BAB V: PENUTUP
C. Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam
C. Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Hukum Positif Dan
perbuatan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana perdagangan orang apabila memenuhi unsur atau komponen utama dari tindak perdagangan orang yaitu:77 pelaku, aktivitas/tindakan, cara dan tujuan atau maksud eksploitasi.
a. Pelaku
Setiap orang, yaitu orang perseorangan atau korporasi yang melakukan tindak pidana perdagangan orang.
b. Aktivitas/Tindakan
Merupakan unsur-unsur: tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang. Maka yang dimaksud dengan perekrutan adalah salah satu tindakan dari mengajak, mengumpulkan, membawa atau memisahkan seseorang dari keluarganya, sedangkan pengiriman yaitu sebagai tindakan memberangkatkan seseorang dari satu tempat ke tempat yang lain.
c. Cara
Mencakup unsur-unsur: ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculik, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaam atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain.
d. Tujuan/Maksud Eksploitasi
Tujuan akhir dari perdagangan orang, baik di dalam Prtokol Palermo atau Undang-Undang No 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang adalah eksploitasi, dengan tujuan dari eksploitasi untuk mendapatkan keuntungan dari orang tersebut, baik itu materiil ataupun imateriil.78
77 Badan Diklat Kejaksaan R.I, Modul Tindak Pidana Perdagangan Orang, (Jakarta: BDK R.I, 2019), h., 10.
78 I Made Sidia Wedasmara, “Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human Trafficking)”, Jurnal Yustitia, Vol. 12, No. 1, 2018, h., 7.
Dapat dilihat perdagangan orang merupakan salah satu kejahatan yang luar biasa sulit untuk dikendalikan. Terdapat sebuah hasil penelitian dan infestigasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang sangat peduli terhadap masalah trafficking ini, teridentifikasi bahwa dampak atau akibat dari trafficking dapat disimpulkan sebagai berikut:79
a. Perdagangan orang merupakan salah satu industri kriminal yang paling menguntungkan dan sangat terkait dengan penyelundupan manusia, pemalsuan dokumen dan perdagangan narkoba.
b. Melemahkan potensi sumber daya manusia terutama kepada anak- anak dan perempuan. Perdagangan orang juga memiliki dampak negatif pada pasar tenaga kerja, yang menimbulkan hilangnya sumber daya manusia yang tidak dapat diperoleh Kembali.
c. Akibat dari kekerasan, pemerasan apalagi pemaksaan terhadap para kaum perempuan untuk melakukan hubungan seksual, dan menimbulkan penderitaan yang sangat dalam yang mengakibatkan mereka bisa trauma atau membekas sepanjang hidupnya, serta merusak masa depan untuk bertahan hidup seorang perempuan.
Mengingat para korban mengalami banyak hal yang sangat mengerikan dan menimbulkan dampak yang negatif terhadap kehidupan para korban, tidak jarang juga dari dampak negatif tersebut meninggalkan pengaruh yang permanen terhadap para korban perdagangan orang.80
Dari segi fisik, korban perdagangan orang ini sering sekali mengalami terjangkit penyakit. Selain akibat karena stress, mereka juga terjangkit penyakit karena situasi hidup mereka serta pekerjaan yang mempunyia dampak yang sangat besar terhadap kesehatan bukan hanya
79 Mufidah, Mengapa Mereka Diperdagangankan? Membongkar Kejahatan Trafiking Dalam Perspektif Islam, Hukum, Dan Gender, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), h., 29.
80 Aditya Putro Prakoso, “Masalah Perdaganagn Orang Yang Sering Dijumpai Di Indonesia”, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Qistie, Vol. 11, No. 1, Mei 2018, h., 33.
penyakit saja. Bahkan anak-anak disini juga seringkali mengalami pertumbuhan yang terhambat tidak seperti anak-anak pada umumnya, contohnya seperti para korban yang dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali dibius dengan obat-obatan dan sering mengalami kekerasan yang luar biasa. Para korban juga sering diperjual-belikan untuk tujuan eksploitasi seksual dan mereka sering mengalami cedera fisik akibat dari kegiatan seksual atas dasar paksaan bukan karena kemauan sendiri, serta hubungan seks yang belum waktunya bagi korban anak-anak.
Oleh sebab itu akibat dari perbudakan seks tersebut mereka mengalami penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang bebas, seperti penyakit yang sering didengar yaitu HIV/AIDS.81
Adapun Dari segi psikis, mayoritas para korban perdagangan orang ini sering mengalami yang nama depresi atau stress akibat dari apa yang mereka sering alami. Seringkali para korban tersebut mengasingkan diri dari orang ramai atau kehidupan sosial. Bahkan yang lebih parahnya lagi, mereka cenderung untuk mengasingkan diri dari keluarga mereka sendiri, dan mereka yang dijadikan sebagai korban seringkali kehilangan sebuah kesempatan untuk mengalami perkembangan sosial, moral dan spiritual. Sebagai bahan perbandingan, para korban eksploitasi seksual tersebut mengalami luka psikis yang hebat akibat perlakuan dari orang lain terhadap mereka, dan akibat dari luka fisik juga serta penyakit yang dialaminya.82 Maka dampak yang begitu besar yang disebabkan oleh trafficking yaitu terhadap kehidupan dan masa depan perempuan dan anak, kemudian mereka merasa dirinya sudah sangat tidak berharga lagi karena hak asasi sebagai manusia sudah dirampas.
81 Mangku dkk, Pecegahan Narkoba Sejak Usia Dini, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2007), h., 67.
82 Aditya Putro Prakoso, “Masalah Perdaganagn Orang Yang Sering Dijumpai Di Indonesia”, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Qistie, Vol. 11, No. 1, Mei 2018, h., 34.
2. Perdagangan Orang Dalam Hukum Islam
Dapat dilihat bahwa perbudakaan telah lama terjadi sebelum Islam datang, bahkan sebelum Agama Islam datang perbudakaan masih saja terus berlangsung.83 Dan perbudakan mengacu pada sistem sosial di suatu masa dimana segolongan manusia merampas dan mengambil kepentingan golongan manusia lainnya.84
Dalam wacana Islam klasik, trafficking dikenal dengan istilah bai al-bigha yang artinya yaitu jual beli pelacur. Istilah ini sering digunakan oleh para fuqaha untuk mengekspresikan praktik eksploitasi pelacur atau komoditas perempuan yang akhir-akhir ini menjadi isu global ditingkat dunia dengan istilah trafficking in women. Dan di dalam literatur hukum Islam, trafficking bisa diqiyaskan dengan perbudakan, meski di dalam praktik jelas lebih kompleks, sehingga trafficking biasa disebut yaitu model perbudakan era modern. Arti dari perbudakan adalah sistem segolongan manusia yang dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia yang lain. Dan budak atau hamba sahaya disebut “raqabah” karena selalu diintai dan dijaga agar bekerja dengan keras dan tidak lari.
Menurut pandangan dan perspektif Islam juga bahwasanya perdagangan manusia ini merupakan pelanggaran agama. Karena itu Allah sangat melarang segala macam perbudakaan dan memerintahkan agar membebaskan manusia dari segala macam perbudakan yang ada, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya QS. Al-Balad (90) 11- 13:
(١٣) ةَبَ قَر ُّكَف (١٢) ةَبَقَعْلٱ اَم َكٰىَرْدَأ ٓاَمَو (١١) َةَبَقَعْلٱ َمَحَتْ قٱ َلََف
83 Niki Alma Febriana Fauzi, “Islam Dan Human Trafficking (Upaya Nabi Dalam Melawan Praktik Human Trafficking Pada Masa Awal Islam)”, Jurnal Muwazah, Vol. 9, No.2, Desember 2017, h., 92.
84 Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern (Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama), (Medan: Perdana Publishing, 2016), h., 114.
Artinya: “Maka tidakkah sebaiknya dia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan”.
Secara tegas, di dalam Agama Islam mengharamkan praktek eskploitasi terhadap perempuan, termasuk eksploitasi seksual.
Ditunjukan dalam sebuah ayat Al-Qur’an yang menyebutkan, QS. An- Nur (24) 33:
ۗ اَيْ نُّدلا ِةوٰيَْلْا َضَرَع اْو غَ تْ بَ تِ ل اًنُّصََتَ َنْدَرَا ْنِا ِء ۤاَغِبْلا ىَلَع ْم كِتٰيَ تَ ف اْو هِرْك ت َلََو ْنِم َٰ للّا َّنِاَف َّنُّهْهِرْكُّي ْنَمَو ْعَ ب
ٌمْيِحَّر ٌرْو فَغ َّنِهِهاَرْكِا ِد
Artinya: “Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri minginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.”
Di samping itu juga, Allah memerintahkan kita untuk memerdekakan budak, dan kalau kita mencermati hadis-hadis Nabi akan lebih jelas bahwa Islam menghendaki terwujudnya masyarakat yang egaliter atau sederajat. Kata Nabi, sesungguhnya manusia itu seperti gerigi sisir, yakni semua sama dalam derajatnya.
Dengan demikian Islam menganjurkan supaya kita menghargai hak, mengasihi, menolong, membebaskan, dan berlaku adil kepada orang lain. Karena sebagai agama rahmat an li al-alamin, Islam menebarkan nilai-nilai kasih sayang dan kedamaian, serta mendorong manusia untuk memiliki kesadaran agar patuh, taslim dan mampu menjalin hubungan yang harmonis.
D. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam Hukum