Sejarah Singkat Badan Pendapatan Daerah

Sebelum terbentuknya Dinas Pendapatan Kotamadya Tingkat II Makassar, Dinas Pasar, Dinas Air Minum dan Dinas Penghasilan Daerah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Nomor

34

155/Kep/A/V/1973 tanggal 24 Mei 1973 terdiri beberapa Sub Dinas Pemeriksaan Kendaraan Tidak Bermotor dan Sub Dinas Administrasi.

Dengan adanya keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II Ujung Pandang Nomor 74/S.Kep/A/V/1977 tanggal 1 April 1977 bersama dengan surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 3/12/43 tanggal 9 September 1975 Nomor Keu/3/22/33 tentang pembentukan Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang telah disempurnakan dan di tetapkan perubahan nama menjadi Dinas Penghasilan.

Daerah yang kemudian menjadi unit-unit yang menangani sumber sumber keuangan daerah seperti Dinas Perpajakan, Dinas Pasar dan Sub Dinas pelelangan ikan dan semua sub-sub Dinas dalam unit penghasilan daerah yang tergabung dalam unit penghasilan daerah dilebur dan dimasukkan pada unit kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Madya Tingkat II Ujung Pandang, seiring dengan adanya perubahan kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, secara otomatis nama Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang berubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar. Kemudian Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar di tahun 2016 berubah menjadi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar.

b. Visi dan Misi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar Visi

Terwujudnya pengelolaan pendapatan yang optimal online terpadu.

Misi

1) Mewujudkan pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang optimal berbasis IT secara terpadu dan terintegritas.

2) Mewujudkan sumber daya manusia yang professional dan memiliki kompetensi dalam bidangnya.

3) Memantaapkan koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan keuangan daerah,.

c. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar 1) Tugas Pokok

Tugas pokok Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar yaitu merumuskan, membina, mengendalikan dan mengelola serta mengkoordinir kebijakan bidang pendapatan daerah

2) Fungsi

Fungsi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar yaitu sebagai berikut:

a) Penyusunan rumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan pendapatan serta melakukan pendataan potensi sumber – sumber pendapatan daerah.

b) Penyusunan program dan rencana evaluasi pelaksanaan pungutan pendapatan daerah

c) Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional bidang pendataan, penetapan, keberatan dan penagihan serta pembukuan pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak parker,pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengelolaan bantuan galian golongan C serta pajak/pendapatan daerah dan retribusi daerah.

36

d) Pelaksaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional bidang bagi hasil dan pendapatan lainnya sertan intensifikasi dan ekstensifikasi.

e) Pelaksaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional bidang pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya

f) Pelaksanaan kesekretariatan dinas g) Pembinaan unit pelaksana.

d. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Jabatan Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar 2021

Sumber: Badan Pendapatan Daerah, 2021

Berdasarkan bagan organisasi diatas, adapun uruaian tugas jabatan badan pendapatan daerah Kota Makassar yaitu:

1) Kepala Badan.

Pasal 4, Badan Pendapatan Daerah mempunyai tugas membantu walikota melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan bidang keuangan yang menjadi kewenangan Daerah.

2) Sekretariat. Pasal 5,

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pelayanan administrasi kepada semua unit organisasi di lingkungan badan.

3) Subbagian Perencanaan dan Pelaporan.

Pasal 6, Subbagian Perencanaan dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program kerja, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan badan.

4) Subbagian Keuangan.

Pasal 7, Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan administrasi dan akuntansi keuangan.

5) Subbagian Umum dan Kepegawaian

Pasal 8, Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan umum, penatausahaan surat menyurat, urusan rumah tangga, kehumasan, dokumentasi dan inventarisasi barang serta administrasi kepegawaian.

6) Bidang Pendaftaran dan Pendataan.

Pasal 9, Bidang Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan administrasi pendaftaran, pendataan, intensifikasi, ekstensifikasi dan pengembangan potensi serta rancang

38

bangun dan pengembangan pengolahan data dan informasi pengelolaan pajak daerah dan retribusi daerah.

7) Subbidang Pendataan Wilayah I.

Pasal 10, Subbidang Pendataan Wilayah I mempunyai tugas melakukan kegiatan pelayanan administrasi Pendaftaran, Pendataan, intensifikasi, ekstensifikasi dan pengembangan potensi dan verifikasi data wajib pajak daerah dan retribusi daerah wilayah I, meliputi Kecamatan Makassar, Mamajang, Mariso, Rappocini, Tallo, Tamalate, Ujung Pandang dan Wajo.

8) Subbidang Pendataan Wilayah II.

Pasal 11, Subbidang Pendataan Wilayah II mempunyai tugas melakukan kegiatan pelayanan administrasi pendaftaran, pendataan, intensifikasi, ekstensifikasi dan pengembangan potensi dan verifikasi data wajib pajak daerah dan retribusi daerah wilayah II, meliputi Kecamatan Biringkanaya, Bontoala, Manggala, Panakkukang, Tamalanrea, Ujung Tanah, Kepulauan Sangkarang.

9) Subbidang Pengolahan Data dan Informasi

Pasal 12, Subbidang Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pelayanan administrasi verfikasi dan validasi data wajib pajak dan retribusi daerah, penetapan dan pengukuhan wajib pajak, penerbitan NPWPD, pengolahan data dan informasi serta rancang bangun pengembangannya

10) Bidang Pajak I dan Retribusi Daerah.

Pasal 13, Bidang Pajak I dan Retribusi Daerah mempunyai tugas melaksanakan pelayanan administrasi pemungutan, penagihan,

penetapan, keberatan, pembukuan, verifikasi dan pelaporan, penagihan pajak I meliputi Pajak Restoran, Pajak Mineral Bukan Logam, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Parkir dan penataan obyek Pajak Reklame serta Retribusi Daerah

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diterima dari potensi daerah yang berupa pajak milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah juga pendapatan daerah yang sah, yang diukur dengan satuan rupiah. Pendapatan asli daerah (PAD) dimaksud untuk membantu penyelenggaraan rumah tangga daerah dalam pembangunan daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam 7 tahun terakhir mengalami naik turun atau fluktuatif. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar terdiiri dari beberapa sumber pendapatan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, pendapatan dari dinas – dinas, BUMN, dan lain – lainnya yang kemudain dikalkukasi dalam satuan ribuan rupiah setiap tahunnya. Dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini dijakan sebagai indikator untuk melihat tingkat kemandirian Kota Makassar.

Semakin besar PendapaatnAsli Daerah (PAD) yang diterima oleh sebuah daerah akan mengidenkasikan bahwa daerah tersebut mampu melaksanakan desentaralisasi fiscal dan mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat. Untuk mengetahui seberapa jauah Pemerintah

40

Kota Makassar dalam mengelola sumber – sumber pendapatan daerahnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 3 Target dan Realisasi PAD Kota Makassar 2016 - 2020 Tahun Target Pendapatan

Asli Daerah (PAD) (Rp)

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(Rp)

Pencapaian (%)

2014 750.506544.000,- 655.362.121.024,- 87%

2015 904.432.575.000,- 696.269.803.242,- 76,98%

2016 1.193.018.343.000,- 879.579.142.506,- 73,73%

2017 1.086.138.148.000,- 949.677.704.216,- 87,44%

2018 1.194.753.148.000,- 947.371.868.404,- 79,29%

2019 1.340.000.000.000,- 1.073.061.660.653,- 80,08%

2020 850.672.543.763,- 868.699.900.035,- 102,12%

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat data target dan realisasi PAD Kota Makassar selama tujuh tahun terakhir, yakni tahun 2014 – 2020..

Pada tahun 2014 realisasi PAD sebesar Rp 655.362.121.024,- atau 87%

dari target penerimaan, pada tahun 2015 penerimaan PAD sebesar Rp 696.269.803.242,- atau 76,98% dari target. Pada tahun 2016 realisasi PAD sebesar Rp 879.579.142.506,- atau 73,73% dari target dan 2017 PAD yang diterima sebesar Rp 949.677.704.216,- atau 87,44% dari target penerimaan yang ditetapkan. Pada tahun 2018 penerimaan PAD turun menjadi Rp.947.371.868.404,- kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2019 dimana penerimaan PAD sebesar Rp.1.073.061.660.653,- atau 80,08% dari target.

Kemudian pada tahun 2020, realisasi penerimaan pendapatan asli daerah sebesar Rp 868.699.900.035,- dimana realisasi penerimaan ini lebih besar dari target penerimaan yang ditentukan yaitu sebesar Rp 850.672.543.763 atau dengan kata lain realisasi penerimaan PAD sebesar 102,12% dari target yang ditetapkan.

2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan pajak daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang langsung dapat dirasakan langsung oleh pembayar retribusi. Retribusi daerah dikelompokkan menjadi beberapa, yakni retribusi jasa usaha, retribus jasa umum dan retribusi jasa. Retribusi Daerah disesuaikan dengan peraturan daerah yang ada dimana hasil pungutan retribus ini kemudian disetorkan ke pemerindah daerah atau pusat.

Retribusi samahalnya dengan pajak dimana dilaksanakan brdasarkan dengan Undang – Undang, yaitu Undang – Undang 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah dan Undang – Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang pokok – pokok pemerintah daerah yang selanjutnya untuk pelaksanaannya dimasing – masing daerah dijabarkan dalam satuan ribuan rupiah.

Pemerintah kota Makassar dalam mengelolah retribusi daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

42

Tabel 4.4 Target dan Realisasi Retribusi Daerah 2014 - 2020 Tahun Target Retribusi

Daerah (Rp)

Realisasi Retribusi Daerah (Rp)

Pencapaian (%) 2014 9.680.827.000,- 8.109.845.648,- 84%

2015 15.963.925.000,- 9.101.781.365,- 57,01%

2016 23,469,730,000,- 10,809,522,510,- 47,28%

2017 28,140,170,000,- 12,131,096,957,- 47,94%

2018 41,068,626,000,- 6,790,917,623,- 12,43%

2019 27,475,000,000,- 8,247,881,985,- 22,95%

2020 3.973.244.892 4.386.660.520 110,40%

Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat penerimaan retribusi daerah selama tujuh tahun terakhir. Pada tahun 2014 realisasi penerimaan retribusi daerah sebesar Rp8.109.845.648,- atau sebesar 84% dari target penerimaan, penerimaan pada tahun 2015 sebesar Rp9.101.781.365,- atau sebesar 57,01% dari target penerimaan. Pada tahun 2016 realisasi retribusi daerah sebesar Rp10,809,522,510,- atau 47,28% dari target penerimaan, sedangkan penerimaan retribusi tahun 2017 sebesar Rp 12,131,096,957,- atau sebesar 47,94% dari target penerimaan.

Penerimaan pada tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dimana hanya mencapai 12,43% dari target penerimaan yaitu sebesar Rp6,790,917,623,-. Sedangkan pada tahun 2019 penerimaan retribusi daerah kembali naik menjadi Rp8,247,881,985,- atau 22,95% dari target penerimaan yang ditetapkan. Kemudian pada tahun 2020 realisasi penerimaan retribusi daerah lebih besar dari target

yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 4.386.660.520,- dimana target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp 3.973.244.892,- atau dengan kata lain penerimaan retribusi pada tahun 2020 sebesar 110,40% dari target penerimaan.

C. Hasil Pengolahan Data

Kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Makassar dapat dihitung dengan membandingkan penerimaan retribusi daerah dan pendapatan asli daerah (PAD) dengan rumus berikut:

Kontribusi =

x 100%

Berdasarkan rumus diatas, maka perhitungan kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) adalah sebagai berikut:

Tahun 2014 =

x 100 = 1,23%

Tahun 2015 =

x 100 = 1,30%

Tahun 2016 =

x 100 = 1,22%

Tahun 2017 =

x 100 = 1,27%

44

Tahun 2018 =

x 100 = 0,71%

Tahun 2019 =

x 100 = 0.76%

Tahun 2020 =

x 100 = 0,50%

Tabel 4.5 Hasil Analisis Kontribusi Retribusi Daerah

Tahun RealIsasi Retribusi Realisasi

Penerimaan PAD Kontribusi 2014 8.109.845.648,- 655.362.121.024,- 1,23%

2015 9.101.781.365,- 696.269.803.242,- 1,30%

2016 10,809,522,510,- 879.579.142.506,- 1,22%

2017 12,131,096,957,- 949.677.704.216,- 1,27%

2018 6,790,917,623,- 947.371.868.404,- 0,71%

2019 8,247,881,985,- 1.073.061.660.653,- 0,76%

2020 4.386.660.520,- 868.699.900.035,- 0,50%

Rata – rata 0,99%

Sumber: Bapenda Kota Makassar, (diolah)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) mengalami fluktuasi dan masih sangat rendah. Kontribusi retribusi daerah terhadap PAD tahun 2014 sebesar 1,23%. Pada tahun 2015 naik menjadi 1,30% dan pada tahun 2016 turun kembali menjadi 1,22%. Kontribusi pada tahun 2017 naik menjadi 1,27% lalu kemudian turun kembali pada tahun 2018 menjadi 0,71%. Begitu pula kontribusi pada tahun 2019 dan 2020 terus

menurun, pada tahun 2019 kontribusi retribusi daerah terhadap PAD sebesar 0,76% dan pada tahun 2020 kontribusinya sebesar 0,50%.

D. Pembahasan

Hasil analisis pada penelitan ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan realisasi penerimaan retribusi daerah selama tujuh tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014 realisasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 87% dari target penerimaan yang ditetapkan yaitu Rp 655.362.121.024,- dimana realisasi penerimaan retribusi daerah sebesar Rp 8.109.845.648,- atau sebesar 84% dari target penerimaan retribusi daerah yang ditetapkan.

Kemudian Setelah dilakukan analisis kontribusi untuk penerimaan retribusi tahun 2014 diperoleh kontribusi yang diberikan terhadap PAD sebesar 1,23%.

Pada tahun 2015 realisasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 76,98% dari target penerimaan yang ditentukan yaitu Rp 696.269.803.242,- dimana penerimaan retribusi daerah sebesar 9.101.781.365,- atau sebesar 57,01% dari target penerimaan retribusi daerah yang ditetapkan. Seteah dilakukan analisis kontribusi, dapat diketahui besar kontribusi yang diberikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) adalah 1,30%.

Pada ahun 2016 realisasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 73,73% dari target yang ditetapkan yaitu Rp 879.579.142.506,- dimana penerimaan retribsi daerah yang diperoleh adal sebesar Rp 10.730.746.003,- atau 47,28% dari target penerimaan yang ditetapkan.

Setalah dianalisis menggunakan analisis kontribusi, diperolah nilai kontribusi

46

sebesar 1,22% terhadap penerimaan pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana nilai kontribusi ini menurun dari nilai kontribusi tahun sebelumnya.

Pada tahun 2017 realisasi penerimaan 87,44% dari target penerimaan yang ditetapkan yaitu Rp 959.677.704.216,06,- dimana realisasi penerimaan retribusi daerah sebesar 47,94% atau sebesar Rp 10.881.320.025,- dari target penerimaan retribusi daerah yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan analisis kontribusi penerimaan retribusi daerah terhadap PAD diperolah besar kontribusi yang diberikan yaitu 1,27% dimana nilai kontribusi pada tahun 2017 ini naik dari kontribusi yang diperoleh dari analisis tahun sebelumnya.

Pada tahun 2018 nilai realisasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 947.371.868.404,- atau sebesar 79,29% dari target penerimaan yang tealh ditetapkan. Untuk retribusi daerah, diperolah realisasi penerimaan retribusi daerah sebesar 18,40% atau sebesar Rp 4.819.976.443,- dari target penerimaan yang ditentukan. Realisasi penerimaan ini turun jauh dari realisasi penerimaan kontribsi daerah tahun – tahun sebelumnya sehingga setalah dilakukan analisis kontribusi, nilai kontribusi yang diberikan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) tahun 2018 ini hanya sebesar 0,71%.

Pada tahun 2019 realisasi penerimaan pendapatan asli daerah sebesar 1.073.061.660.653,- atau sebesar 80,08% dimana jika dilihat dari tujuh tahun terakhir, penerimaan pada tahun inilah jumlah yang paling besar meskipun pencapaiannya sedikit lebih rendah dari tahun 2014. Sedangkan untuk realisasi penerimaan retribusi daerah sebesar 22,95% atau Rp 5.738.624.820,- yang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya nilainya capaian retribusi pada tahun ini juga lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Kemudian untuk kontribusi yang diberikan juga sedikit meningkat dari kontribusi tahun sebelumnya, yaitu sebesar 0,76% terhadap total penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pada tahun 2020 realiasi penerimaan PAD dan retribsi daerah lebih besar dari target penerimaan yang ditentukan, realisasi penerimaan PAD sebesar 102,12%dari target penerimaan PAD yang ditetapkan yaitu Rp 868.699.900.035,- sedangkan realisasi penerimaan retribusi daerah sebesar Rp 4.386.660.520,- atau 110,40% dari target penerimaan yang ditetapkan.

Setelah dilakukan analisis, kontribusi retribusi daaerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun ini sebesar 0,50%. Meskipun realisasi penerimaan retribusi daerah pada tahun ini melebih target tetapi kontribusi yang diberikan merupakan kontribusi terkecil selama tujuh tahun terakhir, hal ini dikarena target penerimaan yang ditetapkan juga sedikit sehingga ketika melakukan analisis kontribusi, nilai yang dihasilkan juga kecil.

48 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar tahun 2014 sampai tahun 2020 diperoleh kontribusi tertinggi pada tahun 2017 sebesar 1,30% dan kontribusi terendah pada tahun 2020 sebesar 0,50%. Rata – rata kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 0,99% yang berarti dapat dikategorikan sangat rendah.

B. Saran

Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, saran yang kemudian dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi pemerintah Kota Makassar yaitu:

Pemerintah harus lebih memperhatikan, mengevaluasi dan meningkatkan potensi sumber – sumber penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) serta kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dapat ditingkatkan atau dimaksimalkan yang kemudian akan lebih menunjang pemerintahan dalam menjalankan penyelenggaraan rumah tangga daerah dan pembangunan dikota Makassar.

DAFTAR PUSTAKA

Dewantara. (2015) Pengaruh Retribusi Pelayanan Pasar dan Retribusi Khusus Parkir Terhadap Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Ekonomi dan Bisnis 1 (4): 17-18

Halim, Abdul. (2001). Rumus Kontribusi. Fakultas Ekonomi: Yogyakarta.

Handayani. Dina. (2012). Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ngawi Tahun 2003- 2010.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Program Pasca Sarjana Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Surakarta

Kasmiyanti Putri Sitti (2019) Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar

Nurmiati,Fina Diana, Murbayani (2019) Kajian pendapatan Asli Kota Makassar Permatasari Indah Siti Virgita (2020) Analis Potensi Dan Kontribusi Penerimaan

Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di kota Makassar 2020

Pasal 1 No. 35 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Menjelaskan Bahwa Pendapatan Daerah

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu, Yang Termasuk Kedalam Jenis Retribusi Perizininan Tertentu Simangunsong Anton (2014) Kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan

asli daerah kabupaten/kota di provinsi kalimantan barat 2009-2014 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Salah Satu Bagian Dari Sumber Pendapatan Adalah Berupa Pendapatan Asli Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Bahwa Setiap Daerah Diberi Kewenangan Untuk Mengelola Keuangan Yang Berasal dari Pendapatan Asli Daerah

Widyawaty, Esty (2014) Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan BUMD Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar

50

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. DATA PENELITIAN

52

LAMPIRAN 2. SURAT PENELITIAN

63

Dokumen terkait