BAB I PENDAHULUAN
G. Tinjauan Pustaka
Dalam menelusuri hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang hendak penulis lakukan, penulis menemukan beberpa penelitian yang mempunyai tema tentang pembelajaran Al-Qur’an:
1. Maria Ulfa tahun2012 Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (07310828) Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudul “ Korelasi Antara MEtode Fahim dengan menghafal Al-Qur’an di Azhari Aslamic School, Lebak Bulus” Pada skripsi ini mengkaji bagaimana hubungan antara metode fahim Qur’an dengan minat menghafal Al-Qur’an berdasarkan jawaban responden
disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi antara metode fahim Qur’an dengan minat menghafal Al-Qur’an. Persamaan penulis dengan peneliti diatas adalah tentang menghafal Al- Qur’an, sedangkan perbedaannya adalah cara penerapan metode dalam proses menghafal Al-Qur’an.
2. Sari Lestari tahun 2014, Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (09310951) Fakultas TArbiyah jurusan PAI (pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Tahfidz Al-Qur’an (penelitian di SD Pesantren Darul Qur’an Cipondoh Tangerang”. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif, latar belakang peneliti ini menggunakan metode kualitatif, latar belakang peneliti mengambil judul skripsi ini adalah bertujuan untuk mengetahui kpnsep tahfidz Al-qur’an di SD Pesantren Darul Qur’an Cipondoh Tangerang serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai konsep yang diterapka di Sd Pesantren Darul Qur’an Cipondoh Tangerang.
3. Nila Murthadiyah Hakim tahun 2014 Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (1231125) Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudu “ Efektifitas Penggunaan Metode Turki Usmani Dalam Menghafal Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Qadr Tangerang” pada skripsi ini, persamaanya dengan skripsi yang akan penulis buat adalah sama-sama membahas tentang menghafal Al-Qur’an perbedaannya adalah metode yang diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an. Dalam skripsi yang ditulis oleh peneliti sebelumnya yaitu Metode Turki Usmani adalah metode menghafal Al-
11 Qur’an secara acak, yaitu dengan menghafal satu halaman dari juz satu pojok 20 yang mereka hafal dan setelah itu pindah lagi satu halaman pada juz kedua pojok 20 dan begitu seterusnya.
bahwasanya kesimpulan dari penelitian diatas menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara korelasi metode Turki Usmani dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Qadr Tangerang.
Adapun penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian tentang metode takrir dalam meningkatkan hafalan.
4. Lutfiah Nabila tahun 2016, Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (12311164) Fakultas Tarbiyah jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Metode STIFIn dalam Menghafal Al- Qur’an’ pada skripsi ini menggunakan metode stifin dimana metode tersebut memaksimalkan kinerja otak yang memiliki kualitas yang berbeda dalam menghafal Al-Qur’an karena setiap manusia memiliki kekuatan hafalan dibelahan otak bagian tertentu. Persamaan skripsi ini dengan penulis adalah sama- sama bagaimana cara proses menghafal Al-Qur’an dan perbedaanya adalah bagaiman cara mengguanakan metode dalam menghafal Al-Qur’an.
5. Nurmilah Mutahharoh tahun 2016 Mahasiswi Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (12311130) Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudul “Usia Ideal Menghafal Al-Qur’an”
pada skripsi ini berisikan tbahwasanya usia ideal dalam menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah Unit Asrama Darul Qur’an adalah anak usia 16-21 tahun. Ada
usia emas dalam kekuatan dan kualitas menghafal Al-Qur’an.
Akan tetapi disini penulis akan meneliti apakah usia ideal menjadi patokan umum dalam mengahafalkan Al-qur’an sedangkan penulis disini menuliskan tidak memandang usia, jabatan maupun harta yang terpenting adalah niat dan optimis dalam menghafal Al-Qur’an disertai mengharap ridho Allah SWT supaya dimudahkan dalam mnghafal kalam-kalamNya.
H. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menjaga terjadinya pembahasan yang terlalau luas dan menyimpang dari materi pokok, sehingga tidak mengarah pada sasaran dan tujuan, maka peniliti membuat batasan yang akan dipaparkan yaitu meliputi pembahasan model pembelajaran.pengertian model pembelajaran, tahfidzul qur’an, faktor-faktor yang mempengaruhi penigkatan hafalan, fungsi model pembelajaran.
I. Sistematika Penulisan
Mengenai sistematika dan teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan dan diseratasi yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta cetakan II tahun 2011. Adapun sistematikannya penulis bagi ke dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah,
13 Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Pada bab ini, penulis akan mengemukakan teori yang diperlukan dalam penelitian yang didalamnya diuraikan tentang Implementasi Metode Takrir dalam Meningkatkan Hafalan yang meliputi: Pada bagian pertama membahas Metode Takrir dalam menghafal Al- Qur'an, meliputi: Pengertian menghafal Al-Qur'an, metode dalam menghafal Al-Qur'an, Pengertian Metode Takrir. Bagian kedua membahas Implementasi metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an meliputi: Tahapan Penerapan Metode Takrir dalam menghafal Al-Qur'an, manfaat dan tujuan metode Takrir dalam menghafal Al- Qur'an. Bagian ketiga membahas factor penghambat dan pendukung metode Takrir dalam menghafal AL-Qur'an Bagian keempat membahas solusi dalam mengatasi hambatan penerapan metode Takrir dalam upaya menghafal Al-Qur'an.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Sebagaimana layaknya penulisan Ilmiah, maka penulis menggunakan metode yang berlaku dalam penulisan Ilmiah, diantaranya: Tempat dan Waktu Penelitian, Jenis dan Pendekatan Penelitian, Metode Pengumpulan Data dan Metode Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, penulis paparkan tentang gambaran umum Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Aly-Izzah
Benda Sirampog Brebes: Letak dan Keadaan Geografis, Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya, Visi, Misi, Tujua dan Struktur Organisasinya, Keadaan Pembina, Santri, keadaan sarana dan prasarana, prestasi yang dicapai dalam hafalan.
BAB V PENUTUP
Merupakan bab terakhir berisikan kesimpulan dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi ini adalah sebagai Khalifah. Keberadaannya di dunia ini disertai dengan aturan-aturan, dan Islam sebagai agama terakhir umat manusia telah mengajarkan hal tersebut. Kehadiran agam Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas- luasnya1.
Aturan-aturan tersebut dalam Islam terkandung di dalam sebuah kitab suci, yaitu Al-Qur’an, dan juga dalam sunnah Rasul. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi sumber pokok ajaran Islam. Namun sesungguhnya hanya orang-orang yang mau membaca, mempelajari, dan menghayati serta mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur’an saja yang akan menjadikannya sebagai petunjuk dan pedoman hidup. ini sesuai dengan janji Allah SWT dalam (QS. Al-Isra’[17]:9) yang berbunyi:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
1Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.1.
mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”(QS.Al-Israa’[17]:9).
Pintu pertama dari semua kebaikan adalah Al-Qur’an Al-Karim.
Al-Qur’an lah yang bisa membimbing kita kepada Allah, menaati-Nya dan mengabdikan diri dengan baik. Al-Qur’an adalah firman Allah yang tidak terdapat kebatilan di dalamnya, dan Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar dan kekal bagi Rasulullah SAW. Allah SWT telah memerintahkan akan menjaganya dari perubahan dan penggantian2. Allah SWT berfirman dalam (QS.Al-Hijr [15]: 9) yang berbunyi :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS.Al-Hijr [15]: 9)
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT di tengah-tengah Bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan masyarakatnya masih buta huruf.
Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat kuat. Melihat kenyataan seperti itu maka disarankan suatu cara yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan memelihara Al-Qur’an.
Secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharannya, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun keadaan di zaman modern sekarang ini masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur’an. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya metode pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Pembelajaran tahfidzul Qur’an ini bisa di pandang sebagai salah satu upaya penguatan pendidikan Al-Qur’an.
2Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Quran, (Bandung: Sinar Baru, 1991), Cet.1, hlm. 1-2.
3 Untuk mencapai suatu tujuan, dibutuhkan suatu strategi dan cara yang pantas dan cocok, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Demikian pula dengan pelaksanaan menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Aly-Izzah Benda Sirampog Brebes memerlukan suatu metode dan teknik yang dapat memudahkan usaha-usaha tersebut, sehingga dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu metode merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan dalam menghafal Al- Qur’an.
Dalam dunia Tahfidzul Qur’an ada dua klasifikasi menghafal yaitu menambah hafalan dan mengulang hafalan. metode repetitive atau pengulangan hafalan dikenal dengan nama “takrir”. Yakni sebuah metode yang sering digunakan oleh para penghafal Al-Qur’an dengan mengulang bacaan ayat atau surah yang telah dihafal dengan baik. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an betapa pentingnya metode
“pengulangan”, yakni dalam (QS. Al-Israa’[17]:41) yang berbunyi:
“Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)” (QS. Al-Isra’ [17]: 41)
Ayat di atas memberikan jaminan bahwa sesungguhnya dalam Al-Qur’an telah memberikan peringatan berulang-ulang agar mereka selalu ingat. Membaca Al-Qur’an secara rutin dan berulang-ulang akan memindahkan surah-surah yang telah dihafal dari otak kiri ke otak kanan. Di antara karakteristik otak kiri ialah menghafal dengan cepat, tetapi cepat pula lupa.
Adapun karakteristik otak kanan ialah daya ingat yang memerlukan jangka waktu yang cukup lama guna memasukan memori
ke dalamnya, namun hal itu mampu menjaga ingatan yang telah di hafal dalam jangka waktu yang cukup lama. Salah satu cara yang ampuh untuk mengoptimalkan fungsi dan memasukan memori ke otak kanan adalah dengan cara sering mengulang-ulang.
Cara ini sangat tepat sekali untuk para penghafal Al-Qur’an khususnya di pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Aly-Izzah Benda Sirampog Brebes. Para penghafal Al-Qur’an diwajibkan untuk melakukan kegiatan mengulang-ulang hafalannya agar tidak mudah hilang. Karena sudah menjadi kodrat bagi manusia memiliki ingatan yang berbeda-beda. Begitu juga dalam penyimpanan memori manusia serta berapa lama kekuatannya untuk menyimpan, sangat tergantung pada individual.
Al-Qur’an yang ada sekarang ini masih asli dan murni sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Hal itu karena Allah – lah yang menjaga. Penjagaan Allah kepada Al-Quran bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-fase penulisan Al-Quran, tetapi Allah melibatkan para hamba- Nya untuk ikut menjaga Al-Qur’an.3Dari ayat tersebut yang membuat banyak umat Islam ingin menghafalkan Al-Qur’an demi keutuhan Al-Qur’an itu sendiri.
Materi hafalan yang mengharuskan keutuhan urutan-urutan seperti hafalan Al-Qur’an memang harus selalu diulang terus-menerus, karena ayatnya sangat banyak. Diantaranya terdapat ayat-ayat yang hampir sama, panjang pendeknya ayat, urutan-urutan ayat, halaman, nama surat dan lain sebagainya. Hingga sekarang tradisi menghafal Al- Qur’an masih dilakukan oleh umat Islam di dunia ini.
3Muhammad Ahsin Sakho, Kiat-kiat Menghafal al-Qur’an, Jawa Barat: Badan Koordinasi TKQ- TPQ- TQA, hlm, 3.
5 Pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia telah di mulai bersamaan dengan masuknya agama Islam di Indonesia. Bahkan pendidikan ini merupakan pendidikan non formal yang pertama dan lebih tua dari sistem pendidikan pondok pesantren. Pembelajaran Al-Quran pada saat itu merupakan embrio yang pada gilirannya melahirkan pondok pesantren. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan umat Islam di sebagaian daerah di Indonesia yang memisahkan anak laki-laki berumur 7 tahun atau lebih dari ibunya. Mereka mulai bermalam di masjid atau surau untuk belajar Al-Qur’an pada guru yang ada di surau tersebut.4 Maka pondok pesantren, sebagai suatu wadah dan tempat pembinaan mental spiritual sadar sepenuhnya akan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai salah satu lembaga pendidikan yang akan mengisi pembangunan ini.
Menyadari pentingnya hal tersebut maka dibangun pondok- pondok pesantren baik oleh masyarakat maupun pemerintah, terutama khusus untuk menghafal Al-Qur’an. Salah satu pondok pesantren di wilayah brebes yang juga membuka kesempatan untuk menghafal Al- Qur’an adalah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Aly-Izzah Benda Sirampog Brebes. Pondok Pesantren yang didirikan oleh KH. Kholil bin Makhali, meskipun letaknya berdekatan dengan pondok-pondok pesantren lainnya, tidak menjadikan Pondok Pesantren Aly-Izzah ini sedikit peminatnya. Banyak yang datang dari dalam dan luar wilayah brebes bahkan datang dari luar pulau jawa untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren tersebut.
Menghafal Al-Qur’an sangat diminati, karena merupakan upaya mengakrabkan orang-orang yang beriman dengan kitab sucinya,
4Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1979), hlm.34
sehingga ia tidak buta terhadap kitab sucinya. Terbukti dengan jelas terlihat muslimah yang masih terbuka auratnya. Ini hanya salah satu contoh dari sekian banyak ajaran Al-Qur’an yang belum dilaksanakan oleh jutaan kaum muslimin baik di negeri ini maupun negeri muslim lainnya.5Meskipun sangat diminati namun sebagian besar masyarakat yang telah mengenyam pendidikan Al-Qur’an sejak masa kanak-kanak namun kenyataannya, masih tergolong jumlah yang sedikit dalam minat menghafal Al-Qur’an.
Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari pemilihan metode yang digunakan dalam pembelajaran itu sendiri. Karena sebenarnya hal tersebut berhubungan erat dengan faktor yang berpengaruh terhadap tujuan pengajaran. Karena disinilah seorang pengajar memiliki peranan yang sangat penting dalam melaksanakan metode pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan hafalan.
Pondok pesantren Aly-Izzah Sirampog Brebes adalah salah satu pesantren yang memiliki program tahfidzul Qur’an. program ini diterapkan kepada semua santri baik santri yang sekolah atau santri yang khusus menghafal Al-Qur’an. Akan tetapi program 30 juz ini lebih ditekankan kepada santri yang khusus menghafal. Dimana santri yang menghafal 30 juz ini dipersiapkan untuk terjun mengabdi kepada masyarakat. Sedangkan santri sekolah hanya ditekankan pada hafalan juz 30, surat-surat penting dan wajib mengikuti binnadzar. Pondok pesantren tahfidzul Qur’an ini merupakan pondok pesantren yang menerapkan bebrapa metode untuk menunjang hafalan santri. Seperti metode tahfidz dan takrir. Namun pada kenyataannya apakah penerapan metode takrir
5 Abdul Azis Abdul Rauf Al Hafizh, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004), hlm.2.
7 benar-benar memberikan hasil yang efektif untuk semua santri atau hanya santri tertentu yang benar-benar memiliki kesadaran dan motivasi yang tinggi dalam menghafal Al-Qur’an.
B. Identifikasi Masalah
Agar pada pembahasan bab berikutnya tidak mengembang sehingga mengesampingkan permasalahan yang mendasar yang menjadi titik tolak dalam penelitian ini, maka perlu identifikasi masalah yang akan dibahas dan merumuskannya dalam bentuk kalimat Tanya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Banyak ayat-ayat yang serupa
2. Ingatan santri yang berbeda-beda 3. Motivasi santri yang naik turun
4. Ketidak seimbangan waktu untuk menghafal dan takrir 5. Banyak santri yang susah melancarkan hafalan Al-Qur’an 6. Ayat-ayat yang sudah dihafal cepat hilang
7. Banyak metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an 8. Pentingnya menentukan metode dalam menghafal Al-Qur’an
9. Pengaruh penerapan metode takrir dalam meningkatkan kualitas hafalan
C. Pembatasan Masalah
Dari banyaknya permasalahan yang terkait dengan menghafal Al- Qur’an maka penulis membatasi penelitian tersebut pada implementasi metode takrir dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an.
D. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat keberhasilan Implementasi metode takrir dalam meningkatkan hafalan?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat Implementasi metode takrir di pondok pesantren Aly-Izzah Benda Sirampog Brebes?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan metode takrir dalam meningkatkan hafalan santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Aly-Izzah benda Sirampog Brebes.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi metode takrir dalam meningkatkan hafalan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Aly-Izah Benda Sirampog Brebes.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis
1. Secara teoritis, bermanfaat bagi pengembangan khazanah Ilmu khususnya dalam pendidikan tahfidzul Qur’an.
2. Secara praktis, penelitian ini berguna bagi :
a. Sebagai bahan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, terutama kepada yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pondok pesantren Aly-Izzah Benda Sirampog Brebes.
b. Sebagai bahan masukan bagi Pembina maupun santri khususnya Pembina hafalan di Pondok Pesantren Aly-Izzah agar selalu
9 meningkatkan metode-metode yang efektif, terhadap peningkatan hafalan seperti metode takrir.
c. Bagi para Penghafal Al-qur’an, membantu dalam menghafal Al- Qur’an dan meningkatkan hafalan Al-Qur’an
G. Tinjauan Pustaka
Dalam menelusuri hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang hendak penulis lakukan, penulis menemukan beberpa penelitian yang mempunyai tema tentang pembelajaran Al-Qur’an:
1. Maria Ulfa tahun 2012 Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (07310828) Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudul “ Korelasi Antara Metode Fahim dengan menghafal Al-Qur’an di Azhari Aslamic School, Lebak Bulus” Pada skripsi ini mengkaji bagaimana hubungan antara metode fahim Qur’an dengan minat menghafal Al- Qur’an berdasarkan jawaban responden disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi antara metode fahim Qur’an dengan minat menghafal Al-Qur’an. Persamaan penulis dengan peneliti diatas adalah tentang menghafal Al-Qur’an, sedangkan perbedaannya adalah cara penerapan metode dalam proses menghafal Al-Qur’an.
2. Sari Lestari tahun 2014, Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (09310951) Fakultas TArbiyah jurusan PAI (pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Tahfidz Al-Qur’an (penelitian di SD Pesantren Darul Qur’an Cipondoh Tangerang”. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif, latar belakang peneliti ini menggunakan metode kualitatif, latar belakang peneliti mengambil judul skripsi ini adalah bertujuan untuk mengetahui kpnsep tahfidz Al-qur’an di SD Pesantren Darul
Qur’an Cipondoh Tangerang serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai konsep yang diterapka di Sd Pesantren Darul Qur’an Cipondoh Tangerang.
3. Nila Murthadiyah Hakim tahun 2014 Mahasiswi Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (1231125) Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudu “ Efektifitas Penggunaan Metode Turki Usmani Dalam Menghafal Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al- Qadr Tangerang” pada skripsi ini, persamaanya dengan skripsi yang akan penulis buat adalah sama-sama membahas tentang menghafal Al-Qur’an perbedaannya adalah metode yang diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an. Dalam skripsi yang ditulis oleh peneliti sebelumnya yaitu Metode Turki Usmani adalah metode menghafal Al-Qur’an secara acak, yaitu dengan menghafal satu halaman dari juz satu pojok 20 yang mereka hafal dan setelah itu pindah lagi satu halaman pada juz kedua pojok 20 dan begitu seterusnya. bahwasanya kesimpulan dari penelitian diatas menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara korelasi metode Turki Usmani dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an santri putri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Qadr Tangerang. Adapun penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian tentang metode takrir dalam meningkatkan hafalan.
4. Lutfiah Nabila tahun 2016, Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan NIM (12311164) Fakultas Tarbiyah jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Metode STIFIn dalam Menghafal Al-Qur’an’ pada skripsi ini menggunakan metode stifin dimana metode tersebut memaksimalkan kinerja otak yang memiliki kualitas yang berbeda dalam menghafal Al-Qur’an karena setiap manusia memiliki kekuatan