Hasil uji partial dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel tersebut tampak bahwa tingkat signifikansi semua variabel independen memiliki nilai di atas 0.05.
Tabel 5. Uji Partial
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.246 3.569 -1.470 .146
CSR -2.656 8.744 -.438 -.304 .762
KM -.063 .025 -.675 -2.486 .015
KI -.024 .012 -.511 -2.074 .041
KIN 23.029 6.718 2.073 3.428 .001
KA 1.007 1.002 .324 1.005 .318
CSRxKM .143 .146 .258 .983 .329
CSRxKI .059 .037 .773 1.592 .116
CSRxKIN -68.406 18.316 -2.556 -3.735 .000
CSRxKA .809 2.085 .458 .388 .699
a. Dependent Variable: LN_KK
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 33
Pembahasan hasil untuk menjawab hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan
Nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,762. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi yang diterima 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa CSR tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.
Perusahaan mengeluarkan sejumlah dana untuk kegiatan Corporate Social Responsibility adalah dengan tujuan untuk memperoleh manfaat ekonomis jangka panjang. Namun berdasarkan hasil pengujian secara statistik ternyata secara partial variabel Corporate Social Responsibility tidak mempengaruhi variabel kinerja keuangan perusahaan. Artinya pengungkapan CSR tidak memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan dalam jangka panjang.
Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh kebanyakan perusahaan saat ini hanya menutupi keburukan kinerja perusahaan atau hanya lips service (Indiana dkk : 2008). Sembiring (2005) menyatakan bahwa pada saat profitabilitas rendah, perusahaan berharap agar para pengguna laporan akan membaca “good news” yang diberikan perusahaan, misalnya dalam pengungkapan social.
Pengungkapan CSR mungkin justru akan segera direspon positif oleh investor atau calon investor sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
b. Hipotesis 1 : Kepemilikan Manajerial mampu memoderasi hubungan antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan.
Nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,329. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi yang diterima 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak mampu memoderasi hubungan antara CSR dan kinerja keuangan, sehingga hipotesa pertama ditolak.
Kepemilikan manajerial secara partial terbukti berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, namun memiliki arah yang negatif. Semakin tinggi persentase kepemilikan manajerial, maka kinerja keuangan akan menurun. Sebaliknya makin rendah persentase kepemilikan manajerial maka kinerja perusahaan akan meningkat. Hal ini sejalan dengan agency theory. Dalam agency theory, manajer (agen) akan melakukan tindakan-tindakan untuk menguntungkan kepentingan pribadinya, dimana manajer cenderung akan mengorbankan laba jangka panjang perusahaan. Semakin banyak persentase kepemilikan saham oleh manajemen maka manajer bertindak tidak sesuai dengan harapan pemilik (principal). Berdasarkan statistic deskriptif data, maka terlihat bahwa kinerja keuangan keuangan yang diproksikan dengan ROA secara rata-rata cukup tinggi, sementara kepemilikan manajerial rata-rata rendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa makin sedikit persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen, maka kinerja keuangan akan semakin meningkat.
Mekanisme GCG berupa kepemilikan saham oleh manajer ternyata dimanfaatkan oleh manajer untuk mengejar kepentingan jangka pendek, bukan kepentingan jangka panjang perusahaan.
Kepemilikan manajerial tidak mampu memperkuat ataupun memperlemah hubungan antara Corporate Sosial Responsibility dengan kinerja keuangan.
c. Hipotesis 2 : Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan.
Nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,116. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi yang diterima 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak mampu memoderasi hubungan antara CSR dan kinerja keuangan, sehingga hipotesa kedua ditolak.
Seperti halnya dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan saham oleh intitusi ternyata dimanfaatkan oleh institusi tersebut untuk mengejar keuntungan jangka pendek mereka saja tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang. Kepemilikan institusional tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara Corporate Sosial Responsibility dan Kinerja Keuangan,
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 34
d. Hipotesis 3 : Komisaris Independen mampu memoderasi hubungan antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan.
Nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diterima 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa komisaris independen mampu memoderasi hubungan antara CSR dan kinerja keuangan, sehingga hipotesa ketiga diterima.
Komisaris independen secara partial terbukti memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan arah positif. Semakin tinggi persentase komisaris independen, maka kinerja keuangan akan meningkat. Dan semakin rendah persentase komisaris independen maka kinerja perusahaan akan menurun. Komisaris yang berasal dari luar perusahaan (komisaris independen) direaksi positif oleh pasar (investor) karena investor yakin bahwa kepentingan investor akan terlindungi.
Komisaris yang berasal dari luar perusahaan (komisarin independen) direaksi positif oleh pasar karena investor yakin bahwa kepentingan investor akan terlindungi. Komisaris independen mampu memperkuat hubungan antara Corporate Sosial Responsibility dan Kinerja Keuangan, sehingga diharapkan dengan adanya kolaborasi antara CSR dengan pengawasan dari komisaris independen maka kinerja keuangan perusahaan akan meningkat.
e. Hipotesis 4 : Komite Audit mampu memoderasi hubungan antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan.
Nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,669. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi yang diterima 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak mampu memoderasi hubungan antara CSR dan kinerja keuangan, sehingga hipotesa keempat ditolak.
Meskipun komite audit diyakini mampu mengurangi konflik kepentingan antara agen dan principle, namun banyaknya jumlah komite audit bukanlah jaminan bahwa kinerja suatu perusahaan tersebut akan membaik. Keberadaan komite audit hanya dipandang sebagai pemenuhan kewajiban perusahaan pada peraturan Bapepam/OJK saja.
Komite audit tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara Corporate Sosial Responsibility dan Kinerja Keuangan disebabkan karena komite audit tidak menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal. Keberadaan mereka hanya memenuhi kewajiban yang syaratkan oleh Bapepam bagi perusahaan publik.
5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Sebagai variabel pemoderasi, hanya mekanisme komisaris independen saja yang mampu memoderasi hubungan antara Corporate Sosial Responsibility dan Kinerja Keuangan, sementara tiga mekanisme yang lain (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit) tidak mampu memoderasi hubungan antara Corporate Sosial Responsibility dan Kinerja Keuangan
Penelitian ini hanya menghasilkan nilai adjusted R2 sebesar 23%, artinya masih ada 77% variabel lain yang mempengaruhi kinerja keuangan. Sehingga penelitian lain masih perlu menambahkan varibel lain yang diduga mempengaruhi hasil penelitian, misalnya sekretaris perusahaan dan konsentrasi kepemilikan saham sebagai mekanisme lain dari GCG.
Penelitian ini mengukur dampak CSR terhadap Kinerja Keuangan satu tahun de depan dan memperoleh hasil bahwa CSR tidak memiliki dampak terhadap kinerja keuangan jangka panjang.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengukur dampak CSR terhadap kinerja keuangan untuk dua atau tiga tahun ke depan, sehingga dapat membuktikan secara empiris bahwa CSR memiliki dampak ekonomis untuk jangka panjang. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan indikator yang lain dalam mengukur variabel Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility.
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 35
6. REFERENSI
[1] Aditya Arief Yuniawan. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Laverage, Growth, dan Size Perusahaan Terhadap ROE Perusahaan. Skripsi. Universitas Mercu Buana. Jakarta.
[2] Ahmad Nurkhin. 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Tesis.Universitas Diponegoro Semarang.
[3] Anaesthasia Suzanna Bessie. 2009. Peran Corporate Social Responsibility PT. Pertamina (persero) dalam Membantu Pengembangan Usaha Kecil Menengah. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
[4] Andriyati M. Sinaga. 2011. Pengaruh Elemen Good Corporate Governance (GCG) terhadap Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Sektor Perbankan di Indonesia.Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
[5] Citra Puspita Dewi. 2011. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
[6] Dyah Ardana Riswani. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
[7] Ihyaul Ulum. 2007. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
[8] Isnaeni Ken Zuraedah. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi. Sripsi.
Universitas Pembangunan Naional “Veteran”. Jakarta.
[9] Kartika Sayidatina. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Stock Return.
Skipsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
[10] Lely Dahlia dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
[11] Luciana Spica Almilia dan Dwi Wijayanto. 2007. Pengaruh Enviromental Performance dan Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance. FEUI. The 1𝑠𝑠𝑠𝑠 Accounting Conference. 7-9 September.
[12] Martin Lasty Marbun. 2011. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Return On Equity Melalui Corporate Social Responsibility. Skripsi. Universitas Airlangga.Surabaya.
[13] Mathews, M., dan Guthrie, J. 1985. Social and Environmental Accounting: A Practical Demostration of Ethical Concern. Journal of Business Ethics, Vol. 14, pp 663-671.
[14] Ni Wayan Rustiarini. 2010. Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi 13. Denpasar.
[15] Vinola Herawaty. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 36
PENGARUH STRATEGI KOMUNIKASI MASA TERHADAP KINERJA PEMASARAN
(STUDI PADA KONSUMEN MCDONALD’S INDONESIA)
Dimas Yudistira Nugraha1)
1Pogram Studi Doktor Ilmu Manajemen, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
1Email: [email protected]
Abstract
McDonald’s is the largest fast food industry in the world. McDonald’s has more than 36.000 stores which spreads around the worlds. However, in this year, McDonald’s had to close more than 700 stores. Mass Communication Strategy is one of the factors why Marketing Performance of McDonald’s being decrease. Mass Communication Strategy consisted of Advertising, Sales Promotion, Events and Experiences, and Public Relations. This research aims to observe the influence of Mass Communication Strategy on Marketing Performance and to observe which elements that dominant in influencing Marketing Performance. The author uses quota sampling method by 100 respondents. There are some findings from this research, first, Mass Communication Strategy influences Marketing Performance. Second, Events and Experiences is the elements that influence strongly on Marketing Performance.
Keywords: Mass Communication Strategy, Marketing Performance
1. PENDAHULUAN
Mcdonald’s merupakan restoran cepat saji yang telah berdiri lebih dari 50 tahun dan telah memiliki lebih dari 36.000 gerai di seluruh dunia. Strategi pemasaran yang difokuskan oleh McDonald’s yaitu dengan mengutamakan pelayanan serta dengan menyediakan banyak gerai untuk mempermudah menjangkau konsumen. McDonald’s menawarkan banyak varian menu dengan harga yang terjangkau dengan segmentasi restoran cepat saji untuk keluarga dan anak muda (mcdonald’s.co.id). Namun, dalam satu tahun terahir ini Kinerja Pemasarannya menurun, hal ini dapat terlihat dari penjualan McDonald’s secara global turun 0,6 persen hingga April 2015 dan turun 3,8 persen di Asia (insideretail.asia). Selain itu, McDonald’s akan menutup lebih dari 700 gerainya di seluruh dunia. Gordon (2015) menjelaskan bahwa strategi yang dilakukan oleh McDonald’s terlalu berfokus pada internal, hal ini menyebabkan tidak adanya persepsi yang segar yang dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian di McDonald’s (news.okezone.com).
Dilihat dari fenomena di atas, strategi pemasaran yang kurang tepat yang dilakukan McDonald’s menyebabkan kinerja pemasaran yang tidak optimal. Kurangnya perhatian McDonald’s terhadap Strategi Komunikasi Masa disinyalir menjadi salah satu penyebab Kinerja Pemasaran McDonald’s yang tidak optimal. Startegi Komunikasi Masa penting dilakukan karena perusahaan dapat memperkenalkan produk barunya serta dapat mengingatkan kembali pada konsumen mengenai keberadaan dari produk yang telah ada, maka, konsumen akan cenderung memilih untuk membeli produk dari promosi yang disajikan oleh perusahaan (Morgan, 2011:107).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh Strategi Komunikasi Masa terhadap Kinerja Pemasaran dan untuk mengetahui Faktor Strategi Komunikasi Masa mana yang dominan terhadap Kinerja Pemasaran.
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 37
2. KAJIAN LITERATUR