• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Hubungan Masyarakat (Public Relations)

5. SIMPULAN 1. Simpulan

Strategi pemasaran adalah salah satu strategi yang penting untuk membantu meningkatkan daya saing perusahaan dalam menghadapi era global. Oleh karena itu, strategi pemasaran sebagai alat

ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 50

fundamental yang harus dirancang dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan.Strategi pemasaran dapat digunakan sebagai panduan bagi para manajer didalam melakukan tugasnya untuk mencapaitarget perusahaan.

Dalam penyusunan dan penerapan strategi dapat dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa strategi secara bersama-sama sehingga menghasilkan kinerja yang lebih optimal.

Keputusan maupun pelaksanaan strategi pemasaran yang tepat, berdampak positif terhadap kinerja pemasaran TELIN. Dengan melakukankan penyelarasan program yang ada dengan program- program lainnya secara terintegrasi serta memperhatikan semua sumber daya terkait yang dimiliki seperti kesiapan SDM, logistik dan dananya, maka diharapkan, pencapaian kinerja pemasaran akan tinggi namun efektif dan efisien sesuai target yang ditetapkan

5.2. Saran

Untuk dapat meningkatkan kinerja pemasaran TELINsecara efektif, disarankan hal- hal sebagai berikut:

1. Perusahaan harus menyusun sebuah programstrategi pemasaran yang terintegrasimelalui pemilihan pasar, penawaran produk, serta waktu yang tepat.

2. Perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran yang efektif melalui penyelarasan programpemasaran dengan sumber daya yang ada.

3. Perusahaan harus mengukurtingkat kepuasan pelanggan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitasproduk danlayanan TELIN

6. REFERENSI

[1] “Laporan Tahunan PT. Telkom International,” Jakarta, 2014.

[2] K. K. Kotler P, Marketing Management. Pearson Horizon, 2013.

[3] P. Kotler and G. Armstrong, Principles of Marketing, Fifteenth. England: Pearson Education Limited, 2014.

[4] N. a. Morgan, “Marketing and business performance,” J. Acad. Mark. Sci., vol. 40, no. 1, pp. 102–119, 2012.

[5] M. Gunarto, Membangun Model Persamaan Struktural (SEM) dengan Program Lisrel.

Palembang: Tunas gemilang Press, 2013.

[6] W. Craven, D, Pemasaran Strategis, Edisi keem. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996.

ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 51

RELEVANSI PENDIDIKAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF TAUHID DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN ISLAM

Lily Rahmawati Harahap1), Rulyanti Susi Wardhani2)

1Dosen FE Universitas IBA Palembang, Mahasiswa Program Doktor UniversitasTrisakti

1[email protected]

2Dosen FE Universitas Bangka Belitung, Mahasiswa Program Doktor Universitas Sriwijaya

2[email protected]

Abstract

The purpose of this article is to share about the important of education and education system. With good education which is supported by good education system, then the society of the state will be able to manage the better state. We all know in Indonesia the education is still a luxury and expensive goods for most of Indonesia society, specially for them who lives in the villages. The lack of, specially in input, fund, infrastructures and culture, make some of the society facing difficulty to reach they need of education. To manage the better state, specially in economic sector, the collaboration between government, entrepreneurs and the employees are a must. The state need smart, taft and religious government, entrepreneurs and employees running the economy. All these can be reached if each of them has knowledge in accordance with their specialty. Education is a basic thing to obtain this. Islam is a rahmatan lil ‘alamin religion.The Islam knowledge is not only applied by the people who has Islam themselves, but also for all those who are in nature. Generally, education definition from Islam side is a comprehensive relation between human and Allah, human and human, human and nature according to Islamic values. Islam also emphasizes how important increasing ourselves. One of the methode increasing ourselves is increasing person’s knowledge by obtain the right of education.

Education is a system that applied to increase human life quality in all aspect. No one in this world is not using education as a culture tools and tool for increasing life quality. The importance of having knowledge to every single human being described in several ayat in Al Qur’an. By having knowledge, a human will be spared indecency. Education in Islamic perspective relations to the tawhidi concept.

Tawhidi concept explains every factor which influence the education is evolutionary and pervasive complementary. In other words, no factors substitutes other. Tawhidi concept is beginning from process one and through some process until the end of the world. The sources of every process are Al Quran and Sunnah. Moving to process two, process three, and the next, there are an interaction, integration and evolutionary process, to form a circular causation between education and economy.

Keywords: education, islamic education, tawhidi concept.

1. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatau sistem yang digunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dalam semua aspek kehidupan. Berdasarkan sejarah umat manusia, tidak ada seorang manusiapun yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat berbudaya dan alat untuk meningkatkan kualitasnya. Dibutuhkan sektor pendidikan untuk menyiapkan setiap manusia dalam dalam menunjang perannya di masa yang akan datang. Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Di dalam Undang-Undang tersebut salah satu pembahasan berkaitan dengan jalur pendidikan. Yang dimaksud dengan Jalur Pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Pada Undang-Undang tersebut, jalur pendidikan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Pendidikan Formal, adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi; 2) Pendidikan Non-formal, adalah jalur pendidikan di

ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 52

luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; 3) Pendidikan Informal, adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Di Indonesia, sektor pendidikan saat ini masih merupakan suatu produk yang relatif mahal.

Permasalahan pendidikan di Indonesia secara umum diidentifikasi dalam empat krisis pokok, yaitu menyangkut masalah kualitas, relevansi, elitisme dan manajemen (Sanaky, 2008). Dengan kata lain, saat ini belum semua masyarakat Indonesia mampu memperoleh kesempatan untuk mendapat pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Jumlah masyarakat yang memperoleh pendidikan tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia. Informasi tingkat partisipasi sekolah dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 1.

Tingkat Partisipasi Sekolah

Usia/Tahun 2009 2010 2011 2012

7-12 97,95% 97,97% 97,49% 97,88%

13-15 85,43% 86,11% 87,58% 89,52%

16-18 55,05% 55,83% 57,57% 60,87%

19-24 12,66% 13,67% 13,91% 15,73%

Sumber: bps.go.id (2014).

Dari penelitian Hakim (2012), dengan pendekatan kualitatif naturalistik, dan subjek utama adalah wakil kepala sekolah, guru/wali kelas, siswa dan orang tua siswa menunjukkan bahwa proses internalisasi nilai-nilai Islam terhadap sikap siswa dan perilaku menggunakan pendekatan membujuk dan membiasakan, menumbuhkan kesadaran dan menunjukkan disiplin dan menjunjung tinggi aturan sekolah tersebut. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan penggunaan model kurikulum dan internalisasi nilai-nilai terbukti dapat membentuk sikap siswa dan perilaku yang taat kepada Allah, baik untuk sesama makhluk dan alam, kepribadian yang baik, tanggungjawab, braveman, berpikir kritis.

Clarke,Gray dan Mearman (2006), mengemukakan, If we are to consider the process of marketing education, we should begin with a careful consideration of the aims of education itself. The starting point for this is the philosophy of education, as an educator’s aims will flow from that philosophy.

There is a danger that this philosophy is buried deep in the subconscious, or once established is pushed to the back of the mind as something which is immutable. A successful process of education though, requires that the educator is aware of, but more importantly, re-examines and re-affirms that philosophy.

2. TINJAUAN PUSTAKA