• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN INVENTARISASI LAPANGAN

BAB 3 PELAKSANAAN KEGIATAN

B. PELAKSANAAN INVENTARISASI LAPANGAN

Memuat gambar peta pemandangan dengan informasi lokasi areal KPH di dukunng dengan informasi tambahan berupa sungai dan anak sungai, batas provinsi, ibukota provinsi dan kota kabupaten.

2. KATA PENGANTAR

Memuat tentang maksud dilaksanakan inventarisasi, selain itu diuraikan dasar pelaksanaan, instansi pelaksana, pelaksana survei, tanggal pelaksana, sumber anggaran, luas, dan nama lokasi.

3. RINGKASAN

Memuat tentang dasar pelaksanaan, letak dan lokasi, dasar peta yang digunakan berupa peta kawasan dan perairan, peta penutupan, kondisi topografi, metode penarikan contoh dan studi pustaka.

4. DAFTAR ISI

Memuat daftar indeks judul bab dan sub judul dengan nomor halaman, si laporan hasil inventarisasi.

5. DAFTAR TABEL

Memuat daftar indeks yang terdaftar dalam laporan hasil inventarisasi.

6. DAFTAR GAMBAR

Memuat daftar indeks tentang gambar gambar yang terdapat laporan hasil iventarisasi.

7. DAFTAR LAMPIRAN

Memuat daftar index lampiran-lampiran baik peta maupun daiam pelaksaan inventarisasi.

8. SUSUNAN TIM

Memuat susunan tim terdiri atas pembina dan pelaksana terdiri dari ketua tim dan anggota.

9 . PENDAHULUAN

Memuat laporan secara singkat tentang latar belakang, serta maksud dan tujuan diadakaannya kegiatan inventarisasi, landasan hukumnya, lingkup kegiatan dan lokasinya serta sumber dana pembiayaaan kegiatan.

10. METODOLOGI

Memuat tentang metode survei, pelaksanaan serta pengolahan dan analisa tegakan.

11. KEADAAN UMUM WILAYAH

Memuat tentang letal dan luas areal KPH, keadaan hutan, topografi, geologi, tanah, iklim dan bentang alam spesifik berkaitan dengan areal yang diinventarisasi.

12. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

Memuat tentang sosial ekonomi budaya masyarakat didalam dan disekitar area yang diinventarisasi.

13. KEADAAN HUTAN

Memuat tentang tipe hutan, vegetasi, massa tegakan, permudaan dan flora dari hash kegiatan inventarisasi.

14. PENGELOLAAN HUTAN

Memuat tentang aspek kondisi areal, aspek potensi, aspek mekanis dan aspek sosial ekonomi sebagai dasar masukan dan pertimbangan bagi pimpinan dalam rangka pengelolaan areal

15. KESIMPULAN DAN SARAN

Memuat pokok- pokok hasil inventarisasi meliputi penutupan lahan areal yang diinventarisasi, fungsi areal, potensi tegakan rata-rata, sebaran jenis dan pemudaannya serta saran masukan dalam upaya peran serta masyarakat dalam membangun hutan melalui pendidikan dan pelatihan masyarakat dalam bidang kehutanan.

16. DAFTAR PUSTAKA

Memuat pustaka / litelatur yang digunakan sebagai bahan pelengkap / pendukung dalam membahas hasil diinventarisasi

17. LAMPIRAN -LAMPIRAN

Berisi data penunjano antara lain peta peta, daftar potensi hasil pengolahan daftar nama pohon/jenis, serta data/informasi lainnya yang berkaitan dengan hasil inventarisasi.

PELAPORAN

48

NA TIO NAL F ORE ST INV EN TOR Y OF IND ON ESI A

PERMANENT PLOT A CRUE NUMBER OF CLUSTER

HECTAR A P LO T

RECO RD UNIT

SEKT OR D EGREES

PARTITION

CON TROL

RECO RD TYP E

PRO VINCE

LAND S YSTEM

ALTITUT LAND CA TEGORY

FORES T TYP E

STAND C OND ITIO N

YEAR OF L OGIN G

TERRAIN SLO PE

ASP EC

TREES AND POLES CREW NU MBER

MONTH YEAR

ZONE: 0.1 m

DIS TAN CE TO S ECMENT

LAR GE PAR T

SMALL P ART

6 X 6 M SQUARES

W-EN-5 12345678910111213141516171819202122232425 2009147 258 36913141516 9101112 5678 1234

Enumerator ChecketSHEET 1 OF 1

RECO RD TYP E

CO NSEC NU MBER

SPECIES C OD E

DBR

of D 0.2 m AD DAMA GE

BUT TRES HEIGHT D 2.2 m AB

BO LE HEIGHT

TREE HEIGHT GRAD E

DIVES TATI ON

TREE CLA SS

CRO WN CLA SS

CRO WN POSITI ON

READING FOR BUTTRESS D2 & AB

AZIMUT TO TREE HO RIZONT D ISTAN

CE TO TREE

5 m 5 - 19.9 cmBOLE AND TREE HEIGHTBUTTRESS AND DIAMETERS ABOVE D0 & AB 25 X 25 m 20+ cm

FOR DIS

TAN CE

HEIGH O

F BASE

PER CENT BASE

CRO

WN POINT

TO P OF TREE

FOR DIS

TAN CE

PER CENT BASE

BUT TREES

FULL BARS 1/4 BARS 1/2 BARS FULL BARS 4 BARS

0.1 Cm0.01 Cm0.1 Cm0.1 Cm0.1 Cm

0.1 Cm CR0.1 Cm0.1 Cm0.1 Cm0.1 Cm0.5 CmOWN NAME OF SPECIES11121314151617181920212223242526 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

NA TIO NAL F ORE ST INV EN TOR Y OF IND ON ESI A

PERMANENT PLOT B CRUE NUMBER OF CLUSTER

HECTAR A P LO T

RECO RD UNIT

SEKT OR D EGREES

PARTITION

CON TROL

RECO RD TYP E

NUMBER OF RECORD

DEPTH O F PEA TH

DEPTH O FRU MUS

SOIL PARAMETER

CRW NU MBER

MONTH YEAR

ZONE:

DEPTH OF SOIL (CM)

SLO PE POS ITIO N

10 M30 M50 M

DIS TAN CE TO S

EC- MENT

LAR GE PAR T

SMALL P ART

5 X 5 M SQUARES SEED LING

SAPLIN G

RAT TAN 2.9 M

RAT TAN 3 + M

BAMB OO

TEXTURE CO LOU R

STO NES

TEXTURE CO LOU R

STO NES

TEXTURE CO LOU R

STO NES

W-EN-50.1 mCmCm 12345678910111213141516171819202122232425262728293031 2009 r 1 m TREE SEEDLING r 2 m TREE SAMPLING r 5 m RATTAN 2.0 Cm r 10 m RATTAN 3+Cm

RECO RD TYP E

CO NSEC NU MBER

SPECIES C OD E

SEED LING

SAMPLIN G

RAT TAN 2.9 M STEMS

RATTAN 3+M a SINGGLE c CLUSTER r 10 m BAMBOO

RECO RD TYP E

CNSEC NU MBER

SPECIES C OD E

NO. OF CLUMBS

AZIMUT TO B AMBO O

HO R. D ISTAN CE BAMB OO

D MAX D MIN

D AVER AGE

C AVER AGE

HEIGH O F BAS E

PER CENT BAS E

CRO WN POINT

TO P OF TREE

0.1 Mm NAME OF SPECIESCOUNT1112131415161718192021NAME OF SPECIES111213141516171819 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

PELAPORAN

50

Petunjuk Teknis

Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat

di Dalam/Sekitar Kawasan Hutan/Kesatuan

Pengelolaan Hutan (Penyempurnaan)

Penyempurnaan Petunjuk Teknis Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di dalam/sekita kawasan hutan/KPH, disusun dalam rangka menyempurnakan petunjuk teknis yang telah ada yang disusun pada tahun 2006. Tujuannya adalah untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan kegiatan di lapangan dan penyusunan laporan serta analisis hasil kegiatan sehingga dapat mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan.

Selain dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan, perubahan-perubahan yang dilakukan anara lain uraian dalam daftar pertanyaan (kuisioner) untuk responden dan analisa hasil dimana pada petunjuk teknis terdahulu menggunakan metode SWOT yang menurut pelaksana sulit difahami, sedangkan saat ini menggunakan metode kualititatif dan kualitatif yang lebih praktis dan dapat mengenani sasaran.

Kepada semua pihak yang telah memberikan sumbagan tenaga dan fikiran guna menyempurnakan petunjuk teknis ini diucapkan terimakasih.

KATA PENGANTAR

A. LATAR BELAKANG

Sumber daya hutan merupakan kekayaan alam yang sangat berharga, sehingga harus dikelola secara bijaksana agar lestari dan dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia terutama yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan.

Pengelolaan kawasan hutan idealnya tidak dapat dipisahkan dari permasalahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan. Sejak jaman kerajaan dan jaman penjajahan masyarakat Indonesia dengan arif dan bijaksana mengurus dan menjaga kawasan hutan, hal ini karena kawasan hutan merupakan sumber mata pencaharian guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Permasalahan utama yang dihadapi dalam mengelola sumberdaya hutan salah satunya adalah permasalahan sosial-ekonomi, budaya masyarakat desa di dalam/sekitar hutan seperti: perambahan kawasan, peladangan berpindah, klaim okupasi berupa desa/pemukiman, klaim sebagai lahan adat dan sebagainya.

Untuk mengelola hutan tanpa mengabaikan hak-hak masyarakat di sekitarnya, maka pengelolaan sumberdaya hutan sebaiknya dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan. Masyarakat harus secara aktif ikut serta dalam perencanaan, pengelolaan dan pengawasan kawasan hutan, yang selanjutnya dapat ikut serta menikmati hasilnya.

Keberhasilan dalam mengatasi permasalahan sosial ekonomi, dan budaya masyarakat merupakan salah satu indikasi keberhasilan pengelolaan sumberdaya hutan lestari.

Oleh sebab itu dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan, terutama untuk areal KPH Model, perlu dilakukan kegiatan inventarisasi pemukiman masyarakat di dalam/sekitar kawasan

hutan beserta sosial ekonomi, budaya dan kelembagaan desa.

Data dan informasi hasil kegiatan inventarisasi sosial budaya dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan pembangunan kehutanan berbasis masyarakat. Namun disadari bahwa masyarakat seringkali kurang respon, masa bodoh atau menolak secara tidak langsung atas program yang datang dari luar, karena pada umumnya mereka tidak mengetahui apa tujuan dan apa yang ingin dicapai oleh program tersebut. Oleh karena itu, validitas data/informasi yang diperoreh melalui kegiatan inventarisasi sosial budaya akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan fasilitator, metoda inventarisasi yang digunakan, serta keterwakilan wakil-wakil kelompok masyarakat pedesaan yang dipilihnya. Selain itu, perilaku dan sikap orang luar yang datang sebagai fasilitator sangatlah rawan, karena itu harus rileks dan tidak tergesa- gesa, mampu menunjukkan rasa hormat, berperan sebagai fasilitator dan memiliki kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri (Robert Chambers, 1992).

Metoda inventarisasi menggunakan gabungan antara kualitatif dan kuantitatif, tujuannya adalah untuk meminimalkan bias dan mempertajam data dan informasi yang dikumpulkan sehingga mempermudah analisa data guna lebih memantapkan hasil inventarisasi sebagaimana yang diharapkan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud disusunnya petunjuk teknis inventarisasi sosial budaya masyarakat adalah:

1. Memberikan arahan teknis pelaksanaan Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH sampai pada tingkat lapangan.

2. Menyempurnakan Petunjuk teknis yang telah ada disesuaikan dengan kondisi dan kebijakan terkini.

BAB 1

PENDAHULUAN

3. Menyamakan persepsi tentang pelaksanaan inventarisasi sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH.

4. Menyempurnakan petunjuk teknis yang sudah ada sebelumnya (tahun 2006).

Adapun tujuan dari Inventarisasi Sosial Budaya ini adalah untuk menyamakan persepsi para pelaksana di lapangan dan memenuhi kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan.

C. PENGERTIAN

Istilah-istilah yang perlu diketahui dalam Petunjuk Teknis ini adalah sebagai berikut.

1. Sejarah desa adalah sejarah masyarakat yang bermukim bdi suatu lokasi tertentu berdasarkan penelusuran masyarakat sendiri.

2. Hutan masyarakat adalah hutan yang secara administratif dimiliki oleh sekelompok masyarakat ataupun inividual dan pada umumnya terletak di luar kawasan hutan dan termasuk ke dalam suatu wilayah desa.

3. Institusi/lembaga/pranata adalah organisasi- organisasi yang berisi manusia-manusia yang para anggotanya sama-sama punya komitmen tertentu.

Institusi adalah entitas-entitas luas atau berskala besar yang dimaksudkan untuk melayani kepentingan tertentu atau mengatasi masalah-masalah sosial tertentu. Bentuknya bisa berupa organisasi, kelompok sosial kemasyarakatan atau praktek tertentu yang berulangulang yang menuntut komitmen anggota. Di dalamnya ada aturanaturan baku yang menyangkut prosedur dan bentuk- bentuk artikulasi hubungan dan kepentingan, baik secara formal (berdasarkan peraturan hukum yang diundangkan) atau informasl, yaitu berdasarkan pada norma-norma sosial yang ada atau melalui tradisi tertentu.

4. Pemangku kepentingan (stakeholder) adalah kelompok dalam masyarakat yang

sangat berpengaruh atau dipengaruhi oleh persoalannya.

5. Kekuatan (power) adalah kemampuan untuk memenangkan kepentingannya dengan menggunakan kekuatan ekonomi dan keuangan, politik, fisik dan daya paksa, informsi dan komunikasi yang dimiliki.

6. Kepentingan (interest) adalah mengindikasikan tinggi rendahnya dampak yang mungkin timbul dari situasi atau proyek terhadap kepentingan para pemangku kepentingan.

7. Legitimasi/keabsahan adalah pengakuan dari pihak lain atas status, respect/penghargaan, dan klaim (yang bisa diaplikasikan pada situasi tertentu) yang ada pada suatu pemangku kepentingan.

D. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Mengenai kultur dan adat istiadat bisa di hasilkan melalu wawancara pada saat pelaksanaan dan dari pustaka yang tersedia.

Persiapan lainnya adalah melengkapi berbagai alat bantu yang diperlukan di lapangan seperti daftar pertanyaan, buku catatan, kertas flipchart, spidol, penggaris, dan lain-lain.

2. Inventarisasi/survei lapangan

Sebelum melakukan kegiatan inventarisasi/

survei tingkat lapangan/desa, perlu dilakukan konsultasi dan koordinasi dengan BPKH setempat dan instansi terkait pada tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan. Pada tingkat Kabupaten/Kota konsultasi diarahkan pada instansi Daerah (Dinas Kehutanan, Dinas Transmigrasi, Dinas PU, dll), dan UPT yaitu Balai Taman Nasional, Tahura, dan lain-lain. Sedangkan pada tingkat Kecamatan akan diperoleh data dan informasi awal tentang kondisi desa yang menjadi sasaran kegiatan.

Pada tingkat Desa, Tim terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan aparat Desa dan tokoh masyarakat/tokoh adat setempat menjelaskan tentang maksud dan tujuan kegiatan inventarisasi. Selanjutnya melakukan penentuan narasumber (tokoh masyarakat/adat), responden (anggota masyarakat), pemilihan tempat dan waktu pelaksanaan pengumpulan data dan informasi.

3. Analisis data

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan antara lain sebagai berikut:

1. Sejarah desa, pemukiman dan tata guna lahan di wilayah desa (sebelum dan sesudah penetapan status kawasan hutan)

2. Sistem dan struktur masyarakat

Data-data yang diukumpulkan terkait dengan gambaran umum lokasi kegiatan inventarisasi antara lain kondisi tanah, topografi, iklim, kependudukan, sarana prasarana (transportasi, perhubungan, perekonomian/ perdagangan, pendidikan, kesehatan, penerangan, air bersih,

dll). Disamping itu perlu dilakukan peninjauan lapangan (kawasan hutan/KPH) guna melihat bagaimana kondisi hutan di sekitar pemukiman dan sejauhmana/bagaimana interakasi antara masyarakat dengan kawasan hutan, serta kemungkinan adanya ancaman/tekanan terhadap kawasan hutan mapun peluang-peluang berupa dukungan masyarakat terhadap keberadaan kawasan hutan.

Data dan informasi tersebut di atas selanjutnya ditabulasi dan di analisis dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

4. Penyusunan laporan

Secara umum laporan hasil inventarisasi sosial budaya masyarakat menguraikan tentang hasil- hasil kegiatan yang telah diperoleh pada tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta tingkat Desa dan lapangan. Penyusunan laporan di bagi dalam Bab atau Sub Bab guna mempermudah pengungkapan data/informasi dan kasus secara logis, sebagai berikut:

1. Kronologis: urutan Bab atau Sub Bab disusun berdasarkan batasan urutan waktu misalnya:

sebelum penetapan status kawasan hutan, sesudah penetapan status kawasan hutan, dan seterusnya, atau berdasarkan tingkatan posisi misalnya: desa, kecamatan, dan seterusnya.

2. Topikal: urutan Bab atau Sub Bab disusun berdasarkan subyek inventarisasi. Setiap subyek/topik menjadi unit sasaran deskripsi dan analisis, misalnya: sosial ekonomi, kelembagaan, dan seterusnya.

3. Spasial: urutan Bab atau Sub Bab disusun berdasarkan kaitan fisik, baik secara geografis maupun spasi/ruang.

4. Institusional: urutan Bab atau Sub Bab disusun berdasarkan type-type organisasi seperti organisasi sosial, bisnis, ekologis, dan lain-lain.

Pendekatan ini juga memerlukan investigasi tentang metoda kerja, permasalahan, pembiayaan, dan karakteristik lainnya dari berbagai komponen organisasi atau institusi.

5. Logika: urutan Bab atau Sub Bab disusun berdasarkan urutan logis atau dalam tahapan, misalnya dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, dari yang sifatnya umum ke yang sifatnya khusus, atau sebaliknya.

6. Sebab dan Akibat: pendekatan digunakan untuk jenis kegiatan eksperimen, seperti:

uraian tentang hipotesis, pengujian variabel, deskripsi tentang efeknya.

7. Kombinasi sistem: urutan Bab atau Sub Bab disusun berdasarkan kombinasi dua atau lebih pendekatan.

PENDAHULUAN

58

A. PEMILIHAN LOKASI

Kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan unit sampel yaitu wilayah desa di sekitar KPH.

Idealnya seluruh desa yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH menjadi obyek kegiatan inventarisasi, hal ini karena desa/pemukiman tersebut akan berpengaruh terhadap kelestarian KPH, atau bahkan KPH akan mempengaruhi eksistensi desa yang ada. Selain hal tersebut di atas, pada umumnya desa tersebut biasanya memiliki adat istiadat, tradisi, kebiasaan dan cara memenuhi kebutuhan hidup yang berbeda yang akan mempengruhi keberlanjutan pengelolaan KPH di masa yang akan datang. Untuk menanggulangi ketersediaan dana dan SDM yang ada, maka pemilihan lokasi desa sekitar KPH di tentukan 4 (empat) lokasi, walaupun secara ideal pengambilan sample tersebut adalah sejumlah 10 % dari seluruh jumlah desa yang ada di sekitar KPH.. Pemilihan lokasi tetap dilakukan secara purposive sampling, yaitu desa yang terletak di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH yang diharapkan dapat mewakili beberapa desa di sekitarnya yang memiliki karakateristik hampir sama.

Beberapa pertimbangan dalam penentuan desa sasaran kegiatan inventarisasi adalah fungsi hutan, sosial budaya, administratif dan kondisi hutan, sebagai berikut:

1. Pertimbangan kompleksitas interaksi antara desa dan KPH yang telah di tetapkan sebagai KPH. Bisa dimungkinkan bahwa jumlah desa sekitar suatu KPH sedikit namun memiliki kompleksitas yang lebih rumit dibandingkan suatu KPH yang di sekitarnya terdapat jumlah desa yang lebih banyak. Kompleksitas ini dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat (agama), tradisi, politik lokal, tingkat kepercayaan masyarakat pada struktur pemerintah, mulai pd tingkat

lokal sampai dengan nasional, sejarah desa, ekonomi mikro, serta peluang kerja

2. Pertimbangan sosial budaya, yaitu sampel desa yang didasarkan pada asal usul etnis sebagai masyarakat pendatang (minoritas) atau masyarakat lokal (mayoritas). Disamping itu perlu dipertimbangkan halhal yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat yaitu tingginya intensitas interaksi masyarakat dengan kawasan hutan atau ketergantungan/

tekanan masyarakat terhadap kawasan hutan, jarak desa/pemukiman dengan kawasan hutan dan aksesibilitas dari desa menuju kawasan hutan.

3. Pertimbangan administratif, yaitu sampel desa yang didasarkan pada letak administratif provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan.

Digunakan untuk memahami kebijakan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/ kota/

kecamatan.

4. Kondisi hutan, lokasi desa sampel berdasarkan pemantauan hutan menggunakan citra satelit.

Pada tahap ini dapat diketahui kondisi penutupan lahan/hutan yang berada di sekitar desa/pemukiman, adanya akses jalan menuju kawasan hutan dan untuk memperhitungkan jarak antara kawasan hutan dengan desa/

pemukiman.

B. JENIS DATA

Jenis data yang dikumpulkan dalam kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat adalah data Primer dan data Sekunder, sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara terhadap nara sumber dan responden, serta pengisian kuesioner, sebagai berikut:

BAB 2

METODA INVENTARISASI

a. Jati diri responden

b. Masyarakat (asal usul masyarakat dan aksesibilitas masyarakat menuju kawasan hutan).

c. Ketergantungan masyarakat dan distribusi manfaat sumber daya hutan (penguasaan lahan, penggunaan lahan, perladangan berpindah, manfaat hutan, akses pemasaran hasil hutan, kegiatan perekonomian yang dikembangkan oleh masyarakat, dan tingkat kesejahteraan masyarakat).

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur yang tersedia pada instansi pemerintah pada tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa maupun pihak swasta, sebagai berikut:

a. Data kependudukan

b. Data perekonomian (mata pencaharian, pola pertanian, hasil hutan, peternakan, kerajinan tangan/industri kecil, sarana prasarana perekonomian dan aksesibiltas ke pusat perekonomian.

c. Data penggunaan lahan dan hak ulayat.

d. Pemanfaatan SDH (pemanfaatan lahan hutan dan pemanfaatan /pemungutan hasil hutan kayu dan non kayu termasuk satwa).

e. Harga hasil pertanian dan kebutuhan pokok dalam setahun.

f. Adat istiadat dan proses sosial di masyarakat.

g. Kelembagaan sosial ekonomi dan budaya yang ada.

h. Pendidikan (tingkat pendidikan dan sarana pendidikan)

i. Kesehatan (jumlah tenaga medis dan sarana prasarana termasuk penyakit yang sering diderita masyarakat).

j. Sarana air bersih, MCK dan penerangan.

k. Sarana transportasi dan perhubungan.

C. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Metode Kualitatif

Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi, untuk menggali sejarah kepemilikan lahan, kebijakan pemberdayaan masyarakat, interaksi masyarakat dengan sumberdaya hutan, konflik kawasan, serta pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat maupun pemerintah. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan 4 teknik pengumpulan data, yaitu (1) studi literatur, (2) observasi, (3) wawancara, dan (4) diskusi terbatas.

1. Studi/data literatur, dilakukan pada persiapan sebelum ke lapangan, pada saat di lapangan, dan kembali dari lapangan. Pengumpulan data pada tahap persiapan sebelum ke lapangan bertujuan agar tim memahami kondisi umum masyarakat dan rencana pembangunan oleh pemerintah daerah.

Data literatur pada saat di lapangan, untuk melengkapi data primer.

Data literatur setelah dari lapangan, untuk memperluas wawasan dalam membuat analisa data lapangan.

Data literatur dikumpulkan pada tingkat provinsi/kabupaten/kota/ kecamatan berupa buku dalam angka, rencana strategis pemerintah provinsi/kabupaten/kota/

kecamatan, monografi desa, dan kebijakan Pemerint ah terhadap pemanfaat an sumberdaya hutan (perundangan, peraturan pemerintah, peraturan daerah).

2. Observasi, dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata mengenai mata pencaharian masyarakat, permukiman, pemanfaatan sumber daya hutan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi kesehatan masyarakat, kondisi pendidikan masyarakat, serta kondisi geografis masyarakat, kondisi kesejahteraan masyarakat dan kondisi infra struktur desa.

METODA INVENTARISASI

60

Untuk mendukung metode observasi perlu dilakukan kegiatan pemotretan sebagai media dokumentasi, dan pengambilan letak geografis yaitu titik koordinat desa dan kawasan hutan.

3. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh keterangan tentang peristiwa yang tidak dapat disaksikan langsung pada saat pelaksanaan kegiatan. Metode ini digunakan untuk memahami sejarah kepemilikan lahan, kebijakan pemberdayaan masyarakat, interaksi masyarakat dengan sumberdaya hutan, konflik kawasan, serta pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat maupun pemerintah.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 2 teknik wawancara, yaitu (1) wawancara cara bebas (open interview), dan (2) wawancara mendalam (depth interview).

a. Teknik wawancara bebas (open interview) dilakukan di kantor desa, warung makan, tempat ibadah, kantor desa, terminal angkutan, ataupun di pasar dengan topik tidak terfokus. Teknik wawancara bebas ini digunakan sebagai komparasi atau cross check data dari informan kunci.

b. Teknik wawancara mendalam (depth interview) dilakukan terhadap informan kunci (key informant) seperti kepala desa, kepala adat, dan tokoh masyarakat yang diwakili oleh guru, tokoh agama atau tokoh pemuda dengan menggunakan pedoman wawancara, dengan jumlah informan di setiap desa sampel sebanyak 5 (lima) orang.

4. Diskusi Terbatas, dilakukan di tingkat desa, untuk memahami interaksi antara masyarakat dengan kawasan hutan, yang mencakup aspek sejarah pemanfaatan dan prospek pengelolaan berdasarkan aspirasi masyarakat. Diskusi dilakukan dengan melibatkan kepala desa, perangkat adat dan tokoh masyarakat/adat.

2. Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat berdasarkan sumber mata pencaharian serta potensi perekonomian masyarakat. Metode kuantitatif juga digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan. Metode pengumpulan data menggunakan kuisoner (daftar isian) dengan sumber informasi adalah responden. Jumlah responden pada masing- masing desa sampel sebanyak 15 (lima belas) orang.

Pemilihan responden didasarkan pada pertimbangan jenis mata pencaharian masyarakat yaitu petani kebun, petani ladang, petani sawah, peternak, pedagang, nelayan, karyawan, dan PNS/

TNI/Polri.

D. ANALISIS DATA

Analisa data dalam kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hal-hal yg perlu di analisis antara lain adalah:

1. Pertambahan penduduk 2. Kebutuhan lahan 3. Tingkat Kesejahteraan 4. Tingkat Pendidikan

5. Kondisi infrastruktur desa (kesehatan, pendidikan, penerangan, air bersih, transportasi, perhubungan, dll)

6. Konflik atau perbedaan pendapat antara masyarakat dengan pemerintah daerah 7. Kondisi politik lokal yang berpengaruh

terhadap masyarakat dan hutan

8. Peluang/dukungan terhadap kawasan hutan.

Dokumen terkait