• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intervensi

Dalam dokumen asuhan keperawatan pada ny. r dengan (Halaman 100-118)

BAB 4 Pembahasan

4.3 Intervensi

Pada perumusan tujuan pustaka dengan tujuan kasus ada kesenjangan.

Pada tujuan pustaka perencanaan kriteria hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan, sedangkan pada tujuan kasus perencanaan menggunakan sasaran dalam intervensinya dengan tujuan penulis ingin meningkatkan kemandirian klien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan tingkah laku klien (asektif) dan keterampilan mengenai masalah (psikomotor)

4.3.1 Intervensi keperawatan nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan.

Pada intervensi tinjauan pustaka dilakukan intervensi yang sama pada tinjauan kasus. Alasannya karena data yang didapat klien mengatakan nyeri pada luka operasi, nyeri seperti terbakar, nyeri pada badomen bagian bawah, dengan skala 7, dan nyeri hilang timbuldan lebih terasa jika dipakai bergerak. Diagnose ini dijadikan prioritas karena yang paling dirasakan oleh klien. Dengan data objektif yang mendukung yaitu terdapat jahitan luka bekas operasi sekitar 15 cm, keadaan luka masih berbalut kassa kering, terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi, klien tampak menyeringai. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil klien mampu mengontrol nyeri, mampu mengenali nyeri, TTV dalam batas normal, rasa nyeri berkurang dengan skala nyeri 3. Dilakukan intervensi bina hubungan saling percaya, lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif, beri penjelasan tenyang nyeri dan penyebab nyeri, obsevasi TTV, ajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic.

Penulis mengangkat dengan problem nyeri karena saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif : klien mengatakan nyeri pada abdomen.

Data objektif : klien mengatakan nyeri perut bagian bawah setelah operasi SC.

Pengkajian nyeri didapatkan data Paliatif : Nyeri dirasakan ketika bergerak, Qualitas : Nyeri seperti disayat-sayat, Region : Perut bagian bawah, Skala : skala nyeri 6, Time : tidak tentu kadang hilang kadang timbul. Data objektif : klien tampak meringis kesakitan saat beraktivitas, terdapat nyeri tekan, terdapat luka post SC yang tertutup kassa kering, skala nyeri 6. Jadi diagnose yang muncul adalah Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan.

Diagnosa nyeri merupakan diagnosa yang aktual karena nyeri akut merupakan keluhan utama yang dirasakan pada saat pengkajian. Untuk pemilihan etiologi dari masalah keperawatan, nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan kurang tepat karena Menurut Carpenito, Lynda Juall (2006) untuk etiologi dari masalah keperawatan, nyeri akut adalah dapat dikarenakan oleh involusio uteri, diskontinuitas jaringan, ataupun after pain.

Karena nyeri akut berlangsung sebelum 6 bulan dan dikarenakan adanya agens cidera.

Tindakan yang dilakukan penulis untuk mengurangi rasa nyeri adalah Bina hubungan saling percaya, rasional : dengan rasa saling percaya, klien dapat mengungkapkan perasaannya, sehingga akan mempermudah melakukan tindakan keperawatan. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif, rasional : Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat ketidaknyamanan/nyeri, hal ini dilakukan untuk mengetahui klien berada dalam rentang respon yang mana dan

dapat menentukan kualitas nyeri baik ringan, sedang dan berat. Beri penjelasan tentang nyeri dan penyebab nyeri, rasional : Untuk member pemahaman pada klien. Obsevasi TTV, rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien secara keseluruhan. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, rasional : dengan tarik nafas dalam klien dapat mengurangi rasa nyeri dan dapat mengurangi rasa nyeri jika sewaktu-waktu akan muncul. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic, rasional : Pemberian obat analgesic dapat mengurangi nyeri.

4.3.2 Intervensi keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri akibat insisi pembedahan

Pada intervensi tinjauan dilakukan intervensi yang sama pada tinjauan kasus. Alasannya karena data yang didapat klien mengatakan nyeri jika dipakai bergerak. Dengan data objektif yang mendukung yaitu keadaan umum lemah, pergerakan terbatas, kekuatan otot ekstermitas atas 5-5 ekstermitas bawah 3-3, klien hanya berbaring ditempat tidur, tampak sulit bergerak, aktivitas klien masih dibantu keluarga dan perawat. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat meningkatkan mobilitas fisik dengan kriteria hasil keadaan umum baik, dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot ekstermitas atas 5-5 ekstremitas bawah 4-4. Dilakukan intervensi kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas sendiri, berikan penjelasan pada klien tentang pentingnya mobilisasi dini, anjurkan klien untuk melakukan mobilitas dini : mika/miki dan duduk, bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan, evaluasi perkembangan dan kemampuan klien dalam beraktivitas.

Penulis mengangkat diagnose keperawatan hambatan mobilitas fisik b/d nyeri akibat lika pembedahan karena didapatkan data subyektif : klien mengeluh kesakitan saat beraktifitas miring kanan dan kiri. Data obyektif : klien hanya terbaring di tempat tidur, aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat. Dari data-data diatas penulis mengangkat masalah hambatan mobilitas fisik b/d nyeri akibat insisi pembedahan sebagai prioritas kedua.

Untuk pemilihan diagnosa dan etiologi dari masalah keperawatan, hambatan mobilitas fisik b/d nyeri akibat insisi pembedahan, etiologi nyeri luka Post Operasi merupakan etiologi yang kurang tepat dikarenakan nyeri sebelumnya sudah diangkat sebagai masalah keperawatan yang pertama, jika masalah keperawatan yang pertama sudah teratasi maka otomatis tidak akan timbul masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik, tapi menurut batasan karakteristik NANDA (2011), etiologi yang lebih tepat adalah ketidak bugaran fisik.

Tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk melatih klien agar dapat beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan dari perawat maupun keluarga. Karena hari pertama setelah persalinan melalui operasi caesar maka dilakukan tindakan sebagai berikut : Jelaskan tentang tujuan dilakukan mobilisasi, rasional : Untuk menambah wawasan klien dan memberi support. Ajarkan teknik mobilisasi, rasional : Untuk melatih mobilisasi klien. Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap, rasional : Untuk meningkatkan mobilisasi. Monitor tingkat mobilisasi, rasional : Untuk mengetahui tingkat mobilisasi klien.

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun dan ditetapkan pada tahap perencanaan. (Setiadi, 2012). Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena hanya membuat teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada tinjauan kasus telah disusun dan direalisasikan pada klien dan ada pendokumentasian serta intervensi keperawatan.

4.4.1 Implementasi keperawatan nyeri akut berhubungan denganterputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan.

Pada implementasi tinjauan pustaka sama seperti tinjauan kasus.

Dilakukan tindakan seperti membina hubungan saling percaya, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberi penjelasan tentang nyeri, mengobservasi TTV, mengajarkan klien untuk teknik relaksasi dan distraksi, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Dapat dilakukan sesuai dengan rencana karena klien dapat bekerja sama dengan baik. Menurut opini penulis untuk mengatasi nyeri yang dialami klien dapat dilakukan terapi farmakologi dan non farmakologi yaitu dengan cara relaksasi dan distraksi yaitu dengan melakukan teknik nafas dalam dan dikeluarkan secara perlahan-lahan, mengalihkan perhatian dengan bermain handphone, berbincang-bincang dengan klien lainnya dan dengan perawat. Sedangkan tindakan farmakologi yaitu dengan cara pemberian obat analgetik hal ini dapat mengurangi nyeri.

Menurut penulis, pada implementasi keperawatan penulis tidak mengalami kesulitan untuk mengatasi nyeri klien. Nyeri klien dapat diatasi dengan teknik

tarik nafas dalam relaksasi dan pemberian analgesik yang telah diberikan dan sudah dikolaborasikan dengan dokter.

4.4.2 Implementasi keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri akibat insisi pembedahan

Pada implementasi tinjauan pustaka sama seperti tinjauan kasus.

Dilakukan tindakan seperti mengkaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas, menganjurkan klien untuk melakukan mobilitas dini seperti mika/miki dan duduk, membantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan, mengevaluasi perkembangan dan kemampuan klien dalam beraktivitas. Dapat dilakukan sesuai rencana karena klien dapat bekerjasama dengan baik. Menurut opini penulis dengan melakukan mobilitas dini dapat memperlancar sirkulasi darah sehingga klien tidak mengalami thrombosis.

Menurut penulis, pada implementasi keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat luka insisi, penulis tidak mengalami kesulitan. Mobilitas klien dapat diatasi dengan latihan aktivitas dan dengan pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri sehingga klien dapat beraktivitas mandiri tanpa dibantu oleh perawat maupun anggota keluarga klien.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena merupakan semu. Sehingga pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan klien dan masalah secara langsung.

Pada tinjauan kasus pada waktu dilakukan evaluasi tentang nyeri yang dialami klien sudah berkurang dalam waktu 2x24 jam karena tindakan yang tepat, klien juga merupakan apa yang tim medis ajarkan untuk nyerinya dan telah berhasil dilaksanakan dan tujuan dari criteria hasil telah tercapai.

Menurut penulis, dari hasil evaluasi akhir pada tanggal 27 November 2019 pukul 12.00 WIB, masalah keperawatan Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan teratasi, sekala nyeri klien berkurang menjadi 3, klien tampak bersemangat dan tidak pucat, walaupun keadaan klien sudah mulai membaik tetap harus dilakukan pemantauan keadaan klien untuk mencegah komplikasi lain dan menghentikan intervensi.

Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri akibat insisi pembedahan pada waktu dilakukan evaluasi klien mengatakan sudah bisa berjalan dalam waktu 1x24 jam karena tindakan yang tepat, klien juga melakukan apa yang tim medis ajarkan dan tujuan kriteria hasil tercapai.

Menurut penulis, dari hasil evaluasi akhir pada tanggal 27 November 2019 pukul 12.00 WIB, masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya nyeri akibat insisi pembedahan dapat teratasi dengan kriteria hasil klien dapat beraktivitas secara mandiri dan penulis akan mempertahankan intervensi agar keadaan klien tetap stabil.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat tercapai karena adanya kerja sama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Ny. R sudah dengan harapan masalah teratasi dan klien KRS pada tanggal 27 November 2019 WIB.

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada Ny. R dengan diagnose medis Post Op Sectio Caesarea di Ruang Nifas RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea.

5.1 Simpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada Ny. R dengan diagnose medis Post Op Sectio Caesarea, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut

5.1.1 Pada pengkajian didapatkan data yaitu kesadaran klien composmentis, pasieen kooperatif. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan data, Respiratori rate : 19x/menit, Nadi : 80x/menit, Tekanan darah : 120/70 mmHg, Suhu : 36°C. Didapatkan data fokus pada B5 (Bowel) pada abdomen bawah terdapat luka insisi bekas Post Op sectio caesarea, panjang 10 cm, luka tertutup kassa steril, mulut bersih, mukosa lembab, bibir normal, gigi tampak bersih, klien sikat gigi 2x sehari pada pagi dan sore hari, tenggorokan normal, peristaltik usus 10x/menit, kebiasaan BAB 1x sehari, konsistensi padat, bau khas feses, warna kuning kecoklatan, tempat yang digunakan yaitu WC/kamar mandi.

95

5.1.2 Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat insisi pembedahan.

5.1.3 Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 2x24 jam diharapkan nyeri yang dialami oleh Ny. R berkurang dengan kriteria hasil klien mampu mengontrol nyeri, mampu mengenali nyeri, TTV dalam batas normal, rasa nyeri berkurang dengan skala nyeri 3. Dilakukan intervensi bina hubungan saling percaya, lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, beri penjelasan tenyang nyeri dan penyebab nyeri, obsevasi TTV, ajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi, kloaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat insisi pembedahan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat meningkatkan mobilitas fisik dengan kriteria hasil keadaan umum baik, dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot ekstermitas atas 5-5 ekstremitas bawah 4-4. Dilakukan intervensi kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas sendiri, berikan penjelasan pada klien tentang pentingnya mobilisasi dini, anjurkan klien untuk melakukan mobilitas dini : mika/miki dan duduk, bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan, evaluasi perkembangan dan kemampuan klien dalam beraktivitas.

5.1.4 Beberapa tindakan mandiri perawat pada klien dengan diagnose medis Post Op Sectio Caesarea menganjurkan keluarga untuk tetap menjaga dan

memperhatikan kondisi klien terutama dalam mengatasi nyeri. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, penulis melibatkan keluarga dan klien secara aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat, klien dan keluarga.

5.1.5 Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Ny.

R sudah teratasi karena adanya kerjasama antara klien dan keluarga klien sehingga klien diperbolehkan untuk KRS.

5.2 Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut : 5.2.1 Untuk pencapaian hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan

yang baik dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

5.2.2 Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Post Op Sectio Caesarea.

5.2.3 Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara formal dan informal

5.2.4 Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes Provinsi Jawa Timur, 2012. Angka kejadian sectio caesarea.

www.google.com. Diakses pada tanggal 03 Juli 2016 DS Baratakoesoma, 2015. Obsteri Patologi, edisi II EGC Kusuma Hardhi, 2015. Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: ECG Liu David, 2013. Manual Persalinan. Jakarta. EGC

http://rainfa;aline.blogspot.com/2013/01/preaentasi-bokong-dan- penanganannya.html?. Diakses pada tanggal 13 September 2016.

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Mitayani, 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Mufdilah, 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta:EGC.

Manuaba, 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Penerbit Buku Kedokteran: ECG. Jakarta

Nugroho T, 2010. Buku Ajar Obstetri, untuk Mahasiswa Kebidanan, Yogyakarta:

Nuha Medika.

Rumah Sakit Umum Daerah Bangil. (2019). Data Awal Kasus Penyakit Bulan January-

Perry, 2005. Buku Ajar Funda Mental Keperawatan : konsep, Proses & Praktek.

Edisi 4 Vol 1. Jakarta: ECG.

Potter & Perry, 2013. Fundamental Keperawatan.

http://jabbarbtj.blogspot.com/2004/09/proses-keperawatan-pengkajian- diagnosa.html?. Diakses pada tanggal 15 September 2016

Retno Wati , 2013. Asuhan Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Rukiah & Yulianti, 2010. Angka Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta.

http://rainfallaline.blogspot.com/2013/01/presentasi-bokong-dan- penanganannya.html?. Diakses pada tanggal 03 Juli 2016

Rukiyah, 2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Cetakan Pertama. Jakarta:

Trans Info Media

Sarwono Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta

Saifuddin, 2012. Buku Acuan Nasional Perawatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sujiyatini, 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Nuha Medika.

Sulistyawati, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Pada ibu nifas. CV. Andi offset: Yogyakarta.

Sukarni & Sukati, 2014. Metodolgi Penelitian Pendidikan Kopetendi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sofian. Amru, 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obsteri. Edisi 3. Jakarta. ECG

Umi Sukowati, 2010. Model konsep dan teori keperawatan. Refika Aditama. Jl.

Mangger girang No. 98, Bandung

Varney, helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: ECG

Wiknjosastro H, 2015. Dalam ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. http://rainfallaline.blogspot.com/2013/01/presentasi- bokong-dan-penanganannya.html?. Diakses pada tanggal 13 September 2016

Dalam dokumen asuhan keperawatan pada ny. r dengan (Halaman 100-118)

Dokumen terkait