• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pendidikan Di Kota Makassar

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

F. Tingkat Pendidikan Di Kota Makassar

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapakan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan berupa formal dan nonformal mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh. Produktivitas tenaga kerja memerlukan pengetahuan dan keterampilan, dan penguasaan teknologi sehingga dengan adanya tingkat pendidikan maka produktivitas tenaga kerja akan mudah tercapai.

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan yang baik.

Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan sesuai dari tujuan pendidikan

itu sendiri, yaitu menambah sikap pengetahuan dan perilaku peserta pendidikan sesuai yang diharapkan.

Mankiw (2003) mengemukakan bahwa modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan, mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on job training) untuk para pekerja dewasa.

Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang harus diprioritaskan sejajar dengan modal fisik karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Dimana nilai investasi pendidikan tidak dapat langsung dinikmati oleh investor saat ini melainkan dinikmati dimasa yang akan datang. Investasi dibidang pendidikan tidak saja bermanfaat bagi perorangan tetapi juga komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan jalan menuju kemajuan, kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sukirno (2011) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu investasi yang sangat berguna untuk pembangunan ekonomi. Disatu pihak untuk memperoleh pendidikan diperlukan waktu dan uang. Pada masa selanjutnya setelah pendidikan diperoleh, masyarakat dan individu akan memperoleh manfaat. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak berpendidikan tinggi. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula pendapatan yang mungkin diperoleh.

Peningkatan dalam taraf pendidikan memberi manfaat yang boleh mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu manajemen perusahaan-perusahaan modern yang dikembangkan semakin efisien, penggunaan teknologi modern dalam kegiatan ekonomi dapat dikembangkan, pendidikan yang lebih tinggi meningkatkan daya pemikiran masyarakat dan berbagai bakat, tenaga ahli dan tenaga terampil yang diperlukan dalam berbagai kegiatan ekonomi dapat disediakan.

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan seperti adat istiadat, kepercayaan dan berfikir tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi merupakan faktor yang penting untuk memperbaiki mutu dan efisiensi yang akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu mempertinggi pengetahuan teknik masyarakat dan mempertinggi ilmu pengetahuan umum. Pendidikan dapat menciptakan pandangan-pandangan dan kebiasaan-kebiasaan modern dan besarnya peran untuk menentukan kemajuan ekonomi masyarakat.

Hubungan antara pertumbuhan dan pengembangan manusia merupakan hubungan dua arah yang kuat. Disatu sisi pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber-sumber yang memungkinkan terjadinya perkembangan secara berkelanjutan dalam pembangunan manusia. Sementara disisi lain pengembangan

dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi pertumbuhan ekonomi.

G. Kerangka Pikir

Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di kota Makassar, maka diperlukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah.

Tenaga kerja dianggap faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, jadi meningkatnya tenaga kerja akan mendorong terjadinya peningkatan produksi dan memacu pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dapat meningkatkan daya pemikiran manusia dalam penggunaan teknologi modern dan lebih cepat mengerti dan siap dalam perubahan pembangunan ekonomi suatu negara. Disamping itu, pengeluaran pemerintah harus dikelola dengan baik, dengan lebih efisien dan efektif sejalan dengan tuntutan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dewasa ini.

Peningkatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi secara teori dapat dipengaruhi oleh tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah.

Gambar 2.1

Skema hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

TENAGA KERJA (X1)

PERTUMBUHAN EKONOMI

(Y) TINGKAT PENDIDIKAN

(X2)

PENGELUARANPEMERINTAH (X3)

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan suatu konsep yang perlu diuji kebenarannya. Maka sesuai dengan teori dan kerangka pemikiran, hipotesis di bawah ini merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga bahwa jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

2. Diduga bahwa pengeluaran pemerintah yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Makassar. Lokasi pemilihan dilakukan secara sengaja dengan meninjau aspek kemudahan dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2015.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data-data sekunder yang digunakan merupakan data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari badan pusat statistik.

2. Studi kepustakaan merupakan teknik pengambilan data yang dilengkapi dengan membaca, mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian untuk mendapatkan landasan teori dan konsep yang tersusun.

27

Menurut Sugiyono (2012) analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan variabel dependent bila nilai variabel independent dinaikkan atau diturunkan nilainya. Untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar, maka digunakan rumus persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y=0 11 22 33  (sumber Sugiyono, 2012)

Dimana :

Y = Pertumbuhan ekonomi

0 = Nilai konstanta

1 = Tenaga kerja

2 = Tingkat pendidikan

3 = Pengeluaran pemerintah

123 = Nilai koefisien regresi

= Standar eror

Jika nilai koefisien β positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikut oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai koefisien β negatif (-), hal ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana setiap peningkatan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya variabel terikat dan sebaliknya ( Sugiyono, 2012).

Agar hasil yang diperoleh dapat menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka hasil regresi persamaan diatas akan diuji dengan menggunakan uji statistik berikut ini:

1. Uji simultan ( Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat

signifikan yang digunakan adalah 0,05. Apabila F hitung > F tabel berarti variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Jika F hitung < F tabel berarti variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

2. Uji parsial ( Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen.

Derajat signifikan yang digunakan adalah 0,05. Apabila t hitung > t tabelmaka ini menunjukkan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Demikian pula sebaliknya, apabila t hitung < t tabel

maka ini berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

3. Uji koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase variasi variabel independent dapat menjelaskan variasi variabel dependent. Nilai R2 adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati satu berarti variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependent.

b. Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan adalah tamatan SLTA dan perguruan tinggi yang dinyatakan dalam satuan orang selama periode 2004-2013 di Kota Makassar.

c. Pengeluaran pemerintah adalah realisasi total belanja daerah pemerintah Kota Makassar selama periode 2004-2013 yang dinyatakan dalam juta rupiah.

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Keadaan Geografis Kota Makassar

Sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar terletak dibagian selatan Sulawesi Selatan dengan posisi 119024’ 17’ 38” Bujur Timur dan 50 8’ 6’ 19” Lintang Selatan. Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kabupatem Maros, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar tercatat sekitar 175,77 km2 yang meliputi 14 kecamatan dengan 143 desa/kelurahan 970 RW dan 4789 RT.

Suhu udara di Kota Makassar tahun 2013 maksimum 33,20C minimum 23,50C dan rata-rata 27,90C. Kelembaban udara rata-rata 81 % dengan kecepatan angin rata-rata 22,6 knot dan penyinaran matahari rata-rata 64%.

B. Keadaan Penduduk Kota Makassar

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2004 tercatat sebanyak 1 179 023 jiwa dan meningkat menjadi 1 193 434 jiwa pada tahun 2005. Sementara itu pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 223 540 jiwa dan angka tersebut meningkat menjadi 1 339 374 jiwa pada tahun 2010. Namun di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 1 148 312. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 408 072 jiwa dengan

33

komposisi 696 086 laki-laki dan 711 986 perempuan. Sex ratio Kota Makassar pada tahun 2009 sekitar 94,45 yang berarti terdapat 94 lebih orang laki-laki di antara 100 orang perempuan, pada tahun 2013 angka tersebut naik menjadi 97,77, hal ini berarti terdapat 98 lebih orang laki-laki diantara 100 orang perempuan.

Adanya peningkatan sex ratio ini, adalah karena Kota Makassar sebagai salah satu kota yang menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih banyak dikawasan timur Indonesia dan juga lapangan pekerjaan sehingga menjadi salah satu kota tujuan kaum laki-laki untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mencari pekerjaan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan karena kota ini merupakan satu kota pusat pendidikan dan tempat mencari lapangan pekerjaan di kawasan timur Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan banyak pihak, apalagi bila tidak dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain apabila pertumbuhan penduduk lebih besar dibanding dengan pertumbuhan ekonomi maka dipandang bahwa pertumbuhan penduduk akan menjadi masalah.

Pertumbuhan penduduk yang positif akan memperluas lahan hunian sehingga menambah kepadatan penduduk Kota Makassar. Pada tahun 2009 kepadatan penduduk Kota Makassar adalah 7.239 orang/km2 kemudian pada tahun 2013 menjadi 8.011 orang/km2, suatu peningkatan yang cukup besar.

Penigkatan kepadatan penduduk yang cepat tentunya akan membebani pemerintah dalam penyediaan berbagai macam fasilitas. Jika hal tersebut diikuti dengan peningkatan potensi penduduk terutama dari segi ekonomi, maka peningkatan kepadatan penduduk sedikit akan mengurangi beban pemerintah.

Keadaan struktur perekonomian suatu wilayah dapat memberikan informasi tentang besarnya peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi dalam pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perekonomian suatu wilayah dikatakan cukup mapan apabila struktur ekonominya didominasi oleh sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa (Badan Pusat Statistik, 2013). Semakin besar peranan sektor tersier dalam pembentukan PDRB suatu wilayah, menunjukkan bahwa perekonomian wilayah tersebut semakin mapan. Gambaran mengenai struktur ekonomi Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2008 (Dalam Persen)

Lapangan usaha 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 1,15 1,13 1,11 0,98 0,90

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 3. Industri Pengolahan 23,85 23,86 23,50 23,13 22,24

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,94 2,14 2,05 2,00 1,93

5. Bangunan 7,65 7,59 7,54 7,70 8,09

6. Perdag, Hotel & Restoran 28,95 28,78 28,21 28,44 29,05 7. Angkutan & Komunikasi 15,25 16,01 15,80 15,78 14,80 8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 9,97 9,63 10,09 10,37 10,09

9. Jasa-Jasa 11,23 10,85 11,69 16.59 12,89

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Lanjutan Tabel 4.1

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2009-2013 (Dalam Persen)

Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 0,82 0,74 0,67 0,59 0,55

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 3. Industri Pengolahan 20,74 19,69 18,90 17,83 17,11

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,79 1,81 1,76 1,71 1,66

5. Bangunan 7,49 7,83 7,73 7,59 7,86

6. Perdag, Hotel & Restoran 28,70 29,08 29,43 29,36 29,38 7. Angkutan & Komunikasi 13,93 14,33 14,36 15,24 15,28 8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 10,17 10,25 10,85 11,23 12,07

9. Jasa-Jasa 15,88 16,26 16,31 16,37 16,09

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Berdasarkan pada data tabel 4.1 menunjukkan bahwa perekonomian Kota Makassar dapat dikatakan relatif mapan karena keadaan struktur ekonominya lebih bertumpu kepada sektor tersier. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) Pergeseran struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari perubahan peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi pada kurun waktu tersebut. Apabila kondisi struktur ekonomi suatu wilayah sudah mapan, perubahan peranan sektor- sektor kegiatan ekonominya biasanya tidak terlalu besar. Sementara pada kondisi struktur ekonomi yang belum mapan, perubahannya lebih berfluktuasi dibanding wilayah yang sudah mapan. Struktur ekonomi Kota Makassar dalam kurun waktu tahun 2004-2013 nampak membaik, hal ini disebabkan menurunnya peranan

sektor pertanian, penggalian, industri, listrik serta meningkatnya sektor perdagangan, angkutan dan komunikasi, dan keuangan pada pembentukan PDRB Kota Makassar.

Pada tahun 2004 sektor kegiatan ekonomi yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Makassar adalah sektor perdangangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 28,95% angka ini mengalami peningkatan sehingga tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 29,38%. Sementara urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 23,85% pada tahun 2004 angka ini mengalami penurunan selama periode 2004-2013, dengan kontribusi sebesar 17,11% pada tahun 2013. Berikutnya adalah sektor angkutan dan komunikasi sebesar 15,25% pada tahun 2004 dimana angka ini mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 15,28% pada tahun 2013.

Sektor jasa-jasa pada tahun 2004 sebesar 11,23% angka ini mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 16,09% pada tahun 2013. Demikian juga sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 9,97% pada tahun 2004 dan pada tahun 2013 sebesar 12,07%. Sektor bangunan dengan kontribusi sebesar 7,65% pada athun 2004 angka ini juga mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi pada tahun 2013 sebesar 7,86%. Berikutnya adaalah sektor listrik, gas & air bersih sebesar dengan kontribusi sebesar 1,94% pada tahun 2004 angka ini mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 yakni

sebesar 1,66% pada tahun 2013. Selanjutnya sektor pertanian sebesar 1,15% pada tahun 2004 angka ini mengalami penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 0,55% pada tahun 2013 dan yang terakhir adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,01% pada tahun 2004 angka ini juga mengalami penurunan selama periode 2004-2013 yaitu 0,00% pada tahun 2013.

Tabel 4.2

PDRB Atas Harga Konstan Dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013

Tahun PDRB Harga Konstan

(Juta Rupiah)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2004 9 785 333 89 10,17

2005 10 492 540 67 7,22

2006 11 341 848 21 8,09

2007 12 261 538 92 8,11

2008 13 561 827 18 10,60

2009 14 798 187 68 9,12

2010 16 252 451 43 9,83

2011 17 820 697 97 9,65

2012 19 582 060 39 9,88

2013 21 327 227 88 8,91

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan data pada tabel 4.2 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai kota Makassar pada tahun 2004-2013. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 10,17% dan menurun pada tahun 2005 sebesar 7,22%. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 8,09% dan menurun pada tahun 2009 sebesar 9,12%. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sebesar 9,65% sedikit melambat dari tahun sebelumnya dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 9,88%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 8,91% sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya,

namun PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang semakin membaik.

Data tersebut menunjukkan bahwa PDRB atas harga konstan dari tahun ke tahun terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 nilai PDRB Kota Makassar sebesar Rp. 9.785.333,89 dan meningkat pada tahun 2005 sebesar Rp. 10.492.540,67. Kemudian pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp. 11.341.848,21 dan meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar Rp.

12.261.538,92. Demikian juga pada tahun 2008 meningkat sebesar Rp.

13.561.827,18 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 21. 327.227,88.

E. Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Makassar

Tenaga kerja merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja merupakan proses yang paling utama dalam suatu produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Tabel 4.3 menyajikan jumlah tenaga kerja penduduk usia 15 tahun keatas di Kota Makassar tahun 2004-2013.

Tabel 4.3

Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Makassar Tahun 2004-2013 Tahun Jumlah Tenaga Kerja

(Jiwa)

Persentase (%)

1 2 3

2004 404 546 8,57

2005 389 155 8,24

2006 434 924 9,21

1 2 3

2007 431 981 9,15

2008 498 653 10,56

2009 470 909 9,97

2010 506 992 10,74

2011 541 668 11,47

2012 514 556 10,91

2013 527 765 11,18

Total 4 721 149 100,00

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa jumlah tenaga kerja di Kota Makassar pada tahun 2004 sebanyak 404 546 jiwa atau sebesar 8,57%, dan menurun menjadi sebanyak 389 155 jiwa atau sebesar 8,24% pada tahun 2005. Pada tahun 2006 kembali meningkat sebanyak 434 924 jiwa atau sebesar 9,21%, dan tahun 2007 mengalami sedikit penurunan sebanyak 431 981 jiwa atau sebesar 9,15%. Pada tahun 2008 meningkat kembali menjadi 498 653 jiwa atau sebesar 10,56% dan menurun lagi pada tahun 2009 menjadi 470 909 jiwa atau sebesar 9,97%. Pada tahun 2010 dan 2011 meningkat kembali menjadi 506 992 jiwa atau sebesar 10,74% dan 541 668 jiwa atau sebesar 11,47%.

Demikian pada tahun 2012 kembali menurun menjadi 514 556 jiwa atau sebesar atau sebesar 10,91% dan meningkat kembali pada tahun 2013 menjadi 527 765 jiwa atau sebesar 11,18%. Jumlah tenaga kerja di Kota Makassar selama periode 2004-2013 berfluktuasi.

F. Tingkat Pendidikan Di Kota Makassar

Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Sehingga potensi sumber daya manusia disuatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan. Sebagai ibukota propinsi pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pendidikan yang lengkap, memungkinkan penduduknya untuk memperoleh pendidikan yang tinggi dengan lebih mudah. Tamatan SLTA dan perguruan tinggi dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Tamatan SLTA Dan Perguruan Tinggi Di Kota Makassar Tahun 2004-2013

Tahun SLTA

(Jiwa )

PerguruanTinggi

(Jiwa) Total

2004 316 356 134 072 450 428

2005 324 418 133 217 457 635

2006 317 342 139 851 457 193

2007 326 765 142 562 469 327

2008 328 535 147 115 475 650

2009 353 392 144 008 497 400

2010 406 151 180 552 586 703

2011 406 151 180 552 586 703

2012 379 618 179 501 559 119

2013 397 063 171 278 568 341

Sumber : BPS Kota Makassar, Diolah dari beberapa sumber

Berdasarakan data pada tabel 4.4 tamatan SLTA dan perguruan tinggi mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013. Tamatan SLTA mengalami peningkatan dari 316 356 jiwa pada tahun 2004 menjadi 324 318 jiwa pada tahun 2005. Sedangkan tamatan perguruan tinggi mengalami penurunan dari 134 072 jiwa pada tahun 2004 menjadi 133 217 jiwa pada tahun 2005. Total tamatan SLTA dan perguruan tinggi pada tahun 2004 dan 2005 masing-masing sebesar 450 428 jiwa dan 457 635 jiwa. Pada tahun 2006 tamatan SLTA mengalami penurunan mencapai 317 342 jiwa dan meningkat kembali pada tahun 2007 mencapai 326 765 jiwa. Sedangkan tamatan perguruan tinggi mengalami peningkatan pada tahun 2006 sebesar 139 851 jiwa menjadi sebesar 142 562 jiwa pada tahun 2007.

Pada tahun 2006 dan 2007 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 457 193 jiwa dan 469 327 jiwa. Tamatan SLTA pada tahun 2008 sebesar 328 535 jiwa, angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2009 mencapai 353 392 jiwa. Sedangkan tamatan perguruan tinggi pada tahun 2008 sebesar 147 115 jiwa, angka ini mengalami penurunan menjadi sebesar 144 008 jiwa. Pada tahun 2008 dan 2009 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi massing-masing sebesar 475 650 jiwa dan 497 400 jiwa. Pada tahun 2010 dan 2011 tamatan SLTA dan perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sebesar 406 151 jiwa dan 180 552 jiwa. Pada tahun 2010 dan 2011 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sebesar 586 703 jiwa. Pada tahun 2012 tamatan SLTA mengalami penurunan menjadi 379 618 jiwa dan meningkat kembali pada tahun 2013

menjadi sebesar 397 063 jiwa. Demikian juga tamatan perguruan tinggi mengalami penurunan menjadi 179 501 jiwa dan 171 278 jiwa pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012 dan 2013 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 559 119 jiwa dan 568 341 jiwa.

Dokumen terkait