• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Tentang Tabungan Haji a. Pengertian Tabungan Haji

B. Rumusan Masalah

2. Tinjauan Umum Tentang Tabungan Haji a. Pengertian Tabungan Haji

Tabungan adalah simpanan yang penarikanya hanya dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Jika hendak mengambil simpanannya dapat datang langsung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas ATM.21

Tabungan menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah adalah simpanan berdasarkan akad Wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad Mudharabah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang

19Bimo Walgito, Pengantar Psikologi...,hlm. 90

20Ibid.,

21 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Yongyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009, hlm. 92

penariknya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lain yang dipersamakan dengan itu.22

Dauly mendefinisikan tabungan adalah suatu bentuk investasi dengan menyisihkan sebagian pendapat untuk masa depan. Sedangkan haji adalah bentuk ibadah dalam rangka mengunjungi Baitullah dengan melaksanakanya syarat dan rukun wajib haji. Maka tabungan haji adalah suatu simpanan yang dilakukan perorangan yang mempunyai rencana menunaikan ibadah haji. Perecanaan itu dapat dilakukan dengan mengivestasikan uang kita secara berangsur-angsur ke lembaga keuangan syariah.23

Tabungan haji merupakan suatu bentuk pelayanan Perbankan yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam merencanakan tabungan untuk berangkat haji. Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang berbasis syariah berupaya untuk menghimpun dana masyarakat yang mau berangkat haji memberikan beberapa bentuk pelayanan yang sesuai dengan syariah baik dalam segi akad maupun dalam operasionalnya.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tabungan haji adalah tabungan atau simpanan khusus yang

22Pasal 1 Undang-Undang. No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

23Aqwa NaserDauly, “ Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perkembangan Produk Tabungan Haji Pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Human Falah jurnal UIN Sumatra Utara , Vol,4 No 1 Januari-juni 2017., hlm. 118

diperuntukkan bagi nasabah yang merencanakan berangkat haji ke tanah suci

b. Landasan Hukum Tabungan Haji

Tabungan sebagai salah satu produk penghimpun dana mendapat dasar hukum pada PBI (Peraturan Bank Indonesia) No.

10/16/PBI/2008. Pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan antara lain bahwa pemenuhan prinsip syariah dilakukan melalui kegiatan penghimpun dana dengan mempergunakan antara lain akad wadiah dan mudharabah.24

Sebelum keluarnya PBI tersebut, tabungan sebagai produk perbankan syariah telah mendapat pengaturan dalam Fatwa DSN No. 02/DSN/MU/IV/2000 tanggal 12 mei 2000 Fatwa tersebut memutuskan bahwa tabungan terdapat dua jenis, pertama tabungan yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Intinya bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan dalam menyimpan kekayaan, memerlukan jasa perbankan, salah satu produk perbankan di bidang penghimpun dana dari masyarakat adalah tabungan. Selain itu mudharabah legalitasnya tercatat dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) pasal 238-253.25

24Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga keuangan syariah (Deskripsi dan Ilustri).

Yogyakarta: Ekosoria 2012., hlm.68

25Ibid., hlm.69

c. Tujuan Tabungan Haji

Tujuan dari tabungan haji yang disediakan oleh bank syariah adalah untuk membantu sekaligus memudahkan masyarakat yang ingin menunaikan ibadah haji namun terkendala oleh biaya.26 Keuntungan dari produk tabungan haji sendiri adalah setoran ringan sesuai dengan kemampuan perekonomian masing- masing nasabah, bagi hasil yang diberikan pada tiap bulannya sesuai dengan kesepakatan dan tidak dikenai biaya administrasi.

d. Manfaat Tabungan Haji

Menurut Erlinda dan Doli manfaat yang diperoleh para calon jamaah haji ketika memilih produk tabungan haji di suatu bank yaitu sebagai berikut:27

1) Bebas Biaya Administrasi. Pihak perbankan memberikan kemudahan dalam membuka tabungan dengan melakukan pembebasan biaya administarsi. Hal ini dilakukan untuk menarik simpanti nasabah dan meringankan beban nasabah dengan biaya administrasi tersebut.

2) Calon haji di berikan asuransi kecelakan dan kematian. Dengan pemberian asuransi oleh pihak perbankan bertujuan untuk

26Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis..., hlm. 205

27Vera Erlinda dan Haroni Doli H. Ritonga, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Bank oleh Nasabah Tabungan HajiUSU Press Jurnal Universitas Sumatra Utara ,Vol. 1, No 3, Febuari 2013., hlm. 182-183

membuat masyarkat merasa aman dan nyaman selama melakukan ibadah haji nantinya.

3) Dapat melakukan setoran di seluruh cabang bank tersebut, dengan sistem online yang diterapkan oleh pihak perbankan sehingga memudahkan masyarkat untuk melakukan transaksi dengan pihak perbankan tanpa harus ke bank tujuan pertama.

4) Setoran ringan. Masyarakat dapat melakukan setoran sesuai dengan kemampuanya yang mereka miliki

5) Online dengan Siskohat. Setiap masyarakat yang telah cukup dananya untuk berangkat haji, maka langsung terdaftar dalam database Departemen Agama di masing-masing wilayah.

6) Memperoleh bagi hasil yang menarik. Sebagian besar masyarakat menabung dana haji di perbankan syariah. Hal ini sangat menguntungkan nasabah atau calon jamaah haji karena bank syariah menerapkan sistem bagi hasil ini akan menjauhkan nasabah dari unsur riba yang tidak diridha oleh Allah SWT.

e. Akad Tabungan Haji

Dalam pelaksanaan akad tabungan haji di bank syariah pada umumnya menggunakan akad mudharabah. Dalam mengaplikasikan tabungan dengan prinsip mudharabah, penyimpanan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).

Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkanya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain.28

Namun disisi lain, bank syariah juga memiliki sifat sebagai seorang amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beriktikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau keahlaianya.

Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak di perkenankan mengalami saldo negatif.29

Pada dasarnya tabungan mudharabah sama dengan tabungan pada umunya misal seperti tabungan wadiah. Namun jika menabung dengan prinsip mudharabah nasabah akan mendapatkan bagi hasil dari perputaran dana tersebut.

a) Rukun dan Syarat Tabungan Mudharabah

Akad mudharabah yang sah harus memenuhi rukun dan syaratnya. Rukun tabungan mudharabah adalah:

1) Ada pelaku yaitu pemilik dana dan pelaksana usaha

Rukun pertama adalah pelaku, dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak

28Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo,2014), hlm. 359

29Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah..., hlm.68

sebagai pemilik modal (shahib al-mal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib/’amil).

2) Objek mudharabah (modal dan kerja)

Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah.

3) Ada ijab dan qabul

Ijab dan qabul merupakan persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus secara rela sepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah

4) Ada nisbah

Nisbah ini mencermikan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang melakukan akad mudharabah.30Syarat tabungan mudharabah adalah kedua belah pihak yang berakad, pemilik modal (shahibul maal), dan pengelola modal (mudharib) harus cakap bertindak atau cakap hukum. Berakal dan baligh, dalam akad mudharabah

30Adiwarma A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan., hlm.205

kedua belah pihak yang berakad tidak disyaratkan harus muslim.31

Dokumen terkait