BAB II. KERANGKA TEORI
C. Tinjauan Umum Terhadap Tindak Pidana Pencurian
31
c. Tahap Eksekusi
Tahap penegakan pelaksanaan hukum serta secara konkret oleh aparat- aparat pelaksana pidana. Pada tahap ini aparat-aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan. Dengan demikian proses pelaksanaan pemidanaan yang telah ditetapkan dalam pengadilan, aparat-aparat pelaksana pidana itu dalam pelaksanaan tugasnya harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang daya guna.19
C. Tinjauan Umum Terhadap Tindak Pidana Pencurian
32
tindak pidana pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHPidana yang dirumuskan sebagai berikut.21
Pencurian adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksud dengan pencurian adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban. Selain itu pengertian pencurian ialah tindakan yang dilakukan baik secara individu atau berkelompok untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya sehingga perbuatan tersebut melanggar hukum.22
“Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.900.
2. Jenis-Jenis Pencurian
Penyusun Undang-undang mengelompokkan tindak pidana pencurian ke dalam klasifikasi kejahatan terhadap harta kekayaan yang terdapat pada buku II KUHPidana yang diatur daam Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 KUHPidana. Delik pencurian terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:
21 R. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP (Bogor: Politea, 1995) hal.
249
22 Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 53.
33
a. Pencurian Biasa (Pasal 362 KUHPidana)
Istilah “pencurian biasa “ digunakan oleh beberapa pakar hukum pidana untuk menunjuk pengertian “pencurian dalam arti pokok”.
Pencurian biasa diatur dalam Pasal 362 KUHPidana yang dirumuskan sebagai berikut :
“Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.900
Berdasarkan rumusan Pasal 362 KUHPidana, maka unsur-unsur pencurian biasa adalah :
1) Perbuatan Mengambil 2) Suatu barang
3) Seluruhnya atau sebagian milik orang lain 4) Melawan hukum
b. Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHPidana)
Istilah “pencurian dengan pemberatan” biasanya secara doctrinal disebut sebagai“ pencurian yang dikualifikasikan”. Pencurian yang dikualifikasikan ini menunjuk pada suatu pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat pula dari pencurian biasa. Oleh karena pencurian yang
34
dikualifikaskan tersebut merupakan yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian terhadap unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya.
Berdasarkan rumusan yang terdapat dalam Pasal 363 KUHP, maka unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan adalah : 1) Unsur-unsur pencurian Pasal 362 KUHPidana.
2) Unsur-unsur yang memberatkan, dalam Pasal 363 KUHPidana yang meliputi;
a) Pencurian ternak (Pasal 363 ayat (1) ke-1 KUHPidana)
b) Pencurian pada waktu ada kebakaran, peletusan, gempa bumi, atau gempa laut, peletusan gunung api, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan, atau bahaya perang (Pasal 363 ayat (1) ke-2 KUHPidana) c) Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau dikehendaki oleh yang berhak (Pasal 363 aya (1)ke-3 KUHPidana
d) Pencurian yang dilakukan oleh dua orang yang bersekutu (Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHPidana)
e) Pencurian dengan jalan membongkar, merusak, dan sebagainya (Pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHPidana)
c. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHPidana)
35
Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur-unsur dari pencurian yang didalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan unsur-unsur lain (yang meringankan) ancaman pidananya menjadi diperingan. Jenis pencurian ini diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHPidana yang menentukan:
“perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 No.4 begitu juga apa yang diterangkan dalam pasal 363 No.5, asal saja tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, maka jika harga barang yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, dihukum sebagai pencurian ringan dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.900.
Berdasarkan rumusan Pasal 364 KUHPidana, maka unsur-unsur pencurian ringan adalah :
1) Pencurian dalam bentuknya yang pokok (pasal 362)
2) Pencurian yang dilakukan dua orang atau lebih secara bersama- sama; atau
3) Pencurian dengan masuk ke tempat kejahatan atau mencapai barang yang dicuri dengan jalan membongkar, memecah, memanjat, kunci palsu dan sebagainya, jika:
a) Tidk dilakukan dalam rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya.
b) Nilai dari benda tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah.
36
d. Pencurian Dalam Kalangan Keluarga
Pencurian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 367 KUHPidana ini merupakan pencurian dikalangan keluarga. Artinya baik pelaku maupun korbannya masih dalam satu keluarga, misalnya yang terjadi, apabila seseorang suami atau istri melakukan (sendiri) atau membantu (orang lain) pencurian terhadap harta benda istri atau suaminya.
e. Sanksi Tindak Pidana Pencurian
Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma-norma pokok atau dasar yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama dan norma hukum. Agama manapun akan melarang suatu tindakan pencurian karena hal tersebut merupakan suatu dosa yang harus dipertanggung jawabkan oleh pelakunya di dunia dan akhirat.
Pencurian dengan pemberatan diatur dalam Pasal 363 KUHP yang berbunyi:
1. Pencurian "pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;
2. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak
37
3. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu
4. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal 364 KUHP kemudian menegaskan bahwa perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363 butir 4, begitu pun perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima puluh rupiah.
Perbuatan pencurian tersebut dilakukan di malam hari yang mana dapat diasumsikan korban sedang lengah (keadaan tertidur), sehingga perbuatan tersebut adalah perbuatan pencurian dengan pemberatan dengan ancaman hukuman paling lama 7 tahun atau 9 tahun jika dibarengi dengan adanya pembobolan rumah.
Namun bila melihat jumlah kerugiannya, klasifikasi tindak pidana ringan dapat diterapkan sesuai nilai kerugian/barang yang dicuri yang
38
tidak melebihi Rp. 2,5 juta, namun pada Pasal 364 KUHP, tindak pidana ringan tidak bisa diterapkan apabila dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya.
Tindak pidana dalam Pasal 205 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana adalah yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana. Kembali bahwa yang menjadi tolok ukur bagi suatu perkara untuk diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana adalah yang berbatas maksimal ancaman pidana badan selama tiga bulan penjara atau kurungan. Namun, Mahkamah Agung telah menerbitkan aturan terbaru mengenai tindak pidana, yaitu Pasal 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP yang menjelaskan bahwa ketentuan pidana denda, salah satunya, untuk tindak pidana Pasal 364 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) menjadi Rp. 2,5 juta.
Kemudian, Pasal 2 ayat (2) PERMA 2/2012 menegaskan bahwa apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) Ketua Pengadilan segera menetapkan Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam Pasal 205-210 KUHAP.
1. Perkara dengan ancaman pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan/atau ancaman pidana denda paling banyak Rp.2,5 juta;
39
2. Tindak pidana yang disebutkan PERMA 2/2012;
3. Nilai kerugiannya tidak lebih dari Rp2,5 juta.
4. Tindak Pidana Pencurian dan Pemberatannya
Tindak pidana pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.
3. Unsur-unsur tindak pidana pencurian
Adapun unsur-unsur dari Pasal 362 tentang pencurian terdiri atas:
a. Unsur subyektif: met het oogmerk om het zick wderrechtelijk toe teeigenen atau dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum.
b. Unsur obyektif:
1) Hij atau barang siapa 2) Wegnemen atau mengambil 3) Eening goed atau sesuatu benda.
4) Dat geheel of gedeeltelijk ann een ander toebehoort atau yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.23
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dari ke empat unsur-unsur pencurian tersebut diantaranya:
23 R.Soesilo, ibid. Hal. 245
40
a. Perbuatan mengambil unsur ini adalah mengambil untuk menguasai maksudnya waktu pencuri mengambil barang itu, barang tersebut belum ada dalam kekuaaannya, apabila waktu memilih berangnya sudah ditangannya, maka perbuatan ini bukan pencurian tetapi penggelapan.
Unsur mengambil (pencurian) itu sudah data dikatakan selesai, apabila barang tersebut sudah pindah tempat. Bila orang baru memegang saja banrang itu, dan belum berpindah tempat, maka orang itu belum dapat dikatakan mencuri, akan tetapi baru mencoba untuk mencuri.
b. Sesuatu barang adalah segala sesuatu yang terwujud termasuk pula binatang ( manusia tidak masuk), misalnya uang, baju, kalung dan sebagainya. Dalam pengertian barang masuk pula, daya listrik dan gas meskipun tidak terwujud, akan tetapi akan dialihkan dikawat atau pipa.
Barang ini tidak perlu mempunyai harga ekonimis. Oleh karna itu mengambil beberapa helai rambut wanita (untuk kenang-kenangan) tidak dangan izin wanita itu, termasuk pencurian, meskipun dua helai rambut tidak ada harganya.
c. Barang itu seluruhnya atau sebagian milik orang lain. Sebagian kepunyaan orang lain misalnya: A bersama B membeli semuah sepeda, maka sepeda itu kepunyaan A dan B, disimpan dirumah A kemudian dicuri oleh B atau A dan B menerima barang warisan C, disimpan dirumah A, kemudian dicuri oleh B. Suatu barang yang bukan kepunyaan seseorang tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang
41
liar hidup didalam, burung-burung yang sudah dibuang oleh yang punya.
d. Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk dimilikinya. Orang karena keliru mengambil barang orang lain itu bukan pencuri. Seorang menemui barang dijalan kemudian diambilnya.
Bila waktu pengambilan itu sudah ada maksud untuk memiliki barang itu, termasuk pencurian. Jika waktu pengambilan itu pikiran terdakwa barang akan diserahkan pada polisi, akan tetapi setelah barang itu datang dirumah barang itu dimiliki untuk diri sendiri (tidak diserahkan polisi), ia selah menggelapkan karna waktu barang itu dimiliki itu dimilikinya itu sudah berada ditanggannya.
Unsur -unsur tindak pidana adalah : a. Perbuatan.
b. Yang dilarang (oleh aturan hukum).
c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).
Menurut R. Tresna, tindak pidana terdiri dari unsur-unsur : a. Perbuatan/rangkaian perbuatan (manusia).
b. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
c. Diadakan tindakan pengsanksi.24
Menurut batasan yang dibuat Vos dapat ditarik unsur-unsur tindak pidana adalah :
a. Kelakuan manusia.
24Adami Chazawi. 2011.Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1.PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. Hlm. 109
42
b. Diancam dengan pidana.
c. Dalam peraturan perundang-undangan.
Dari batasan yang dibuat Jonkers dapat dirinci unsur-unsur tindak pidana adalah :
a. Perbuatan (yang).
b. Melawan hukum (yang berhubungan dengan).
c. Kesalahan (yang dilakukan oleh orang yang dapat).
d. Dipertanggungjawabkan.
Sementara itu, unsur-unsur tindak pidana yaitu : a. Kelakuan (orang yang).
b. Bertentangan dengan keinsyafan hukum.
c. Diancan dengan sanksi.
d. Dilakukan oleh orang (yang dapat).
e. Dipersalahkan/kesalahan.
Unsur rumusan tindak pidana dalam Undang-undang:Dari rumusan- rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu, dapat diketahui adanya 11 unsur tindak pidana yaitu :
a. Unsur tingkah laku, merupakan respon yang berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu gerak atau kompleks gerak-gerik yang secara khusus tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktivitas
43
b. Unsur melawan hukum, sebenanrnya bertentangan dengan hukum pada umumnya, tetapi dalam hubungan bersifat melawan hukum sebagai salah satu unsur dari delik karena:
1. Adanya suatu perbuatan
2. Perbuatan tersebut melawan hukum 3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku 4. Adanya kerugian bagi korban
5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian
c. Unsur kesalahan, merupakan salah satu unsur pertanggungjawaban pidana dari suatu subjek hukum pidana, atau unsur kesalahan merupakan keadaan jiwa dari si pembuat dan hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya
d. Unsur akibat konstitutif adalah unsur yang terdapat pada tindak pidana materiil (materiel delicten) atau tindak pidana dimana akibat menjadi syarat selesainya tindak pidana; tindak pidana yang mengandung unsur akibat sebagai syarat pemberat pidana, tindak pidana dimana akibat merupakan syarat dipidananya.
e. Unsur keadaan yang menyertai adalah unsur tindak pidana yang berupa semua keadaan yang ada dan berlaku dalam mana perbuatan dilakukan.
f. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan manusia
2. Perbuatan manusia itu harus melawan hukum (wederechttelijk)
44
3. Perbuatan itu diancam dengan pidana oleh undang-undang 4. Pelakunya harus orang yang mampu bertanggungjawab 5. Perbutan itu terjadi karena kesalahan pembuat
g. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana, terletak pada bermacam-macam ialah:
2. Pada akibat yang timbul setelah perbuatan dilakukan 3. Pada obyek tindak pidananya
4. Pada cara melakukan perbuatan 5. Pada waktu dilakukanya tindak pidana
h. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana, yaitu berupa keadaan- keadaan tertentu yang timbul setelah perbuatan dilakukan artinya bila setelah perbuatan dilakukan keadaan ini tidak timbul, maka terhadap perbuatan itu tidak bersifat melawan hukum dan si pembuat tidak dapat dipidana
i. Unsur objek hukum tindak pidana, yaitu suatu tindakan (perbuatan) yangbertentangan dengan hukum dan mengindahkan akibatyang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum. Yang dijadikan titik utama dari pengertian objektif disini adalah tindakannya.
j. Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke dalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya (hal.
45
k. Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana, yaitu unsur untuk memperingan pidana. Unsur syarat tambahan memperingan pidana bukan merupakan unsur yang pokok yang membentuk tindak pidana.
Simons juga menyebutkan bahwa unsur obyektif dan unsur subyektif dari tindak pidana antara lain:
a. Unsur objektif
Unsur yang terdapat di luar si pelaku. Unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu dalam keadaan-keadaan di mana tindakan-tindakan si pelaku itu harus dilakukan. Unsur ini terdiri dari:
1) Perbuatan manusia itu sendiri.
2) Akibat dari perbuatan itu.
3) Kemudian adanya unsur tertentu yang menyertai perbuatan tersebut.
b. Unsur subjektif
Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang dihubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur ini terdiri dari:
1) Orang yang mampu bertanggung jawab.
2) Adanya kesalahan pada perbuatan itu baik itu Dolus maupun Culpa.
2. Tindak Pidana Pencurian
Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 900,.
46
Tindak Pidana Pencurian Penyusun Undang-Undang mengelompokkan tindak pidana pencurian ke dalam klasifikasi kejahatan terhadap harta kekayaan yang terdapat pada buku ke-2 KUHP yang diatur mulai dari Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 KUHP.
Delik pencurian terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu pencurian yang biasa digunakan oleh beberapa pakar hukum pidana untuk menunjuk pengertian “pencurian dalam arti pokok”. Pencurian biasa diatur dalam Pasal 362 KUHP yang rumusannya sebagai berikut : “Barang siapa mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Sembilan ratus rupiah”.Berdasarkan rumusan Pasal 362 KUHP, maka unsur-unsur pencurian biasa adalah Mengambil Suatu barang Yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum Pencurian ringan. Pencurian adalah pencurian yang memiliki unsur-unsur dari pencurian yang didalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan unsur-unsur lain (yang meringankan) ancaman pidananya menjadi diperingan. Jenis pencurian ini diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHP yang menentukan:
“Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4, begitu pun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima
47
puluh rupiah, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”.
Berdasarkan rumusan Pasal 364 KUHP, maka unsur-unsur pencurian dalam bentuknya yang pokok (Pasal 362). Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama; atau tindak pidana pencurian, yang untuk mengusahakan masuk ke dalam tempat kejahatan atatu untuk mencapai benda yang hendak diambilnya, orang yang bersalah telah melakukan pembongkaran, pengrusakan, pemanjatan atau telah memakai kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu. Dengan syarat tidak dilakukan didalam sebuah tempat kediaman/rumah. Nilai dari benda yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah.
Pencurian dalam keluarga Pencurian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 367 KUHP ini merupakan pencurian di kalangan keluarga.
Artinya baik pelaku maupun korbannya masih dalam satu keluarga, misalnya yang terjadi, apabila seorang suami atau istri melakukan (sendiri) atau membantu (orang lain) pencurian terhadap harta benda istri atau suaminya.
Pencurian yang sering terjadi di masyarakat yaitu masalah pencurian kelas kecil oleh preman kampung, sementara barang buktinya sudah tidak ada lagi karena sudah dijual, yang ada hanya saksi dan pengakuan dari pelaku. Pasal yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku pencurian tersebut bermacam-macam bergantung dari apa yang dicuri, berapa harga barang yang dicuri, serta cara yang dilakukan untuk melakukan pencurian.
48
Kemudian mengenai barang bukti yang sudah tidak ada, yang ada hanya saksi dan pengakuan dari terdakwa, perlu diketahui bahwa keterangan saksi dan keterangan terdakwa adalah alat bukti untuk dapat membuktikan pelaku bersalah atau tidak, dibutuhkan keyakinan hakim yang didasarkan pada sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah bahwa terdakwa memang bersalah melakukan tindak pidana tersebut. Dengan kata lain, pelaku pencurian itu dapat dipidana berdasarkan keterangan saksi dan pengakuan pelaku tersebut.
Sistem Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana Sebagaimana yang dijelaskan oleh Flora Dianti, S.H., M.H. Bahwa Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) memang tidak menyebutkan secara jelas tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti.25
Namun dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa- apa saja yang dapat disita, yaitu benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan, Lebih lanjut dijelaskan bahwa
25 Flora Dianti, Mahkamah Konstitusi Menafsir Tindak Pidana Korupsi : Analisis Putusan Judicial Review UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Konstitusi, Volume 3, Nomor 2, Mei 2006, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006.
49
dengan kata lain benda-benda yang dapat disita seperti yang disebutkan dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dapat disebut sebagai barang bukti. 26 Berdasarkan keterangan Anda, dalam pencurian tersebut barang bukti sudah hilang, yang ada hanyalah saksi dan pengakuan dari pelaku.
Saksi dan pengakuan dari pelaku merupakan alat bukti, sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP sebagai berikut. Alat bukti yang sah ialah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa. Untuk dapat membuktikan pelaku bersalah atau tidak, dibutuhkan keyakinan hakim yang didasarkan pada sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah bahwa terdakwa memang bersalah melakukan tindak pidana tersebut sebagaimana disebut dalam Pasal 183 KUHAP.
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.