• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Menurut

Dalam dokumen analisis yuridis pemidanaan terhadap pelaku (Halaman 36-42)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

3. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Menurut

26

pembalasan dan keadilan atas kerban sehingga selaras dengan undanh-undang dan hukum yang seharusnya.

3. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana

27 b. Sumber Hukum Pidana Islam

Hukum pidana islam merupakan hukum yang bersumber dari agama Islam, sehingga segala tetentuan dari perbuatan dan sanksi pidanya sudah di tetapkan oleh agama islam. Adapun sumber-sumber yang menjadi dasar dari ketetapan agama ini sendiri adalah: Al- Qur’an, As-Sunnah, Ijtihad. Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa penjelasan mengenai perbuatan yang dilarang serta penjatuhan sanksi atas pelanggaran perbuatan tersebut dan ketetapan atas penjatuhan sanksi ini tidak bisa di ganggu gugat seperti pidana pembunuhan, perzinahan, minuman keras, pencurian, perampokan, dan juga bughat dan riddah

c. Unsur-Unsur Tindak Pidana Hukum Islam

Penjelasan dalam unsur-unsur pidan adalam hukum pidana umum dan hukum pidana islam adalah tidak jauh beda unsur-unsur tersebut bersifat umum seperti sebagai berikut :

1) Adanya nas yang mengatur dari perbuatan tindak pidana tersebut dengan sanksi hukumannya yang disebut dengan rukum syar’i 2) Adanya perbuatan pidana atau bisa di sebut dengan unsur materill 3) Pelaku tindak pidana harus cakap atau paham dan mengerti

terhadap apa yang telah ia perbuat bahwa perbuatan tersebut dilarang atau biasa disebut dengan unsur Moril

28

d. kalsifikasi Tindak Pidana dalam Hukum Islam

Dalam hukum islam hukuman jinayah terbagai menjadi 3 macam yaitu:

1) Jarimah Hudud

Hudud merupakan jamak darikata haad yang memiliki arti mencegah secara bahasa hudud juga berarti hukuman yang sudah ditetapkan secara syari’at untuk dapat mencehah suatu kejahatan38

Sedangkan menurut pendapat Imam Taqiyudin Abi Bakar Muhammad Al-Husni berpendapat bahwa hudud, karena dapat mencegah perbuatan keji seseorang maka hukumannya tidak bisa ditambah atau dikurangi karena dalam hal ini ketentuan sanksinya sudah di tetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an.39

Tindak pidana hudud terbagi menjadi tujuh jenis sanksi hukumannya yaitu : zina (hubungan suami istri diluar perkawinan) , qadzaf (menuduh orang lain berzinah tanpa didukung dengan bukti yang kuat ), khamr ( minuman keras), syariqa (pencurian), Qath’u al thariq (perampokan) dan Al-baghyu (pemberontakan).

Hukuman ini merupakan sanksi hukuman yang tidak dapat terhapuskan baik dari pemaafan oleh korban ataupun pemerintah setempat sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam surat An- Nisa Ayat 13-14

38 Abdullah bin Abdurahman Ali Bassam, Umdah Al-Ahkam; syarah hadis pilihan Bukhari Muslim, terjemahan Katur Surhardi. (Jakrta: Darul Falah, Cet Ke 7, 2008 halm 874

39 Imam Taqiyudin Abi Bakar Muhammad Al-Husni, Kifayah Al-Akhya, Serang Banten:

MatkabahIqbal T,th) HLM 178

29



































































Artinya : “Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul- Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.

Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul- Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”

2) Jarimah Qishas

Qishas merupakan pembunuhan yang ketetapan hukumnya sudah di jelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an yang mana pemenuhan atau sanksi dari hukuman membunuh adalah maka orang tersebut akan di bunuh juga, namun dalam penjatuhan hukuman ini seorang pelaku yang apa bila di maafkan oleh keluarga korban yang terbunuh maka ada keringanan atas hukuman matinya dan menjadi hukuman denda atau yang di kenal dengan istilah Diyat40 sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah Ayat 45 :

40 Mardani hlm 10

30

































































Artinya : “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim”

Ada beberapa kategori sesorang meninggal akibat di bunuh dalam hukum islam yaitu:

a) Pembunuhan disengaja atau qathlul amdi

b) Pembunuhan tidak disengaja atau qatlu ghairul amdi/qaihlu khatha

c) Pembunuhan seperti disengaja atau qathlu syighul amdi d) Penganiayaan sengaja (al-jarhu al-amdu)

e) Penganiayaan tidak disengaja (al-jarhu khata’) 3) Jarimah Ta’zir

Secara bahasa Ta’zir berasal dari kata azar41 yang juga berarti membentuk, menghormati, dan mencegah atau bisa memberi arti

41 Ahmad Hanafi hlm 55

31

sebagai suatu pengajaran (at-ta’dib). Adapun pengertian Ta’zir menurup beberapa pendapat ahli adalah:

a) Ta’zir menurut pendapat Muhammad Daud Ali merupakan ketetapan hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada pengusa dalam suatu pemeritahan yang dijatuhkan kepada si pelaku agar mendapatkan efek jera akibat penaggarannya42

b) Ta’zir menurut pengertian undang-undang Qonun Nomor 6 Tahun 2014menyebutkanhukuman Ta’zir merupakan hukuman yang mempunyai sifatbesar dalambatas tinggidan rendahnya suatu pilihan dan jenisnya sudahditetapkan oleh Qonun

c) Ta’zir menurut pendapat Sayyid Sabbiq, menyatakan bahwasannya yang berhak dalam melakukan Ta’zir adalah pemerintah

Dari beberapa pendapat para ahali diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Ta’zir penjatuhan sanksi pidana bagi seseorang yang telah melakukan jarimah yang mana penerapan dan keputusannya sepenuhnya di tentukanoleh ulil ‘amri atau pemerintah yang berkuasa di daerah tersebut dengan catatan bahwa sanksi tersebut mampu memberikan efek jera untuk pelaku.

Adapun pendapat ulama mahzab dalam pengertian Ta’zir adalah sebagai berikut :

42 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Hukum Islam dan tata hukum islam di Indonesia (Jakarta: Rjawali Press ) hlm 51

32 a) Hanafiyah

Al-Jurjani dan Ibnu Himam berkata “hukuman Ta’zir merupakan hukuman yang bertujuan mendidik dan bukan berupa hukam had”43

b) Malikiyah

Muhammad bin Ahmad bin Jazi berkata “Ta’zir merupakan hukuman yang ditetapkan pada perbuatan kemaksiatan menyerupai hukuman hudud yang kadar hukuman bisa lebih atau kurang dari hukuman hudud itu sendiri yang dilakukan dari hasil ijtihad imam”

c) Syafi’iyah

Umar bin Ali berkata “Ta’zir merpakan hukuman kepada semua kemaksiatan yang tidak ada had dan kafarahnya termasuk juga wanita yang berakal yang terkena hukuman juga menanggungdari banyak sedikitnya hukuman”44

d) Hanabiah

Ibnu Qudamah berkata “Ta’zir merupakan hukuman yang diberikan terhadap suatu bentuk perbuatan kemaksiatan dan kriminal yang didalamnya tidak ada ancaman hukuman had”

Dalam dokumen analisis yuridis pemidanaan terhadap pelaku (Halaman 36-42)

Dokumen terkait