SPECIFIC GRAVITY
G
s2.73 2.75
ATTERBERG (batas plastis, cair dan indeks plastis)
Batas Cair (w
L) 80.18 69.13 %
Batas Plastis (w
P) 53.71 47.61 %
Indek Plastisitas (I
p) 26.47 21.52 %
Kadar air awal, w
n(%) 48.95 25.95 %
GRAIN SIZE (ukuran butir)
kerikil (gravel) 0.16 0.96 %
Pasir (sand) 3.10 10.02 %
Lanau (silt) 82.06 65.96 %
lempung (clay) 14.84 24.02 %
Koefisien kelengkungan (C
c) - -
Koefisien keseragaman (C
u) - -
STANDARD COMPACTION (Pemadatan standar) 56x HK MB 3L
Kadar air optimum (w
opt) 35.9 37.5 %
kepadatan kering maksimum (γ
dmaks) 1.29 (12.65) 1.26 (12.33) gr/cm
3(kN/m
3)
MODIFIED COMPACTION (Pemadatan modifikasi) 56x HB MB 5LKadar air optimum (w
opt) 29.6 31.9 %
kepadatan kering maksimum (γ
dmaks) 1.48 (14.47) 1.41 (13.78) gr/cm
3(kN/m
3) Klasifikasi Tanah (AASHTO) A-7-5 A-7-5
Klasifikasi Tanah (USCS) MH MH
Perbandingan hasil uji pemadatan standar untuk kedua lokasi (Tangerang dan Bandung) dapat dilihat pada gambar- gambar di bawah ini.
Gambar 1. Hasil uji pemadatan standar yang menunjukkan perbandingan kadar air untuk lokasi Tangerang dan Bandung
Gambar 2. Hasil uji pemadatan standar yang menunjukkan perbandingan kepadatan kering untuk lokasi Tangerangdan Bandung
Gambar 3. Hasil perbandingan uji CBR (penetrasi piston 2.5mm) dengan kondisi tanah dipadatkan menurut pemadatan standar untuk lokasi Tangerang dan Bandung
Gambar 4. Hasil perbandingan uji CBR (penetrasi piston 5mm) dengan kondisi tanah dipadatkan menurut pemadatan standar untuk lokasi Tangerang dan Bandung
Perbandingan hasil uji pemadatan modifikasi untuk kedua lokasi (Tangerang dan Bandung) dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.
Gambar 5. Hasil uji pemadatan modifikasi yang menunjukkan perbandingan kadar air untuk lokasi Tangerang dan Bandung
Gambar 6. Hasil uji pemadatan modifikasi yang menunjukkan perbandingan kepadatan kering untuk lokasi Tangerang dan Bandung
Gambar 7. Hasil perbandingan uji CBR (penetrasi piston 2.5mm) dengan kondisi tanah dipadatkan secara pemadatan modifikasi untuk lokasi Tangerang dan Bandung
Gambar 8. Hasil perbandingan uji CBR (penetrasi piston 5mm) dengan kondisi tanah dipadatkan secara pemadatan modifikasi untuk lokasi Tangerang dan Bandung
Dari hasil perbandingan penggunaan alat manual dan otomatis dapat dianalisis hal-hal berikut:
(1) Spesifikasi alat yang digunakan antara pemadatan manual dan otomatis sama, baik untuk berat hammer maupun tinggi jatuh.
(2) Untuk urutan titik pemadatan ada perbedaan dimana untuk manual dan otomatis. Pada uji otomatis terkendala dengan ketidakkonsistenan urutan penumbukannya.
(3) Untuk kadar air, pada pengujian pemadatan metode standar dan modifikasi, nilai kadar air untuk pengujian standar dan modifikasi relatif hampir sama nilainya terlihat dari titik-titik yang hampir berimpit dan pada umumnya titik-titik nilai kadar air berada pada garis diagonal (Gambar 1.). Hal yang sama juga diperlihatkan pada uji pemadatan modifikasi (Gambar 5.).
(4) Untuk berat isi kering tanah dari kedua daerah yang diuji memperlihatkan bahwa tanah Tangerang berat isi kering pada uji otomatis sedikit lebih rendah daripada uji secara manual. Hal ini dapat dilihat titik-titik berada di bawah garis diagonal. Sedangkan pada tanah Bandung berat isi kering pada nilai yang lebih rendah memperlihatkan nilai yang sedikit lebih tinggi untuk uji otomatis, tetapi ketika nilai berat isi kering tinggi, maka nilai berat isi kering untuk uji manual nilainya menjadi lebih tinggi (Gambar 2.). Sedangkan pada uji pemadatan modifikasi berat isi kering cenderung hampir sama dan sedikit lebih tinggi untuk uji pemadatan modifikasi dengan alat otomatis (Gambar 6.).
(5) Untuk uji CBR penggunaan alat manual dan otomatis, baik pada pengujian standar dan modifikasi belum dapat memperlihatkan hasil yang saling mendukung satu sama lain, hal ini terlihat dari titik-titik nilai CBR yang menyebar di sekitar garis diagonal pada Gambar 3, 4, 7 dan 8. Ini memperlihatkan bahwa dengan penggunaan alat otomatis perlu kewaspadaan akan hasil yang kurang tepat. Secara umum jika memperhatikan sebaran titik- titik perbandingan Gambar 3, 4, 7, 8 maka terlihat kecenderungan nilai CBR sedikit lebih tinggi pada uji secara manual. Secara umum masih agak sulit membuat korelasi dengan data yang masih sangat terbatas ini.
Penambahan titik-titik perbandingan akan sengat perlu untuk mendapatkan rumus empiris korelasi yang mengkaitkan alat manual dan otomatis
6.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan hal-hal berikut:
(1) Penggunaan alat uji manual dan otomatis memerlukan kecermatan dalam pengoperasiannya, karena hasil yang diperoleh tidak sama.
(2) Pada pemeriksaan kadar air untuk kedua jenis alat tersebut, relatis nilai kadar air yang diperoleh pada uji pemadatan standar dan modifikasi dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang mencolok.
(3) Pada uji kepadatan isi kering hasil yang diperoleh sedikit berbeda, untuk uji secara manual sedikit menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada uji secara manual.
(4) Untuk uji CBR penggunaan alat manual dan otomatis, baik pada pengujian standar dan otomatis belum dapat memperlihatkan hasil yang saling mendukung satu sama lain. Secara umum jika memperhatikan sebaran titik- titik perbandingan pada penelitian ini maka terlihat kecenderungan nilai CBR sedikit lebih tinggi pada uji secara manual.
UCAPAN TERIMA KASIH
Makalah ini merupakan bagian dari penelitian yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah (LPPI) Universitas Tarumanagara tahun 2016, 2017. Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan institusi tersebut sehingga penelitian dan makalah ini dapat tersusun.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of State Highway and Transportation Organization (AASHTO), (2011). Standard Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, WashingtonD.C.
American Society for Testing and Materials (ASTM), (2009). Soil and Rock (I), Vol. 04.08, Pennsylvania, USA.
Mid Atlantic Region Technician Certification Program (MARTCP)(diunduh 2016). Test Descriptions, Soil and Aggregate Compaction, Chapter 1, http://www.roads.maryland.gov/ omt/sacompaction.pdf)
Prihatiningsih, A., Gregorius S. Sentosa, Djunaedi Kosasih (2013). Pengumpulan Data Awal untuk Pembuatan Database Karakteristik Material Tanah Dasar, Penelitian Hibah kompetisi Dikti, Universitas Tarumanagara, Jakarta
Prihatiningsih, A., Gregorius S. Sentosa, Djunaedi Kosasih (2016, 1). Pengaruh Ukuran Butir Tanah Dan Kondisi Pemadatan Terhadap Nilai CBR Pada Pengujian Di Laboratorium, Prosiding Konteks 10, Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, hal. 629-636.
Prihatiningsih, A., Gregorius S. Sentosa, Djunaedi Kosasih (2016, 2). Analisis Konsistensi Kualitas Uji Kepadatan Tanah dan CBR di Laboratorium Menggunakan Alat Uji Manual dan Otomatis, Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing, LPPI-UNTAR, Jakarta.
Sentosa, Gregorius, S., Djunaedi Kosasih, Aniek Prihatiningsih (2011). Uji Pemadatan dan Pembuatan Rumpun Kurva Rancangan Database Karakteristik Material Tahan Dasar, Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Walker, C. (2010). Automated Soil Compaction Machine for the Preparation of California Bearing Ratio and Proctoe Specimen, Dissertation for Fulfilment Bachelor Degree, University of Southern Queensland, Australia.