• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terang dan Sukacita

Dalam dokumen e-Konsel 2009 - MEDIA SABDA (Halaman 135-143)

"Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya Tuhan, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu; karena nama-Mu mereka bersorak-sorak sepanjang hari." (Mazmur 89:16, 17)

"Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati."

(Mazmur 97:11)

"Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12)

"Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang akan merampas kegembiraanmu itu dari padamu." (Yohanes 8:12)

"Sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita." (2 Korintus 6:10)

Seorang ayah selalu menginginkan anak-anaknya bersukacita. Ia melakukan segala hal yang dapat dikerjakannya untuk membuat anak-anaknya berbahagia. Oleh karena itu, Allah juga menginginkan anak-anak-Nya hidup di hadapan-Nya dengan hati yang bersukacita. Ia telah menjanjikan sukacita kepada mereka. Ia akan memberikannya (Mazmur 89:17, 18; Yesaya 29:19; Yohanes 16:22; 1 Petrus 1:8). Ia telah

memerintahkannya. Kita harus menerimanya dan senantiasa hidup di dalam sukacita itu (Mazmur 32:11; Yesaya 12:5, 6; 1 Tesalonika 5:16; Filipi 4:4).

Tidak begitu sukar untuk mengetahui apa alasannya. Sukacita itu selalu merupakan ciri bahwa ada sesuatu yang sungguh-sungguh memuaskan saya dan yang berharga sekali bagi saya. Lebih dari itu, sukacita atas apa yang saya miliki menyebabkan orang lain ingin memilikinya juga. Bersukacita di dalam Tuhan merupakan bukti terkuat bahwa di dalam Allah saya memiliki segala sesuatu yang memuaskan dan mengenyangkan saya, dan bahwa saya tidak melayani Dia karena takut atau melayani supaya terpelihara, tetapi melayani karena Ia adalah keselamatan saya. Sukacita merupakan tanda kebenaran dan nilai ketaatan yang menunjukkan apakah saya senang berada dalam kehendak Tuhan (Ulangan 28:47,Mazmur 9; 119:111). Itulah sebabnya mengapa bersukacita di dalam Tuhan itu begitu berkenan kepada-Nya dan sangat menguatkan orang-orang percaya itu sendiri. Bagi semua orang yang ada di sekeliling kita, sukacita itu merupakan kesaksian yang paling indah mengenai pandangan kita terhadap Allah (Nehemia 8:11; Mazmur 68:5; Amsal 4:18).

Di dalam Alkitab, terang dan sukacita itu sering kali dihubungkan (Ester 8:16; Amsal 13:9; 15:30; Yesaya 60:20). Hal ini memang sesuai dengan keadaan alam. Terang yang menyukakan pada pagi hari membangunkan burung-burung untuk bernyanyi dan

menggembirakan penjaga-penjaga malam yang merindukan datangnya siang. Terang wajah Allah memberikan sukacita kepada orang Kristen. di dalam persekutuan dengan Allah, ia dapat dan akan selalu merasa bahagia. Kasih Bapa itu bersinar seperti

matahari atas anak-anak-Nya (Keluaran 10:23; 2 Samuel 23:4; Mazmur 36:11; Yesaya

e-Konsel 2009

136

60:1, 20; 1 Yohanes 1:5; 4:16). Kegelapan yang meliputi jiwa, selamanya melalui dosa atau melalui ketidakpercayaan. Dosa adalah kegelapan yang menggelapkan. Dan ketidakpercayaan juga menggelapkan, karena hal itu memalingkan kita dari Dia yang merupakan terang satu-satunya.

Kadang-kadang diajukan pertanyaan: "Dapatkah orang Kristen selalu berjalan di dalam terang?" Jawaban Tuhan kita jelas sekali: "Barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan." Dosa, yaitu berpaling dari Yesus dan menuruti jalan kita sendiri, itulah yang menggelapkan. Tetapi, pada saat kita mengakui dosa kita dan minta dibersihkan di dalam darah-Nya, kita kembali berada di dalam terang (Yosua

7:13;Yesaya 58:10; 59:1 , 2, 9; Matius 15:14, 16; 2 Korintus 6:14; Efesus 5:8, 14; 1 Tesalonika 5:5; 1 Yohanes 2:10.) Atau, ketidakpercayaanlah yang menggelapkan. Kita memandang kepada diri kita dan kekuatan kita sendiri; kita ingin mencari penghiburan di dalam perasaan kita atau di dalam pekerjaan kita sendiri dan segalanya menjadi gelap. Segera setelah kita memandang kepada Yesus -- kepada kepenuhan dan kesempurnaan persediaan kebutuhan kita yang ada di dalam Dia -- semuanya menjadi terang. Ia berkata, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikuti Aku ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Selama saya percaya, saya memunyai terang dan sukacita (Yohanes 12:36; 11:40; Roma 15:13; 1 Petrus 1:3).

Orang-orang Kristen yang bersedia hidup sesuai dengan kehendak Allah, dengarlah apa yang dikatakan Firman-Nya, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 3:1; 4:6.) di dalam Tuhan Yesus terdapat sukacita yang tak terkatakan dan kemuliaan yang sempurna. Percayalah kepada-Nya,

bersukacitalah dalam hal ini. Hiduplah dengan iman. Kehidupan dengan iman itu merupakan keselamatan dan sukacita yang mulia. Hati yang sepenuhnya diserahkan untuk mengikuti Yesus, yang hidup dengan iman di dalam Dia dan di dalam kasih-Nya, akan memiliki terang dan sukacita. Oleh sebab itu, hai jiwa-jiwa, percayalah. Janganlah hanya mencari sukacita; Saudara tidak akan mendapatnya, karena Saudara hanya mencari perasaan. Tetapi carilah Yesus, ikutlah Yesus, percayalah Yesus, maka sukacita akan ditambahkan kepada Saudara. "Bukan melihat, tetapi percaya,

bersukacitalah dengan sukacita yang tak terkatakan dan penuhlah dengan kemuliaan."

Tuhan Yesus, Engkau adalah terang dunia, cahaya dari terang yang tak dapat

dihampiri, di dalam-Nya kami melihat terang Allah. Dari wajah-Mu terpancarlah terang sehingga kami mengetahui kasih kemuliaan Allah. Engkau adalah milik kami, terang dan keselamatan kami. Ajarlah kami agar kepercayaan kami kepada-Mu lebih teguh, supaya dengan Engkau kami tidak akan berjalan di dalam kegelapan. Biarlah sukacita di dalam Engkau menjadi bukti bahwa Engkaulah segala-galanya bagi kami dan menjadi kekuatan kami untuk melakukan segala sesuatu yang Engkau kehendaki bagi kami. Amin.

1. Sukacita saya karena memiliki sesuatu merupakan ukuran dalam menilai hal itu;

kesukaan terhadap seseorang merupakan ukuran kesenangan saya terhadap dia; kegembiraan di dalam suatu pekerjaan merupakan ukuran kesenangan saya

e-Konsel 2009

137

akan pekerjaan itu. Sukacita saya di dalam Tuhan dan pelayanan-Nya

merupakan salah satu tanda yang paling nyata dari kehidupan rohani yang sehat.

2. Sukacita dapat terhalang oleh ketidaktahuan, yaitu apabila kita tidak mengenal Allah dan kasih-Nya serta kemuliaan pelayanan-Nya dengan benar; oleh ketidakpercayaan, yaitu apabila kita masih mencari-cari sesuatu di dalam kekuatan dan perasaan kita sendiri; oleh hati yang bercabang, yaitu apabila kita tidak bersedia menyerahkan dan menyingkirkan segala sesuatu bagi Yesus.

3. Pahamilah perkataan ini: "Orang yang mencari sukacita tidak akan

mendapatkannya; tetapi orang yang mencari Tuhan dan kehendak-Nya akan mendapatkan kesukacitaan tanpa dicari." Renungkanlah hal ini: Orang yang mencari sukacita sebagai suatu perasaan, berarti mencari dirinya sendiri; ia ingin bersukacita tetapi tidak akan menemukannya. Orang yang melupakan dirinya sendiri untuk hidup di dalam Tuhan dan kehendak-Nya akan diajar untuk

bersukacita di dalam Tuhan. Allah dan hanya Allah sendiri yang merupakan Allah daripada sukacita kita. Carilah Allah, maka Saudara akan memiliki sukacita itu.

Saudara semata-mata hanya perlu menerimanya dan menikmatinya dengan iman.

4. Apabila kita ingin memiliki sukacita yang abadi, kita harus bersyukur kepada Allah atas segala yang dilakukan-Nya bagi kita, dan percaya pada firman-Nya serta segala yang dijanjikan-Nya untuk digenapi-Nya.

5. "Mata yang bersinar-sinar menyukakan hati." Tuhan tidak menginginkan anak- anak-Nya berjalan di dalam kegelapan; Iblis adalah raja kegelapan; Allah adalah terang. Kristus adalah terang dunia; kami adalah anak-anak terang. Hendaklah kita berjalan di dalam terang. Hendaklah kita percaya akan janji: "Tuhan akan menjadi penerang abadi bagimu .... Bagimu akan ada matahari yang tidak

pernah terbenam ... sebab Tuhan akan menjadi penerang abadi bagimu dan hari- hari perkabunganmu akan berakhir" (Yesaya 60:19, 20).

Sumber:

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku: Membina Iman Judul asli buku: The New Life Penulis: Andrew Murray

Penerjemah: Eviyanti Agus dan Pauline Tiendas-Iskandar Penerbit: Penerbit Kalam Hidup, Bandung 1965

Halaman: 137 -- 140

Renungan: Kesenangan VS Sukacita

Bacaan: Yohanes 15:7-11 Nats: "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita- Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh." (Yohanes 15:11)

e-Konsel 2009

138

Dunia menawarkan kesenangan-kesenangan sementara (Ibrani 11:25), tetapi Tuhan Yesus menawarkan sukacita yang penuh dan kekal (Yohanes 15:11). Kesenangan bergantung pada situasi-situasi tertentu, sedangkan sukacita datang dari dalam dan tidak terpengaruh oleh keadaan lingkungan.

Kesenangan dapat selalu berubah-ubah, sedangkan sukacita tak pernah berubah!

Kesenangan-kesenangan duniawi sering diikuti dengan depresi. Sukacita sejati berakar dalam Yesus Kristus, yang "tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibrani 13:8).

Agar selalu dapat menikmati kesenangan, kita harus berupaya masuk dari rangsangan kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain sebab kesenangan tidak bersifat permanen. Namun, sukacita merupakan kebalikannya. Sukacita adalah anugerah yang kita terima dari Allah.

Kesenangan dibangun atas dasar kepentingan pribadi, sedangkan sukacita didasarkan pada pengorbanan diri seseorang. Semakin banyak kita mengejar kepuasan diri, maka akan semakin hampa perasaan kita. Jika kesenangan kecil memberi kegembiraan sementara hari ini, maka dibutuhkan kesenangan dan sensasi yang lebih besar untuk mendapat kegembiraan yang sama besok pagi. Sebaliknya, sukacita didasarkan pada pengorbanan diri kita. Saat kita belajar apa artinya memerhatikan kebutuhan orang lain, maka kita akan menemukan kepenuhan yang lebih besar dalam diri Allah sendiri, yang memenuhi setiap kebutuhan kita.

Hanya dengan mencari hal-hal di dalam Kristus, maka Anda dapat menemukan sukacita yang abadi. (HGB)

UNTUK MENDAPATKAN SUKACITA YANG ABADI UTAMAKANLAH KRISTUS SENANTIASA

Serba Info: Baru! Situs Doa:Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia

< http://doa.sabda.org >

Anda rindu melihat pemulihan terjadi atas keluarga, gereja, kota, dan bangsa Anda?

Anda ingin belajar lebih banyak tentang doa?

Anda ingin memiliki partner untuk berdoa dan berbagi?

e-Konsel 2009

139

Situs Doa, yang diluncurkan oleh Yayasan Lembaga SABDA <http://www.ylsa.org>, adalah tempat yang tepat untuk menjawab kerinduan dan keinginan Anda.

Kami percaya situs Doa, yang dilengkapi dengan Artikel, Renungan, Ilustrasi, Kesaksian, serta Riwayat Tokoh-Tokoh Doa, akan memperluas wawasan dan pengetahuan Anda tentang doa.

Istimewanya, situs ini menyediakan beberapa kalender doa yang bisa Anda pakai sebagai panduan Anda berdoa, baik secara pribadi maupun kelompok. Bagi Anda yang ingin berbagi beban doa, situs Doa juga menyediakan fasilitas untuk mengirimkan permohonan doa agar Anda mendapatkan dukungan doa dari saudara-saudara seiman yang lain.

Khusus bagi Anda yang dilengkapi Tuhan dengan karunia berdoa, situs ini

menyediakan fasilitas forum yang mengundang Anda bergabung dalam "Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia" untuk berdoa bersama bagi Indonesia. Forum ini disediakan bukan untuk berdiskusi atau berdebat tentang doa, namun untuk menyatukan hati kita dalam berdoa bagi bangsa kita yang tercinta, yaitu Indonesia. Untuk mendaftarkan diri, silakan menghubungi < doa(at)sabda.org >.

Segera kunjungi situs DOA <http://doa.sabda.org>! Ingatlah selalu untuk

memberitahukan informasi ini kepada rekan-rekan pendoa yang lain, sehingga kita semua mendapat berkat dan menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan memberkati.

e-Konsel 2009

140

Bimbingan Alkitabiah: Sukacita (Joy)

Perjanjian Lama:

1. Ulangan 12:18 2. 1 Samuel 2:1

3. Nehemia 8:10; 12:43 4. Ayub 33:26

5. Mazmur 2:11; 4:7; 5:11; 9:2; 13:5; 16:9, 11; 19:8; 20:5; 28:7 6. Mazmur 30:5, 11; 32:11; 33:21; 35:9; 40:16; 63:5, 7; 64:10;

7. 71:23; 89:16

8. Mazmur 97:12; 100:1-2; 119:14, 16, 162; 126:5-6 9. Pengkhotbah 2:26

10. Yesaya 12:2-3; 35:10; 41:16; 51:11; 55:12; 61:10 11. Yeremia 15:16; 32:41; 33:11

12. Yoel 2:23 13. Habakuk 3:18

Perjanjian Baru:

1. Matius 25:21

2. Lukas 1:47; 2:10; 6:23; 10:20; 15:10 3. Yohanes 15:11; 16:20, 22, 24, 33; 17:13 4. Kisah Para Rasul 2:28; 8:8, 39; 13:52; 16:34 5. Roma 5:2, 11; 12:12; 14:17; 15:13

6. 2 Korintus 1:12; 6:10; 7:4; 8:2 7. Galatia 5:22

8. Efesus 5:18 9. Filipi 4:4 10. Kolose 1:11

11. 1 Tesalonika 1:6; 5:16 12. Ibrani 10:34

13. Yakobus 1:2 14. 1 Petrus 1:8; 4:13 15. 1 Yohanes 1:4 16. Yudas 1:24 Sumber:

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama situs: Christian Counseling Center Indonesia (C3I) Penulis: Tidak dicantumkan

Alamat URL: http://c3i.sabda.org/sukacita_joy

e-Konsel 2009

141

e-Konsel 187/Juli/2009: Anak Adopsi

Pengantar dari Redaksi

Salam dalam kasih Kristus,

Setiap pasangan suami istri pasti ingin rumah tangganya dilengkapi dengan lahirnya keturunan. Anak bukan hanya merupakan generasi penerus. Anak merupakan berkat karunia Tuhan bagi setiap pasangan suami istri. Namun, Tuhan terkadang memiliki rencana indah yang kadang tidak kita mengerti. Tidak semua pasangan mudah memiliki anak. Bahkan beberapa pasangan, karena alasan tertentu, tidak bisa memiliki

keturunan.

Karena keadaan itu, mereka pun akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak.

Mengadopsi anak berarti mengangkat seorang anak yang bukan darah dagingnya sendiri untuk diasuh dan dibesarkan layaknya anak sendiri. Tentu saja ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon orang tua yang ingin melakukan tindakan ini. Pada satu sisi, pilihan ini tentu membahagiakan calon orang tua karena setidaknya kebahagiaan rumah tangga mereka akan lengkap dengan hadirnya anak. Pada sisi lain, orang tua punya tantangan yang lebih besar ketika membesarkan anak adopsi.

Melalui edisi Anak Adopsi kali ini, redaksi mengajak Pembaca untuk melihat tantangan- tantangan yang dihadapi orang tua saat mereka memutuskan untuk mengadopsi seorang anak. Kiranya sajian artikel-artikel berikut ini bisa menambah wawasan Pembaca.

Selamat menyimak!

Pemimpin Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani

http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/

http://c3i.sabda.org/

e-Konsel 2009

142

Cakrawala: Apakah Anak-Anak Adopsi Memiliki Lebih Banyak Masalah?

Masalah-masalah penyesuaian dan perkembangan pada anak adopsi sedikit lebih banyak daripada anak kandung. Beberapa penulis menyatakan bahwa anak kandung nampaknya lebih sedikit mengalami masalah kejiwaan dan sosial daripada anak adopsi karena masalah-masalah identitas di kemudian hari. Bisa juga, anak adopsi mengalami masalah "bawaan" yang mungkin disebabkan oleh kehamilan remaja yang membuat stres dan disertai dengan kurangnya nutrisi serta perawatan medis. Kehamilan seperti itu berujung pada bobot bayi yang lebih ringan dan komplikasi-komplikasinya.

Carol Nadelson menunjukkan bahwa anak adopsi rapuh secara emosional. Masalah- masalah emosional mereka adalah seputar kesulitan mereka dalam membangun

identitas dan konsep diri. Saat Anda menyadari bahwa Anda diadopsi, itu berarti secara

"de facto" Anda diberikan atau ditolak. Rasa tidak menentu ini dapat mengakibatkan anak adopsi merasa bahwa mereka pasti sangat buruk sampai-sampai mereka ditolak.

Atau, mereka merasa bersalah karena merasa bahwa orang tua kandung mereka sangat jahat karena menolak mereka. yang paling parah, anak adopsi merasa khawatir tentang apakah mereka akan ditolak lagi.

Dalam mengenali masalah-masalah pada masa remaja akhir, anak adopsi tampak lebih rapuh daripada orang-orang pada umumnya. Mereka mungkin asyik dengan perasaan terpisah dan terasing, tidak hanya pada usia belasan, tetapi juga pada saat menikah, kelahiran anak mereka sendiri, atau kematian orang tua adopsi. Mereka mungkin saja khawatir kalau-kalau mereka melakukan inses secara tidak sengaja. Beberapa anak adopsi merasa sangat ingin menemukan orang tua kandung mereka. Kadang-kadang, anak remaja hanya berpura-pura saat mereka mengancam untuk mencari orang tua kandung mereka -- untuk "menguji" orang tua adopsi mereka. Bagi beberapa orang, pencarian orang tua kandung mereka merupakan suatu pengalaman positif.

Meskipun beberapa orang setuju bahwa anak adopsi mungkin memiliki masalah yang lebih banyak daripada anak kandung -- dan untuk alasan yang tepat -- kebanyakan anak adopsi baik-baik saja dan banyak yang tumbuh dengan baik. (t/Ratri)

Sumber:

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:

Judul buku: Child Care Parent Care

Judul asli artikel: Do Adopted Children Have More Problems?

Penulis: Marilyn Heins, M.D. dan Anne M. Seiden, M.D.

Penerbit: Doubleday & Company, Inc., New York 1987 Halaman: 791 -- 792

e-Konsel 2009

143

Dalam dokumen e-Konsel 2009 - MEDIA SABDA (Halaman 135-143)

Dokumen terkait