D. Hubungan Masyarakat (Public Relations)
5. REKOMENDASI
Untuk dapat mengimplementasikan IMC secara efektif dalam pemasran politik khususnya kampanye politik penulis merekomendasikan:
4. Konstituen perlu memahami karakteristik pemilih secara utuh melalui dialog langsung atau terjun langsung dilapangan.
5. Menggunakan sarana komunikasi yang efektif seperti tema, tampilan dan juga tempat iklan yang berdampak positif.
6. Tidak melakukan kampanye atau isu-isu negatif untuk menyerang lawan politiknya, karena hal ini justru akan mengubah perilaku pemilih dari kandidat lawan. Iklan dan penjualan personal harus dikemas senatural mungkin untuk dapat dipersepsikan positif oleh masyarakat atau konstituen.
Keterbatasan Penelitian
Data yang digunakan hanya pada satu segmen pasar, yaitu pemilih rasional. Sehingga penelitian ini belum bisa menjelaskan semua segmen pemilih seperti pemilih perkotaan dan non-perkotaan, daerah jawa dan luar jawa, serta latar belakang pendidikan pemilih.
6. REFERENSI
[1] A. Mellaz and K. Augustyati, “Keserentakan Pemilu: Pelaksanaan Pemilukada Menuju Pemilu
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 71
Nasional,” J. Pemilu dan Demokr., vol. Vol.5, pp. 185–221, 2013.
[2] M. Alie, Pemasaran Politik di Era Politik Multipartai. Jakarta: Expose, 2013.
[3] R. B. Ikhsan and M. S. Shihab, “Political Marketing Mix dan Pengaruhnya terhadap Keputusan Mahasiswa Universitas Lampung,” J. Manaj. dan Bisnis Sriwij., vol. 8, no. 16, pp. 30–40, 2010.
[4] P. Kotler and G. Armstrong, Principles of Marketing, Fifteenth. England: Pearson Education Limited, 2014.
[5] I. Hamad, “Memahami Komunikasi Pemasaran Politik,” Mediator, vol. 9, no. 2, pp. 147–162, 2008.
[6] V. Johansson, “Political Marketing and the 2008 U.S. Presidential Primary Elections,”
University of Gavle, 2008.
[7] D. Supriyanto, L. Wulandari, A. Pransiska, Natalia, and Catherine, “Dana Kampanye Pilkada Pengaturan Teknis tentang Sumbangan, Pengeluaran dan Pelaporan Berdasarkan UU No 1/2015 Juncto UU No 8/2015,” Jakarta, 2015.
[8] A. Henderson, S. D. Brown, and K. Ellis-hale, “Voter Dealignment or Campaign Effects?
Accounting for Political Preferences in Ontario,” pp. 1–12, 2004.
[9] Irtanto, “Political Behavior of Voters on Mayoral Election of Kediri , East Java Indonesia,”
Acad. Res. Int., vol. 5, no. 2, pp. 309–325, 2014.
[10] L. Agustino and M. A. Yusoff, “Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih: Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia,” J. Kaji. Polit. dan Masal. Pembang., vol. 5, no. 1, pp. 415–443, 2009.
[11] D. S. Hillygus and S. Jackman, “Voter Decision Making in Election 2000: Campaign Effects, Partisan Activation, and the Clinton Legacy,” Am. J. Pol. Sci., vol. 47, no. 4, pp. 583–596, 2003.
[12] U. Suryatna, “Pengaruh Terpaan media Iklan Politik terhadap Perilaku Pemilih Pemula,” J.
Sos. Hum., vol. 2, no. 2, pp. 134–144, 2011.
[13] R. Antunes, “Theoretical models of voting behaviour,” Exedra, vol. 4, pp. 145–170, 2010.
[14] A. Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.
[15] J. Potters, R. Sloof, and F. van Winden, “Campaign expenditures, contributions and direct endorsements: The strategic use of information and money to influence voter behavior,” Eur. J.
Polit. Econ., vol. 13, no. 1, pp. 1–31, 1997.
[16] Firmanzah, Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2012.
[17] Komisi-Pemilihan-Umum, Peraturan Komisi Pemilihan Umum No 7 Tahun 2015 tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota. Indonesia, 2015, pp. 1–49.
[18] A. P. Wicaksono, “Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Penelitian pada Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008 di Kota Semarang,” Universitas Diponegoro, 2009.
[19] L. Percy, Strategic Integrated Marketing Communications. Burlington, USA: Elsevier Inc., 2008.
[20] P. Kotler and K. L. Keller, Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall, 2012.
[21] C. Mihart (Kailani), “Modelling the Influence of Integrated Marketing Communication on Consumer Behaviour: An Approach based on Hierarchy of Effects Concept,” Procedia - Soc.
Behav. Sci., vol. 62, pp. 975–980, 2012.
[22] O.-A. GHIU, “Integrated marketing communication in Politics?,” Ann. “Stefan cel Mare”
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 72
Univ. Suceava, vol. 9, no. 1, pp. 88–93, 2009.
[23] Shakeel-Ul-Rehman and M. S. Ibrahim, “Integrated Marketing Communication and Promotion,” Int. Ref. Res. J., vol. II, no. 4, pp. 187–191, 2011.
[24] E. Luck and S.-L. Chapman, “THE IMC Concept and Political Marketing: Building a Brand Relationship With Voters,” in Political Marketing Conference, 2003, pp. 1–22.
[25] P. B. Niffenegger, “Strategies for Success From the Political Marketing,” J. Consum. Mark., vol. 6, no. 1, pp. 45–51, 1989.
[26] M. Gunarto, Membangun Model Persamaan Struktural (SEM) dengan Program Lisrel.
Palembang: Tunas Gemilang Press, 2013.
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 73
ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE
Ahir Susilo Sudarman 1), Henni Indriyani2), Yeni Widyanti3)
1,2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Darma
Abstract
The research are to examine the effect of corporate social responsibility (CSR) to tax avoidance.
Variables examined in this research consisted of dependent variables is tax avoidance which measured by cash effective tax rate (CETR), and independent variables is corporate social responsibility which measured by CSR disclosure. The population in this research are 15 manufacturing companies sub-sectors of food and beverages which listed on BEI (Indonesian Stock Exchange) in the period of 2012-2014. Sample were selected by purposive random sampling method and finally obtained 10 manufacturing companies that fulfill the criteria. The analysis technique used in this research is simple regression. The result of analysis show that CSR variables negative effect on tax avoidance. This means csr does not have a significant effect on tax avoidance.
Keywords: Tax Planning, Corporate Social Responsibility 1. PENDAHULUAN
Pajak merupakan beban yang wajib dibayarkan oleh perusahaan kepada negara yang berdampak pada penurunan laba bersih perusahaan.Selain pajak, tanggung jawab sosial perusahaan yang sering disebut corporate social responsibility merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan yang menjadi kewajiban bagi setiap perusahaan sesuai yang diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang No 40 tahun 2007 pasal 74.
Selama ini perusahaan beranggapan memiliki dua beban yang sama yaitu beban pajak dan beban CSR. Pada dasarnya kedua beban tersebut digunakan untuk mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan mulai mencari cara untuk meminimalkan kedua beban tersebut, salah satunya dengan meminimalkan pajak perusahaan melalui kegiatan tax avoidance atau penghindaran pajak.
Tax avoidance merupakan upaya untuk mengefisienkan beban pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya pada transaksi yang bukan objek pajak. Walaupun secara literal tidak ada hukum yang dilanggar, semua pihak sepakat bahwa penghindaran pajak merupakan sesuatu yang secara praktik tidak dapat diterima.Oleh karena itu, untuk menutupi tindakan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak, maka perusahaan melaksanakan corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan) kepada masyarakat agar mengubah persepsi negatif masyarakat terhadap perusahaan akibat praktik tax avoidance.
Perusahaan manufaktur merupakan jenis perusahaan yang paling banyak memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan, jika dibandingkan dengan jenis perusahaan yang lain. Hal ini menyebabkan bahwa perusahaan manufaktur lebih cenderung melakukan penghindaraan pajak dari sisi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate social responsibility terhadap tax avoidancepada perusahaan manufaktur dengan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. Corporate social responsibility diukur dengan CSR disclosure, sedangkan tax avoidance diukur dengan menggunakan Cash Effective Tax Rate (CETR) yaitu dengan membagi pembayaran pajak dengan laba sebelum pajak, mencerminkan jika semakin rendah CETR (mendekati 0) maka perusahaan dianggap semakin tinggi tingkat penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan.
ISBN : 978-602-74335-0-2 Page 74
2. KAJIAN LITERATUR