D. Hubungan Masyarakat (Public Relations)
5. Simpulan dan Saran 1 Simpulan
1. Rata-rata jawaban seluruh responden mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi akuntansi desa adalah sebesar 3,64. Hal ini bearti faktor-faktor yang mempengaruhi akuntansi desa dapat
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 88
dikatagorikan baik. Setra rata-rata jawaban seluruh responden mengenai kesiapan penerapan akuntansi desa adalah sebesar 3,44. Hal ini menggambarkan bahwa kesiapan desa dalam nemerapkan akuntansi desa sudah baik. Itu artinya, penelitian menunjukkan bahwa dari lima desa yang menjadi sampel telah siap dalam penerapan akuntansi desa khususnya dalam menyongsong dana bantuan desa, namun desa belum sepenuhnya siap karna masih ada kendala dalam penerapan akuntansi desa. Faktor utama yang menjadi penghambat adalah Pemahaman tantang Akuntansi desa karna masih kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan pemerintah dan fasilitas yang tersedia di desa kurang memadai sehingga menjadi kendala dalam menunjang terlaksanakannya program desa.
2. Dari hasil regresi dinyatakan terdapat hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi akuntansi desa terhadap kesiapan penerapan akuntansi desa. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dijelaskan bahwa semakin terpenuhinya faktor-faktor yang mempengaruhi akuntansi desa maka akan semakin siap suatu desa dalam menerapkan akuntansi desa yang berlaku umum.
6. REFERENSI
[1] Anwar, Misbahul dan Bambang Jatmiko.2012. ”Kontribusi Dan Peran Pengelolaan Keuangan DesaUntuk Mewujudkan Anggaran Pendapatan DanBelanjaDesaYangTransparansi Ngaglik, Sleman, Yogyakarta).”Jurnal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
[2] Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementrian Keuangan. Publikasi Artikel Keuangan Umum Dana Desa. Avaliable at (www.bppk.kemenkeu.go.id) Diakses pada tanggal 5 november 2015.
[3] Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Publikasi Artikel Kawal Keuangan Desa.
Avaliable at ( www.bpkp.go.id ). Diakses pada tanggal 9 November 2015.
[4] Bamber, Linda S., Jiang, Jhon (Xuefeng)., and Wang, Isabel Y. 2010. What’s My Style? The Influence of Top Managers on Voluntary Corporate Financial Disclosure. The Accounting Review, Vol. 85, No. 4, pp: 1131-1162.
[5] Carton Master. 2014. Mekanisme Pengawasan Dana Desa. Avaliable at.
(www.kartonmedia.blogspot.co.id) Diakses pada tanggal 2 november 2015.
[6] Irna, Hesti Rahmawati.2015. “Analisis Kesiapan Desa dalam Implementasi Penerapan Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa (Studi pada Delapan Desa di Kabupaten Sleman).” Jurnal Universitas Cokroaminoto. Yogyakrta.
[7] Firmansyah dan Raja Muhammad Amin. 2012.“PengelolaanKeuanganDIDesa Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang Seberang Kabupaten Kampar Tahun 2012.”JurnalKampusBinaWidya:1-12.
[8] Hamzah, Andi.2015. Tata Kelola Pemerintahan Desa Menuju Desa Mandiri, Sejahtera, dan Pertisipatoris. Penerbit Pustaka. Jawa Timur.
[9] Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Belum Melek Akuntansi, Aparatur Bakal Kesulitan Kelola Dana Desa. Available at. (www.iaiglobal.or.id) Diakses pada tanggal 1 november 2015.
[10] Kementrian Dalam Negeri. 2015. Kucuran Dana Desa. Tahun 2016. Available at.
(www.kemendagri.go.id) Diakses pada tanggal 1 november 2015.
[11] Merdiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. CV.Andi Offset. Yogyakarta.
[12] Negeri Pesona. 2014. Persiapan Pengelolaan Dana Bantuan Untuk Desa. Available at.
(www.negeripesona.com) Diakses pada tanggal 1 november 2015.
[13] Nordiawan, Deddy. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.
[14] Patrick A. 2007. The Determinants of Organizational Innovativeness: TheAdoption of
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 89
GASB 34 In Pennsylvania Local Government. Thesis of The Pennsylvania State University.
[15] Sarbani, Arifin dan Ghozali. 2001. Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. BPFE.
Yogyakarta.
[16] Sanusi, Anwar. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta.
[17] Siko Dian SigitWiyanto. 2014. Artikel Publikasi Agar Dana DesaTerkawal. Available at.
(www.Kemenkeu.go.id) Diakses tanggal 5 November 2015.
[18] Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Akuntansi Desa Pedoman Tata Kelola Keuangan Desa.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
[19] Sujarweni, V. Wiratna. 2015. SPSS untuk Penelitian. Pustaka Biru Press. Yogyakarta.
[20] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
[21] Taufiq, Taufeni. 2011.” Pengelolaan Keuangan Desa dalam Sistem Keuangan Negara Republik Indonesia.” Jurnal Universitas Bina Widya. Riau.
[22] Thomas. 2013. ”Pengelolaan Alokasi dana Desa dalam upaya meningkatkan Pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung.” Jurnal Universitas Mulawarman Kalimantan Utara.
[23] Wahjudin, Sumpeno. 2011. Perencanaan Desa Terpadu Cetakan Kedua. Penerbit Read.
[24] Wangi dan Ritonga. 2010. Identifikasi Faktor-faktor penyebab terjadinya Keterlambatan dalam penyusunan APBD (Studi kasus Kabupaten Rejang Lebong Tahun Anggaran 2008-2010). Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
[25] Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 6Tahun 2014 tentangDesa.
[26] Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor113Tahun 2014tentang PengelolaanKeuangan Desa.
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 90
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, KINERJA KEUANGAN DAN TINGKAT EKONOMI MAKRO TERHADAP KEBIJAKAN BUYBACK
Chandra Kurniawan1), Verawaty2), Ade Kemala Jaya3)
1,2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma
Abstract
Abstract This study examined the effect of ownership structure, financial performance and the macro-economic level to firms in Indonesia for their stock repurchase policy aims to distribute excess cash to shareholders. This research was conducted on the 11th Company of the 17th Company to buy back in the Indonesia Stock Exchange 2013-2014, who were selected through purposive sampling techniques and analytical methods used in this research is Multiple Regression Analysis. The results of this study prove that: Owners institutional and managerial had no influence on policy buybacks, Profitability has no influence on policy buybacks, Free Cash Flow has a positive and significant impact on the policy of the buyback, the size of the company does not have an influenc on policy buyback, exchange rate has no effect the buyback policy.
Keywords: Stock Repurchase , Ownership Structure, Profitability, Free Cash Flow, Exchange.
1. PENDAHULUAN
Di pasar modal, harga saham suatu perusahaan dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur baik tidaknya kinerja perusahaan tersebut, sehingga dapat dikatakan dalam kondisi yang wajar dan normal, semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, harga sahamnya juga semakin membaik (meningkat). Dengan demikian, wajar jika emiten perlu menjaga harga sahamnya agar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Pembelian kembali saham dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai oleh emiten untuk meningkatkan kembali harga sahamnya yang telah jatuh di pasar.
Dengan pemebelian kembali saham maka berakibat pada naiknya laba per saham (earning per share) yang dapat berakibat menaikkan harga saham di pasar. Di samping itu, dengan pembelian kembali saham, saham yang dimiliki oleh masyarakat akan berkurang (supply berkurang), akibatnya adalah harga saham akan naik (dengan asumsi jumlah permintaan terhadap saham tersebut tetap (Fakhruddin,2008 dalam Komaeroh 2015).
Dalam situasi yang sulit, dimana harga saham perusahaan yang dijual di Bursa Saham mengalami penurunan harga, maka perusahaan menerapkan strategi untuk membeli kembali saham yang telah dijual. Saham-saham yang telah dibeli kembali perusahaan nantinya akan dicatat sebagai stock repurchase dan perusahaan yang telah membeli kembali saham yang dijual bisa mengalihkan saham itu dengan berbagai cara. Dengan demikian dapat dikatakan permintaan akan naik dan otomatis harga saham pun akan naik. Pembelian kembali saham adalah suatu aksi korporasi yang dilakukan perusahaan untuk membeli kembali sahamnya yang telah beredar di pasar bursa.
Menurut signaling hypothesis, pembelian kembali saham oleh perusahaan sebagai indikasi bahwa saham dinilai terlalu rendah atau undervalued (Vermaelen, 1981 dalam Perdana dan Harahap, 2014). Perusahaan membeli kembali sahamnya setelah terjadi penurunan pada harga sahamnya dan harga menjadi lebih stabil setelah pembelian kembali saham (Ginglinger dan Hamon, 2006 dalam Perdana dna Harahap 2014). Jadi, pembelian kembali saham ini bisa sebagai strategi untuk mempertahankan likuiditas saham perusahaan atau bahkan meningkatkannya. Pengumuman pembelian kembali saham juga memberikan isyarat bahwa perusahaan memiliki free cash flow yang berlebih atau
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 91
tingkat profitabilitas perusahaan sedang dalam kondisi yang bagus. Oleh karena itu, harga saham akan meningkat dan diharapkan akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Disamping itu, pembelian kembali saham ini juga merupakan sarana bagi pemegang saham untuk mengawasi kinerja manajer. Menurut El Houcine (2013) segala bentuk pendistribusian cash flow (payout) kepada pemegang saham merupakan mekanisme yang efisien untuk mengurangi konflik keagenan. Dividen dan pembelian kembali saham beredar termasuk bentuk pendistribusian cash flow kepada pemegang saham yang digunakan sebagai instrumen oleh perusahaan untuk memberikan informasi kepada pemegang saham. Mereka berpendapat bahwa dividen dan pembelian kembali saham akan dianggap oleh para pemegang saham sebagai suatu sinyal atas kondisi dan prospek suatu perusahaan.
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kebijakan pembelian kembali saham beredar oleh suatu perusahaan, diataranya faktor internal Srtuktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, kinerja keuangan terdiri dari free cash flow, Ukuran Perusahaan serta profitabilitas dan faktor eksternal yaitu ekonomi makro. Ketiga faktor yang mempengaruhi kebijakan pembelian kembali saham tersebut, merupakan indikator yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dalam melakukan kebijakan.
Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan pembelian kembali saham menunjukan bahwa investor institusional secara positif mempengaruhi pembelian kembali saham karena investor institusional dapat mengontrol manajer dengan memaksa mereka membeli kembali saham perusahaan yang beredar untuk membayar (mendistribusikan) kelebihan cash flow yang dimiliki perusahaan kepada investor institusional. Hal itu ditujukan agar kelebihan cash flow tersebut tidak dihabiskan oleh manajer untuk berinvestasi di proyek dengan NPV negatif (El Houcine, 2013).
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan Perdana dan Harahap (2014), tetapi terdapat perbedaan dengan penelitian tersebut ataupun penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Perdana dan Harahap (2014), menyarankan untuk menambahkan variabel yaitu kondisi ekonomi makro yang mungkin mempengaruhi kebijakan pembelian kembali saham. Sehingga variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar (kurs), karena fluktuasi nilai tukar yang tinggi (Rachmawati, 2012) menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang dapat menurunkan kinerja keuangannya, sehingga berdampak pada turunnya nilai perusahaan dan akan mempengaruhi perusahaan dalam melakukan kebijakan pembelian kembali saham.
2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS