Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012,
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Salah satu kegiatan penting dan strategis dalam pelaksanaan pengelolaan hutan adalah kegiatan pengelolaan hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan di KPHL dan PKSHP sudah menjadi tanggung jawab bersama antara Pusat dan Daerah.
AZAS DAN PRINSIP
Sedangkan Pasal 10 ayat (4) menyatakan bahwa unit Eselon I yang bertanggung jawab terhadap perencanaan pengelolaan hutan melakukan pengawasan dan fasilitasi penyusunan rencana pengelolaan hutan di KPHL dan KPHP. Petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan hutan dan penyusunan rencana pengelolaan ini merupakan penjelasan lebih rinci mengenai salah satu kegiatan pengelolaan hutan pada wilayah KPHL dan KPHP yang diamanatkan dalam Permenhut P.6/Menhut-II/2010 sebagaimana disebutkan di atas.
PENGERTIAN
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan tingkat strategis untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama masa pengembangan KPHL dan KPHP. Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi yang selanjutnya disebut KPHK adalah KPH yang seluruh atau sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan konservasi.
MAKSUD DAN TUJUAN
Resor Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam kawasan KPHL dan KPHP yang merupakan bagian dari kawasan KPHL dan KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resor KPHL dan KPHP serta bertanggung jawab kepada Kepala KPHL dan KPHP. Blok pengelolaan pada kawasan KPHL dan KPHP merupakan bagian dari kawasan KPHL dan KPHP yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan.
RUANG LINGKUP
Rencana pengelolaan hutan jangka pendek disusun oleh tim kerja yang terdiri dari Ketua KPHL dan KPHP. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan selama penyusunan rencana.
TATA HUTAN
UMUM
Tim pelaksana terdiri dari personel KPHL atau KPHP dan apabila personel KPHL dan KPHP tidak mencukupi, tim pelaksana dapat dibantu oleh BPKH dan/atau instansi yang bertanggung jawab di bidang kehutanan. Tim pelaksana terdiri dari personel KPHL dan KPHP, BPKH serta instansi yang bertanggung jawab di bidang kehutanan di provinsi atau kabupaten/kota.
INVENTARISASI HUTAN
Data perizinan di wilayah operasi KPHL dan KPHP yaitu izin usaha pemanfaatan hutan dan pemanfaatan kawasan hutan, meliputi: IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK RE, izin pinjam pakai kawasan hutan (meliputi: pertambangan, minyak bumi, jalan, waduk, dll). Cara dan pelaksanaan inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya mengikuti petunjuk teknis yang akan diatur tersendiri.
PEMBAGIAN BLOK DAN PETAK
Kawasan lindung hutan alam dan gambut (dalam RKTN/.RKTP/RKTK) menjadi acuan pertama dalam perancangan blok, dapat berupa blok lindung atau blok pemanfaatan lahan, jasa lingkungan dan HHBK atau blok khusus pada HP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. terhadap potensi yang ada. Kawasan Hutan Pemanfaatan Hutan Kecil (dalam RKTN/RKTP/..RKTK) menjadi acuan pertama dalam perancangan blok yang dapat berupa Blok Lindung atau Blok Pemanfaatan Lahan, Jasa Lingkungan dan HHBK atau Blok Pemanfaatan HHK-HT atau Blok Pemberdayaan Masyarakat. atau Blokir Khususnya pada Handphone sesuai dengan potensi yang ada.
PENATAAN BATAS BLOK DAN PETAK
Pelaksanaan pembagian bidang tanah dilakukan setelah penetapan blok-blok dan memperhatikan kondisi pemanfaatan hutan dan pemanfaatan kawasan hutan dalam wilayah KPH. Pada blok-blok dalam kawasan KPH yang terdapat izin pengusahaan dan pemanfaatan kawasan hutan, pembagian bidang tanah dilakukan oleh pemegang izin.
PEMETAAN
Rencana pengelolaan hutan jangka panjang disusun oleh Ketua KPHL dan KPHP serta dibantu oleh tim kerja yang dibentuk oleh Ketua KPHL atau KPHP. Rencana pengelolaan hutan jangka panjang disusun oleh Kepala KPHL dan KPHP serta dibantu oleh tim kerja yang dibentuk oleh Kepala BPKH.
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
Rencana pengelolaan hutan disusun berdasarkan hasil pengelolaan hutan dan mengacu pada rencana nasional/provinsi/kabupaten/kehutanan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun oleh Kepala KPHL dan KPHP, ditinjau oleh Gubernur/Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota dan disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK
Berdasarkan hasil pengolahan data, disusunlah rencana pengelolaan hutan jangka pendek yang memuat isi rencana pengelolaan hutan jangka pendek sebagaimana diuraikan pada butir A.2.d. Rancangan rencana pengelolaan hutan jangka pendek yang disusun oleh tim kerja kemudian dibahas dengan melibatkan lembaga terkait untuk mendapatkan perbaikan dan penyempurnaan.
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
- Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan pada Wilayah KPHL dan KPHP
Tim kerja bertanggung jawab kepada Ketua BPKH dan hasilnya diserahkan kepada pimpinan KPHL dan KPHP. Untuk Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang, revisi dilakukan oleh pemegang KPHL dan KPHP termasuk pihak-pihak yang berkepentingan dan disampaikan kepada Menteri Kehutanan atau pejabat yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan penggunaan kawasan hutan.
MAKSUD DAN TUJUAN
Untuk melaksanakan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, seluruh kawasan hutan di Indonesia dibagi menjadi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang pembentukannya didasarkan pada kriteria keselamatan dan kelayakan (ekologi, pengembangan kelembagaan, dan pemanfaatan hutan) suatu hutan. wilayah manajemen. Suatu kawasan KPH dapat mencakup lebih dari satu fungsi kawasan hutan pokok yang selanjutnya penetapannya didasarkan pada luasan fungsi hutan yang dominan, sehingga dalam hal ini terdapat tiga jenis kawasan pengelolaan hutan kesatuan yaitu KPH Lindung (KPHL), KPH Produksi (KPHP) dan KPH Konservasi (KPHK). Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma dan Kriteria Baku Tata Cara Pengelolaan Hutan di KPHL dan KPHP, setiap wilayah KPH wajib melaksanakan kegiatan inventarisasi hutan, guna menertibkan hutan. untuk menyamakan persepsi dan menyeragamkan pelaksanaan kegiatan bagi pengguna, perlu adanya instruksi Inventarisasi Hutan Kawasan KPH.
RUANG LINGKUP
Untuk mencari dan memperoleh data dan informasi terkait potensi, karakteristik, bentang alam, kondisi sosial ekonomi dan informasi lainnya di suatu kawasan NPSH, dilakukan kegiatan inventarisasi hutan. Kegiatan ini dilakukan melalui survei dan merupakan kegiatan awal dalam pengelolaan kawasan KPHL dan KPHP yang hasilnya dapat digunakan antara lain sebagai dasar peruntukan blok dan kavling serta penyusunan rencana pengelolaan. .
DASAR PENYELENGGARAAN
PENGERTIAN DAN BATASAN
Memberikan arahan teknis pelaksanaan Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di/sekitar kawasan hutan/KPH ke lapangan. INVENTARISASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI DALAM/SEKITAR KAWASAN HUTAN (narasumber: Aparat desa dan tokoh masyarakat).
METODOLOGI
PELAKSANAAN
Penyesuaian desain blok pada rentang KPHL dan KPHP dengan petunjuk penggunaan pada RKTN/RKTP/RKTK. Uraian mengenai “kelas hutan” akan dijadikan acuan dalam menentukan “kelas usaha” suatu KPHL dan KPHP dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan.
ANALISIS DAN TEGAKAN
Penyelesaian petunjuk teknis sensus sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH, disusun dengan tujuan untuk menyempurnakan petunjuk teknis yang sudah ada, yang disusun pada tahun 2006. RUANG LINGKUP KEGIATAN Tahapan kegiatan sensus sosial budaya Tahapan kegiatan sensus sosial budaya masyarakat di/ sekitar kawasan hutan/. Berisi uraian singkat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, tingkat kegiatan serta hasil yang dicapai dalam kegiatan sensus sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH.
PERSIAPAN
SEBELUM KE LAPANGAN
Untuk melaksanakan pekerjaan inventarisasi, harus disiapkan bahan-bahan administrasi, termasuk surat menyurat dan anggaran. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan inventarisasi adalah 7 hari dengan rincian 4 hari pengukuran di lapangan, 1 hari pemindahan petak dan 2 hari untuk mencapai lokasi di lapangan. Mengumpulkan data dan informasi mengenai lokasi dan pelaksanaan kegiatan seperti aksesibilitas, keamanan, ketersediaan tenaga kerja di sekitar lokasi, sarana dan prasarana.
PERENCANAAN
MENUJU LOKASI PLOT AWAL RENDOM
Laporan hasil inventarisasi sosial budaya masyarakat disusun dan dianalisis sebagai bahan pertimbangan perencanaan pengelolaan kawasan hutan/kesatuan pengelolaan hutan berbasis masyarakat (CBU). Uraian hasil inventarisasi aspek-aspek utama, disusun secara kronologis untuk memudahkan pengungkapan secara logis kondisi sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH. KPH diharapkan dapat memberikan data mengenai aspek sosial budaya masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan/KPH di masa yang akan datang.
PELAPORAN
FORMAT LAPORAN
URAIAN FORMAT LAPORAN
- Petunjuk Teknis Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam/Sekitar
Pengelolaan kawasan hutan idealnya tidak lepas dari permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang tinggal di dalam/sekitar kawasan hutan. Untuk mengelola hutan tanpa mengabaikan hak-hak masyarakat sekitar, maka pengelolaan sumber daya hutan harus dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan. Data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan inventarisasi sosial budaya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan kehutanan berbasis masyarakat.
RUANG LINGKUP KEGIATAN
Jenis dan sumber konflik apa saja yang terjadi antara masyarakat dengan pihak lain yang beroperasi di kawasan hutan? Kesepakatan yang dikeluarkan oleh masyarakat dan pihak lain untuk mencegah konflik penggunaan kawasan hutan. Berdasarkan aspirasi Anda, sistem pengelolaan hutan manakah yang paling cocok diterapkan di kawasan hutan tersebut.
METODA INVENTARISASI
PEMILIHAN LOKASI
Pemilihan lokasi tetap dilakukan melalui purposive sampling, yaitu desa-desa yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH yang diharapkan dapat mewakili beberapa desa disekitarnya yang memiliki karakteristik hampir serupa. Pertimbangan sosial budaya, yaitu sampel desa berdasarkan etnis sebagai komunitas pendatang (minoritas) atau komunitas lokal (mayoritas). Pertimbangan administratif, yaitu pengambilan sampel desa berdasarkan letak administratif provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan.
JENIS DATA
PENGUMPULAN DATA
Dalam R K T N / R K T P / R K T K dimungkinkan untuk memasuki kawasan perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau ke dalam kawasan rehabilitasi atau kawasan hutan untuk eksploitasi hutan besar atau kecil. Dalam R K T N / R K T P / R K T K dimungkinkan memasuki kawasan rehabilitasi atau kawasan hutan untuk eksploitasi hutan besar atau kecil. Dalam R K T N / R K T P / R K T K dimungkinkan memasuki kawasan rehabilitasi atau kawasan hutan untuk eksploitasi hutan besar atau kecil.
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), adalah kesatuan pengelolaan hutan yang luas seluruhnya atau didominasi oleh kawasan hutan produksi; Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), adalah kesatuan pengelolaan hutan yang seluruh wilayahnya atau didominasi oleh kawasan hutan lindung;
ANALISIS DATA
Untuk menunjang metode observasi perlu dilakukan kegiatan fotografi sebagai media dokumentasi dan mengambil lokasi geografis yaitu koordinat desa dan kawasan hutan. Tim pelaksana kegiatan inventarisasi sosial budaya masyarakat terdiri dari 4 (empat) orang, yaitu 2 (dua) orang dari UPT, 1 (satu) orang dari Dinas Kehutanan Provinsi dan 1 (satu) orang dari Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota. Melayani. Menurut saran Anda, upaya apa yang sebaiknya dilakukan pihak lain untuk mencegah konflik di kawasan hutan?
PELAKSANAAN KEGIATAN
PERSIAPAN
PELAKSANAAN INVENTARISASI LAPANGAN
Sumber daya hutan merupakan sumber daya alam yang sangat berharga sehingga harus dikelola secara bijaksana agar lestari dan dapat bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan. Idealnya, seluruh desa yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan/KPH menjadi sasaran kegiatan inventarisasi, karena desa/permukiman tersebut akan berdampak pada keberlangsungan KPH, atau bahkan KPH akan mempengaruhi keberadaan desa yang ada. . Selain itu, perlu juga memperhatikan permasalahan terkait aktivitas masyarakat, yaitu tingginya intensitas interaksi masyarakat dengan kawasan hutan atau ketergantungannya.
TIM PELAKSANA
SUSUNAN LAPORAN
ISI LAPORAN
Analisis data Deskripsi metode analisis data yang digunakan yaitu analisis data kuantitatif dan kualitatif. Uraian mengenai kondisi umum lokasi inventarisasi yaitu kondisi biofisik medan, perkembangan penduduk, kondisi prasarana/sarana dan prasarana. Gambaran biofisik keadaan desa dan kondisi hutan yaitu luas, letak dan batas desa, ketinggian di atas permukaan laut, topografi, jenis tanah, curah hujan, bentang alam, tipe hutan, tingkat kerusakan hutan, dan lain-lain.
PENUTUP
Pemanfaatan/pemungutan hasil hutan bukan kayu untuk dikonsumsi masyarakat/tidak diperjualbelikan (obat-obatan, peralatan upacara adat, bahan makanan, dan lain-lain). Berdasarkan cerita leluhur, hasil hutan apa saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada di dalam kawasan hutan. Apakah terdapat situs sosial milik masyarakat (pemakaman, tempat keramat, dll) di dalam kawasan hutan?
Jenis tanaman pokok apa yang dikembangkan masyarakat di wilayah perluasan dan apa saja yang perlu diperhatikan? Hak ini tidak berlaku terhadap hasil hutan bukan kayu dan seluruh hasil hutan kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat di dalam hutan.