Dalam Azwar (1987: 173 dalam Matondang 2009) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.
Afiyanti (2008) mengatakan bahwa konsep validitas dalam penelitian kualitatif yang sering digunakan adalah kredibilitas. kredibilitas menjadi suatu hal yang penting ketika mempertanyakan suatu kualitas hasil suatu penelitian kualitatif.
Standar kredibilitas identik dengan standar validitas internal dalam penelitian kuantitatif.
Sejalan dengan itu, dalam hal pengujian tes di sekolah, suatu tes dapat dikatakan valid dan tes tersebut harus mengukur sesuatu yang harus diukur. Dalam hal ini tes yang dilakukan oleh seorang guru seharusnya mempertimbangkan validitas dari suatu tes. Validitas adalah masalah proses pembuktian yang berkelanjutan, mengacu pada sejauh mana bukti dan teori mendukung interpretasi terhadap skor tes sesuai tujuan tes. Proses validasi melibatkan proses
21
pengumpulkan bukti untuk memberikan dasar ilmiah untuk interpretasi skor tes.
Validitas adalah masalah interpretasi terhadap nilai tes, bukan tes itu sendiri, karena validitas tidak seberapa terkait dengan bentuk atau jenis tes, tetapi interpretasi terhadap skor tes. Oleh karena itu, ketika skor tes digunakan atau ditafsirkan lebih dari satu cara, setiap cara interpretasi dimaksudkan harus divalidasi. (Sumintono, B
& Widhiarso. W, 2013).
Djaali (2000: 77) menyatakan bahwa untuk menghitung validitas internal untuk skor butir dikotomi digunakan koefisien korelasi biserial (ri) dengan rumus:
ri = Xi−Xr St
Pi Pq Keterangan:
ri
:
koefisien korelasi antara skor butir ke i dengan skor total.
Xi :
rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir ke i.
Xt :
rata-rata skor total semua responden.
St : standar deviasi skor total semua responden.
pi : proporsi jawaban yang benar untuk butir ke i.
Pq : proporsi jawaban yang salah untuk butir ke i.
Kriteria
Jika r hitung >r tabel, maka kuesioner dinyatakan valid Jika r hitung < r tabel, maka kuesioner dinyatakan tidak valid
kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956, h.145) adalah sebagai berikut:
0,80 < ri 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < ri 0,80 validitas tinggi (baik)
0,40 < ri 0,60 validitas sedang (cukup) 0,20 < ri 0,40 validitas rendah (kurang) 0,00 < ri 0,20 validitas sangat rendah (jelek)
ri 0,00 tidak valid
Tabel 3. 1 Tabel r
(Sumber: Blogspot.com) 2. Reliabilitas
Dalam Afiyanti (2008) Istilah reliabilitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah dependabilitas. Konsep Reliabilitas ini juga sering menjadi pertimbangan lain dalam menilai keilmiahan suatu temuan penelitian kualitatif.
Validitas suatu tes yang diberikan ke siswa juga harus reliabel atau ajek, yang bermakna pengukuran dengan ujian yang dilakukan mendapatkan hasil yang konsisten. Misalnya, ujian yang diberikan hari ini kepada siswa oleh seorang guru, seharusnya memberikan nilai yang tidak jauh berbeda apabila diberikan esoknya (karena tidak ada aktivitas pembelajaran atau lupa pada jangka waktu yang hanya satu hari). Kecilnya reliabilitas dapat terjadi karena set soal ujian yang tidak baik (butir soal yang membingungkan) ataupun tidak adanya konsistensi dalam pemberian skor. Kedua hal tersebut adalah tanggung jawab guru untuk menghindarinya. (Sumintono, B & Widhiarso, W, 2013).
Ada tiga terminologi yang menggambarkan reliabilitas pengukuran, yaitu stabilitas (stability), ekuivalensi (equivalency), dan konsistensi internal (internal consistency). Reliabilitas sebagai koefisien stabilitas menunjukkan hasil yang sama didapatkan dari pengulangan tes, ekuivalensi menunjukkan seberapa jauh dua tes yang paralel akan menghasilkan skor tes yang sama, dan konsistensi internal menunjukkan seberapa konsisten hasil skor tiap butir dalam satu tes. Reliabilitas dapat diestimasi jika ada yang dibandingkan. Perbandingan antar-waktu yang diturunkan menjadi pendekatan reliabilitas tes ulang, perbandingan antar-bentuk tes
yang diturunkan menjadi reliabilitas tes paralel, dan perbandingan antar-komponen tes yang diturunkan menjadi pendekatan konsistensi internal.
a. Pendekatan Tes Ulang. Relabilitas tes ulang didapatkan dari korelasi antara skor dari tes yang sama. Jika tes diberikan kepada siswa dengan populasi yang sama, diharapkan koefisien reliabilitas yang mendekati 1. Pada tipe ini, koefisien reliabilitas didapatkan melalui korelasi skor tes antar waktu. Ada dua jenis koefisien korelasi yang dipakai, pertama adalah korelasi Pearson (product moment) dan korelasi intrakelas (interclass correlation/ICC).
b. Pendekatan Tes Paralel. Tipe ini disusun untuk mengatasi permasalahan yang ada pada tipe reliabilitas tes paralel berkaitan dengan isu efek bawaan atau kontaminasi. Reliabilitas tes paralel disebut juga dengan reliabilitas form pengganti (alternate form). Sama seperti reliabilitas tes ulang, harga reliabilitas didapatkan dari korelasi antara skor dari kedua tes yang pararel.
c. Pendekatan Konsistensi Internal. Reliabel dalam pengertian konsistensi internal menunjukkan bahwa antara satu bagian tes dan bagian lainnya menghasilkan pengukuran yang konsisten. Konsistensi intenal diindikasikan oleh tingginya korelasi antara belahan tes. Belahan ini dapat berupa butir maupun komponen tes. Karena itu, dalam pendekatan konsistensi internal dikenal konsistensi dua belahan tes yang biasa dihitung dengan koefisien Spearman-Brown, atau tiga belahan yang biasa dihitung dengan koefisien Feldt, atau yang dihitung dengan menggunakan koefisien alpha.
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok yang berbeda. Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
Djaali (2000: 81) menyatakan bahwa reliabilitas konsistensi gabungan butir berkaitan dengan kemantapan antara butir suatu tes. Hal ini dapat diungkapkan
dengan pertanyaan, apakah terhadap obyek ukur yang sama, butir yang satu menunjukkan hasil ukur yang sama dengan butir yang lainnya? Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain.
Jika terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya.
Dengan kata lain tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuran pada bagian obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling kontradiksi atau tidak konsisten maka kita jangan menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalah-kan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadap obyek yang diukur.
Uji reliabilitas yaitu uji untuk mengukur sebuah kuesioner yang merupakan aspek penilaian dari variabel-variabel tertentu. Kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban responden konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah kuesioner dikatakan reliabel jika Croncbach’s alpha > 0,06 dan dikatakan tidak reliabel jika Croncbach’s alpha < 0,06. (Harahap S. G., 2017) (Suliyanto, 2011). Jika nilai alpha
> 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient realibility) sementara jika alpha >
0,80 ini mensugestikan seluruh item reliable. Dan, seluruh data tes secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memakn ainya sebagai berikut:
1. alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna.
2. alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitasnya tinggi.
3. alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitasnya moderat 4. alpha < 0,50 maka reliabilitasnya rendah.
C. PROSEDUR DAN MEKANISME PRAKTIKUM
Dalam Praktikum Uji validitad dan reliabilitas kita akan menggunakan software SPSS, Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Buka Aplikasi SPSS dan input data dari kuesioner yang sudah disebar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok 4) Gambar 3. 1 Input Data Kuesioner
2. Selanjutnya lakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan Klik Analize → Scale → Realiability Analysis
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok 4) Gambar 3. 2 Melakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
3. Kemudian, masukkan data ke kotak items dengan cara klik CTRL + A lalu tekan tanda panah ke items
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok 4) Gambar 3. 3 Memindahkan Dara ke Kotak Items
4. Selanjutnya, Klik statistic dan beri tanda ceklis pada Scale if item deleted, Means, Variance, dan Corelations.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok 4) Gambar 3. 4 Klik Statistic
5. Terakhir Klik continue kemudian OK.
D. LEMBAR KERJA
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email:
[email protected] LEMBAR PRAKTIKUM
1. Buka Aplikasi SPSS dan input data dari kuesioner yang telah disebarkan, dan mendapatkan hasil 35
Keterangan:
P1 :
Lampu LED lebih hemat energi dibandingkan lampu bohlam
P2 : Lampu LED memiliki daya tahan lebih lama (endurance) dibandingkan lampu lainnya.
P3 : Lampu LED pada motor lebih terang dibandingkan lampu halogen atau bohlam biasa.
P4 : Warna cahaya lampu LED lebih nyaman bagi mata saat berkendara di malam hari.
P5 : Anda memilih lampu LED karena lebih tahan terhadap guncangan dan getaran.
P6 : Cahaya yang dihasilkan lampu LED lebih fokus dan tidak menyebar berlebihan.
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email:
[email protected] LEMBAR PRAKTIKUM
Keterangan:
P7 :
Anda tidak mengalami kesulitan saat memasang atau mengganti lampu LED pada motor anda.
P8 : Lampu LED memberikan tampilan yang lebih modern dan stylish.
P9 : Lampu LED tidak menyilaukan pengendara lain di jalan raya.
P10 :
Anda lebih memilih menggunakan lampu LED daripada jenis lampu bohlam.
P11 :
Apakah menurut anda Harga lampu LED sesuai dengan kualitas dan daya tahannya.
P12 :
Apakah menurut anda Lampu LED tetap berfungsi optimal dalam berbagai kondisi cuaca (hujan, kabut, atau panas).
P13 : Apakah anda memilih lampu LED karena lebih ramah lingkungan dibandingkan lampu konvensional.
P14 : Apakah anda merasa lebih percaya diri berkendara dengan lampu LED yang terang.
P15 : Anda mengetahui Lampu LED motor memiliki berbagai pilihan warna yang menarik.
P16 : Anda lebih suka menggunakan lampu LED karena lebih cepat menyala dibandingkan lampu biasa.
P17 : Anda akan merekomendasikan penggunaan lampu LED kepada pengguna motor lainnya.
P18 : Anda ingin memilih lampu LED motor yang minim masalah teknis dan lebih tahan lama?
P19 : Jika tersedia, anda tertarik menggunakan lampu LED motor dengan fitur pencahayaan yang dapat disesuaikan (dimmable).
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email:
[email protected] LEMBAR PRAKTIKUM
Keterangan:
2. Setelah itu setting pada Aplikasi SPSS dan didapatkan hasil sebagai berikut:
3. Kesimpulan uji Validitas:
df = n-2 dengan sig 5%, maka df= 35-2 = 33 sehingga didapat dari table r adalah 0.2826. Sehingga dilihat daru masing-masing nilai Corrected item – total correalition atau r tabel lebih kecil dari r hitung, maka kuesioner tersebut valid.
P20 : Apakah menurut anda Lampu LED sangat relavan untuk digunakan pada saat ini
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No. 18B Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Kode Pos 15417 Email:
[email protected] LEMBAR PRAKTIKUM
4. Kesimpulan uji Reliabilitas:
Berdasarkan hasil pada aplikasi SPSS diatas, data kuesioner reliabel.
Dikarenakan nilai Cronbach’s Alfa > 0.50 yakni 0.956 > 0.50.
E. REFERENSI
Afiyanti (2008). Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juli 2008; Hal 137-141.
Darma, B. (2021). Statistika penelitian menggunakan SPSS (Uji validitas, uji reliabilitas, regresi linier sederhana, regresi linier berganda, uji t, uji F, R2).
Guepedia.
Djaali., dkk. Pengukuran Dalam Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana, 2000.
Hidayat, Anwar (2012). Penjelasan Uji Reliabilitas Instrumen Lengkap.
Matondang, Zulkifli (2009). Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.
Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. Vol.6 No.1, Juni 2009
Rosita, E., Hidayat, W., & Yuliani, W. (2021). Uji validitas dan reliabilitas kuesioner perilaku prososial. FOKUS: Kajian Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan, 4(4), 279-284.
Sumintono, B & Widhiarso, W (2013). Aplikasi Pemodelan RASCH Pada Assessment Pendidikan. Cimahi: Trim Komunikata Publishing House.
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah menjalankan praktikum regresi linier sederhana mahasiswa mampu melakukan uji regresi dengan Aplikasi SPSS. Kemudian mahasiswa mampu mengetahui variable independen dan dependen atau X dan Y, hubungan antara variable X dan Y hingga menguji keterkaitan X terhadap Y dengan Aplikasi SPSS.
B. TEORI ATAU PRINSIP DASAR PRAKTIKUM