BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian
perkembangan teknologi dan informasi dalam mengembangkan tata kelola sebuah instansi dalam pengadaan barang dan jasa di suatu daerah. Dalam Peraturan Presiden No.16 Tahun 2018 pasal 1 Pengadaan barang/jasa melalui penyedia adalah cara memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh penyedia. Adapun data hasil pengadaan barang/ jasa menggunakan E-procurement dapat diakses di website resmi LPSE kabupaten Luwu Utara.
Berikut adalah data E-Procurement di Kabupaten Luwu Utara:
Tabel 2.4 data hasil Tata Laksana E-procurement
Kode Nama Paket Instansi Tahap
HPS (harga perkiran
sendiri) 956509
1004509
1011509
961509
893509
Pengadaan Buku Koleksi Perpustakaan. Pengadaan Barang - TA 2019
Pengadaan Barang yang akan diserahkan kepada masyarakat ( Bantuan Bahan Bangunan Rumah BBR ).Pengadaan Barang - TA 2019
Pengadaan Alat Kesehatan Puskesmas Set, Pustu Set dan Poskesdes Set.
Pengadaan Barang - TA 2019
Pengadaan Mobil Pangkasan Sampah.
Pengadaan Barang - TA 2019
Pengadaan Peralatan IPA di SMP. Pengadaan Barang- TA 2020
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemkab Luwu
Utara
Pemkab Luwu Utara Kepada Pemerintah Kecamatan diteruskn Pemerintah Kelurahan/ Desa
Pusemas Kecamatan Pemkab Luwu
Utara
Dinas Kebesihan Pemkab Luwu
Utara
Dina Pendidikan Pemkab Luwu
Utara
Lelang Sudah Selesai
Lelang Sudah Selesai
Lelang Sudah Selesai
Lelang Sudah Selesai
Lelang Sudah Selesai
1 M
1,4 M
2,5M
598,6 jt
324,4 jt
892509
1022509
1078509
1151509
1167509
Pengadaan Buku Koleksi Perpustakaan (DAK).
Pengadaan Barang - TA 2020
Pengadaan Barang yang diserahkan kepada masyarakat ( Bantuan Bahan Baku Rumah Miskin ). Pengadaan Barang - TA 2020 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Pengadaan Alat Timbangan/Blora.
Pengadaan Barang - TA 2020
Pengadaan Bibit Sapi Betina. Pengadaan Barang - TA 2021
Pengadaan Motor Ambulance Kecamatan (Lelang Ulang).
Pengadaan Barang - TA 2021
Dinas Perpustakaan Pemkab Luwu
Utara
Pemkab Luwu Utara kepada
Pemerintah Kelurahan/Desa
Pemkab Luwu Utara
Dinas Pertanian Pemkab Luwu
Utara
Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara oleh Pemerintah
Kecamatan
Lelang Sudah Selesai
Lelang Sudah Selesai
Lelang Sudah Selesai
Lelang Sudah Selesai
Lelang Sudah Selesai
219 jt
689,7 jt
500 jt
180 jt
554,2 jt
Sumber: Website resmi LPSE kabupaten Luwu Utara
Tabel diatas menunjukkan bahwa implementasi E-Procurement Berjalan dimasa pandemi 2019-2021. Pengadaan Barang/Jasa dijalankan oleh Kantor Pengadaan Barag dan Jasa dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Utara sesuai dengan Peraturan Presiden Bahwa setiap Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan oleh Dinas atau Instansi yang ada didaerah harus melalui LPSE-ULP dalam pegadaannya untuk meghindari Patologi Birokrasi Sehingga semua Instansi
bekerjasama oleh ULP/LPSE dalam Pegadaan di Kantor masing-masing.Setiap Instansi memberikan Pertanggungjawaban kepada Staff yang Berwenang di Instansinya masing-masing dalam Pengadaan Barang/Jasa untuk melakukan di kantor LPSE/ULP Daerah Luwu Utara.
Pemberian penjelasan terhadap masing- masing paket lelang dilakukan secara online melalui aplikasi SPSE. Pokja (Kelompok Kerja Pemilihan) ULP memberikan penjelasan yang dianggap penting terkait doku- men pengadaan.
Pada tahapan ini, Penyedia diberikan waktu untuk bertanya dan Pokja (Kelompok Kerja Pemilihan) ULP akan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Penyedia selama waktu yang telah diberikan masih ada. Selanjutnya Pokja (Kelompok Kerja Pemilihan) ULP membuat adendum dokumen yang nantinya akan diunggah ke dalam aplikasi SPSE. Setiap Pembaharuan akan diinformasikan di aplikasi SPSE sehigga Pihak Pengadaan dapat meihat di Aplikasi terebut diakun masing-masing.
Pelaksanaan E-Procurement dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mewujudkan good governance melalui pengadaan barang dan jasa yang bebas KKN. Selain mencegah korupsi E- Procurement juga bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. E- Procurement akan mendorong percepatan belanja pemerintah sehingga meningkatkan produktivitas masyarakat dan akhirnya berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.Bagi masyarakat luas , informasi pengadaan barang dan jasa yang transparan mendorong peran serta untuk pengawasan pelaksanaan pembangunan.
Dampak Sosial terlaksananya Program E-Procurement yakni Komitmen dan konsistensi yang tinggi dari pimpinan daerah dalam menerapkan program- program inovatif, Dukungan Sumberdaya Manusia yang berkualitas, Dasar hukum yang kuat, dan Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung.
Dalam penelitian mengenai implementasi E-procurement , untuk mengetahui bagaimana saja implementasi E-procurement tersebut berjalan dengan baik maka penulis memfokuskan 4 indikator dalam Implementasi E-Procurement Di Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Di Kabupaten Luwu Utara dengan menggunakan Teori Matrik Matland (Alamsyah, 2016) yaitu Ketepatan Kebijakan, Ketepatan Pelaksanaan, Ketepatan Target, dan Ketepatan Lingkungan
; demikian dari keempat indikator tersebut dilaksanakan yang memiliki hubungan yang sangat erat. Berikut Penjelasan Hasil Penelitian ke 4 Indikator secara rinci mengenai hal tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Ketepatan Kebijakan
Ketepatan kebijakan ini dinilai dari Sejauh mana kabijakan ini terlaksana dengan baik dan berjalan dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dan pemerintah dalam hal ini mampu memecahkan masalah yang hendak dipecahkan agar pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Luwu Utara berjalan dengan sebagai mana mestinya, tepatnya di kantor Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa di Kabupaten Luwu Utara.
Berdasarkan dengan penjelasan indikator di atas peneliti kemudian mewawancarai selaku Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ):
“Kalau sejauh ini dari awal ditetapkannya ini kebijakan tahun 2004 sistem elektronik kita di Luwu Utara mulai menerapkan tahun 2007, kita mulai sosialisasi ataupun melakukan pelatihan tentang program pengadaan barang dan jasa berbasis internet kemudian sampai sekarang yah hasilnya sudah baik sesuai dengan apa yang diinginkan, sesuai tujuan lah.” (Wawancara senin, tgl 28 Juni 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara di atas berkaitan dengan indikator Ketepatan kebijakan dapat dipahami bahwa di Luwu Utara mengimplementasikan kebijakan berbasis elektronik mulai ditahun 2007 dengan melakukan sosialisasi ataupun pelatihan program pengadaan barang dan jasa secara elektronik, sampai sekarang hasil pengimpementasian tersebut sudah sesuai harapan dan tujuan program tersebut, hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara IS selaku Kepala Sub Bagian Pembinaan dan Advokasi PBJ mengatakan:
“ Yah sampai sekarang bisa dibilang cukup baik karena masih ada kendala- kendala diluar teknis seperti kurang akses dan update dari pusat, sarana prasarana juga kurang mendukung dikantor kita ini karena belum ada kantor tersendiri, masih gabung di kantor skretariat daerah.” (Wawancara Senin, tgl. 28 Juni 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan Ketetapan Kebijakan dapat dipahami bahwa Kebijakan E-Procurement berjalan cukup baik meski masih ada kendala-kendala diluar teknis seperti kurang akses dan update dari pusat sistemnya, sarana prasarana yang masih kurang mendukung dikantor karena belum ada kantor tersendiri, masih gabung di kantor skretariat daerah hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati. .
Selanjutnya Hasil wawancara MGF selaku Admin Agency Verifikator mengatakan:
“Kalau sejauh ini kebijakan sejak diberlakukan itu mulai tahun 2007 dengan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan untuk program E-Procurement hingga saat ini bisa dikatakan cukup baik. Kita masih ada kendala juga seperti akses jaringan, keterlambatan akses data yang biasa sistemnya selalu Error mestinya ada Update ataupun Upgrade sistem sehingga kita bisa normal melaksanakan program ini terus kendalata juga disini sarana dan prasaran kantor seperti komputer yang sudah lama mestinya bisa di ganti dengan komputer yang mempuni” (Wawancara Kamis tgl. 1 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Kebijakan dapat dipahami bahwa sejak di laksanakan kegiatan E- Procurement mulai tahun 2007 dengan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh kantor hingga saat ini dapat dikatakan cukup baik meski masih ada kendala yang terjadi seperti akses jaringan, keterlambatan akses data disebabkan oleh sistem yang Error sehingga perlu adanya Upgrade Sistem agar dapat menggunakan dengan normal sesuai dengan tujuan E-Procurement itu sendiri hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara BC selaku Kontraktor mengatakan:
“Kalau dibilang kita sebagai pengguna atau saya kontraktor yahh cukup baikmi ini kebijakanka cuman biasa masih ada kutemui jalur gratifikasi antara pengguna sama pegawai disana supaya kan lancar urusannya terus juga itu sistemnya lambatki jadi biasa kadang terlambtki masuk permintaan barang yang diminta oleh kami.” (Wawancara Senin, tgl 5 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Kebijakan dapat dipahami bahwa Program E-Procurement cukup baik meski masih ada kendala yang di alami sebagai pengguna (Kontraktor) yaitu masih adanya gratifikasi yang terjadi oleh pihak kantor dengan pengguna/pelaku
agar urusan lancar, hingga sistem yang masih lambat untuk Update ketika permintaan barang yang diinginkan oleh kontraktor hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara MIC selaku Pengguna E-Procurement (Dinas Kesehatan) mengatakan:
“Kalau dibilang sesuai, cukup sesuaimi dengan yang diharapkan. Sebagai pengguna saya merasa terbantu dengan kebijakan atau program elektronik ini karena kita tidak perlu setiap hari kesana melainkan kita bisa kontrol terus info Updatenya dirumah atau dikantor, jadi ketika permintaan kita terpenuhi barulah kita kesana di kantornya.” (Wawancara Rabu, tgl. 7 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Kebijakan dapat dipahami bahwa Kebijakan E-Procurement sudah sesuai dengan harapan pengguna harapkan yang merasa terbantu dengan kebijakan tersebut, tidak perlu setiap hari kekantor pengadaan barang dan jasa tapi bisa kontrol info Update dirumah dan dimana saja sehingga ketika permintaan pengadaan barang terpenuhi, baru datang ke kantor untuk menyelesaikan administrasinya hal tersebut belum sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan terkait wawancara informan di atas mengenai Ketetapan Kebijakan bahwa sejak di laksanakan kegiatan E- Procurement mulai tahun 2007 dengan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh kantor hingga saat ini, Kebijakan E-Procurement berjalan cukup baik meski masih ada kendala-kendala diluar teknis seperti kurang akses dan update, akses jaringan, keterlambatan akses data disebabkan oleh sistem yang Error sehingga
perlu adanya Upgrade Sistem agar dapat menggunakan dengan normal sesuai dengan tujuan E-Procurement itu sendiri. E-Procurement juga masih ada kendala yang di alami sebagai pengguna (Kontraktor) yaitu masih adanya gratifikasi yang terjadi oleh pihak kantor dengan pengguna/pelaku agar urusan lancar, hingga sistem yang masih lambat untuk Update ketika permintaan barang yang diinginkan oleh kontraktor.
2. Ketepatan Pelaksanaan
Ketetapan Pelaksana merupakan Aktor implementasi kebijakan tidaklah hanya pemerintah tetapi didukung pula oleh masyarakat yang mengikuti pada prosedur yang ada pada kantor Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa di Kabupaten Luwu Utara, dan ada tiga lembaga yang bisa menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama antara pemerintah-masyarakat/swasta, atau implementasi kebijakan yang diswastakan, agar implementasi dari pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Luwu Utara bisa berjalan dengan baik.
Berdasarkan dengan penjelasan indikator di atas peneliti kemudian mewawancarai selaku Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ):
“kita dalam pengadaan elektronik ini selalu jalin komunikasi baik itu dalam internal kantor sendiri, kita juga lancar komunikasi dengan pihak eksternal seperti para pengguna sistem E-Procurement itu sendiri karena kapan tidak ada komunikasi diantara kami maka ini program tidak bisa berhasil ataupun berjalan sesuai tujuannya.” (Wawancara senin, tgl 28 Juni 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Pelaksana dapat dipahami bahwa Kantor Pengadaan Barang dan Jasa melakukan komunikasi aktif terhadap internal kantor dan juga terhadap eksternal kantor yaitu
para pengguna Sistem Layanan E-Procurement itu sendiri dengan harapan dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. hal tersebut belum sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara IS selaku Kepala Sub Bagian Pembinaan dan Advokasi PBJ mengatakan:
“Tentunya kita perlu dukungan dari para pengguna sistem ini, tidak hanya dukungan dari dalam yang penting tapi lebih penting lagi eksternal kantor yang sangat mendukung akan jalannya program dan akan sesuai dengan tujuan e-Procument ini.” (Wawancara Senin, tgl. 28 Juni 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan Ketetapan Pelaksana dapat dipahami bahwa dukungan oleh pihak eksternal Kantor sangat penting dan juga internal kantor akan berjalannya program E-Procurement dalam pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Luwu Utara. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara MGF selaku Admin Agency Verifikator mengatakan:
“Kalau kita disini itu dari awalji ada pelatihan dan sosialisasi mengenai E- Procurement supaya masyarakat di pihak eksternal kantor sebagai pengguna nantinya paham procedur E-Procurement karena tanpa kerjasama dan komunikasi yang baik kepada masyarakat selaku pihak swasta maka ketersediaan barang dan jasa pasti tidak akan terpenuhi kalau pemerintahji saja yang jalankan ini program E-Procurement sehingga bisa berjalan sesuai dengan tujuannya.” (Wawancara Kamis tgl. 1 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Pelaksana dapat dipahami bahwa sejak awal berlaku program E- Procurement, pihak Kantor pengadaan barang dan jasa rutin melaksanakan
sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat yang sebagai pihak swasta demi terjalinnya komunikasi dan pemahaman terkait pelaksanaan program agar kebutuhan barang ataupun jasa dapat terpenuhi sehingga menunjang keberhasilan Program E-Procurement sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara BC selaku Kontraktor mengatakan:
“Kalau dibilang komunikasi memang dari awal ada semacam sosialisasi dan pelatihan tentang pengadaan barang secara online ini, kita juga sangat mendukung sebagai pengguna bisa lebih paham terhadap kegiatan itu sehingga mungkin bisa bergabung dalam sistem dan juga komunikasi yang selalu dilakukan dikantor selaluji lancar dan respon orang kantor kalau ada kendala cepatji na arahkanki.” (Wawancara Senin, tgl 5 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Pelaksana dapat dipahami bahwa Sebagai pengguna (kontraktor) mendukung jalannya Program E-Procurement dengan komunikasi dan kegiatan pelatihan oleh pihak Kantor selalu di laksanakan maka selaku pengguna dapat lebih paham sistem program tersebut dan ikut serta dalam menjalankan Program E-Procurement sehingga dapat berjalan sesuai harapan. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara MIC selaku Pengguna E-Procurement (Dinas Kesehatan) mengatakan:
“Kalau kita sebagai pihak luar kita Dinas kesehatan sebagai pengguna barang dan membutuhkan barang yang tersedia, kita itu sangat mendukung akan program ini apa lagi kemarin selalu dilaksanakan kegiatan sosialisasi terkait E-Procurement dan pelatihan juga selalu diadakan sehingga kita paham mekanismenya dan juga procedurnya.” (Wawancara Rabu, tgl. 7 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Pelaksana dapat dipahami bahwa Sebagai Pihak pengguna barang dan jasa, sangat mendukung program E-Procurement karena Kantor pengadaan barang dan jasa di awal melaksanakan kegiatan Sosialisasi dan pelatihan sehingga pengguna lebih paham procedur ataupun mekanisme penggunaan sistem E- Procurement. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan terkait wawancara informan di atas mengenai Ketetapan Pelaksana bahwa Kantor Pengadaan Barang dan Jasa melakukan komunikasi aktif terhadap internal kantor dan juga terhadap eksternal kantor yaitu para pengguna Sistem Layanan E-Procurement. Sejak awal berlaku program E-Procurement, pihak Kantor pengadaan barang dan jasa rutin melaksanakan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat yang sebagai pihak swasta demi terjalinnya komunikasi dan pemahaman terkait pelaksanaan program agar kebutuhan barang ataupun jasa dapat terpenuhi sehingga menunjang keberhasilan Program E-Procurement sesuai dengan tujuannya. Sebagai pengguna (kontraktor) mendukung jalannya Program E-Procurement dengan komunikasi dan kegiatan pelatihan oleh pihak Kantor selalu di laksanakan maka selaku pengguna dapat lebih paham sistem program tersebut dan ikut serta dalam menjalankan Program E-Procurement sehingga dapat berjalan sesuai harapan.
3. Ketepatan Target
Ketepatan berkenaan dengan tiga hal, target yang dintervensi sesuai dengan yang direncanakan atau di planingkan oleh pemerintah Kabupaten Luwu Utara, dan tidak ada tumpangtindih dengan intervensi lain, atau tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan lain. Dan sesuai dengan target yang telah di planingkan sebelumnya agar dapat berjalan dengan sesuai dengan prosedur yang ada pada kantor Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa di Kabupaten Luwu Utara.
Berdasarkan dengan penjelasan indikator di atas peneliti kemudian mewawancarai selaku Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ):
“Secara keseluruhan target ataupun perencanaan kita selama ini belum maksimal kendalanya yaitu kita masih terkendali, disinikan LPSE nya ada server, itu server masih dikendalikan oleh pemerintah atau KOMINFO belum berdiri sendir, kita masih belum dikasi kepercayaan untuk kelola sendiri dan pihak KOMINFO yang bantu kami ketika ada masalah.” (Wawancara senin, tgl 28 Juni 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Target dapat dipahami bahwa Perencanaan Kantor Pengadaan barang dan jasa secara keseluruhan belum maksimal karena Server LPSE masih dikendalikan oleh Dinas KOMINFO, tidak berdiri sendiri meskipun sudah lama berjalan. Hal tersebut belum sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara IS selaku Kepala Sub Bagian Pembinaan dan Advokasi PBJ mengatakan:
“Untuk Harapan atau target kita selalu tingkatkan sesuai Visi Misi kantor sehingga kita bisa berjalan sesuai dengan tujuan akan tetapi itu semua didukung dengan saraa dan prasarana juga karena kita disini masih kurang, apa lagi server kita di LPSE itu masih dikendalikan oleh KOMINFO, bukanpi kita yang pegang sendiri.” (Wawancara Senin, tgl. 28 Juni 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan Ketetapan Target dapat dipahami bahwa Target keberhasilan Program E-Procurement tetap selalu ditingkatkan dan berjalan sesuai Visi dan Misi dengan adanya dukungan para SDM yang terkait dan juga Sarana dan Prasarana yang masih selalu jadi kendala dalam menciptakan tujuan E-Procurement itu sendiri.Hal tersebut belum sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara MGF selaku Admin Agency Verifikator mengatakan:
“Kalau dibilang bertentangan dengan kebijakan yang lain, jutru ini kebijakan E-Procurement sangan terkait dengan program pemerintah yang lain seperti contohnya Dinas Kesehatan dalam pengadaan obat jumlah banyak atau sarana dan prasarana rumah sakit terbantu dengan kebijakan tersebut karena kita memang tujuannya kolaborasi dengan Dinas-Dinas yang berada di Luwu Utara.” (Wawancara Kamis tgl. 1 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Target dapat dipahami bahwa Kebijakan E-Procurement berkaitan dengan kebijakan lainnya seperti pengadaan barang yang akan dilakukan oleh Dinas-Dinas yang ada di Kabupaten Luwu Utara sehingga terbantu dengan kebijakan E-Procurement ini, hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara BC selaku Kontraktor mengatakan:
“Selama berjalannya kebijakan ini cukup baik cuman masih perlunya pegawasan yang perlu ditingkatkan terkait permintaan pengadaan karena pernah saya alami waktu saya pengadaan material dikantor bilang belum update ketersediaan tetapi ternyata sudah ada tetapi diambil alih oleh kontraktor lain karena mungkin ada sogokan ataupun mungkin kerabat dekatnya petugas dikantor.” (Wawancara Senin, tgl 5 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Target dapat dipahami bahwa selama berjalan Kebijakan E- Procurement sudah baik tetapi masih adanya tindak gratifikasi ataupun kolusi oleh petugas di Kantor Pengadaan Barang dan Jasa yang dialami oleh pengguna, perlunya pengawasan yang lebih ketata terkait permintaan pengadaan yang lebih adil. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Selanjutnya Hasil wawancara MIC selaku Pengguna E-Procurement (Dinas Kesehatan) mengatakan:
“E-procurement ini kurasa saya baikmi karena terbantu dengan program yang ada di dinas kesehatan, saya kan dari dinas kesehatan jadi saya mewakili bahwa adanya program ini satu program dinas kesehatan termudahkan dan terbantu dengan kebijakan ini.” (Wawancara Rabu, tgl. 7 Juli 2021)
Berdasarkan kutipan wawancara informan di atas berkaitan dengan indikator Ketetapan Target dapat dipahami bahwa dengan kebijakan E-Procurement dinas yang ada di Kabupaten Luwu Utara merasa terbantu salah satu programnya terbantu oleh adanya kebijakan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dilapangan yang peneliti amati.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan terkait wawancara informan di atas mengenai Ketetapan Target bahwa Perencanaan Kantor Pengadaan barang dan jasa secara keseluruhan belum maksimal karena Server LPSE masih dikendalikan
oleh Dinas KOMINFO, tidak berdiri sendiri meskipun sudah lama berjalan, tetapi dalam pelaksanaanya selalu ditingkatkan sesuai Visi dan Misi Kantor. Kebijakan E-Procurement berkaitan dengan kebijakan lainnya seperti pengadaan barang yang akan dilakukan oleh Dinas-Dinas yang ada di Kabupaten Luwu Utara sehingga terbantu dengan kebijakan E-Procurement ini, tetapi masih adanya tindak gratifikasi ataupun kolusi oleh petugas di Kantor Pengadaan Barang dan Jasa yang dialami oleh pengguna, perlunya pengawasan yang lebih ketata terkait permintaan pengadaan yang lebih adil.
4. Ketepatan Lingkungan
Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu Lingkungan Kebijakan dari pemerintah Kabupaten Luwu Utara itu sendiri, yaitu interaksi antara lembaga perumus kebijakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik dengan pelaksana kebijakan dengan lembaga yang terkait dalam pengadaan barang dan jasa secara eletronik. agar nantinya Masyarakat dengan mudah melaksanakan atau mendapat pelayanan dari pemerintah dalam hal pengadaan barang dan jasa yang ada pada kantor Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa di Kabupaten Luwu Utara.
Berdasarkan dengan penjelasan indikator di atas peneliti kemudian mewawancarai selaku Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ):
“Seperti yang saya bilang tadi kami disini itu dibantu oleh internal yang ada dan sangat dibantu juga oleh pihak eksternal seperti para pengguna Program ini sehingga kami dapat menjalankan kebijakan E-Procurement bisa dikatakan berhasil karena adanya dukungan tersebut.” (Wawancara senin, tgl 28 Juni 2021)